You are on page 1of 13

APLIKASI SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) UNTUK

EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE


DI SUB DAS LOWOKWARU KOTA MALANG
(Application of Geographical Information System for Evaluating Drainage System at
Sub Basin Lowokwaru in Malang City)

Azizah Rachmawati
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Islam Malang
Jl. MT.Haryono 193, Malang 65144, Indonesia
E-mail : rachmawati_azizah@yahoo.com

ABSTRACT
Sub Basin Lowokwaru has 5.40 km2 with 6.39 km of main river length. It remains part of Basin
Bango in Malang City. Drainage system in Sub Basin Lowokwaru takes benefit from carrier channel
sourcing from Bendung Sengkaling and constitutes a secondary irrigation channel. Flood or inundation
cases at Sub Basin Lowokwaru remain due to incapability of drainage system capacity to accommodate
rainwater overflow. This evaluation of drainage system in this area requires rainfall data collected from
Rain Fall Station of Lowokwaru, Dau and Pendem. Meanwhile, primary data involve direct rain
measurement at research site by using alat ukur hujan biasa (AUHB). The gauge has been used to measure
water surface elevation in outlet. Channel geometric data seem observed from map and direct measurement
at research site. Research method used considered flood debit analysis grouped into two parts, Rational
Method and Observation Way. The application of Geographic Information System (GIS) may be useful to
acknowledge topographic condition, overflow coefficient, land use order, macro drainage system, and to
analyze planned flood debit in this area.
Results of analysis drainage capacity at Sub Basin Lowokwaru, not available at all drainage
channel that able to receive 5 years shuttle period flood debit, there are 14 channels from 40 to that cannot
overcome that. Therefore, it need channel dimension change. Observation debit received from observation
point at SLWK. A channel is 1.5611 m3/s, and calculation result by Rational Method, it is 1.338 m3/s. For
rain level data (R24) at Sub Basin Lowokwaru is 94,590 mm (2 years), 123.1076 mm (5 years), 137.2918 mm
(10 years).

Keyword: sub basin Lowokwaru, drainage capacity, debit, GIS, channel

kedap air ini mengakibatkan air hujan


tidak dapat meresap ke dalam tanah.
PENDAHULUAN Sistem Jaringan Drainase perkotaan
Perencanaan kota merupakan sesuatu dapat juga memanfaatkan teknologi
yang tidak sederhana, karena di dalamnya informasi yang sedang berkembang saat
akan menyangkut berbagai kepentingan ini, salah satu sistem informasi tersebut
yang bertujuan untuk memperlancar adalah Sistem Informasi Geografis (SIG)
kehidupan kota. Perencanaan tersebut atau Geographical Information System
memerlukan suatu analisis yang cukup (GIS) yaitu suatu sistem informasi yang
tepat baik dari segi teknis maupun sosial didesain untuk bekerja dengan data yang
yang menyangkut hidup orang banyak. berrefensi pada spatial atau koordinat
Dengan pertambahan penduduk geografis. Perubahan penggunaan dan
mengakibatkan berkembangnya perumah- penutupan lahan, yang merupakan fungsi
an dan sarana penunjang kehidupan, ruang dan waktu, serta penyebab
sehingga lahan terbuka (pervious area) terjadinya banjir ini dapat dipresentasikan
akan semakin berkurang dan lahan lebih baik dalam data digital yang
lahan tertutup/kedap air (impervious berstruktur data Sistem Informasi
area) akan semakin meningkat. Lahan Geografis (Sutan Haji, 2000).
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 111
Pemilihan Sub DAS Lowokwaru dan tujuan drainase adalah membuang air
dengan pertimbangan bahwa kawasan ini di atas permukaan tanah yang berlebihan
adalah kawasan yang cukup luas dengan atau menurunkan atau menjaga muka air
beberapa kelurahan yang cukup padat tanah agar tidak terjadi genangan,
penduduknya, selain itu banyak terjadi sehingga akibat negatif dengan adanya
banjir/genangan yang terjadi di kawasan genangan dapat dihindari (Soehardjono,
pusat kota seperti Jl. Letjen Sutoyo, Jl. 1984 : 3 )
Jakgung Suprapto, Jl. Sukarno-Hatta
(Anonim, 2005). Dengan pertumbuhan Analisis Hidrologi
penduduk yang relatif cepat diiringi Untuk keperluan rencana sistem
pembangunan sarana dan prasarana yang drainase, data hidrologi yang sangat
memadai, kawasan ini sudah mulai padat diperlukan adalah data curah hujan dari
dan segala permasalahan juga mulai stasiun pengamatan hujan daerah kajian.
timbul diantaranya adanya genangan atau Data ini harus dikumpulkan dengan
banjir pada daerah pusat kota yang jangka waktu cukup panjang yang
mempunyai jalur lalulintas yang cukup diambil dari beberapa stasiun penakar
padat di Kota Malang. hujan di daerah kajian studi.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka Dengan data pengamatan pada
perlu dilakukan suatu upaya untuk masingmasing stasiun penakar hujan
mengevaluasi kondisi saluran yang ada, tersebut diambil curah hujan rerata
dengan pemanfaatan teknologi GIS. masingmasing daerah. Dalam per-
Diharapkan hasil sistem jaringan hitungan curah hujan rancangan
drainasenya akan lebih baik hasilnya dan maksimum digunakan analisis frekuensi
lebih informatif, karena didukung dengan yang sesuai dengan datadata yang
analisis geografis berupa gambar peta diperoleh. Untuk mengetahui kebenar-an
peta. dari analisis frekuensi yang digunakan,
maka diperlukan uji kecocokan distribusi
TUJUAN frekuensi.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi sistem jaringan drainase Curah Hujan Pengamatan
perkotaan dengan menggunakan Curah hujan dapat diukur
teknologi SIG, sehingga diharapkan akan menggunakan alat ukur hujan yang
mendapat-kan hasil yang lebih akurat umumnya disebut sukat hujan (Rain
dan aktual. Gauge). Satuan untuk mengukur curah
Manfaat yang diharapkan yakni dapat hujan adalah 1 mm. Nilai itu
dijadikan pedoman bagi masyarakat dan menunjukkan bahwa tebal air hujan
pemerintah setempat untuk menutup di atas permukaan bumi setebal
menanggulangi permasalahan genangan 1 mm, dan zat cair itu tidak meresap ke
atau banjir yang terjadi di daerah lokasi dalam tanah atau tidak menguap kembali
penelitian ke atmosfir.
Jenis alat pengukur curah hujan
dibedakan menjadi dua yaitu:
TINJAUAN PUSTAKA - alat ukur hujan biasa (AUHB) atau
Definisi Drainase rain gauge (RG)
Drainase adalah suatu cara - alat ukur hujan otomatik (AUHO)
pembuang-an kelebihan air yang tidak atau automatic rain fall recorder
diinginkan pada suatu daerah, serta cara (ARR)
cara penanggulangan akibat yang Dalam studi ini dilakukan pengukuran
ditimbulkan oleh kelebihan air. Maksud curah hujan secara langsung, yang

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 112
mengacuh pada AUHB dengan luas dahulu. Dalam hidrologi dikenal jenis
penampang corong 100 cm2 atau 200 cm2 distribusi frekuensi yang sering
dengan kapasitas 400-600 mm, dipasang digunakan adalah : Distribusi Normal,
pada ketinggian 1,0 m atau 1,2 m dari Log Normal, Log Pearson type III,
muka tanah (Soewarno, 2000 :183). Gumbel.
Dalam studi ini digunakan metode
Curah Hujan Rerata Daerah Aliran. Log Person type III dengan pertimbangan
Curah hujan yang diperlukan untuk bahwa metode tersebut lebih fleksibel
penyusunan suatu rancangan dapat digunakan untuk semua sebaran
pemanfaatan air dan rancangan data , yang mana harga parameter
pengendalian banjir adalah curah hujan statistiknya yaitu koefisien kemencengan
rata-rata di seluruh daerah yang (Cs) dan koefisien kurtosis tidak ada
bersangkutan. Curah hujan ini disebut ketentuan. Disebut Log Pearson type III
hujan wilayah/daerah dan dinyatakan karena memperhitungkan tiga parameter
dalam milimeter. statistik yaitu :
Untuk menentukan curah hujan rerata 1.Harga Rata rata ( mean )
daerah tersebut dapat digunakan beberapa 2.Standar Deviasi ( deviasi standar )
cara yaitu: Rata-rata Aljabar, Poligon 3.Koefisien Kepencengan (skewnees)
Thiessen, dan Isohyet.
Perhitungan curah hujan rerata daerah Uji Kesesuaian Distribusi.
menggunakan Sistem Informasi Diperlukan pengujian parameter
Geografis (SIG) dengan software untuk menguji kecocokan distribusi
ArcView GIS 3.3. Pada software ini frekuensi sampel data terhadap fungsi
diaktifkan Extension Spatial Analyst distribusi peluang yang diperkirakan
sehingga muncul menu toolbar Analyst dapat menggambarkan/mewakili
pada ArcView GIS 3.3. Dari menu distribusi frekuensi tersebut. Cara yang
toolbar tersebut digunakan fasilitas digunakan dalam uji ini adalah Uji
Penentuan Jarak Terdekat (Proximity). Smirnov Kolmogorov dan Uji Chi-
Dengan fasilitas Proximity ini dapat Kuadrat.
ditentukan objek mana yang paling dekat
dengan suatu lokasi. Pembuatan Poligon
Limpasan Permukaan
Thiessen merupakan contoh lain dari Air yang jatuh ke bumi akan terpisah
penggunaan proximity. menjadi dua bagian, yaitu bagian yang
mengalir di permukaan menjadi aliran
Curah Hujan Rancangan Maksimum limpasan, dan air yang masukMaksimum
ke dalam
Curah hujan rancangan maksimum tanah yang di sebut infiltrasi.
adalah curah hujan terbesar tahunan Dalam kaitannya dengan limpasan,
suatu kemungkinan periode ulang faktor yang mempengaruhi secara umum
tertentu. Curah hujan rancangan dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
diperlukan untuk memperoleh tinggi faktor meteorologi dan karakteristik
hujan pada periode tertentu yang daerah tangkapan saluran atau Daerah
disesuaikan dengan keperluan elevasi dan Aliran Sungai (DAS) (Suripin, 2004 :78).
perencanaan, yaitu perhitungan debit Faktor faktor meteorologi yang
rencana yang diperlukan. Untuk berpengaruh pada limpasan permukaan
menentukan besarnya curah hujan terutama adalah karakteristik hujan yang
rancangan perlu diadakan pemilihan dari meliputi intensitas hujan, durasi hujan
beberapa frekuensi dengan syarat dan distribusi curah hujan. Sedangkan
diketahuinya harga koefisien skewness faktor sifat fisik daerah pengaliran
(Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) terlebih

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 113
meliputi, luas dan bentuk aliran, format file dbf dari program Autodesk
topografi dan tata guna lahan. Map 2004. Data-data tersebut antara
lain: Jalan Lowokwaru, DPS Lowokwaru,
Pola Arah Aliran sungai dan anak sungai, tata guna lahan
Pola arah aliran alam dapat diperoleh dll.
dari peta topografi dengan b. Data Atribut
memperhatikan ketinggian kontur. Pada Data atribut yang dibutuhkan dalam
perkotaan arah aliran dapat diidentifikasi analisa drainase perkotaan Sub DAS
dari peta saluran yang ada dengan Lowokwaru ini antara lain data curah
memperhatikan elevasi saluran. Namun hujan yang kemudian diolah dan
untuk memperoleh informasi yang lebih didapatkan nilai intensitas curah hujan
akurat dilakukan observasi lapangan. untuk kala ulang 2, 5 dan 10 tahun.
Dengan melihat peta topografi kita
menentukan arah aliran yang merupakan METODE
natural drainage system yang terbentuk Tempat dan Waktu Penelitian
secara alamiah. Penelitian di Sub Daerah Aliran
Sungai (Sub DAS) Lowokwaru Kota
Debit Banjir Rencana Malang yang merupakan bagian dari
Debit banjir rencana adalah debit Daerah Aliran Sungai (DAS) Bango.
yang dipakai sebagai dasar untuk Pada DAS Bango mengalir Sungai
perhitungan bangunan air yang akan Bango, dengan beberapa anak sungai
direncanakan dan merupakan debit yaitu, kali Kajar, kali Sumpil, kali
terbesar yang mungkin terjadi di suatu Mewek serta Saluran Lowokwaru dan
daerah dengan peluang kejadian tertentu. drainase Sawojajar. Wilayah Sub DAS
Perhitungan debit banjir rencana untuk Lowokwaru sebagian besar terletak di
saluran drainase terdiri dari debit air kecamatan Lowokwaru, kecamatan
kotor dan debit air hujan . Blimbing dan kecamatan Klojen.
Debit Air Hujan Penelitian dilaksanakan selama tujuh
Metode yang digunakan untuk bulan yaitu penyusunan proposal,
menghitung debit air hujan pada saluran pengambilan data primer, pengambilan
drainase adalah metode Rasional. Bentuk data sekunder, analisis data, dan
umum rumus metode Rasional adalah penyusunan laporan.
sebagai berikut : Pengumpulan Data
Q = 0,278 . C.I.A. Data Sekunder antara lain : a) Peta
digital titik titik ketinggian hasil digitasi
Dalam konsep SIG rumus ini harus peta topografi wilayah studi, dengan
diterjemahkan dulu ke dalam sistem skala 1 : 1000. diperoleh dari
yang berlaku dalam SIG yaitu masing Departemen Kimpraswil Kota Malang,
masing komponen harus mempunyai data dan digunakan untuk menentukan batas
spasial dan data atribut. dan Luas DAS, penentuan lokasi titik
a. Data Spasial pengamatan curah hujan dan pengamatan
Data Spasial yang digunakan dalam debit. b) Peta pembagian DAS c) Peta
proses analisis Sistem Drainase Perkotaan Wilayah, Rencana Umum Tata Ruang
daerah Studi Sub DAS Lowokwaru ini Wilayah Kota dan Pengembangan, yang
adalah semua data yang sudah di menampilkan tata guna lahan, yang
masukkan dalam ArcView GIS 3.3 dalam diperoleh dari BPN Malang, digunakan
bentuk fileshp. Dimana semua data untuk menentukan koefisien pengaliran
tersebut berasal dari proses digitasi dari d) Peta Lay Out dan data fisik sistem

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 114
drainase yang ada pada daerah kajian, Ada dua stasiun hujan yang berpengaruh
yang merupakan hasil pengukuran di yakni St.Lowokwaru dan St. Pendem.
lapangan, yang didapat dari Balai Data curah hujan yang dipakai adalah
Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah selama 10 tahun, yaitu tahun 1997
Sungai Bango e) Data genangan 2006.
eksisting pada daerah kajian dan data Dari hasil rata-rata yang diperoleh
curah hujan dari St.Lowo-kwaru, St.Dau (sesuai dengan jumlah stasiun hujan)
dan St.Pendem. Sedang-kan data primer dipilih yang tertinggi setiap tahun. Data
dilakukan dengan cara pengamatan dan hujan yang terpilih setiap tahun
pengukuran langsung di lapangan merupakan hujan maksimum harian DAS
meliputi pengamatan hujan, pengamatan untuk tahun yang bersangkutan. Besarnya
lokasi genangan, pengukuran tinggi muka curah hujan maksimum ditunjukkan pada
air dan kedalaman saluran yang Tabel 1.
dilakukan dengan meteran meliputi tinggi
air dan dimensi saluran yang dilakukan Tabel 1. Data curah hujan maksimum
setiap durasi 10 menit selama hujan. rata-rata
Kejadian Stasiun Hujan Koef Thiessen Hujan Harian Hujan Maksimum
Tahun Bulan Tanggal Lowokwaru Pendem Lowokwaru Pendem Rata -rata Harian Rata - Rata
HASIL DAN PEMBAHASAN (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari)
2 17 76 0 0.966 0.034 73.416
Curah Hujan Rerata Daerah Aliran. 1997
12 6 0 66 0.966 0.034 2.244
73.416
12 28 87 9 0.966 0.034 84.348
Perhitungan curah hujan rerata daerah 1998
2 5 42 85 0.966 0.034 43.462
84.348
12 7 125 20 0.966 0.034 121.43
menggunakan Sistem Informasi 1999
3
11
14
10
0
83
77
56
0.966
0.966
0.034
0.034
2.618
82.082
121.43

2000 82.082
Geografis (SIG) dengan software 7
3
20
26
0
78
96
63
0.966
0.966
0.034
0.034
3.264
77.49
2001 77.49
ArcView GIS 3.3. Pada software ini 3
1
12
14
70
105
90
12
0.966
0.966
0.034
0.034
70.68
101.838
2002 101.838
diaktifkan Extension Spatial Analyst. 2003
12
12
13
30
0
113
85
0
0.966
0.966
0.034
0.034
2.89
109.158
109.158
12 4 24 94 0.966 0.034 26.38
Dari menu toolbar tersebut digunakan 2004
3 15 200 70 0.966 0.034 195.58
195.58
3 15 200 70 0.966 0.034 195.58
fasilitas Penentuan Jarak Terdekat 2005
3 21 106 12 0.966 0.034 102.804
102.804
12 14 1 88 0.966 0.034 3.958
(Proximity). Dengan fasilitas Proximity 2006
2
5
6
7
104
38
47
96
0.966
0.966
0.034
0.034
102.062
39.972
102.062

ini dapat ditentukan objek mana yang Sumber : Data dan Hasil Perhitungan

paling dekat dengan suatu lokasi.


Pembuatan poligon theisen merupakan
contoh lain dari penggunaan proximity.
Curah Hujan Rancangan Maksimum.
Curah hujan rancangan maksimum
adalah curah hujan terbesar tahunan
dengan suatu kemungkinan periode ulang
tertentu. Dalam studi ini digunakan
metode log pearson type III dengan
pertimbangan bahwa metode tersebut
dapat digunakan untuk semua macam
sebaran data, yang mana besarnya harga
koefisien skewness (Cs) dan koefisien
kurtosis (Ck) tidak ada ketentuan.
Berdasarkan perhitungan Log Pearson
type III diperoleh curah hujan R24 sebagai
berikut:
Kala ulang 2 tahun R24 = 94.6008
Kala ulang 5 tahun R24 = 123.1076
Kala ulang 10 tahun R24 = 147.2918

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 115
Pembagian Daerah Aliran Perhitungan Debit Rasional Meng-
Pembagian batas daerah aliran gunakan SIG
berpedoman pada peta topografi yang Untuk menghitung debit limpasan
dilengkapi peta kontur dengan skala 1 : permukaan dapat digunakan cara
1000, dan disesuaikan dengan Rasional dengan rumus Q = 0.278 C.I.A.
pengamatan arah aliran di lokasi. Dari Dalam konsep SIG rumus ini harus
peta tersebut dapat diketahui pola diterjemahkan dulu ke dalam sistem
jaringan saluran. Setelah diketahui pola yang berlaku dalam SIG yaitu masing
jaringan saluran maka pembagian masing komponen harus mempunyai data
subDAS masing-masing saluran dapat spasial dan data atribut. Data Spasial
digambarkan dalam peta. yang digunakan adalah semua data yang
Setelah pola jaringan drainase sudah dimasukkan dalam ArcView GIS
ditentukan, maka pembagian sub daerah 3.3 dalam bentuk fileshp,antara lain DPS
tangkapan air masing masing segmen Lowokwaru shp, jalan shp, sungai dan
saluran dihitung luasnya untuk mencari anak sungai shp. Data atribut antara lain
nilai luas (A). Cara mencari nilai A data curah hujan yang kemudian diolah
dengan menggunakan Sistem Informasi sehingga mendapatkan nilai intensitas
Geografis (SIG) adalah dengan cara Peta hujan dan nilai koefisien (C) yang
Sub Das Lowokwaru didigitasi per Sub disesuaikan dengan tata guna lahan.
DAS sehingga diperoleh nama- nama Sub Komponen Luas Daerah Pengaliran
DAS. (A) diperoleh dari digitasi daerah aliran
drainase shp, Arah Aliran shp dan Sungai
dan anak sungai Lowokwaru hp sehingga
kita dapatkan nilai A dari masingmasing
per sub DAS Lowokwaru seperti
ditabelkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Daerah Pengaliran di Sub DAS Lowokwaru.


N a m a id K o d e A
S a lu ra n S a lu r a n m K m
S e k u n d e r O r g a n K ir i 1 S .L W K .A N 9 1 3 8 3 .4 5 4 0 .0 9 1 4
S e k u n d e r O rg a n K a n a n 2 S .L W K .A M 3 0 6 7 7 .5 6 9 0 .0 3 0 7
S e k u n d e r S im p a n g A k o r d ia n 3 S .L W K .A L 3 4 9 0 7 .8 7 4 0 .0 3 4 9
S e k u n d e r A k o r d io n B a r a t 4 S .L W K .A K 2 0 5 2 6 4 .2 7 2 0 .2 0 5 3
T e r s ie r S o e k a r n o H a t t a D K ir i 5 S .L W K .A J 8 3 9 5 3 .7 6 6 0 .0 8 4 0
S e k u n d e r S o e k a r n o H a t t a B K ir i 6 S .L W K .A I 7 0 5 5 .2 2 4 0 .0 0 7 1
S e k u n d e r S o e k a rn o H a tta B K n n 7 S .L W K .A H 5 5 4 7 7 .3 0 3 0 .0 5 5 5
T e r s ie r C e n g g e r A ya m 8 S .L W K .A G 2 7 6 3 5 6 .6 0 0 0 .2 7 6 4
T e r s ie r C e n g g e r A ya m I 9 S .L W K .A F 2 7 6 3 5 6 .5 7 5 0 .2 7 6 4
K u a rte r K e n d a ls a r i 1 0 S .L W K .A E 5 5 1 4 1 .5 2 7 0 .0 5 5 1
T e r s ie r S o e k a r n o H a t t a C K ir i 1 1 S .L W K .A D 1 5 0 2 0 .0 0 0 0 .0 1 5 0
T e r s ie r K a lp a t a r u K a n a n 1 2 S .L W K .A C 6 3 4 0 4 .3 3 5 0 .0 6 3 4
T e r s ie r K a lp a t a r u K ir i 1 3 S .L W K .A B 1 8 8 3 2 1 .8 9 9 0 .1 8 8 3
S e k u n d e r S u k a r n o H a tta A K ir i 1 4 S .L W K .A A 4 4 3 5 0 .5 4 2 0 .0 4 4 4
S e k u n d e r S u k a rn o H a tta A K a n a n 1 5 S .L W K .Z 8 0 5 4 .0 0 1 0 .0 0 8 1
S e k u n d e r L e tje n S .P a rm a n K a n a n 1 6 S .L W K .Y 2 6 4 7 4 .0 3 4 0 .0 2 6 5
S e k u n d e r P a p a K u n in g 1 7 S .L W K .X 1 1 8 3 2 1 .3 9 5 0 .1 1 8 3
S e k u n d e r A s a h a n K ir i 1 8 S .L W K .W 9 0 5 5 .0 8 1 0 .0 0 9 1
S e k u n d e r A s a h a n K a n a n 1 9 S .L W K .V 1 3 1 4 9 .5 8 9 0 .0 1 3 1
S e k u n d e r S e m a n g g i 2 0 S .L W K .U 1 5 1 3 2 0 .3 6 1 0 .1 5 1 3
S e k u n d e r K e d a w u n g 2 1 S .L W K .T 6 7 2 4 2 5 .2 3 0 .6 7 2 4
S e k u n d e r L .S ty B K n n 2 2 S .L W K .S 1 5 4 8 5 .9 6 5 0 .0 1 5 5
S e k u n d e r L e tje n S u to y o - M a w a r 2 3 S .L W K .R 3 0 0 3 4 8 .1 7 1 0 .3 0 0 3
K u a rte r S a r a n g a n A t a s K ir i 2 4 S .L W K .Q 2 1 4 3 5 .2 0 9 0 .0 2 1 4
T e r s ie r H a m id R u s d i 2 5 S .L W K .P 2 0 4 4 2 .9 6 6 0 .0 2 0 4
S e k u n d e r L e tje n S u to y o A K a n a n 2 6 S .L W K .O 1 0 5 0 8 4 .0 1 1 0 .1 0 5 1
S e k u n d e r (J A S u p ra p to - L . S u to y o ) K r 2 7 S .L W K .N 3 4 9 1 6 2 .2 6 6 0 .3 4 9 2
K u a rte r I n d u s t r i T im u r K ir i 2 8 S .L W K .M 1 9 5 0 0 .0 2 1 0 .0 1 9 5
T e r s ie r R a y a In d r a G ir i 2 9 S .L W K .L 2 5 5 4 5 7 .6 3 9 0 .2 5 5 5
S e k u n d e r T u m e g g . S u r y o B K ir i 3 0 S .L W K .K 4 4 4 7 4 .5 5 2 0 .0 4 4 5
T e r s ie r S a n a n 3 1 S .L W K .J 4 2 7 2 7 3 .0 0 1 0 .4 2 7 3
T e r s ie r K s a t r ia n K a n a n 3 2 S .L W K .I 2 1 4 5 2 .0 2 6 0 .0 2 1 5
S e k u n d e r ( T . S u r y o A - K a liu r a n g ) K r 3 3 S .L W K .H 1 4 7 7 6 0 .2 8 4 0 .1 4 7 8
T e r s ie r K s a t r ia n K ir i 3 4 S .L W K .G 1 0 9 3 2 8 .0 3 8 0 .1 0 9 3
T e r s ie r In d ra p ra s ta 3 5 S .L W K .F 6 1 4 0 6 .7 3 1 0 .0 6 1 4
S e k u n d e r ( B in o r - C iliw u n g ) 3 6 S .L W K .E 2 7 3 3 9 0 .5 6 1 0 .2 7 3 4
S e k u n d e r ( S is im a n g a r a ja - H . R u s d i I I I ) 3 7 S .L W K .D 2 7 4 3 4 .9 5 9 0 .0 2 7 4
S e k u n d e r ( H a m id - R u s d i) K lu r g K n 3 8 S .L W K .C 4 9 5 4 8 5 .3 5 7 0 .4 9 5 5
S e k u n d e r W a r in o i K a n a n 3 9 S .L W K .B 1 4 3 3 5 6 .2 3 0 0 .1 4 3 4
S e k u n d e r W a r in o i K ir i 4 0 S .L W K .A 1 3 7 4 5 6 .2 2 1 0 .1 3 7 5
T o ta l A = 5 4 0 2 2 0 4 .8 3 9 5 .4 0 2 2 0
S u m b e r : A n a lis a S p a s ia l A r c V ie w G IS 3 .3

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 116
Perhitungan Intensitas Hujan I = 72.414 mm/jam. (2 tahun)
diperoleh dari persamaan Mononobe I = 94.247 mm /jam. (5 tahun)
dimana untuk mencari panjang saluran I = 112.762 mm/jam. (10 tahun).
(L) dicari melalui digitasi dengan Perhitungan koefisien daerah
menggunakan software. Sedangkan nilai pengaliran dilakukan berdasarkan data-
S diperoleh dari data di lapangan. Contoh data penggunaan lahan dan koefisien tata
Perhitungan untuk saluran SLWK.AN guna lahan. Dalam analisa nilai koefisien
L = 459.730 m pengaliran dengan Metode SIG, tahapan-
S = 0.0038 tahapan yang dilaksanakan adalah
0, 77
sebagai berikut:
tc = 0.0195 L
60 S - Mempersiapkan data spasial
0 . 77 - Editing data
= 0 . 0195 459 . 730
- Membuat file (dxf)
60 0 . 0038 - Mempersiapkan data atribut
= 0.3114 jam - Proses dari AutodeskMap 2004
R24 = 94.590 mm (2 tahun) Setelah semua proses di
R24 = 123.153mm (5 tahun) AutodeskMap dilakukan maka dengan
R24 = 147.396 mm (10 tahun) meng-overlay beberapa theme hasil
sehingga Perhitungan Intensitas Hujan analisa dapat dilihat pada bentuk spasial
untuk S.LWK.AN adalah (peta) maupun atribut (tabel), seperti
2/3
R24 24 dijelaskan pada Gambar 1 untuk luas
I= mm / jam
24 tc sub-sub DAS dan Gambar 2 untuk
2/3
94.590 24 koofisien pengaliran.
I= = 72.4145mm / jam
24 0.3114
Selanjutnya hasil perhitungan Intensitas
Hujan untuk S.LWK.AN adalah:

Gambar 1. Luas Sub-Sub DAS Lowokwaru Hasil Analisa ArcView GIS 3.3

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 117
Gambar 2. Peta Koefisien Limpasan(C) Hasil Analisa ArcView GIS 3.3

Hasil perhitungan kemudian


Setelah kedua komponen diatas telah digambarkan pada peta debit banjir untuk
dimasukkan, ditambah data intensitas beberapa kala ulang yakni Q2 th, Q5th dan
hujan maka dengan memasukkan rumus Q10th dalam ArcView GIS. Hasil
Rasional Q = 0,278 C.I.A. dapat dihitung selengkapnya pada Gambar 3
debit setiap periode ulang. Gambar 5.

Gambar 3. Peta Debit Q2 thn.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 118
Gambar 4. Peta Debit Q5 thn.

Gambar 5. Peta Debit Q10 thn

Evaluasi Saluran Drainase = 1,00 + 2*1,50 0. 2 + 1


Kapasitas Saluran Drainase Eksisting. = 4,000 m
Evaluasi pada daerah studi bertujuan A
R= = 1,500 = 0.375 m
untuk menganalisis saluran yang ada P 4,000
dengan menggunakan rumus Manning 1
V = . * 0.375 2 / 3 * 0.0131 / 2
dan kontinuitas : 0.02
Contoh perhitungan saluran S.LWK.AN = 2,98340 m/det
Diketahui : Qs = A.V
n = 0.02
= 1,500 * 2,98340 = 4,4760 m3/det
S = 0.013
A = (B+mh)h Perhitungan selanjutnya dapat dilihat
= (1.00 + 0. * 1,50) * 1,50 pada Tabel 3.
= 1,500 m2
P = B + 2h m 2 + 1

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 119
Tabel 3. Kapasitas Drainase Eksisting di Sub DAS Lowokwaru
No Kode Nama Saluran b1 b2 h n s A P R=A/P V Q = A.V
2 3
Saluran (m) (m) (m) (m ) (m) (m) (m/det) (m /det)
1 S.LW K.AN Sekunder Organ Kiri 0.80 1.00 1.50 0.02 0.013 1.5000 4.0000 0.3750 2.9840 4.4760
2 S.LW K.AM Sekunder Organ Kanan 0.50 0.80 0.90 0.02 0.028 0.7200 2.6000 0.2769 3.5851 2.5813
3 S.LW K.AL Sekunder Simpang Akordian 1.00 1.00 0.80 0.02 0.010 0.8000 2.6000 0.3077 2.2968 1.8375
4 S.LW K.AK Sekunder Akordion Barat 0.60 0.60 0.90 0.02 0.016 0.5400 2.4000 0.2250 2.3630 1.2760
5 S.LW K.AJ Tersier Soekarno Hatta D Kiri 0.40 0.40 0.30 0.02 0.016 0.1200 1.0000 0.1200 1.5606 0.1873
6 S.LW K.AI Sekunder Soekarno Hatta B Kiri 0.60 0.60 0.50 0.02 0.012 0.3000 1.6000 0.1875 1.7843 0.5353
7 S.LW K.AH Sekunder Soekarno Hatta B Knn 0.60 0.60 0.50 0.02 0.049 0.3000 1.6000 0.1875 3.6056 1.0817
8 S.LW K.AG Tersier Cengger Ayam 1.00 1.00 1.50 0.02 0.014 1.5000 4.0000 0.3750 3.0967 4.6450
9 S.LW K.AF Tersier Cengger Ayam I 1.00 1.00 1.20 0.02 0.032 1.2000 3.4000 0.3529 4.4515 5.3418
10 S.LW K.AE Kuarter Kendalsari 0.60 0.60 0.60 0.02 0.013 0.3600 1.8000 0.2000 1.9392 0.6981
11 S.LW K.AD Tersier Soekarno Hatta C Kiri 0.60 0.60 0.70 0.02 0.016 0.4200 2.0000 0.2100 2.2229 0.9336
12 S.LW K.AC Tersier Kalpataru Kanan 0.60 0.60 0.60 0.02 0.016 0.3600 1.8000 0.2000 2.1514 0.7745
13 S.LW K.AB Tersier Kalpataru Kiri 0.60 0.60 0.60 0.02 0.016 0.3600 1.8000 0.2000 2.1514 0.7745
14 S.LW K.AA Sekunder Sukarno Hatta A Kiri 0.60 0.60 0.50 0.02 0.004 0.3000 1.6000 0.1875 0.9908 0.2972
15 S.LW K.Z Sekunder Sukarno Hatta A Kanan 0.60 0.60 0.50 0.02 0.056 0.3000 1.6000 0.1875 3.8546 1.1564
16 S.LW K.Y Sekunder Letjen S.Parman Kanan 1.25 1.25 1.00 0.02 0.022 1.2500 3.2500 0.3846 3.9098 4.8872
17 S.LW K.X Sekunder Papa Kuning 2.20 2.20 1.30 0.02 0.018 2.8600 4.8000 0.5958 4.7418 13.5614
18 S.LW K.W Sekunder Asahan Kiri 0.40 0.40 0.40 0.02 0.029 0.1600 1.2000 0.1333 2.2074 0.3532
19 S.LW K.V Sekunder Asahan Kanan 0.50 0.80 0.80 0.02 0.029 0.6400 2.4000 0.2667 3.5121 2.2478
20 S.LW K.U Sekunder Semanggi 1.00 1.00 1.30 0.02 0.013 1.3000 3.6000 0.3611 2.8811 3.7455
21 S.LW K.T Sekunder Kedawung 1.50 1.50 1.50 0.02 0.014 2.2500 4.5000 0.5000 3.7183 8.3662
22 S.LW K.S Sekunder L.Sty B Knn 0.60 0.60 0.60 0.02 0.029 0.3600 1.8000 0.2000 2.8964 1.0427
23 S.LW K.R Sekunder Letjen Sutoyo - Mawar 0.55 0.55 0.55 0.02 0.018 0.3025 1.6500 0.1833 2.1527 0.6512
24 S.LW K.Q Kuarter Sarangan Atas Kiri 0.70 0.70 0.50 0.02 0.016 0.3500 1.7000 0.2059 2.1936 0.7678
25 S.LW K.P Sekunder (T. Suryo A - Kaliurang ) Kr 0.93 0.93 1.07 0.02 0.024 0.9951 3.0700 0.3241 3.6414 3.6235
26 S.LW K.O Sekunder Letjen Sutoyo A Kanan 0.55 0.55 0.66 0.02 0.022 0.3630 1.8700 0.1941 2.4728 0.8976
27 S.LW K.N Sekunder (JA Suprapto - L. Sutoyo) Kr 0.60 0.60 0.60 0.02 0.001 0.3600 1.8000 0.2000 0.5378 0.1936
28 S.LW K.M Kuarter Industri Timur Kiri 0.30 0.30 0.60 0.02 0.003 0.1800 1.5000 0.1200 0.6616 0.1191
29 S.LW K.L Tersier Raya Indra Giri 0.90 0.90 0.90 0.02 0.027 0.8100 2.7000 0.3000 3.6671 2.9704
30 S.LW K.K Sekunder Tumegg. Suryo B Kiri 0.80 0.80 0.70 0.02 0.011 0.5600 2.2000 0.2545 2.0967 1.1741
31 S.LW K.J Tersier Sanan 0.45 1.00 1.20 0.02 0.024 1.2000 3.4000 0.3529 3.8551 4.6261
32 S.LW K.I Tersier Ksatrian Kanan 0.50 0.80 0.80 0.02 0.004 0.6400 2.4000 0.2667 1.3044 0.8348
33 S.LW K.H Tersier Hamid Rusdi 1.00 1.00 1.10 0.02 0.024 1.1000 3.2000 0.3438 3.7875 4.1663
34 S.LW K.G Tersier Ksatrian Kiri 0.50 0.50 0.60 0.02 0.004 0.3000 1.7000 0.1765 0.9892 0.2968
35 S.LW K.F Tersier Indraprasta 0.60 0.60 0.80 0.02 0.003 0.4800 2.2000 0.2182 0.9875 0.4740
36 S.LW K.E Sekunder (Binor - Ciliwung) 1.20 1.20 0.80 0.02 0.002 0.9600 2.8000 0.3429 0.9452 0.9074
37 S.LW K.D Sekunder(Sisimangaraja -H. Rusdi III) 0.73 1.00 1.00 0.02 0.031 1.0000 3.0000 0.3333 4.2168 4.2168
38 S.LW K.C Sekunder (Hamid - Rusdi) Klurg Kn 0.73 1.00 1.20 0.02 0.015 1.2000 3.4000 0.3529 3.0477 3.6573
39 S.LW K.B Sekunder W arinoi Kanan 1.00 1.00 1.20 0.02 0.014 1.2000 3.4000 0.3529 2.9444 3.5333
40 S.LW K.A Sekunder W arinoi Kiri 0.70 0.70 0.70 0.02 0.014 0.4900 2.1000 0.2333 2.2314 1.0934

Analisis Kapasitas Saluran Drainase dengan :


Terhadap Debit Rencana. Qs = debit saluran drainase eksisting
Analisis kapasitas saluran drainase (m3/det)
dilakukan untuk mengetahui kemampuan Qranc = debit air air hujan dan debit air
saluran drainase yang ada terhadap debit kotor (m3/det)
rencana hasil perhitungan. Apabila Apabila Q benilai positif berarti
kapasitas saluran drainase lebih besar dari saluran yang ada masih dapat
debit rencana maka saluran tersebut menampung atau memenuhi debit yang
masih layak dan tidak terjadi luapan air. terjadi, dan jika Q bernilai negatif maka
Debit rencana adalah penjumlahan saluran dianggap tidak memenuhi atau
dari debit rancangan air kotor dan air tidak mampu menampung debit rencana
hujan dengan rumus Qr = Qhnj + Qak dan perlu penanganan sesuai alternatif
terpilih.
Untuk mengetahui kemampuan Sebagai contoh hasil perhitungan
kapasitas saluran drainase terhadap evaluasi debit saluran untuk kala ulang 5
debit rencana maka digunakan rumus Q tahun dapat dilihat pada Tabel 4.
= Qeks Qranc

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 120
Tabel 4. Kapasitas Drainase Eksisting terhadap Debit Rancangan 5 tahun di Sub DAS
Lowokwaru
Notasi Kode Saluran Nama Saluran Debit dari Saluran Qranc.5thn Tot.Qranc.5thn Qeksisting Selisih Evaluasi
Saluran m3/det m3/det m3/det m3/det
1 S.LWK.AN Sekunder Organ Kiri QAN 1.813 1.813 4.4760 2.663 Memenuhi
2 S.LWK.AM Sekunder Organ Kanan 1+QAM 0.571 2.384 2.5813 0.197 Memenuhi
3 S.LWK.AL Sekunder Simpang Akordian QAL 0.267 0.267 1.8375 1.570 Memenuhi
4 S.LWK.AK Sekunder Akordion Barat QAK 1.503 1.503 1.2760 -0.227 Tidak Memenuhi
5 S.LWK.AJ Tersier Soekarno Hatta D Kiri QAJ 0.823 0.823 0.1873 -0.636 Tidak Memenuhi
6 S.LWK.AI Sekunder Soekarno Hatta B Kiri 3+QAI 0.052 0.320 0.5353 0.216 Memenuhi
7 S.LWK.AH Sekunder Soekarno Hatta B Knn QAH 0.660 0.660 1.0817 0.421 Memenuhi
8 S.LWK.AG Tersier Cengger Ayam 6+QAG 2.552 2.871 4.6450 1.774 Memenuhi
9 S.LWK.AF Tersier Cengger Ayam I 7+QAF 4.416 5.076 5.3418 0.266 Memenuhi
10 S.LWK.AE Kuarter Kendalsari QAE 0.364 0.364 0.6981 0.334 Memenuhi
11 S.LWK.AD Tersier Soekarno Hatta C Kiri 6+QAD 0.286 0.606 0.9336 0.328 Memenuhi
12 S.LWK.AC Tersier Kalpataru Kanan 6+QAC 0.644 0.963 0.7745 -0.189 Tidak Memenuhi
13 S.LWK.AB Tersier Kalpataru Kiri 12+QAB 1.285 2.248 0.7745 -1.474 Tidak Memenuhi
14 S.LWK.AA Sekunder Sukarno Hatta A Kiri QAA 1.220 1.220 0.2972 -0.922 Tidak Memenuhi
15 S.LWK.Z Sekunder Sukarno Hatta A Kanan 5+QZ 0.221 1.044 1.1564 0.112 Memenuhi
16 S.LWK.Y Sekunder Letjen S.Parman Kanan 15+QY 0.567 1.611 4.8872 3.276 Memenuhi
17 S.LWK.X Sekunder Papa Kuning QX+19+20+21+24 0.961 13.354 13.5614 0.208 Memenuhi
18 S.LWK.W Sekunder Asahan Kiri QW 0.202 0.202 0.3532 0.151 Memenuhi
19 S.LWK.V Sekunder Asahan Kanan 14+QV 0.327 1.547 2.2478 0.701 Memenuhi
20 S.LWK.U Sekunder Semanggi 13+QU 0.894 3.142 3.7455 0.603 Memenuhi
21 S.LWK.T Sekunder Kedawung 22+23+QT 4.149 7.422 8.3662 0.945 Memenuhi
22 S.LWK.S Sekunder L.Sty B Knn QS 0.398 0.398 1.0427 0.645 Memenuhi
23 S.LWK.R Sekunder Letjen Sutoyo - Mawar QR 2.874 2.874 0.6512 -2.223 Tidak Memenuhi
24 S.LWK.Q Kuarter Sarangan Atas Kiri QQ 0.283 0.283 0.7678 0.485 Memenuhi
25 S.LWK.P Sekunder (T. Suryo A - Kaliurang ) Kr 26+QP 0.447 1.874 3.6235 1.749 Memenuhi
26 S.LWK.O Sekunder Letjen Sutoyo A Kanan QO 1.427 1.427 0.8976 -0.529 Tidak Memenuhi
27 S.LWK.N Sekunder (JA Suprapto - L. Sutoyo) Kr QN 2.736 2.736 0.1936 -2.543 Tidak Memenuhi
28 S.LWK.M Kuarter Industri Timur Kiri QM 0.321 0.321 0.1191 -0.202 Tidak Memenuhi
29 S.LWK.L Tersier Raya Indra Giri 24+QL 2.150 2.433 2.9704 0.538 Memenuhi
30 S.LWK.K Sekunder Tumegg. Suryo B Kiri QK 0.657 0.657 1.1741 0.517 Memenuhi
31 S.LWK.J Tersier Sanan QJ 3.299 3.299 4.6261 1.327 Memenuhi
32 S.LWK.I Tersier Ksatrian Kanan QI 0.666 0.666 0.8348 0.169 Memenuhi
33 S.LWK.H Tersier Hamid Rusdi 30+QH 2.026 2.683 4.1663 1.483 Memenuhi
34 S.LWK.G Tersier Ksatrian Kiri QG 3.031 3.031 0.2968 -2.734 Tidak Memenuhi
35 S.LWK.F Tersier Indraprasta QF 1.467 1.467 0.4740 -0.993 Tidak Memenuhi
36 S.LWK.E Sekunder (Binor - Ciliwung) 18+QE 1.881 2.083 0.9074 -1.175 Tidak Memenuhi
37 S.LWK.D Sekunder(Sisimangaraja -H. Rusdi III) 34+QD 0.668 3.699 4.2168 0.518 Memenuhi
38 S.LWK.C Sekunder (Hamid - Rusdi) Klurg Kn QC 3.772 3.772 3.6573 -0.115 Tidak Memenuhi
39 S.LWK.B Sekunder Warinoi Kanan 18+QB 2.369 2.571 3.5333 0.962 Memenuhi
40 S.LWK.A Sekunder Warinoi Kiri QA 1.743 1.743 1.0934 -0.650 Tidak Memenuhi
Sumber : Hasil Perhitungan

Evaluasi Sistem Drainase di Sub DAS Contoh perhitungan untuk saluran


Lowokwaru SLWK.AK.
Dari hasil evaluasi kapasitas saluran Penampang berbentuk segiempat
drainase eksisting dengan debit banjir - Debit Eksisting = 1,2760 m3/det
rancangan 5 tahun, diketahui bahwa ada - Koefisien kekasaran Manning = 0.020
empat belas (14) saluran dari hasil - Kemiringan saluran (S) = 0.0160
perhitungan yang bertanda negatif (-) , Direncanakan :
berarti kapasitas saluran lebih kecil dari - lebar saluran (b) = 0,67 m
debit rancangan 5 tahun. Untuk itu perlu - tinggi air (h) = 0,90 m
diadakan perbaikan dimensi saluran. A = bh = 0,67 x 0,90 = 0,6038 m2
P = b+2 = 0,67 + 2.(0,90) = 2,4745
Rencana Rehabilitasi Saluran Drainase R = A/P= 0,6038/2,4745 = 0,2440
Adapun saluran yang diperbaiki V =
1
. * 0.2440 2 / 3 * 0.0161 / 2
adalah SLWK.AK, SLWK.AJ, 0.02
SLWK.AC, SLWK.AB, SLWK.AA, V = 2,4929 m/det
SLWK.R, SLWK.O, SLWK.N, Sehingga Q ranc = V.A
SLWK.M, SLWK.G, SLWK.F, = 2,4929 * 0,6038 = 1,5051 m3/det
SLWK.E, SLWK.C dan SLWK.A. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat
Saluran yang lama diperbaiki agar dapat pada Tabel 5.
menampung debit banjir rancangan
dengan kala ulang 5 tahun.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 121
Tabel 5. Rencana Perbaikan Saluran Drainase untuk Debit Rancangan 5 tahun di Sub
DAS Lowokwaru.

No Kode Lebar Tinggi Tinggi Tinggi Luas Keliling Jari-jari Kemiringan Nilai Kecepatan Qeksisting Qranc Evaluasi
Saluran Saluran air jagaan Saluran A basah hidrolis Saluran K.manning V 5 tahun
b h w ht P R S n
(m) (m) (m) (m) m2 (m) (m) (m/det) (m3/det) (m3/det)

1 S.LWK.AK 0.67 0.90 0.20 1.103 0.6038 2.4745 0.2440 0.0160 0.0200 2.4929 1.2760 1.505 Memenuhi
2 S.LWK.AJ 0.56 0.76 0.20 0.956 0.4196 2.4670 0.1701 0.0160 0.0200 1.9645 0.1873 0.824 Memenuhi
3 S.LWK.AC 0.60 0.78 0.20 0.980 0.4680 2.5600 0.1828 0.0160 0.0200 2.0604 0.7745 0.964 Memenuhi
4 S.LWK.AB 0.76 1.18 0.25 1.429 0.8949 3.6170 0.2474 0.0160 0.0200 2.5158 0.7745 2.251 Memenuhi
5 S.LWK.AA 0.80 1.20 0.20 1.399 0.9604 3.5990 0.2669 0.0037 0.0200 1.2718 0.2972 1.221 Memenuhi
6 S.LWK.R 0.80 1.29 0.25 1.542 1.0336 3.8840 0.2661 0.0180 0.0200 2.8000 0.6512 2.894 Memenuhi
7 S.LWK.O 0.60 0.94 0.20 1.141 0.5646 2.8820 0.1959 0.0220 0.0200 2.5289 0.8976 1.428 Memenuhi
8 S.LWK.N 0.70 1.54 0.25 1.787 1.0759 4.2740 0.2517 0.0160 0.0200 2.5448 0.1936 2.738 Memenuhi
9 S.LWK.M 0.50 0.80 0.20 1.000 0.3960 2.4950 0.1587 0.0030 0.0200 0.8127 0.1191 0.322 Memenuhi
10 S.LWK.G 0.80 1.41 0.25 1.659 1.1272 4.1180 0.2737 0.0160 0.0200 2.6894 0.2968 3.032 Memenuhi
11 S.LWK.F 0.70 0.91 0.20 1.107 0.6349 2.9140 0.2179 0.0160 0.0200 2.3134 0.4740 1.469 Memenuhi
12 S.LWK.E 1.00 1.56 0.25 1.808 1.5580 4.6160 0.3375 0.0030 0.0200 1.3372 0.9074 2.083 Memenuhi
13 S.LWK.C 0.90 1.46 0.25 1.705 1.3095 4.3100 0.3038 0.0160 0.0200 2.8811 3.6573 3.773 Memenuhi
14 S.LWK.A 0.80 0.94 0.20 1.137 0.7487 3.0730 0.2436 0.0140 0.0200 2.3295 1.0934 1.744 Memenuhi

Sumber : Hasil Perhitungan

KESIMPULAN SLWK.AC, SLWK.AB, SLWK.AA,


Berdasarkan hasil penelitian, maka SLWK.R, SLWK.O, SLWK.N,
dapat diambil kesimpulan sebagai SLWK.M, SLWK.G, SLWK.F,
berikut: SLWK.E, SLWK.C dan SLWK.A.
1. Kondisi eksisting saluran drainase
Sub Das Lowokwaru pada ruas SARAN
tertentu seperti Jl. Kalpataru, Jl. Berdasarkan hasil analisis dan
Indrapasta, Jl. Mawar, Jl. Melati, Jl. kesimpulan diatas, maka ada beberapa
Letjen Sutoyo, Jl. JA.Suprapto (da- saran yang dapat diberikan adalah
erah Kedawung) dimensi tidak sebagai berikut:
memenuhi sehingga air tidak dapat 1. Perlu adanya penanganan secara
mengalir dengan baik dan melimpas terpadu dari instansi-instansi terkait
ke jalan dan terjadi genangan. seperti BAPPEDA, Dinas Pekerjaan
2 Pembagian batas daerah aliran Umum dan Dinas Kebersihan dan
dengan bantuan ArcView GIS 3.3 Pertamanan Kota Malang untuk
maka masingmasing segmen untuk memelihara saluran drainase dan
mencari nilai A dapat diketahui, mengelola sampah di daerah kajian
sehingga kita dapatkan nama-nama serta mengadakan Rencana Tata
Sub DAS. Sub DAS Lowokwaru Ruang Kota dengan cermat dengan
dengan luas daerah kajian (A) = memperhatikan tata air di daerah
5402204.83 m2 atau 5,4022 Km2, tersebut.
terbagi dalam 40 Sub-Sub DAS. 2. Ketidakseragaman pengolahan dan
3. Dari hasil evaluasi saluran drainase analisis data, sehingga perlu ada
di Sub DAS Lowokwaru, diketahui kerjasama antara instansi terkait
bahwa tidak semua saluran drainase seperti Kimpraswil Kota Malang dan
yang ada mampu menampung debit Balai Pengelolaan Sumberdaya Air
rancangan kala ulang 5 tahun, adapun wilayah sungai Bango Malang.
saluran-saluran yang tidak mampu 3. Pemanfaatan SIG dalam analisa
menampung debit rancangan 5 tahun Drainase Perkotaan dan dalam bidang
adalah : SLWK.AK, SLWK.AJ, yang lain perlu ditingkatkan, karena
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 122
sangat membantu dan mempercepat Anonim. 2001. Laporan Akhir Master
proses analisa perhitungan. Plan Drainase Kota Malang.
Bappeda Malang, Malang
UCAPAN TERIMA KASIH Anonim. 2005. Kota Malang Dalam
Terima kasih kepada Beasiswa Angka. BPS Kota Malang, Malang
Unggulan DepdikNas Tahun 2007 yang Anonim. 2006. Rencana Detail Tata
telah mendanai penelitian ini, serta semua Ruang Kota (RDTRK ) Kecamatan
pihak atas dukungan dan partisipasinya Lowokwaru Tahun 1998 2009. BPS
selama penelitian. Kota Malang, Malang
Aslan. M. 1997. Drainase Perkotaan.
Universitas Guna Darma, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi
Geografis Menggunakan ARC
Anonim. 2005. Laporan Akhir VIEW GIS. Penerbit Andi,
Perencanaan Teknis Drainase Kota Jogjakarta.
Malang Untuk DPS Bango. Dinas Linsley R, K. Max, P. Joseph. 1996.
Kimpraswil Malang, Malang Hidrologi Untuk Insinyur.
Erlangga, Jakarta.
Prahasta, E. 2001. KonsepKonsep Dasar Viessman,Jr,Warren, G.L. Lewis. 1995.
Sistem Informasi Geografis. Introduction to Hydrology.
Informatika, Bandung Addison Wesley Longman
Soemarto,CD.1987. Hidrologi Teknik.
Usaha Nasional, Surabaya.
Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional .
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi
Metode Statistik Untuk Analisa
Data. Nova, Bandung.
Sosrodarsono, S & K. Takeda. 1978.
Hidrologi untuk Pengairan.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Sri Harto, Br. 1993. Analisis Hidrologi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suhardjono. 1994. Drainase Kota.
Universitas Brawijaya, Malang.
Surati Jaya,I Nengah. 2002. Aplikasi
Sistem Informasi Geografis untuk
Kehutanan. IPB, Bogor.
Suripin. 2003. Sistem Drainase
Perkotaan yang Berkelanjutan.
Andi, Yogyakarta.
Tarboton, D. 2000. Distributed Modeling
in Hydrology using Digital Data
and Geographic Information
Systems. Utah State University.
http://www.engineering.usu.edu/d
tarb/

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 123

You might also like