You are on page 1of 15

AUDITING I

AUDIT SAMPLING ( Gambaran umum dan penerapan pengujian pengendalian)

KELOMPOK IV:

NIRMALA SARI ARSYAD 201530025

NURLIANTI 201530027

NURUL FADILLA. T 201530028

OKTAFIANI HASAN 201530029

PUTRI NADIA 201530030

RAHMAWATI 201530031

RENI ANGGRAENI. P 201530032

1. Pendahuluan
Sebelum melakukan pengujian, baik pengujian pengendalian maupun
pengujian substantive, auditor harus mengumpulkan bukti. Bukti yang dapat
digunakan sebagai pendukung laporan audit adalah seluruh data akuntansi dan
informasi penguat yang digunakan oleh perusahaan dalam menyusun laporan
keuangan. Seluruh bukti ini merupakan populasi bukti audit. Menurut Copper dan
Schindler (2006 : 112) Populasi merupakan kumpulan seluruh obyek yang ingin kita
ketahui besaran karakteristiknya. Pengujian dengan menggunakan seluruh anggota
populasi dapat menghasilkan hasil yang akurat, karena dikumpulkan dari semua
bukti. Tetapi penggunaan populasi memakan waktu yang lama dan membutuhkan
biaya yang tinggi. Untuk menghemat waktu sekaligus menghemat biaya, dan
mendapatkan informasi yang dapat digeneralisir dengan data populasi, auditor dapat
menggunakan sampel. Menurut Copper dan Schindler (2006 : 112) sampel adalah
sebagian obyek populasi yang mewakili karakteristik populasinya, dan kemudian
diteliti. Hasil penelitian atas sampel kemudian digeneralisasi bagi keseluruhan
populasi. Dengan demikian sampel yang digunakan harus representative (bersifat
mewakili populasi).
1.1 Alasan Menggunakan Sampel
Ada beberapa alasan yang mendorong pengambilan sampel. Alasan
pertama menggunakan sampel adalah biaya yang lebih rendah dari pada
menggunakan populasi, alasan lain adalah akurasi hasil yang lebih besar. Karena
jumlah bukti yang lebih sedikit, maka kecepatan pengumpulan data lebih tinggi, dan
tersedianya elemen populasi. Menurut Gaffor dan Charmichael (1984) baik non
statistical sampling maupun statistical sampling mempunyai dasar karakeristik
sebagai berikut :
Penggunaan sampel dapat menekan biaya
Dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan audit, apakah suatu akun
secara material disajikan terlalu tinggi atau tidak ada kesalahan yang terdeteksi.
Dapat menghindarkan masalah yang kompleks dan inefisiensi seperti dalam
menentukan deviasi standar atas populasi.
Di samping ciri dasar diatas, ada kelemahan-kelemahan dalam menggunakan
sampel yang harus dipertimbangkan auditor. Jika sampling digunakan, terdapat
suatu unsur ketidakpastian dalam kesimpulan audit. Unsur ketidakpastian ini disebut
risiko sampling (sampling risk). Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006 : 369)
risiko sampling adalah kemungkinan bahwa sample yang telah diambil tidak
mewakili populasi, sehingga sebagai akibatnya atas dasar sampel tersebut auditor
menarik kesimpulan yang salah atas saldo akun atau kelompok transaksi.

1.2 Definisi dari konsep utama


a. Pengertian Audit Sampling

Menurut PSA No. 26 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit


terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok
transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau
kelompok transaksi tersebut. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
audit sampling yaitu non statistical dan statistik. Pada nonstatistik untuk menentukan
ukuran sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat
mengevaluasi hasil sampel. Sedangkan sampel statistik (statistical sampling)
menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran sampel dan
mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor untuk
menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi risiko
sampling untuk tujuan mencapai kesimpulan statistik atas populasi. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam perencanaan. Pelaksanaan dan pengevaluasian bukti sampel.

Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006 : 374) keuntungan utama dari sampling
statistik adalah membantu auditor dalam;
(1) merancang ukuran sampel yang efisien,
(2) mengukur kecukupan dari bukti yang diperoleh,
(3) mengkuantifikasi risiko sampling.

Kerugian dari sampling statistik di antaranya adalah adanya tambahan biaya untuk
(1) pelatihan auditor dalam menggunakan tehnik sampling yang memadai,
(2) perancangan dan pelaksanaan penerapan sampling,
(3) kurangnya konsistensi penerapan antara tim audit karena kompleksitas dari
konsep yang mendasarinya.
Secara lebih rinci auditor memeriksa sebagian bukti dengan berbagai cara
seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :

b. Risiko Sampling dan Nonsampling

Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian pengendalian
atau pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor mungkin menjadi lain
dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap
semua unsur saldo akun atas kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu sampel tertentu
mungkin mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang telah
ditetapkan, yang secara proporsional lebih besar atau kurang daripada yang sesungguhnya
terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu
desain sampel tertentu, risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran
sampelnya: semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingya.

Terdapat 2 (dua) jenis risiko sampling dan setiap jenis memiliki dampak yang berlawanan
terhadap pemeriksaan. (1) memutuskan bahwa populasi yang diuji tidak dapat diterima,
padahal sebenarnya dapat, dan (2) memutuskan bahwa populasi yang diuji dapat diterima,
padahal sebenarnya tidak dapat. Dalam istilah statistic, kekeliruan ini dikenal tipe I dan tipe
II. Secara formal, kekeliruan tipe I dan II dapat didefiniskan sebagai berikut :

Risiko keliru menolak (Risk of Incorrect rejection) tipe I.

Pada pengujian pengendalian internal, merupakan resiko mengambil kesimpulan,


berdasarkan hasil sampel, bahwa pengendalian tidak berjalan secara efektif, padahal pada
kenyataannya pengendalian berjalan dengan efektif. Saat auditor mengevaluasi tingkat
keandalan pengendalian dalam konteks audit laporan keuangan, risiko ini dikenal sebagai
risiko ketergantungan yang rendah ( risk of underreliance) atau risiko penentuan tingat
resiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high).

Risiko Keliru menerima (Risk of incorrect acceptance) tipe II.

Dalam pengujian pengendalian, merupakan risiko mengambil kesimpulan,


berdasarkan hasil sampel, bahwa pengendalian beroperasi secara efektif, padahal
kenyataannya tidak efektif. Jika auditor mengevaluasi tingkat keandalan pengendalian
dalam konteks audit laporan keuangan, risiko ini dikenal sebagai risiko ketergantungan yang
berlebih ( risk of overreliance) atau risiko penentuan tingkat resiko pengendalian yang
terlalu rendah (risk of assessing control risk too low).

Sampling audit juga menyangkut risiko nonsampling. Risiko nonsampling adalah


risiko kekeliruan auditor dan timbul dari kemungkinan auditor mengambil sampel dari
populasi yang salah untuk pengujian asersi, tidak dapat menemukan salah-saji material pada
saat penerapan prosedur audit, salah menerjemahkan hasil audit. Jika dengan sampling
statistic, auditor dapat mengkuantifikasi dan mengendalikan resiko sampling, tidak ada
metode sampling yang dapat digunakan auditor untuk mengukur risiko sampling, tidak ada
metode sampling yang dapat digunakan auditor untuk mengukur risiko nonsampling.
Ketidakpastian yang berkaitan dengan risiko nonsampling ini dapat dikendalikan dengan
pelatihan yang cukup, perencanaan yang memadai dan supervise yang efektif.

Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap semua transaksi
atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material. Risiko nonsampling meliputi
kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit
tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak
dapat diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsampling juga
muncul karena auditor mungkin gagal mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang
diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walapun ia telah
memeriksa semua data.

Jenis Sampling lainnya

Sampling Temuan

Sampling temuan(discovery sampling) adalah suatu bentuk sampling atribut yg


dirancang u/ melokalisasi paling sedikit satu penyimpangan, apabila tingkat deviasi dlm
populasi berada pada atau di atas tingkat yg ditetapkan. Metoda ini digunakan u/ mencari
deviasi-deviasi penting yg bisa memberi petunjuk adanya ketidakberesan. Sampling temuan
akan berguna apabila auditor :

Memeriksa populasi yg besar dan terdiri dari unsur2 yg berisi proporsi resiko
pengendalian sangat tinggi. dan Menduga bahwa ketidakberesan telah terjadi.

Menginginkan tambahan bukti pada kasus tertentu u/ menentukan apakah


ketidakberesan yg telah diketahui merupakan suatu kejadian kebetulan atau
merupakan bagian dari pola yg berulang.
c. Faktor penting dalam menentukan ukuran sampel

Tingkat keyakinan

Anda dapat menetapkan tingkat resiko sampling yang dapat diterima dengan
mempertimbangkan jumlah keyakinan yang akan ditempatkan dalam pengujian dan konsekuensi
dari kekeliruan. Sebagai contoh, auditor menetapkan risiko sampling untuk suatu penerapan
sampling tertentu sebesar 5%, yang menimbulkan tingkat keyakinan 95 %. Tingkat keyakinan dan
resiko sampling berhubungan dengan ukuran sampel: semakin tinggi tingkat keyakinan dan semakin
rendah risiko sampling.

Kekeliruan yang dapat diterima dan diperkirakan

Bila tingkat keyakinan yang diinginkan telah ditetapkan, ukuran sampel yang memadai
ditentukan terutama oleh seberapa besar kekeliruan yang dapat diterima melebihi kekeliruan yang
diperkirakan. Semakin kecil perbedaan antara kedua variable tersebut, semakin tepat seharusnya
hasil sampling, dan oleh karena itu semakin besar ukuran sample yang diperlukan.

d. PROSEDUR PENENTUAN SAMPLING

Saat auditor memilih sampel, mereka bisa mengambil paling tidak dua jalur, jalur pertama mengarah
ke sampel terarah (directed sample); yang kedua merupakan sampel acak (random sample).

Sampel terarah atau sampel bertujuan digunakan bila auditor mencurigai adanya kesalahan
serius atau manipulasi dan ingin mendapatkan bukti untuk mendukung kecurigaan mereka atau
menemukan sebanyak mungkin hal yang mencurigakan. Proses ini tidak ada kaitannya dengan
sampling statistik, jadi murni merupakan pekerjaan mendeteksi.

Sampel acak berupaya mencerminkan populasi tempat diambilnya sedekat mungkin. Bila
auditor mengambil sampel acak, mereka mencoba mengambil gambar, berupa miniature,dari
catatan atau data dalam jumlah yang sangat besar yang membentuk populasi tempat sampel di pilih.
Makin besar sampel, makin dekat sampel tersebut mencerminkan populasi. Dalam bahasa audit,
sampel tersebut kemudian dinamakan representatif atau mewakili.

Sampling statistik memungkinkan auditor mengukur risiko pengambilan sampel- yaitu risiko
bahwa suatu sampel tidak mencerminkan populasi. Untuk mengukur risiko tersebut secara
statistic maka pemilihan sampel tersebut haruslah acak.
Sampling nonstatistik tidak memungkinkan auditor untuk mengukur risiko pengambilan
sampel secara obyektif, karena setiap unit populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk
terpilih. Namun, sampling non statistic bisa bernilai untuk rancangan sampling terarah atau
bentuk lain dari sampling menggunakan pertimbangan.

Tehnik Sampling Statistik

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa terdapat dua tehnik sampling statistik, yaitu: sampling
atribut dan sampling variabel serta tehnik gabungan antara keduannya.

A. Sampling Atribut

Yang dimaksud dengan sampling atribut adalah suatu metode untuk melakukan perkiraan atau
estimasi terhadap sebagian dari populasi yang mengandung karakter atau atribut tertentu yang
menjadi perhatian atau menjadi tujuan audit seorang auditor. Sampling ini terutama digunakan
dalam pengujian-pengujian pengendalian intern. Sampling atribut digunakan untuk membuat
kesimpulan mengenai tingkat kejadian di dalam populasi, dan biasanya digunakan untuk menguji
tingkat ketaatan terhadap prosedur di dalam populasi, dan biasanya digunakan untuk menguji
tingkat ketaatan terhadap prosedur di dalam sistem pengendalian intern sebagai sarana untuk
mengetahui apakah ketentuan-ketentuan yang dibuat manajemen telah ditaati.

Sebagai contoh misalnya auditor ingin menentukan prosentase banyaknya bukti pembayaran yang
tidak didukung dengan bukti-bukti tertentu atau tidak diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
Untuk menguji pengendalian intern tersebut auditor dapat menggunakan salah satu dari tiga
metode sampling, yaitu estimasi atribut (sampling fixed-sample-size), sampling sekuensial (sampling
atribut keputusan atau stop or go sampling) dan sampling temuan (discovery sampling). Langkah-
langkah dalam sampling atribut:

1. Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor

2. Definisikan populasi dan satuan atau unit samplingnya

3. Definisikan atribut yang menjadi objek pengukuran dan apa yang dimaksudkan dengan
penyimpangan

4. Tentukan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir

5. Buat estimasi atau perkiraan mengenai tingkt penyimpangan di dalam populasi, yaitu jumlah
penyimpangan di dalam sampel dibagi dengan besarnya sampel
6. Tentukan tingkat keyakinan, biasanya dalam presentase.

7. Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Risiko data yang dapat diterima

b. Tingkat kesalahan yang dapat ditolelir

c. Perkiraan mengenai tingkat penyimpanga dalam populasi

d. Pengaruh besarnya populasi

e. Metode sampling yang digunakan, apakah sampling fixed-sample-size, sampling sekuensial,


atau sampling temuan

8. Pilih sampel secara acak

9. Lakukan prosedur audit

10. Lakukan evaluasi hasil audit sampel pada langkah 9 dengan cara sebagai berikut:

a. Hitung tingkat penyimpangan

b. Pertimbangkan risiko sampling

c. Pertimbangkan aspek kualitatif dari penyimpangan tersebut

d. Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern.

B. Sampling Variabel

Yang dimaksud dengan sampling variabel adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan
perkiraan atau estimasi terhadap nilai yang sebenarnya dari saldo suatu akun atau untuk
menentukan besarnya nilai suatu kesalahan. Sampling ini terutama digunakan dalam pengujian
substantif guna menentukan tingkat dapat diandalkanya suatu jumlah dalam suatu akun, dan dapat
dilakukan dengan salah satu dari beberapa metode sebagai beriut: (1) estimasi satuan nilai tengah,
(2) estimasi selisih, (3) estimasi perbandingan, dan (4) estimasi regresi.

Keempat metode ini dapat dilakukan dengan stratifikasi atau tanpa stratifikasi. Sampling stratifikasi
adalah suatu metode sampling yang membagi-bagi populasi menjadi dua atau lebih sub populasi
yang disebut dengan istilah strata, dan sampel kemudian dipilih dari masing-masing strata tersebut,
dan masing-masing strata ini selanjutnya diaudit secara terpisah.

Pada umumnya sampling variabel dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam pengujian substantif, yang dimaksudkan untuk menentukan kewajaran nilai buku suatu
akun.

b. Untuk membuat estimasi mengenai nilai saldo suatu akun atau suatu kelas tertentu dari
transaksi-transaksi yang berkaitan seperti taksiran saldo piutang atau taksiran total penjualan untuk
suatu periode tertentu.

Secara lebih spesifik Vasarhelyi dan Lin (1990) menyatakan bahwa sampling variable ini dapat
diterapkan oleh auditor untuk melakukan pekerjaan audit berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengujian akun piutang

2. Pengujian jumlah kuantitas, harga dan nilai persediaan.

3. Penggantian metode penilaian persediaan dari metode FIFO ke LIFO.

4. Pengujian jumlah penambahan aktifa tetap

5. Pengujian terhadap transaksi-transaksi untuk menentukn besarnya nilai transaksi yang tidak
didukung oleh bukti yang memadai.

Meskipun banyak hal yang bersifat kuantitatif yang dapat dicakup dengan sampling variabel, metode
ini hanya dapat digunakan apabila estimasi penyimpangan baku dari populasi dapat diketahui. Di
samping itu, sampling ini juga bergantung pada karakteristik atau sifat-sifat statistik distribusi
normal. Selain pengklasifikasian berupa sampling variabel tanpa stratifikasi dan sampling variabel
dengan stratifikasi, sampling variabel dan biasanya dikategorikan menjadi empat metode sebagai
berikut: (1) estimasi satuan nilai tengah, (2) estimasi selisih, (3) estimasi perbandingan, dan (4)
estimasi regresi.

Langkah-langkah dalam sampling variabel:

1. Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor

2. Definisikan populasi dan satuan unit samplingnya


3. Definisikan atau tentukan tingkat keyakinan

4. Estimasikan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir

5. Tentukan besarnya risiko alfa dan risiko beta

6. Pilih dan periksasampel pendhuluan secara acak.

7. Perhatikan variasi di dalam populasi

8. Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Risiko alfa dan risiko beta yang dapat diterima

b. Kesalahan maksimum yang dapat ditolelir

c. Perkiraan mengenai simpangan baku populasi

d. Pengaruh besarnya populasi

9. Pilih dan periksa sampel tambahan

10. Lakukan prosedur audit

11. Buat estimasi mengenai nilai akun atau nilai total populasi

12. Hitung rengtang keyakinan berdasarkan hasil pemeriksaan sampel

13. Buat kesimpulan secara menyeluru mengenai hasil pemeriksaan sampel.

C. Monetary Unit Sampling

Metode ini merupakan gabungan dari sampling atribut dan sampling variabel atau modifikasi dari
sampling atribut, yaitu sampling atribut yang digunakan untuk menyatakan suatu kesimpulan
tentang nilai yang sebenarnya dari saldo suatu akun atau untuk menentukan besarnya nilai suatu
kesalahan.

Langkah-langkah audit dalam sampling monetary unit sampling, sebagai berikut :

1. Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor

2. Definisikan populasi dan satuan atau unit samplingnya


3. Estimasikan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir

4. Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Risiko data yang dapat diterima

b. Tingkat kesalahan yang dapat ditolelir

c. Perkiraan mengenai tingkat penyimpangan dalam populasi, apakah kesalahannya 100% atau
kurang

5. Pilih sampel secara acak, secara sistematis atau dengan bantuan komputer

6. Lakukan prosedur audit

7. Evaluasi hasil audit sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Aapakah tidak ada kesalahan yang dijumpai

b. Apakah kesalahan yang dijumpai 100%

c. Apakah kesalahan yang dijumpai kurang dari 100%

d. Aspek-aspek kualitatif dari penyimpangan tersebut

e. Aspek-aspek kuantitatif dari penyimpangan tersebut.

8. Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern atau pengujian yang
dilakukan.

Contoh :

Seorang bendaharawan yang anda audit memiliki bukti pengeluaran kas (kuitansi = X) sebanyak
sepuluh sample (N=10) lembar sebagai berikut:

Total (t)

100, 90, 110, 80, 120, 115, 85, 105, 95, 100 (total pengeluaran 1000)

Sampel yang diambil sebanyak enam (n=6) kuitansi

Pertanyaan :

a. Tentukan rata-rata nilai sample ?


b. Tentukan perkiraan (estimasi) total populasi ?

Pemecahan:

Sampel (n=6): 90, 80, 120, 85, 105, 95

Nilai total dari enam sample (t)= 575

a. Rata-rata nilai sample ( c )= t/n = 575/6 = 95,83

b. Perkiraan total (estimasi) total populasi (T)

T = 10 x 95,83 = 958,30

Ada beberapa unsurunsur dapat mempengaruhi hasil sampling, yang mempengaruhi unit sampel,
yaitu:

a) Unit populasi

Unit populasi adalah banyaknya satuan anggota populasi. Misalnya kita melakukan audit atas mutasi
pengeluara kas tahun 2001 yang terdiri atas 3.500 kuitansi dengan nilai Rp 800 juta.

b) Standar deviasi

Standar deviasi adalah angka yang menunjukkan jarak antara nilai rata-rata populasi dengan para
anggota secara umum sekaligus menunjukkan tingkat heterogenitas/homogenitas data dalam
populasi.

Standar Deviasi = = (Xi - )2 / N

c) Tingkat keyakinan atau keandalan

Tingkat keyakinan adalah derajat keandalan sampel terhadap populasi yang di wakilinya, di
tunjukkan oleh perkiraan persentase banyaknya populasi yang terwakili oleh sampel.

Adapun langkah-langkah penerapan sampling atribut sebagai berikut :

Perencanaan
Langkah 1:

Menetapkan tujuan pengujian, standar audit mengharuskan penerapan sampling direncanakan


dengan baik dengan mempertimbangkan hubungan sampel dengan tujuan pengujian. Sebagai
contoh , pada proses pendapatan, penagihan dilakukan setelah barang dikirimkan. Oleh karena itu,
tidak ada transaksi penjualan yang harus di catat sampai ada dokumen pengiriman yang telah
diotorisasi dengan tepat. Auditor dapat menguji melalui sampel apakah faktur penjualan sudah
dicatat secara memadai dengan memeriksa dokumen pengirimannya.

Langkah 2 :

Mendefiniskan populasi sampling. Seluruh atau sebagian unsur-unsur yang terdapat pada kelompok
transaksi merupakan populasi sampling. Sebagai contoh, misalkan auditor akan memeriksa
efektivitas pengendalian yang dirancang untuk memastikan bahwa pengiriman ke pelanggan telah
ditagih, yaitu dengan menguji apakah seluruh pengiriman, pada kenyataannya telah ditagih. Jika
auditor menggunakan populasi faktur penjualan sebagai populasi sampling, auditor tidak akan dapat
mendeteksi barang yang sudah dikirim, tetapi belum tertagih, karena populasi faktur penjualan
merupakan penjualan yang telah ditagih. Pada contoh ini, populasi sampling yang benar untuk
menguji asersi kelengkapan kelengkapan adalah populasi seluruh barang yang telah terkirim yang
didokumentasikan dalam dokumen pengiriman.

Langkah 3 :

Menentukan ukuran sampel.

Masukan utama dalam menentukan ukuran sampel adalah tingkat keyakinan yang diinginkan, tingat
penyimpangan yang dapat diterima, dan tingkat penyimpangan populasi yang diperkirakan.

Setelah a plikasi sampling direncanakan, auditor melaksanakan tahap-tahap berikut :

Langkah 4 :

Pemilihan unsur sampel

Standar audit mensyaratkan bahwa unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampelnya
dapat diharapkan mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsure harus memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih.

Langkah 5 :
Pelaksanaan Prosedur Audit

Setelah unsur sampel dipilih, auditor melaksanakan prosedur audit yang telah direncanakan.
Melanjutkan contoh terdahulu tentang pengujian kelengkapan transaksi penjualan, auditor akan
memeriksa paket faktur penjualan untuk mengetahui keberadaan dokumen pengiriman yang
mendukung setiap faktur penjualan. Jika dokumen pengiriman ada, auditor akan menyimpulkan
bahwa pengendalian telah dilaksanakan secara memadai. Jika dokumen pengiriman tidak ada, unsur
sampel tersebut dianggap sebagai penyimpangan terhadap prosedur pengendalian.

Evaluasi

Langkah 6 :

Menghitung tingkat penyimpangan sampel dan tingkat penyimpangan tertinggi yang dihitung.

Setelah menyelesaikan prosedur-prosedur audit, auditor membuat ikhtisar penyimpangan untuk


setiap pengendalian yang diuji dan mengevaluasi hasilnya. Sebagai contoh, jika ditemukan 2
penyimpangan dalam sampel yang berisi 50 unsur, tingkat penyimpangan sampel adalah 4 % ( 2:50).

Langkah 7:

Menarik kesimpulan akhir

Untuk menarik kesimpulan atas pengujian pengendalian pada penerapan sampling, auditor
membandingkan tingkat penyimpangan yang dapat diterima dengan tingkat penyimpangan tertinggi
yang dihitung. Jika tingkat penyimpangan tertinggi yang dihitung lebih rendah dari tingkat
penyimpangan yang dapat diterima, auditor dapat menyimpulkan bahwa pengendalian dapat
diandalkan. Jika tingkat penyimpangan tertinggi yang dihitung melebihi tingkat penyimpangan yang
dapat diterima, auditor harus menyimpulkan bahwa pengendalian tidak berjalan pada tingkat yang
dapat diterima.

e. CONTOH PENERAPAN SAMPLING

Don Jones, staf yang bertanggungjawab untuk audit Calabro Paging Services, mengembangkan
pemahaman atas proses pendapatan Calabro dan telah memutuskan untuk mengandalkan beberapa
pengendalian tertentu untuk mengurangi risiko pengendalian di bawah maksimum. Jones akan
melakukan pengujian untuk sepanjang tahun dan telah memutuskan bahwa populasi telah lengkap.
Bagian berikut merupakan dokumentasi perencanaan sampling yang dibuat jones.

Langkah 1 :
Tujuan pengujian adalah untuk menentukan apakah proses pendapatan Calabro telah berjalan
sesuai dengan dokumentasinya.

Langkah 2 :

Untuk penerapan sampling, Jones memutuskan untuk mengendalkan tiga pengendalian dalam
proses pendapatan Calabro. Ketiga prosedurnya sebagai berikut :

1. Tanpa Persetujuan kredit untuk penjualan dan servis di otorisasi dengan benar

Staf departemen kredit Calabro memeriksa kemampuan kredit dari setiap pelanggan baru dan
berdasarkan evaluasi tersebut menetapkan batas kredit.

Penyimpangan dalam pengujian ini didefinisikan sebagai kelalaian departemen kredit Calabro dalam
mengikuti prosedur perstujuan kredit, baik untuk pelanggan baru maupun lama

2. Penjualan tidak akan dicatat tanpa adanya perjanjian penjualan dan sewa yang telah disetujui.
Salah-satu pengendalian dalam proses pendapatan Calabro adalah bahwa penjualan tidak akan
dicatat tanpa adanya perjanjian penjualan dan sewa yang dikirimkan ke departemen penagihan.
Untuk pengendalian ini, penyimpangan yang didefinisikan sebagai ketiadaan perjanjian penjualan
atau sewa yang disetujui.

3. Perjanjian penjualan dan sewa diberi harga yang pantas.

Pengendalian pada proses pendapatan Calabro diantaranya adalah penjualan alat perantara harus
menggunakan daftar harga yang telah diotorisasi. Penyimpangan dalam kasus ini adalah penggunaan
harga alat perantara yang tidak diotorisasi untuk biaya akses atau sewa yang tidak benar.

You might also like