You are on page 1of 6

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Dinukil oleh Adi Saputra www.khotbahjumat.com

Khutbah Pertama:


,

((
(())


)) (( *
)).

:





IIbadallah
Seorang Muslim yang menginginkan keselamatan harus menjaga lidahnya dari berbicara
yang membawa kepada kecelakaan. Sesungguhnya diam dari perkataan yang buruk
merupakan keselamatan, dan keselamatan itu tidak ada bandingannya. Tahukah anda jaminan
bagi orang yang menjaga lidahnya dengan baik? Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda:




Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di
antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya.

Beliau juga menjelaskan bahwa menjaga lidah merupakan keselamatan.







Dari Uqbah bin Aamir, dia berkata: Aku bertanya, wahai Raslullah, apakah sebab
keselamatan? Beliau menjawab: Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan
tangisilah kesalahanmu.

Yaitu janganlah engkau berbicara kecuali dengan perkara yang membawa kebaikanmu!
Merasa betahlah tinggal di dalam rumah dengan melakukan ketaatan-ketaatan, dan hendaklah
engkau menyesali kesalahanmu dengan cara menangis.

Imam an-Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) berkata, Ketahuilah, seyogyanya setiap


mukallaf (orang yang berakal dan baligh) menjaga lidahnya dari seluruh perkataan, kecuali
perkataan yang jelas ada mashlahat padanya. Ketika berbicara atau meninggalkannya itu
sama mashlahatnya, maka menurut Sunnah adalah menahan diri darinya (tidak
mengucapkannya-red), karena perkataan mubah bisa menyeret kepada perkataan yang haram
atau makruh. Dan dalam kebiasaan (manusia-red) ini banyak sekali atau mendominasi,
padahal keselamatan itu tiada bandingannya. Telah diriwayatkan kepada kami dalam dua
kitab Shahih yaitu Shahih al-Bukhari (no. 6475) dan Shahih Muslim (no. 47) dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda:




Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam

Aku katakan: hadits yang disepakati keshahihannya ini merupakan nash yang jelas bahwa
sepantasnya seseorang tidak berbicara kecuali jika perkataan itu merupakan kebaikan, yaitu
yang kemashlahatannya jelas tampak. Jika dia ragu-ragu tentang timbulnya mashlahat, maka
dia tidak berbicara.

Dan al-Imam asy-Syafii rahimahullah telah berkata, Jika seseorang mau berbicara, maka
sebelum dia berbicara hendaklah berpikir, jika tampak jelas mashlahatnya (maka) dia
berbicara, dan jika dia ragu-ragu, maka dia tidak berbicara sampai jelas mashlahatnya.

Ibadallah,

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk berkata yang baik, di
antara bentuk berkata yang baik adalah jujur, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan
hakekatnya. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga melarang dusta, yaitu memberitakan
sesuatu yang tidak sesuai dengan hakekatnya. Dusta adalah dosa besar, al-Imam adz-Dzahabi
menyebutkan di dalam kitab beliau, al-Kabair, dosa besar ke-30 Sering Berdusta

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan dosa berdusta mengiringi dosa syirik dan
durhaka kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berdusta termasuk dosa-dosa besar yang
paling besar.

z n







Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Perhatikanlah (wahai para Sahabat), maukah aku
tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar? Beliau Shallallahu alaihi wa sallam
mengatakannya tiga kali. Kemudian para Sahabat mengatakan, Tentu wahai Raslullah.
Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua
orang tua. Sebelumnya Beliau bersandar, lalu Beliau duduk dan bersabda, Perhatikanlah!
dan perkataan palsu (perkataan dusta), Beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata,
Seandainya Beliau berhenti.

Bahaya dusta banyak sekali, antara lain bahwa orang yang berdusta akan terhalang dari
hidayah, Allah Azza wa Jalla berfirman:




Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. [Al-
Mukmin/Ghafir/40: 28]

Demikian juga orang yang suka dusta pasti akan mendapatkan celaka! Sebagaimana firman-
Nya:





Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam
kebodohan yang lalai. [Adz-Dzariyat/51: 10-11]

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga menjelaskan keutamaan jujur dan bahaya dusta,
sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits di bawah ini:

:
:





Dari Abdullah, dia berkata: Rasulallah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Kalian wajib
jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan
membawa kepada surga. Jika seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur,
akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan,
karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka.
Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah
sebagai seorang pendusta.[6]

Hadits ini menjelaskan bahwa dusta akan menyeret pelakunya ke neraka, maka hendaklah
kita waspada.

Ibadallah,
Demikian juga dusta merupakan sifat menonjol orang munafik, bukan sifat orang Mukmin.

: :







Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Tanda orang munafik ada tiga: Jika dia bercerita, dia berdusta; jika dia
berjanji, dia menyelisihi; dan jika dia diberi amanah, dia berkhianat.






.


Khutbah Kedua:








.
.
Ibadallah,

Selain berbagai keburukan di dunia, maka orang yang berdusta juga diancam dengan
berbagai siksaan di akhirat. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengisahkan kepada para
Sahabat tentang mimpi yang Beliau alami, dan mimpi Nabi adalah haq. Beliau mengisahkan
bahwa Beliau Shallallahu alaihi wa sallam didatangi oleh dua orang laki-laki yang
membawanya melihat berbagai siksaan yang dialami oleh orang-orang yang berbuat dosa.
Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



: :



Kedua laki-laki itu berkata, Ayo berangkat, ayo berangkat!. Kemudian kami berangkat, lalu
kami mendatangi seorang laki-laki yang berbaring terlentang. Dan ada laki-laki lain yang
sedang berdiri di dekatnya membawa gancu besi. Lalu laki-laki itu mendatangi satu sisi
wajahnya lalu merobek ujung mulutnya sampai ke tengkuknya, dan merobek hidungnya
sampai ke tengkuknya, dan merobek matanya sampai ke tengkuknya.

Kemudian dua orang laki-laki itu menjelaskan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ,
tentang orang yang mendapatkan siksaan di atas:






Adapun laki-laki yang engkau datangi, ujung mulutnya disobek sampai ke tengkuknya, dan
hidungnya dirobek sampai ke tengkuknya, dan matanya dirobek sampai ke tengkuknya, dia
adalah orang yang keluar dari rumahnya, lalu dia berdusta dengan kedustaan yang mencapai
]segala penjuru.[8

Setelah kita memahami bahaya dusta sebagaimana di atas, maka kita harus berusaha selalu
jujur dan menjauhi kedustaan dengan semua jenisnya. Semoga Allah menjauhkan kita dari
seluruh kemaksiatan dan membimbing kita dalam perkara yang Dia ridhoi dan cintai,
sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.




:

(( :
[ ]:


(( .




.





,

.











.
.



.



.
.
.

.
.
.

{ :



{ .

You might also like