You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyakit pada mata yang dapat menyebabkan


kebutaan. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan
Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun.1

Katarak umumnya terjadi pada usia lanjut. Akan tetapi, dapat juga akibat
kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun. Kelainan sistemik ataupun
metabolik juga dapat menimbulkan katarak. Katarak merupakan penyebab utama
terjadinya kebutaan di dunia dan merupakan penyakit mata paling umum.2

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak


merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan
yang paling sering ditemukan. WHO menyatakan 17 juta (47,8%) dari 37 juta
orang di dunia, buta akibat katarak. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat
hingga 40 juta pada tahun 2020. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses
degeneratif.3

Menurut WHO, katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab
atas 48% kebutaan yang terjadi di dunia. Lebih dari 90% kejadian katarak
merupakan katarak senilis. 20-40% usia 60 tahun keatas mengalami kekeruhan
lensa, sedangkan pada usia 80 tahun ke atas insiden terjadinya katarak mencapai
60-80%. Sementara itu, prevalensi katarak kongenital pada negara maju berkisar
antara 2-4 setiap 10.000 kelahiran.3

Indonesia tercatat sebagai negara urutan ketiga di dunia dan urutan


pertama dengan jumlah penderita katarak tertinggi di tingkat Asia Tenggara.
Perkiraan insiden katarak 0,1%/tahun atau setiap tahun diantara 1000 orang
terdapat seorang penderita baru katarak. Penduduk Indonesia juga memiliki

1
kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di
daerah subtropis.3

Masih banyak penderita katarak yang tidak mengetahui jika menderita


katarak. Hal ini terlihat dari tiga terbanyak alasan penderita katarak belum operasi
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, yaitu 51,6%
mengaku tidak mengetahui menderita katarak, 11,6% karena tidak mampu
membiayai dan 8,1% karena takut operasi. 2

Berdasarkan data RISSKESDAS 2013, prevalensi penderita katarak di


Indonesia yaitu 1,8% dimana prevalensi katarak tertinggi yaitu provinsi Sulawesi
Utara (3,7%) diikuti oleh provinsi Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Sementara itu,
provinsi dengan prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%)
diikuti Sulawesi Barat (1,1%) dan Maluku (2,2%).2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
transparan. Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate. Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 10 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh
zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah
anterior lensa terdapat humour aquos dan disebelah posterior terdapat vitreus.
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah ataupun saraf di lensa. 3
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air
dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa
lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik.4,5
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang
terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan
menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram
bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.4
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling
dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa
dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Nukleus ini bersifat lembek
yang berangsur-angsur mengeras dengan bertambahnya usia. Di bagian luar
nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut korteks lensa.

3
Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks
anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Dibagian peifer
kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar. 5
Fungsi utama lensa ialah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Agar dapat
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris berelaksasi,
mengangkat serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil,daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya
pararel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot
siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.1
Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi dengan peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologi antara korpus
siliaris, zonula dan lensa untuk memfokukan benda dekat ke retina kemudian
dikenal sebagai akomodasi. Konsistensi materi lensa berubah selama kehidupan.
Pada orang dewasa, lensa lebih padat dan bagian posterior lensa lebih konveks.4,5

B. DEFINISI KATARAK
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa yang terjadi akibat
kedua-duanya. Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah pada penurunan
ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.1
Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena lensa
yang keruh sulit ditembusi cahaya dan tidak bisa mencapai retina. Katarak sendiri
sebenarya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi lensa atau denaturasi
protein atau dapat terjadi akibat keduanya, sehingga memberikan gambaran area
berawan atau putih. 1

C. ETIOLOGI
Katarak dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor seperti kelainan
bawaan sejak lahir, trauma, efek samping obat dan radiasi sinar matahari. Selain
akibat kondisi-kondisi ini, juga dapat terjadi penyebab lain yaitu kelainan

4
metabolik dan infeksi. Umumnya penyebab terbesar adalah proses ketuaan atau
faktor usia.6,7
Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, seperti pada teori
putaran biologik, teori mutasi spontan, teori imunologis, teori a free radical serta
teori a cross link.1
a. Imunologis : dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik
yang mengakibatkan kerusakan sel1
b. Teori a free radical1 :
1. Free radical tebentuk bila terjadi raksi intermediate reaktif kuat
2. Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
3. Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
c. Teori a cross link
Ahli biokimia megatakan terjadi peningkatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga mengganggu fungsi lensa. 1
Katarak juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti1 :
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata
b. Katarak yang disebabkan oleh penyakit lain eperti penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata atau diabetes melitus
c. Katarak yang disebabkan paparan sinar radiasi
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik

D. PATOGENESIS
a. Proses penuaan
Katarak yang disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan
mata yang menyebabkan gangguan pandangan. Patogenesis dari katarak
terkait usia multifaktor dan belum sepenuhnya dimengerti. Lensa mata
memiliki bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa,
korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan
kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus lembek, sedangkan ada orang
tua nucleus ini menjadi keras. Dengan menjadi tuanya seseorang, maka

5
lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan
menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya
memfokuskan benda dekat berkurang. Dengan bertambahnya usia, lensa
mulai berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan
bertambah beratnya katarak.
b. Trauma
Kerusakan lensa akibat trauma dapat disebabkan oleh peradangan
mekanik, kekuatan fisik (radiasi, kimia dan elektrik). Katarak traumatik
trauma tumpul, peradangan tanpa perforasi dapat menyebabkan lensa
menjadi keruh pada tahap akut atau sequel. Katarak akibat kontusio dapat
melibatkan sebagian atau seluruh bagian lensa. Sering, manifestasi awal
dari kontusio katarak adalah stellate atau rossete-shape opacification.
Perforasi dan penetrasi pada lensa sering menghasilkan kekeruhan pada
kortex di bagian yang mengalami ruptur, biasanya progresfitas sangat
cepat untuk menjadi kekeruhan total. Perforasi yang kecil pada kapsul
lensa dapat sembuh, menghasilkan fokal kortikal katarak.
Elektrik yang menginduksi katarak dapat terjadi karena elektrical shock
dapat menyebabkan koagulasi protein dan menyebabkan katarak.
Manifestasi lensa lebih mungkin ketika transmisi arus melibatkan kepala
pasien. Awalnya, vacuola lensa muncul pada perifer anterior lensa, diikuti
kekeruhan linier di korteks subscapulae anterior. Katarak yang disebabkan
oleh cedera elektrik mungkin membaik, tetap diam atau matur untuk
menjadi katarak komplit selama beberapa bulan atau tahun.
c. Katarak metabolik
Katarak metabolik dapat disebabkan oleh beberapa jenis penyakit, yaitu
diabetes melitus dan galaktosemia. Diabetes melitus dapat mempengaruhi
kejernihan lensa, indeks refraktif dan kemampuan akomodasi. Pada
diabetes melitus, jika glukosa darah meningkat, juga akan menngkatkan
komposisi glukosa dalam humor aquous. Glukosa pada humor aquous
akan berdifusi masuk kedalam lensa sehingga komposisi glukosa dalam
lensa juga akan meningkat. Beberapa dari glukosa akan di konfersi oleh

6
enzim aldose reduktase menjadi sorbitol yang tidak akan dimetabolisme
tetapi tetap di lensa.
Setelah itu, perubahan tekanan osmotik akan menyebabkan influx ciran
kedalam lensa yang akan menyebabkan pembengkakan lensa. Fase saat
terjadinya hidrasi lensa dapat menyebabkan terjadinya perubahan
kekuatan refraksi dari lensa. Pasien dengan diabetes dapat mengalami
penurunan kemampuan akomodasi sehingga presbiopia dapat terjadi pada
usia muda.
Terdapat 2 tipe klasifikasi katarak pada pasien dengan diabetes melitus
yaitu true diabetic cataract dan snowflake cataract. Kedua klasifikasi
katarak ini dapat terjadi bilateral, onset terjadi secara tiba-tiba dan
menyebar sampai subscapular lensa. Tipe ini biasa terjadi pada pasien
dengan diabetes melitus tidak terkontrol. Kekeruhan menyeluruh
subscapular seperti tampilan kepingan salju terlihat awalnya di superfisial
anterior dan korteks posterior lensa. Vacuola muncul dalam kapsul lensa.
Pembengkakan dan kematangan katarak kortikal terjadi setelahnya.
Tingginya resiko katarak tekait usia pada pasien dengan diabetes mungkin
disebabkan oleh akumulasi sorbitol dalam lensa, yang berikutnya akan
terjasi perubahan hidrasi dan peningkatan glikolisasi protein pada lensa
diabetik.
Sementara itu, galaktosemia ialah inherediter autosomal resesif
ketidakmampuan menkonversi galaktosa menjadi glukosa. Sebagai akibat
ketidakmampuan tersebut, terjadi akumulasi galaktosa pada seluruh
jaringan tubuh, lebih lanjut, galaktosa dikonversi menjadi galaktitol
(dulcitol), sejenis gula alkohol dari galaktosa. Pada pasien galaktosemia,
75% akan berlanjut menjadi katarak. Akumulasi dari galaktosa dan
galaktitol dalam sel lensa akan meningkatkan tekanan osmotik dan influks
cairan kedalam lensa. Nukleus dan korteks bagian dalam menjadi lebih
keruh.

7
E. KLASIFIKASI KATARAK
Klasifikasi katarak terbagi atas :
1. Katarak Berdasarkan Etiologi
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang terjadi sebelum atau segera
setelah bayi lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak
kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup
berarti terutama akibat penanganan yang kurang tepat. Katarak
kongenital timbul sebagai kejadian primer atau berhubungan dengan
penyakit ibu dan janin.1
Pada katarak kongenital harus dilakukan pemeriksaan riwayat prenatal
infeksi ibu seperti rubella, pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan agar dapat mengetahui penyebab
katarak kongenital. Bila katarak disertai dengan uji reduksi pada urine
yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardasi mental.8,9
Penanganan katarak kongenital tergantung pada unilateral atau
bilateral, adanya kelainan mata lain dan saat terjadinya katarak.
Prognosis katarak kongenital kurang memuaskan karena bergantung
pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah
terjadi ambliopia. Bila terjadi nistagmus maka keadaan ini
menunjukan hal yang buruk pada katarak kongenital. 8,9
Akan terlihat bercak putih pada pupil mata bayi yang menderita
katarak kongenital atau leukokoria. Setiap leukokoria diperlukan
pemeriksaan yang lebih teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding
lainnya. 8,9
b. Katarak Juvenile
Katarak ini ialah katarak yang lembek dan terdapat pada orang usia
diatas 1 tahun, yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun
dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan
kelanjutan kelainan katarak kongenital.1

8
c. Katarak Senilis
Katarak senilis ialah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut yaitu usia diatas 50 tahun. Katarak senil secara klinik dikenal
dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen, matur, hipermatur
dan morgagni.1
Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senil
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air + masa lensa
berkurang)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma

Tingkat kekeruhan lensa pada katarak senilis dapat dibagi menjadi


lima gradasi berdasarkan klasifikasi Buratto.10
Gradasi 1: biasanya ditandai dengan visus yang masih lebih baik dari
6/12, lensa tampak sedikit keruh dengan warna agak keputihan, dan
refleks fundus masih dengan mudah dapat dilihat.
Gradasi 2: ditandai dengan nukleus yang mulai sedikit berwarna
kekuningan, visus antara 6/12 sampai 6/30, dan refleks fundus juga
masih mudah diperoleh.
Katarak Gradasi 3: ditandai dengan nukleus berwarna kuning dan
korteks yang berwarna keabu-abuan, visus antara 3/60 sampai 6/30.
Gradasi 4: ditandai dengan nukleus yang sudah berwarna kuning
kecoklatan, dengan usia pasien biasanya sudah lebih dari 65 tahun,
dan visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60.
Gradasi 5: ditandai dengan nukleus berwarna coklat hingga
kehitaman, visus biasanya 1/60 atau lebih jelek.
Katarak insipien kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji
menuju korteks aanterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak
subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subskapular
posterior, celah berbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif pada katarak insipient. Kekeruhan ini dapat

9
menimbulkan poliopia karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang bertahan untuk waktu yang
lama.1
Katarak intumesen ialah kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa
akibat kensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air kedalam
lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia
lentikular. Pada keadaan ini biasanya terjadi hidrasi korteks hingga
lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.1
Katarak imatur, sebagian lensa keruh. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur volume lensa
akan dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Katarak matur, pada katarak ini kekeruhan telah mengenai seluruh
masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan,
maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa akan kembali pada
ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Kedalaman bilik mata
depan akan berukuran normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh sehingga uji bayangan iris negatif.1
Katarak hipermatur yaitu katarak yang mengalami proses degenerasi
lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan

10
berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor.
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal
maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih
berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.1
d. Katarak metabolik
Merupakan katarak yang terjadi karena kelainan metabolik seperti
diabetes melitus, galaktosemia dan hipokalsemia.1
e. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Biasanya katarak ini terjadi karena
konsumsi kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik
secara sistemik maupun dalam bentuk tetes.1
f. Katarak traumatik
Katarak traumatik merupkan katarak akibat cedera benda asin di lensa
atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aquous dan kadang-kadang korpus vitreum
masuk kedalam struktur lensa.1
F. MANIFESTASI KLINIS
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan gejala-gejala
sebagai berikut11 :
a. Penurunan visus
b. Silau, keluhan ini termasuk silau pada siang hari hingga silau ketika
mendekat ke lampu pada malam hari
c. Perubahan miopik, perubahan katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan miopia derajat sedang hingga berat.
Akibatnya, pasien presbiopia melaporkan adanya peningkatan penglihatan
mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca. Keadaan ini disebut
dengan second sight.
d. Noda; berkabut pada lapangan pandang
e. Penglihatan ganda

11
G. DIAGNOSA
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian
besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat mata awam sampai menjadi
cukup padat (matur atau hipermatur) dan dapat menimbulkan kebutaan.
Namun, katarak pada stadium perkembangannya yang paling dini, dapat
diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca
pembesar atau slitlamp.1,12
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada
stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.12
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak ialah pemeriksaan slit
lamp, snellen chart, funduskopi pada kedua mata dengan pupil dilebarkan dan
tonometri. Selain itu, pemeriksaan prebedah yang diperlukan lainnya seperti
adanya infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva, karena dapat
menyebabkan komplikasi yang berat pasca bedah misalnya endoftalmitis.12
Tujuan dari pemeriksaan slit lamp ialah untuk mengetahui derajat
kekeruhan lensa. Makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka
makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh tersebut sedangkan makin
tebal kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa yang keruh.1,7

H. TATALAKSANA
Penatalaksanaan atau pengobatan unuk penderita katarak dapat dilakukan
dengan :
1. Pembedahan
Pembedahan pada katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang
keruh. Terdapat dua macam indikasi pembedahan katarak, yaitu :
a. Indikasi sosial
Pembedahan katarak dilakukan jika kekeruhan lensa telah
mengganggu pekerjaan sehari-hari atau mengakibatkan kebutaan pada
penderitanya (tajam penglihatan kedua mata kurang atau sama dengan
3/60 setelah dikoreksi). Dahulu operasi katarak dilakukan bila katarak
udah matang. Namun sekarang operasi dilakukan demi memberikan

12
kemudahan bagi penderita katarak sehingga dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari dengan mudah tanpa terganggu dengan
penglihatan.8,13
b. Indikasi medik
Sebaiknya katarak dioperasi secepatnya bila katara telah matur atau
matang karena bila terlambat akan mengakibatkan penyulit atau
komplikasi kibat lensa yang terlalu matang. Penyulit yang akan timbul
berupa peradangan bola mata dan terjadinya gangguan keseimbangan
pengaliran cairan dalam bola mata yang akan menaikan tekanan cairan
intraokular (glaukoma sekunder). Katarak akan memberikan keluhan
mata merah tanpa kotoran dengan rasa sakit pada mata tersebut dan
dapat berakhir dengan kebutaan permanen. Sebaiknya operasi
dilakukan pada satu mata saat satu mata yang lain masih dapat
dipergunakan. 8,13

Terdapat beberapa tehnik pembedahan, yaitu :


a. Intracapsular Cataract Extraction ( ICCE)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa besama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinn telah rapuh atau bergenerasi dan mudah
diputus. Pada katarak ekstraksi intrascapular tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
Akan tetapi pada tehnik ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada
pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai segmen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini yaitu
astigmat, glaucoma, uveitis, endoftalmitis dan perdarahan, sekarang jarang
dilakukan.1,13,14
b. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tesebut.
Termasuk dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan ligasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular,

13
kemungkinan akan dilakukan bedah glaucoma, mata dengan predisposisi
untuk tejadinya.1
a) Konvensional
Pada teknik ini, insisi dilakukan di kornea dan dibuat cukup lebar,
yaitu sekitar 1200 . Hal ini mengakibatkan perubahan kurvatura kornea
yang cukup hebat pasca-operasi dan dapat terjadi astigmatisma
irregular.3
b) SICS
Small Incision Cataract Surgery (SICS) SICS adalah salah satu teknik
operasi katarak yang pada umumnya digunakan di negara
berkembang. Teknik ini biasanya menghasilkan hasil visus yang
bagus dan sangat berguna untuk operasi katarak dengan volume yang
tinggi.1
c) Phacoemulsifikasi
Phacoemulsifikasi adalah teknik yang paling mutakhir. Hanya
diperlukan irisan yang sangat kecil saja. Dengan menggunakan
getaran ultrasonic yang dapat menghancurkan nukleus lensa. Sebelum
itu dengan pisau yang tajam, kapsul anterior lensa dikoyak. Lalu
jarum ultrasonik ditusukkan ke dalam lensa, sekaligus menghancurkan
dan menghisap massa lensa keluar. Cara ini dapat dilakukan
sedemikian halus dan teliti sehingga kapsul posterior lensa dapat
dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka luka sayatan dapat
dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi pasca bedah
sangat kecil. Irisan tersebut dapat pulih dengan sendirinya tanpa
memerlukan jahitan sehingga memungkinkan pasien dapat melakukan
aktivitas normal dengan segera. Teknik ini kurang efektif pada katarak
yang padat. 1,13,14

14
I. KOMPLIKASI
a. Komplikasi intraoperatif3
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, perdarahan atau
efusi suprakoroid, perdarahan supakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
incaserata kedalam luka serta retinal light toxicity.
b. Komplikasi dini pasca operatif3
- COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya cairan
yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan
siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome
(edema kornea perifer dengan daerah sentral bersih paling sering)
- Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
- Prolaps iris, dimana iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah
pada periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna
gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini
membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
- Perdarahan biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.
c. Komplikasi lambat pasca operatif3
- Ablasio retina
- Endofthalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler. Endoftalmitis.
Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi.
Pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri, penurunan tajam
penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah pembedahan, terjadi
Pengumpulan sel-sel darah putih di bilik anterior (hipopion).
- Astigmatisme pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan
kornea untuk mengurangi astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum
pengukuran kacamata baru namun dilakukan setelah luka insisi operasi
sembuh.
- Post kapsul capacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah.

15
J. PROGNOSIS

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi maupun penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Apabila dilakukan
penanganan yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan
tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis
umumnya baik. Sehingga jika katarak dapat dengan cepat terdeteksi serta
mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95 %
penderita dapat melihat kembali dengan normal.3

16
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama Pasien : Tn. Hj. S
Umur : 61 Tahun
Alamat : Kapaha
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Nomor Register :
Tanggal Pemeriksaan : 31 juli 2017

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata kabur
Anamnesis terpimpin : Pasien datang ke Poliklnik RSUD RSUD DR. M Haulussy Ambon
dengan keluhan utama mata kabur Sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan lebih berat
pada mata kanan. Mata sakit (-), mata merah (-), sakit kepala (-) dan mual-muntah (-).
Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi dan DM tidak diketahui karena tidak pernah kontrol.
Riwayat penyakit keluarga : Tidak diketahui
Riwayat penyakit sistemik : Tidak diketahui
Riwayat Penggunaan Kacamata : Belum pernah menggunakan kacamata sebelumnya
Riwayat Pengobatan : Tidak sedang menggunakan obat-obatan.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 52x/menit
Pernafasan : 28x/menit
Suhu : 36,5C

17
Status Oftalmologi
a. Visus ODS :
VOD: LP (+) (red/green (+))
VOS: 1/60 PH tetap
b. Segmen anterior ODS : dengan pen light
Status Ophtalmologi
OD Segmen OS
Anterior
Bola Mata
Palpebra Superior Palpebra Palpebra Superior
Edema(-),blefarospasme (-), Edema(-),blefarospasme (-),
eritema(-), ektropion (-), eritema(-), ektropion (-),
entropion (-), hematom (-) entropion (-), hematom (-)

Palpebra inferior Palpebra inferior


Edema (-), eritema (-), Edema (-), eritema (-),
blefarospasma (-), ektropion blefarospasma (-), ektropion
(-), entropion (-), hematom (-), entropion (-), hematom (-)
(-)
Kemosis (-), Konjungtiva Kemosis (-), Subconjunctival
subconjunctival bleeding bleeding (-), hiperemis(-),
(-), hiperemis (-), anemis anemis(-), pterigium (-),
(-), pterigium (-), injeksi injeksi konjungtiva (-)
konjungtiva
Jernih, infiltrat (-), arcus Kornea Jernih, Infiltrat (-), arcus
senilis (-), edema (-), ulkus sinilis (-), edema (-), ulkus
(-), korpus alienum (-) (-), korpus alienum (-)
Dalam, hipopion (-), Bilik Mata Dalam, hipopion (-), hifema
hifema(-) Depan (-)
Warna coklat tua, radier, Iris Warna coklat tua, radier,
sinekia (-) sinekia(-)
Bulat, 3 mm Pupil Bulat, 3 mm
Keruh menutupi seluruh Lensa Agak keruh
bagian lensa

18
Gambar Skematik :
Keruh pada seluruh
permukaan lensa
Lensa terlihat agak
keruh

OD OS

c. Tekanan Intra Okuli


1. Digital Palpasi : Teraba normal
2. Tonometer : OD 7,1 mmHg/OS 12,2 mmHg
d. Pergerakan Bola Mata : ODS Normal (bisa segala arah)

e. Funduskopi ODS : Tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium darah rutin untuk persiapan operasi

E. DIAGNOSIS KERJA
OD Katarak matur
OS katarak Imatur

19
F. DIAGNOSIS BANDING
OD katarak hipermatur
Retinopati
glaukoma
G. PERENCANAAN
Terapi
- Pro operasi OD SICS + IOL
Monitoring:
Keluhan
Visus
Segmen anterior mata
Edukasi
Penjelasan mengenai kondisi mata pasien saat ini
Persiapan operasi
Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien
Komplikasi yang mungkin terjadi
Prognosis

H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia at bonam
Quo ad sanasonam : dubia at bonam

20
BAB IV

DISKUSI

Pasien dalam kasus ini telah mengalami keluhan penurunan penglihatan sejak kurang

lebih 4 bulan yang lalu yang dirasakan makin memberat terutama pada mata kanan. Pasien

tidak merasakan adanya sakit dan merah pada mata maupun nyeri kepala.

Berdasarkan hasil anamnesis, gejala yang dialami pasien merujuk pada katarak dimana

pasien merasakan penglihatannya turun secara mendadak dan pada hasil pemeriksaan visus

pasien yaitu OD Light perception (+) dan OS 1/60 dan visus tidak mengalami kemajuan

dengan pin hole. Pasien juga sudah berada pada usia lanjut sehingga berdasarkan jenis

katarak, maka pasien ini dapat dimasukan dalam katarak senilis. Hal ini karena pasien telah

berusia lanjut (61 tahun) dan katarak senilis sendiri ialah semua kekeruhan lensa yang

terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.

Penurunan penglihatan pada pasien lebih dirasakan pada mata kanan. Selain itu, visus

mata kanan didapatkan hanya light perception. Pada pemeriksaan slit lamp, terdapat lensa

yang telah berwarna putih sehingga diagnosis pada mata kanan ialah katarak matur.

Sementara itu, pada mata kiri, juga dirasakan adanya penurunan penglihatan walaupun

penurunan penglihtan tidak seburuk pada mata kanan. Hal ini dibuktikan dengan hasil

pemeriksaan visus dimana visus mata kiri ialah 1/60. Pada pemeriksaan slit lamp, terdapat

sebagian lensa yang keruh sehingga diagnosis pada mata kiri pasien ialah katarak imatur.

Terdapat beberapa diagnosa banding untuk pasien ini, yaitu glaukoma dan retinopati.

Akan tetapi, retinopati dapat disingkirkan karena tidak ditemukan adanya penyakit sistemik

pada pasien berdasarkan anamnesis mengingat retinopati berhubungan erat dengan penyakit

sistemik.

21
Kemungkinan adanya glaukoma juga dapat disingkirkan karena berdasarkan anamnesis,

pasien tidak memiliki keluhan lain seperti melihat didalam terwongan dan juga pasien tidak

memiliki keluhan berupa sakit kepala disertai rasa sakit dan mual-muntah.

Tatalaksana pada pasien ini ialah rencana untuk dilakukan pembedahan. Pasien tidak

diberkan obat-obatan peroral sebelum dilakukan prosedur pembedahan. Prognosis pasien

katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam kehidupan, sehingga qua ad vitam

bonam. Fungsi mata penderita dapat kembali normal tergantung pembedahan dan

penatalaksanaan yang tepat, sehingga pada pasien ini prognosis quo ad functiona dubia ad

bonam.

22
BAB V

PENUTUP

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa yang terjadi akibat kedua-duanya.
Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah pada penurunan ketajaman visual dan/atau
cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.

Katarak dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor eperti kelainan bawaan sejak
lahir, trauma, efek samping obat dan radiasi sinar matahari. Selain akibat kondisi-kondisi ini,
juga dapat terjadi penyebab lain yaitu kelainan metabolik dan infeksi. Umumnya penyebab
terbesar adalah proses ketuaan atau faktor usia.

Gejala klinis penderita katarak yaitu mata terasa Silau, Perubahan miopik, diplopia
monocular, penglihatan berkabut dan penglihatan berbayang. Pemeriksaan yang dilakukan
pada pasien katarak ialah pemeriksaan slit lamp, snellen chart, funduskopi pada kedua mata
dengan pupil dilebarkan dan tonometri. Selain itu, pemeriksaan prebedah yang diperlukan
lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva, karena dapat
menyebabkan komplikasi yang berat pasca bedah misalnya endoftalmitis.

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Ada beberapa teknik operasi yaitu
Intracapsular Cataract Extraction ( ICCE), Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) dan
Phacoemulsifikasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2009
2. RISKESDAS 2013
3. Mutiarasari D, Handayani F. Katarak Juvenill. Inspirasi. No XIV, Oktober 2015
4. Lang, ophthalmology A Pocket Texbook Atlas. 2nd ed. New York. Thieme. 2006:
170-95.
5. American Academy of Opthalmologi. The Eye M.D Association. Basic and Clinical
Science Course. Section 11: Lens and Cataract, Chapter VIII-IX.
6. Bruce J, Chris C, anthony B. Lecture notes oftalmology: edisi 9. Jakarta:
Erlangga;2005
7. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. Basic clinical sience course lens and cataract:
section 11. San Fransisco: America Academy of Opthalmology; 2003
8. Huang J, Gaudio A, Paul. Ocular inflamatory disease and uveitis manual diagnosis
and treatment. Philadelphia : Wolter Kluwer Busines; 2010
9. Khaw, Shah and Elkington. ABC of eyes. 4th Edition. London. BMJ Publishing; 2004
10. Soekardi I, Hutauruk JA. Transisi Menuj Fekoemulsifikasi Langkah-langkah
menguasai teknik dan menghindari komplikasi. Edisi 1, Jakarta: Granit, 2004.
11. Khailullah, S.A. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. Diakses
pada tanggal 28 Januari 2012. Available at:
http://www.alfinzone@gmail.com/patologi-pada-katarak1.pdf
12. Wong TY. The opthalmology examinations review. Singapore: World Scientific Pub;
2011
13. Purnama M. Insiden cystoid macular edema pasca bedah katarak teknik
fakoemulsifikasi lebih rendah secara klinis daripada tehnik manual small incision
cataract surgery [thesis]. Universitas Udayana; 2014
14. Arimbi A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan katarak di Rumah sakit Umum
Daerah Budhi Asih Tahun 2011. Jakarta : Universitas Indonesia; 2012

24

You might also like