You are on page 1of 36

FOKUS UTAMA

Pembaruan Pedoman American Heart


Association2015 untuk CPR dan ECC
Daftar Isi
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Masalah Etis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

Sistem Perawatan dan Peningkatan Kualitas Berkelanjutan. . . . . . . . . . . . . . 3

Bantuan Hidup Dasar Dewasa dan Kualitas CPR:


CPRPenolongTidakTerlatih. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

Bantuan Hidup Dasar Dewasa dan Kualitas CPR: BLS HCP . . . . . . . . . . . . . 8

Teknik Alternatif dan Perangkat Tambahan untuk CPR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

Bantuan Hidup Kardiovaskular Lanjutan Dewasa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

Perawatan Pasca-Serangan Jantung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

Sindrom Koroner Akut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

Kondisi Khusus Resusitasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

Bantuan Hidup Dasar Pediatri dan Kualitas CPR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

Bantuan Hidup Lanjutan bagi Pediatrik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23

Resusitasi Neonatal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

Pendidikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

Pertolongan Pertama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

Referensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

Sambutan
American Heart Association mengucapkan terima kasih kepada nama yang tercantum di bawah ini atas
kontribusimereka terhadap pengembangan dokumentasi ini: Mary Fran Hazinski, RN, MSN; Michael Shuster, MD;
Michael W. Donnino, MD; Andrew H. Travers, MD, MSc; Ricardo A. Samson, MD; Steven M. Schexnayder, MD;
Elizabeth H. Sinz, MD; Jeff A. Woodin, NREMT-P; Dianne L. Atkins, MD; Farhan Bhanji, MD; Steven C. Brooks, MHSc,
MD; Clifton W. Callaway, MD, PhD; Allan R. de Caen, MD; Monica E. Kleinman, MD; Steven L. Kronick, MD, MS; EricJ.
Lavonas, MD; Mark S. Link, MD; Mary E. Mancini, RN, PhD; Laurie J. Morrison, MD, MSc; Robert W. Neumar, MD,
PhD; Robert E. OConnor, MD, MPH; Eunice M. Singletary, MD; Myra H. Wyckoff, MD; dan Tim Proyek Fokus Utama
Pedoman AHA.

2015 American Heart Association


Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC,
Pendahuluan termasuk Ringkasan Eksklusif (Executive Summary),1
yang dipublikasikan dalam Sirkulasi (Circulation) pada
Buku "Fokus Utama Pedoman" ini berisi rangkuman isu Oktober 2015, dan untuk mempelajari rincian ringkasan
dan perubahan penting dalam Pembaruan Pedoman ilmu resusitasi dalam 2015 International Consensus on
American Heart Association (AHA) 2015 untuk CPR CPR and ECC Science With Treatment Recommendations,
(Resusitasi Kardiopulmonari) dan ECC (Perawatan yang dipublikasikan secara bersamaan dalam Sirkulasi
Kardiovaskular Darurat) (2015 American Heart Association (Circulation)2 dan Resusitasi (Resuscitation).3
(AHA) Guidelines Update for Cardiopulmonary Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC
Resuscitation (CPR) and Emergency Cardiovascular didasarkan pada proses evaluasi bukti internasional yang
Care (ECC)). Dokumen ini dikembangkan untuk penyedia melibatkan 250 orang pemeriksa bukti dari 39 negara.
pelayanan resusitasi dan instruktur AHA agar dapat Proses pemeriksaan sistematis ILCOR (2015 International
fokus pada rekomendasi ilmu dan pedoman resusitasi Liaison Committee on Resuscitation) cukup berbeda bila
yang paling signifikan atau kontroversial, atau yang dibandingkan dengan proses yang digunakan pada 2010.
akan mengakibatkan perubahan dalam praktik maupun Untuk proses pemeriksaan sistematis 2015, tugas ILCOR
pelatihan resusitasi. Selain itu, dokumen ini juga mengharuskan untuk memeriksa topik yang diprioritaskan,
menjelaskan alasan diberikannya rekomendasi tersebut. dengan kondisi munculnya ilmu baru yang memadai
Dokumen ini tidak mereferensikan penelitian pendukung atau terdapat kontroversi yang memerlukan pemeriksaan
yang dipublikasikan dan tidak mencantumkan Kelas sistematis.Sebagai hasil dari prioritas tersebut, jumlah
Rekomendasi atau Tingkat Pembuktian karena ditujukan pemeriksaan yang diselesaikan pada 2015 (166) lebih
sebagai ringkasan. Untuk referensi dan informasi sedikit dibandingkan jumlah pemeriksaan pada 2010 (274).
selengkapnya, pembaca disarankan untuk membaca

Gambar 1

Sistem Klasifikasi AHA Baru untuk Kelas Rekomendasi dan Tingkat Pembuktian*

KELAS (KEKUATAN) REKOMENDASI TINGKAT (KUALITAS) PEMBUKTIAN


KELAS I (KUAT) Manfaat >>> Risiko TINGKAT A
Ungkapan yang disarankan untuk menulis rekomendasi: Bukti berkualitas tinggi dari beberapa RCT
Disarankan Meta-analisis RCT berkualitas tinggi
Diindikasikan/bermanfaat/efektif/menguntungkan Satu RCT atau lebih didukung oleh penelitian register
Harus dilakukan/diberikan/lainnya berkualitas tinggi
Ungkapan Perbandingan Efektivitas:
TINGKAT B-R (Acak)
Perawatan/strategi A disarankan/diindikasikan,
bukanperawatan B Bukti berkualitas sedang dari 1 RCT atau lebih
Perawatan A harus dipilih, bukan perawatan B Meta-analisis RCT berkualitas sedang

KELAS IIa (SEDANG) Manfaat >> Risiko TINGKAT B-NR (Tidak Acak)
Ungkapan yang disarankan untuk menulis rekomendasi: Bukti berkualitas sedang dari 1 penelitian atau lebih tidak
Wajar acak, studi pengamatan, atau penelitian register yang
Dapat bermanfaat/efektif/menguntungkan dirancang dan dilaksanakan dengan baik
Ungkapan Perbandingan Efektivitas: Meta-analisis penelitian tersebut
Perawatan/strategi A mungkin disarankan/ TINGKAT C-LD (Data Terbatas)
diindikasikan, bukan perawatan B
Hal yang wajar untuk memilih perawatan A, Studi pengamatan atau penelitian register acak maupun
tidak acak dengan batasan rancangan atau pelaksanaan
bukanperawatan B
Meta-analisis penelitian tersebut
KELAS IIb (LEMAH) Manfaat Risiko Penelitian fisiologis atau studi mekanistik pada subjek
manusia
Ungkapan yang disarankan untuk menulis rekomendasi:
Mungkin hal yang wajar TINGKAT C-EO (Pendapat Ahli)
Dapat dipertimbangkan Kesepakatan pendapat ahli berdasarkan pengalaman klinis
Manfaat/efektivitas tidak diketahui/tidak jelas/diragukan
atau tidak ditetapkan dengan baik COR dan LOE ditetapkan secara terpisah (setiap COR dapat dipasangkan dengan
LOE mana pun).
KELAS III: Tidak Ada Manfaat (SEDANG) Manfaat = Risiko Rekomendasi dengan LOE C tidak menunjukkan bahwa rekomendasi tersebut
(Umumnya, hanya penggunaan LOE A atau B) lemah. Banyak pertanyaan klinis penting yang dibahas dalam pedoman tidak
sesuai dengan uji klinis. Meskipun RCT tidak tersedia, namun mungkin terdapat
Ungkapan yang disarankan untuk menulis rekomendasi: kesepakatan klinis yang sangat jelas bahwa uji atau terapi tertentu akan
bermanfaat atau efektif.
Tidak disarankan
* Hasil atau perolehan intervensi tersebut harus ditetapkan (penyempurnaan hasil
Tidak diindikasikan/bermanfaat/efektif/menguntungkan klinis, peningkatan keakuratan diagnosis, atau informasi prognosis bertahap).
Tidak boleh dilakukan/diberikan/lainnya Untuk rekomendasi perbandingan efektivitas (COR I dan IIa; hanya LOE A
danB), penelitian yang mendukung penggunaan kata kerja pembanding harus
KELAS III: Berbahaya (KUAT) Risiko > Manfaat melibatkan perbandingan langsung di antara perawatan atau strategi yang
dievaluasi.
Ungkapan yang disarankan untuk menulis rekomendasi: Metode penilaian kualitas kini semakin berkembang, termasuk aplikasi alat
bantu penilaian bukti terstandardisasi, digunakan secara luas, dan terutama
Berpotensi membahayakan divalidasi; serta penyatuan Komite Pemeriksaan Bukti untuk memperoleh hasil
Membahayakan tinjauan yang sistematis.
Berkaitan dengan tingginya morbiditas/kematian COR, Class of Recommendation (Kelas Rekomendasi); EO, Expert Opinion
(Pendapat Ahli); LD, Limited Data (Data Terbatas); LOE, Level of Evidence (Tingkat
Tidak boleh dilakukan/diberikan/lainnya Pembuktian); NR, Nonrandomized (Tidak Acak); R, Randomized (Acak); dan RCT,
Randomized Controlled Trial (Uji Acak Terkendali).

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 1
Setelah topik dipilih, ada dua hal lain yang perlu diketahui Gambar 2
untuk proses pemeriksaan 2015.Pertama, pemeriksa
menggunakan GRADE (Grading of Recommendations Distribusi Kelas
Assessment, Development, and Evaluation; Rekomendasi dan Tingkat Pembuktian
www.gradeworkinggroup.org), sistem pemeriksaan bukti
yang sangat terstruktur dan dapat dibuat tiruannya, untuk sebagai Persentase dari Total 315
meningkatkan konsistensi dan kualitas pemeriksaan Rekomendasi dalam
sistematis 2015. Kedua, pemeriksa dari seluruh dunia Pembaruan Pedoman AHA 2015
dapat bekerja sama secara virtual untuk menyelesaikan
pemeriksaan sistematis melalui penggunaan SEERS
(Systematic Evidence Evaluation and Review System), Kelas Rekomendasi 2015
platform khusus berbasis web dari AHA yang dirancang
untuk mendukung berbagai tahapan proses evaluasi. Kelas III: Tidak Ada Kelas III: Berbahaya
Manfaat 5%
Situs SEERS ini digunakan untuk mengungkapkan 2%
konsep ILCOR 2015 International Consensus on CPR and
ECC Science With Treatment Recommendations kepada
publik sekaligus menerima tanggapan publik. Untuk Kelas I
25%
mengetahui lebih lanjut tentang SEERS dan melihat
daftar lengkap dari semua pemeriksaan sistematis yang
dijalankan oleh ILCOR, kunjungi www.ilcor.org/seers. Kelas IIb
45%
Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC Kelas IIa
23%
sangat berbeda dengan Pedoman AHA untuk CPR
dan ECC edisi sebelumnya. Komite ECC menetapkan
versi 2015 ini sebagai pembaruan, yang hanya mencakup
topik yang ditangani berdasarkan pemeriksaan bukti
ILCOR 2015 atau yang diminta oleh jaringan pelatihan.
Keputusan ini memastikan bahwa kita hanya memiliki
satu standar untuk evaluasi bukti, yakni proses yang Tingkat Pembuktian
dibuat oleh ILCOR. Sebagai hasilnya Pembaruan LOE A
Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 2015 bukan 1%
merupakan revisi menyeluruh dari Pedoman AHA 2010
untuk CPR dan ECC (2010 AHA Guidelines for CPR and LOE B-R
ECC). Versi terpadu tersebut tersedia secara online di LOE C-EO 15%
ECCguidelines.heart.org. 23%
LOE B-NR
Penerbitan 2015 International Consensus on CPR 15%
and ECC Science With Treatment Recommendations
akan memulai proses pemeriksaan ilmu resusitasi
secara berkelanjutan. Topik yang diperiksa pada LOE C-LD
46%
2015 akan diperbarui jika diperlukan dan topik baru
akan ditambahkan. Pembaca akan memantau situs
SEERS untuk selalu memperoleh berita terkini tentang
ilmu resusitasi terbaru dan evaluasi ILCOR terhadap
ilmu tersebut. Bila bukti dianggap telah memadai Persentase dari 315 rekomendasi.
dan menunjukkan perlu dilakukannya perubahan
terhadap Pedoman AHA untuk CPR dan ECC, maka
perubahan tersebut akan dilakukan serta diinformasikan selama 2 dekade terakhir.Ketidakseimbangan ilmu
kepada para dokter dan ke jaringan pelatihan. resusitasi akan teratasi bila rekomendasi yang terdapat
dalam Pembaruan Pedoman 2015 ini diteliti (Gambar2).
Pembaruan Pedoman 2015 menggunakan versi terbaru
Secara keseluruhan, Tingkat Pembuktian dan Kelas
dari definisi AHA untuk Kelas Rekomendasi dan Tingkat
Rekomendasi dalam resusitasi bernilai rendah, dengan
Pembuktian (Gambar 1). Pembaca akan mengetahui
hanya 1% dari rekomendasi total pada 2015 (3 dari 315)
bahwa versi ini berisi perubahan terhadap rekomendasi
didasarkan pada Tingkat Pembuktian (LOE A) tertinggi
Kelas III, yakni Kelas III: Tidak Ada Manfaat, untuk
dan hanya 25% dari rekomendasi (78 dari 315) ditetapkan
digunakan pada saat tertentu bila bukti menyarankan
sebagai Kelas I (rekomendasi kuat). Sebagian besar (69%)
agar strategi ditetapkan berdasarkan penelitian
dari rekomendasi Pembaruan Pedoman 2015 didukung
berkualitas tinggi atau sedang (masing-masing Tingkat
oleh Tingkat Pembuktian terendah (LOE C-LD atau C-EO)
Pembuktian [LOE] A atau B), sehingga tidak lebih baik
dan hampir separuh (144 dari 315; 45%) dikategorikan
daripada kontrol. Tingkat Pembuktian juga telah diubah.
sebagai Kelas IIb (rekomendasi lemah).
LOE B sekarang dikelompokkan menjadi LOE B-R
(penelitian acak) dan LOE B-NR (penelitian tidak acak). Di seluruh proses evaluasi bukti ILCOR dan
LOE C sekarang dikelompokkan menjadi LOE C-LD pengembangan Pembaruan Pedoman 2015,
(dataterbatas) dan C-EO (pendapat ahli). pesertamematuhi persyaratan pengungkapan konflik
kepentingan AHA. Staf AHA memproses lebih dari
Sebagaimana dijelaskan dalam laporan Institute of 1.000pengungkapan konflik kepentingan; semua
Medicine4 yang baru-baru ini dipublikasikan dan pemegang jabatan grup penulis Pedoman dan minimum
tanggapan konsensus ECC AHA terhadap laporan 50% dari anggota grup penulis Pedoman diwajibkan
ini5, masih banyak hal yang harus dilakukan untuk bebas dari konflik kepentingan yang relevan.
memperluas ilmu dan praktik resusitasi.Untuk mendanai
penelitian resusitasi serangan jantung, harus ada upaya
yang disepakati bersama seperti halnya upaya yang
mendorong dilakukannya penelitian kanker dan stroke

2 American Heart Association


tentang manfaat pengujian dan penelitian tertentu harus
Masalah Etis memberikan keputusan tentang sasaran perawatan dan
cara membatasi intervensi.
Pertimbangan etis juga harus berkembang Terdapat kekhawatiran yang lebih besar bahwa meskipun
seiring dengan perkembangan praktik resusitasi. anak-anak dan remaja tidak dapat membuat keputusan
Mengelola beberapa keputusan terkait resusitasi yang mengikat secara hukum, namun sebisa mungkin
adalah tugas yang sulit bila dilihat dari berbagai informasi harus diberikan kepada mereka, menggunakan
perspektif, sama seperti halnya dengan saat bahasa dan informasi yang sesuai untuk tingkat
penyedia layanan kesehatan (HCP) menangani etika perkembangan setiap pasien. Selain itu, frasa batasan
yang melingkupi keputusan untuk memberikan perawatan telah diubah menjadi batasan intervensi,
atau menunda intervensi kardiovaskular darurat. dan terdapat peningkatan ketersediaan formulir POLST
Masalah etis yang mencakup apakah akan memulai (Physician Orders for Life-Sustaining Treatment), yakni
atau kapan akan menghentikan CPR adalah masalah metode baru untuk secara sah mengidentifikasi orang
kompleks dan mungkin dapat beragam di seluruh dengan batasan intervensi tertentu pada akhir masa
pengaturan (di dalam atau di luar rumah sakit), penyedia hidupnya di dalam dan di luar fasilitas perawatan
(dasar atau lanjutan), dan populasi pasien (neonatal, kesehatan. Meskipun terdapat informasi baru bahwa
pediatri, orang dewasa). Meskipun prinsip etis belum keberhasilan transplantasi ginjal dan hati dari donor
berubah sejak Pedoman 2010 dipublikasikan, namun orang dewasa tidak berkaitan dengan apakah donor
data yang menginformasikan berbagai diskusi etis tersebut menerima CPR, namun pendonoran organ
telah diperbarui melalui proses pemeriksaan bukti. setelah resusitasi tetap menjadi hal yang kontroversial.
Proses pemeriksaan bukti ILCOR 2015 dan Pembaruan Berbagai pandangan terhadap beberapa kekhawatiran
Pedoman AHA yang dihasilkan mencakup beberapa etis penting yang menjadi topik perdebatan hingga
pembaruan ilmu yang berimplikasi pada pengambilan saat ini terkait pendonoran organ dalam kondisi darurat
keputusan etis untuk pasien periarrest, saat terjadi terangkum dalam "Bab 3: Masalah Etis" dari Pembaruan
serangan jantung, dan pasca-serangan jantung. Pedoman2015.
Rekomendasi Baru dan yang Diperbarui Sistem Perawatan dan Peningkatan
Secara Signifikan yang Dapat Memberikan
Keputusan Etis Kualitas Berkelanjutan
Penggunaan ECPR (CPR ekstra-korporeal) untuk serangan Pembaruan Pedoman 2015 memberi para pemangku
jantung kepentingan perspektif baru tentang sistem perawatan,
Faktor prognosis dalam serangan jantung yang membedakan serangan jantung di dalam rumah
Pemeriksaan bukti tentang skor prognosis untuk bayi prematur sakit (HCA) dari serangan jantung di luar rumah sakit
(OHCA). Fokus utama mencakup
Prognostikasi untuk anak-anak dan orang dewasa setelah
serangan jantung Taksonomi universal pada sistem perawatan
Fungsi organ transplantasi yang baru pulih setelah serangan Pemisahan Rantai dewasa AHA untuk Kelangsungan Hidup ke
jantung dalam 2 rantai: satu untuk sistem perawatan di dalam rumah
Strategi resusitasi baru seperti ECPR memberikan sakit dan satu untuk di luar rumah sakit
keputusan untuk mencegah tindakan resusitasi menjadi Pemeriksaan bukti terbaik tentang bagaimana sistem perawatan
lebih rumit (lihat bagian Bantuan Hidup Kardiovaskular serangan jantung ini akan diperiksa, dengan fokus pada
Lanjutan Dewasa dalam dokumen ini). Memahami serangan jantung, infarksi miokardium elevasi ST-segmen
penggunaan yang sesuai, implikasi, dan kemungkinan (STEMI), dan stroke
manfaat terkait perawatan baru tersebut akan berdampak
pada pengambilan
keputusan. Tersedia
informasi baru
tentang prognostikasi Gambar 3
untuk bayi baru lahir,
anak-anak, dan Taksonomi Sistem Perawatan: SPSO
orang dewasa dalam
atau setelah terjadi
serangan jantung (lihat Hasil Sistem Proses Terstruktur
Resusitasi Neonatal,
Bantuan Hidup
Orang Protokol Program Kepuasan
Lanjutan Pediatri,
dan Perawatan Pendidikan Kebijakan Organisasi
Pasca-Serangan Peralatan Prosedur Budaya
Jantung). Peningkatan
penggunaan
manajemen suhu Struktur Proses Sistem
Hasil
yang ditargetkan Pasien
(TTM) berakibat
pada munculnya
hambatan baru Kualitas Keselamatan
dalam memprediksi
hasil neurologis
pada pasien pasca-
serangan jantung
yang tidak sadarkan Peningkatan Kualitas Berkelanjutan
diri, dan data terbaru Integrasi, Kolaborasi, Pengukuran, Perbandingan, Tanggapan

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 3
Komponen Sistem Perawatan tersebut. Pasien yang mengalami OHCA mengandalkan
masyarakat untuk memberikan dukungan. Penolong tidak
2015 (Baru): Elemen universal sistem perawatan terlatih harus mengenali serangan, meminta bantuan, dan
telah diidentifikasi untuk memberi pihak pemangku memulai CPR, serta memberikan defibrilasi (misalnya,
kepentingan kerangka kerja umum yang berfungsi untuk PAD/public-access defibrillation) hingga tim penyedia
memasang sistem resusitasi terpadu (Gambar 3). layanan medis darurat (EMS/emergency medical
Alasannya: Pemberian layanan kesehatan memerlukan service) yang terlatih secara profesional mengambil alih
struktur (misalnya, orang, peralatan, pendidikan) dan tanggung jawab, lalu memindahkan pasien ke unit gawat
proses (misalnya, kebijakan, protokol, prosedur) yang, darurat dan/atau laboratorium kateterisasi jantung. Pada
bila terintegrasi, menghasilkan sistem (misalnya, program, akhirnya, pasien dipindahkan ke unit perawatan kritis
organisasi, budaya) yang mengarah ke hasil optimal untuk perawatan lebih lanjut. Sebaliknya, pasien yang
(misalnya, kelangsungan hidup dan keselamatan pasien, mengalami HCA mengandalkan sistem pengawasan yang
kualitas, kepuasan). Sistem perawatan efektif mencakup sesuai (misalnya, sistem tanggapan cepat atau sistem
semua elemen seperti struktur, proses, sistem, dan peringatan dini) untuk mencegah serangan jantung. Jika
dampak terhadap pasien dalam kerangka kerja terjadi serangan jantung, pasien mengandalkan interaksi
peningkatan kualitas berkelanjutan. sempurna dari berbagai unit dan layanan institusi serta
bergantung pada tim penyedia profesional multidisipliner,
Rantai Kelangsungan Hidup termasuk dokter, perawat, ahli terapi pernapasan, dan
banyak lagi.
2015 (Baru): Rantai Kelangsungan Hidup terpisah
(Gambar 4) telah direkomendasikan yang akan Penggunaan Media Sosial untuk Memanggil
mengidentifikasi jalur penawaran yang berbeda antara
pasien yang mengalami serangan jantung di rumah sakit Penolong
dan yang di luar rumah sakit. 2015 (Baru): Menerapkan teknologi media sosial untuk
Alasannya: Perawatan untuk semua pasien pasca- memanggil penolong yang berada dalam jarak dekat
serangan jantung, di mana pun lokasi serangan tersebut dengan korban dugaan OHCA serta bersedia dan
terjadi, akan dipusatkan di rumah sakit, biasanya di ruang mampu melakukan CPR adalah tindakan yang wajar bagi
unit perawatan intensif (ICU/intensive care unit tempat masyarakat.
penanganan pasca-serangan jantung tersedia. Elemen Alasannya: Terdapat sedikit bukti untuk mendukung
struktur dan proses yang diperlukan sebelum pemusatan penggunaan media sosial oleh operator untuk memberi
dilakukan sangat berbeda di antara kedua kondisi tahu calon penolong korban serangan jantung terdekat,

Gambar 4

Rantai Kelangsungan Hidup HCA dan OHCA

HCA

Pengawasan Pengenalan dan CPR berkualitas Defibrilasi Bantuan hidup


dan pencegahan pengaktifan sistem tinggi secepatnya cepat lanjutan dan perawatan
tanggapan darurat pasca-serangan jantung

Dokter pelayanan primer Tim medis Lab. ICU


reaksi cepat kat.

OHCA

Pengenalan dan CPR berkualitas Defibrilasi Layanan medis Bantuan hidup


pengaktifan sistem tinggi secepatnya cepat darurat dasar lanjutan dan perawatan
tanggapan darurat dan lanjutan pasca-serangan jantung

Penolong tidak terlatih EMS ED Lab. ICU


kat.

4 American Heart Association


dan pengaktifan media sosial belum terbukti dapat Regionalisasi Perawatan
meningkatkan kelangsungan hidup korban OHCA.
Namun, dalam penelitian terbaru di Swedia, terjadi 2015 (Penegasan kembali dari 2010): Pendekatan
peningkatan yang signifikan pada jumlah CPR yang regionalisasi terhadap resusitasi OHCA yang
dilakukan pendamping bila sistem operator ponsel mencakup penggunaan pusat resusitasi jantung
digunakan.6 Dengan tingkat bahaya rendah dan dapatdipertimbangkan.
potensi manfaat yang tersedia, serta keberadaan Alasannya: Pusat resusitasi jantung adalah rumah
perangkat digital di mana pun, pemerintah kota dapat sakityang memberikan perawatan berbasis bukti terkait
mempertimbangkan untuk menerapkan teknologi ini perawatan resusitasi dan pasca-serangan jantung,
kedalam sistem perawatan OHCA mereka. termasuk kemampuan intervensi koroner perkutan
(PCI/percutaneous coronary intervention) setiap saat,
Tim Resusitasi: Sistem Tanda Peringatan Dini, TTM dengan volume kasus tahunan yang memadai, dan
Tim Tanggapan Cepat, dan Sistem Tim Medis komitmen terhadap peningkatan performa berkelanjutan
Darurat yang mencakup pengukuran, penentuan tolok ukur, serta
tanggapan dan perubahan proses. Sistem perawatan
2015 (Diperbarui): Pada pasien dewasa, sistem RRT (tim resusitasi diharapkan akan mencapai perbaikan tingkat
tanggapan cepat) atau MET (tim medis darurat) dapat kelangsungan hidup yang diikuti dengan pembangunan
efektif dalam mengurangi insiden serangan jantung, sistem perawatan lain, seperti trauma.
terutama di bangsal perawatan umum.Sistem MET/
RRT pada pasien pediatri dapat dipertimbangkan dalam
fasilitas tempat anak-anak dengan penyakit berisiko tinggi Bantuan Hidup Dasar Dewasa dan
dirawat di unit pasien umum. Penggunaan sistem tanda
peringatan dini dapat dipertimbangkan untuk dewasa Kualitas CPR: CPR Penolong Tidak
dan anak-anak. Terlatih
2010 (Lama): Meskipun terdapat bukti yang bertentangan,
namun konsensus ahli merekomendasikan identifikasi Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan
sistematis terhadap pasien berisiko serangan jantung, Besar
tanggapan teratur terhadap pasien tersebut, dan evaluasi
dampak untuk mendukung perkembangan peningkatan Berikut adalah masalah utama dan perubahan besar
kualitas secara terus-menerus. dalam rekomendasi Pembaruan Pedoman 2015 untuk
CPR orang dewasa oleh penolong tidak terlatih:
Alasannya: RRT atau MET dibentuk untuk memberikan
intervensi dini pada pasien dengan penurunan kualitas Hubungan penting dalam Rantai Kelangsungan Hidup pasien
klinis, yang bertujuan untuk mencegah HCA. Tim dapat dewasa di luar rumah sakit tidak berubah sejak 2010, dengan
tetap menekankan pada Algoritma BLS (Bantuan Hidup Dasar)
terdiri atas beragam kombinasi dokter, perawat, dan
Dewasa universal yang disederhanakan.
ahli terapi pernapasan. Tim ini biasanya dipanggil ke
samping tempat tidur pasien bila penurunan kualitas Algoritma BLS Dewasa telah diubah untuk menunjukkan fakta
akut diidentifikasi oleh staf rumah sakit. Tim ini biasanya bahwa penolong dapat mengaktifkan sistem tanggapan darurat
membawa peralatan pemantauan darurat dan peralatan (misalnya, melalui penggunaan ponsel) tanpa meninggalkan
resusitasi serta obat-obatan. Meskipun bukti masih korban.
mengalami perkembangan, namun konsep untuk memiliki Masyarakat yang anggotanya berisiko terkena serangan jantung
tim yang terlatih dalam perencanaan resusitasi kompleks disarankan menerapkan program PAD.
telah dianggap efektif. Rekomendasi telah diperkuat untuk mendorong pengenalan
langsung terhadap kondisi korban yang tidak menunjukkan
Peningkatan Kualitas Berkelanjutan untuk reaksi, pengaktifan sistem tanggapan darurat, dan inisiasi CPR
Program Resusitasi jika penolong tidak terlatih menemukan korban yang tidak
menunjukkan reaksi juga tidak bernapas atau tidak bernapas
2015 (Penegasan kembali dari 2010): Sistem resusitasi dengan normal (misalnya, tersengal).
harus membuat penilaian dan peningkatan sistem Penekanan perihal identifikasi cepat terhadap kemungkinan
perawatan secara berkelanjutan. serangan jantung oleh operator telah ditingkatkan melalui
Alasannya: Terdapat bukti wilayah yang beragam yang penyediaan instruksi CPR secepatnya kepada pemanggil
patut dipertimbangkan dalam insiden dan dampak dari (misalnya, CPR yang dipandu oleh operator).
serangan jantung yang dilaporkan di Amerika Serikat. Urutan yang disarankan untuk satu-satunya penolong telah
Keragaman ini menegaskan kebutuhan masyarakat dikonfirmasi: penolong diminta untuk memulai kompresi dada
dan sistem untuk secara akurat mengidentifikasi setiap sebelum memberikan napas buatan (C-A-B, bukan A-B-C) agar
kejadian serangan jantung yang ditangani dan untuk dapat mengurangi penundaan kompresi pertama. Satu-satunya
mencatat dampaknya. Terdapat kemungkinan peluang penolong harus memulai CPR dengan 30 kompresi dada yang
untuk memperbaiki tingkat kelangsungan hidup pasien diikuti dengan 2 napas buatan.
dalam banyak komunitas. Terdapat penekanan lanjutan pada karakteristik CPR berkualitas
Program resusitasi berbasis komunitas dan rumah sakit tinggi: mengkompresi dada pada kecepatan dan kedalaman
harus secara sistematis memantau insiden serangan yang memadai, membolehkan rekoil dada sepenuhnya setelah
jantung, tingkat perawatan resusitasi yang tersedia, setiap kompresi, meminimalkan gangguan dalam kompresi,
danmencegah ventilasi yang berlebihan.
dan dampaknya. Peningkatan kualitas berkelanjutan
mencakup evaluasi yang sistematis dan tanggapan, Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 hingga
pengukuran atau penentuan tolok ukur, dan analisis. 120/min (diperbarui dari minimum 100/min).
Upaya terus-menerus diperlukan untuk mengoptimalkan Rekomendasi yang diklarifikasi untuk kedalaman kompresi dada
perawatan resusitasi, sehingga kesenjangan antara pada orang dewasa adalah minimum 2 inci (5 cm), namun tidak
performa resusitasi ideal dan yang sebenarnya dapat lebih besar dari 2,4 inci (6 cm).
dipersempit.

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 5
Nalokson yang diberikan pendamping dapat dipertimbangkan secara real-time yang disediakan oleh operator gawat
untuk dugaan kondisi darurat terkait opioid yang mengancam darurat dapat membantu calon penolong di rumah
jiwa. untuk memulai tindakan. Program pelatihan CPR dalam
Perubahan ini dirancang untuk menyederhanakan komunitas yang kuat untuk serangan jantung, beserta
pelatihan penolong tidak terlatih dan menekankan protokol sebelum operator tiba yang efektif, dapat
pentingnya kompresi dada di awal bagi korban serangan meningkatkan hasil.
jantung mendadak. Untuk informasi selengkapnya
tentang perubahan tersebut, lihat di bawah ini. Identifikasi Operator Atas Tarikan Napas
Agonal
Dalam topik berikut, perubahan atau titik penekanan
yang serupa untuk penolong tidak terlatih dan HCP Korban serangan jantung terkadang mengalami aktivitas
diberi tanda bintang (*). seperti kejang atau tarikan napas agonal yang dapat
membingungkan calon penolong. Operator harus
Program AED untuk Penolong Tidak Terlatih dilatih secara khusus untuk mengidentifikasi presentasi
Dalam Komunitas serangan jantung ini agar dapat mendukung pengenalan
perintah dan CPR yang dipandu operator dengan cepat.
2015 (Diperbarui): Disarankan bahwa program PAD untuk
2015 (Diperbarui): Untuk membantu pendamping
pasien dengan OHCA diterapkan di lokasi umum tempat
mengenali serangan jantung, operator harus menanyakan
adanya kemungkinan pasien serangan jantung terlihat
tentang ada atau tidaknya reaksi korban dan kualitas
relatif tinggi (misalnya, bandara, kasino, fasilitas olahraga).
pernapasan (normal atau tidak normal). Jika korban
2010 (Lama): CPR dan penggunaan defibrilator eksternal tidak bereaksi dengan napas terhenti atau tidak normal,
otomatis (AED/automated external defibrillator) oleh penolong dan operator akan menganggap bahwa korban
tenaga medis pertama untuk keselamatan umum mengalami serangan jantung. Operator harus diberi
disarankan untuk memperbaiki tingkat kelangsungan tahu untuk mengidentifikasi kondisi yang menunjukkan
hidup pasien serangan jantung mendadak di luar rumah tidak adanya reaksi dengan napas tidak normal atau
sakit. Pedoman 2010 menyarankan pembuatan program tarikan napas agonal di seluruh rangkaian presentasi
AED di lokasi umum tempat adanya kemungkinan pasien danpenjelasan klinis.
serangan jantung terlihat relatif tinggi (misalnya, bandara, 2010 (Lama): Untuk membantu pendamping mengenali
kasino, fasilitas olahraga).
serangan jantung, operator harus menanyakan tentang
Alasannya: Terdapat bukti yang jelas dan konsisten reaksi korban dewasa, apakah korban bernapas dan
tentang perbaikan tingkat kelangsungan hidup pasien apakah napas normal, agar dapat membedakan korban
setelah serangan jantung bila pendamping melakukan dengan tarikan napas agonal (misalnya, korban yang
CPR dan dengan cepat menggunakan AED. Dengan memerlukan CPR) dari korban yang bernapas normal
begitu, akses cepat ke defibrilator merupakan komponen dantidak memerlukan CPR.
utama dalam sistem perawatan. Penerapan program
Alasannya: Perubahan dari Pedoman 2010 ini
PAD memerlukan 4 komponen penting: (1) tanggapan
menekankan pada peran yang dapat dijalankan operator
yang direncanakan dan dipraktikkan, yang idealnya
gawat darurat dalam membantu penolong tidak terlatih
mencakup identifikasi lokasi dan lingkungan di sekitar
mengenali napas terhenti atau tidak normal.
tempat munculnya risiko serangan jantung yang tinggi,
penempatan AED di area tersebut, dan upaya memastikan Operator harus secara khusus diberi tahu untuk
bahwa pendamping mengetahui lokasi AED, dan, membantu pendamping mengenali bahwa tarikan napas
biasanya, pengawasan oleh HCP; (2) pelatihan penolong agonal adalah tanda serangan jantung. Operator juga
yang diantisipasi dalam CPR dan penggunaan AED; harus mengetahui bahwa kejang dalam waktu singkat
(3)hubungan terpadu dengan sistem EMS lokal; dan dapat menjadi tanda pertama dari serangan jantung.
(4)program peningkatan kualitas yang berkelanjutan. Kesimpulannya, selain menggerakkan tenaga medis
darurat profesional, operator juga harus mengajukan
Pendekatan sistem perawatan untuk OHCA dapat pertanyaan langsung tentang apakah pasien tidak bereaksi
mencakup kebijakan publik yang mendorong pelaporan dan apakah napas normal atau tidak normal agar dapat
lokasi AED publik ke titik akses layanan publik (PSAP; mengidentifikasi pasien dengan kemungkinan serangan
istilah public service access point atau titik akses layanan jantung dan mendukung CPR yang dipandu operator.
publik menggantikan frasa pusat operator EMS yang
kurang sesuai). Kebijakan tersebut akan memungkinkan Penekanan pada Kompresi Dada*
PSAP mengarahkan pendamping untuk mengambil
AED terdekat dan membantu penggunaannya bila 2015 (Diperbarui): Penolong tidak terlatih harus
terjadi OHCA. Banyak pemerintah kota serta pemerintah memberikan CPR hanya kompresi (Hands-Only) dengan
federal AS telah memberlakukan undang-undang untuk atau tanpa panduan operator untuk korban serangan
menempatkan AED dalam bangunan kota, tempat umum jantung dewasa. Penolong harus melanjutkan CPR hanya
yang luas, bandara, kasino, dan sekolah. Untuk sebanyak kompresi hingga AED atau penolong dengan pelatihan
20% dari OHCA yang terjadi di tempat umum, program tambahan tiba. Semua penolong tidak terlatih, pada
komunitas ini menunjukkan adanya hubungan penting tingkat minimum, harus memberikan kompresi dada untuk
dalam Rantai Kelangsungan Hidup antara pengenalan korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong terlatih
dan pengaktifan PSAP. Informasi ini dibahas selengkapnya mampu melakukan napas buatan, ia harus menambahkan
dalam "Bab 4: Sistem Perawatan dan Peningkatan Kualitas napas buatan dalam rasio 30 kompresi berbanding
Berkelanjutan" dalam Pembaruan Pedoman 2015. 2napas buatan. Penolong harus melanjutkan CPR hingga
AED tiba dan siap digunakan, penyedia EMS mengambil
Tidak ada cukup bukti untuk merekomendasikan atau alih perawatan korban, atau korban mulai bergerak.
menentang penggunaan AED di lingkungan rumah
tangga. Korban OHCA yang terjadi di lingkungan tempat 2010 (Lama): Jika tidak menerima pelatihan tentang
tinggal pribadi sangat jauh kemungkinannya untuk CPR, pendamping harus memberikan CPR hanya
menerima kompresi dada dibandingkan pasien yang kompresi untuk korban dewasa yang jatuh mendadak,
mengalami serangan jantung di tempat umum. Instruksi dengan menegaskan untuk "menekan kuat dan cepat"

6 American Heart Association


di bagian tengah dada, atau ikuti petunjuk dari operator Jumlah kompresi dada sebenarnya yang diberikan per
EMS. Penolong harus melanjutkan CPR hanya kompresi menit ditentukan oleh kecepatan kompresi dada serta
hingga AED tiba dan siap digunakan atau penyedia EMS jumlah dan durasi gangguan dalam kompresi (misalnya,
mengambil alih perawatan korban. Semua penolong untuk membuka saluran udara, memberikan napas
terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan buatan, memungkinkan analisis AED). Dalam sebagian
kompresi dada untuk korban serangan jantung. Selain itu, besar penelitian, lebih banyak kompresi terkait dengan
jika penolong terlatih mampu melakukan napas buatan, tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi, dan lebih
kompresi dan napas buatan harus diberikan dalam rasio sedikit kompresi terkait dengan tingkat kelangsungan
30 kompresi berbanding 2 napas buatan. Penolong harus hidup yang lebih rendah. Penerapan kompresi dada
melanjutkan CPR hingga AED tiba dan siap digunakan yang tepat memerlukan penekanan bukan hanya pada
atau penyedia EMS mengambil alih perawatan korban. kecepatan kompresi yang memadai, namun juga pada
upaya meminimalkan gangguan terhadap komponen
Alasannya: CPR hanya kompresi mudah dilakukan
penting CPR ini. Kecepatan kompresi yang tidak sesuai
oleh penolong yang tidak terlatih dan dapat dipandu
atau seringnya muncul gangguan (atau keduanya) akan
secara lebih efektif oleh operator melalui telepon. Selain
mengurangi jumlah total kompresi yang diberikan per
itu, tingkat kelangsungan hidup dari serangan jantung
menit. Perubahan terkini pada Pembaruan Pedoman 2015
dewasa terkait etiologi jantung baik dengan CPR hanya
adalah batas atas detak jantung dan kedalaman kompresi
kompresi maupun CPR dengan kompresi dan napas
yang disarankan, yang berdasarkan pada data persiapan
buatan adalah sama bila diberikan sebelum EMS tiba.
yang menunjukkan bahwa kecepatan dan kedalaman
Namun, rekomendasi untuk melakukan kompresi dan
kompresi yang berlebihan akan mempengaruhi hasil
napas buatan tetap diberikan kepada penolong terlatih
secara negatif. Tambahan batas atas kecepatan kompresi
yang mampu melakukannya.
didasarkan pada 1 analisis penelitian register besar yang
Kecepatan Kompresi Dada* berkaitan dengan kecepatan kompresi sangat tinggi (lebih
tinggi dari 140/min) dengan kedalaman kompresi yang
2015 (Diperbarui): Pada orang dewasa yang menjadi tidak memadai. Kotak 1 menggunakan analogi perjalanan
korban serangan jantung, penolong perlu melakukan mobil untuk menjelaskan dampak kecepatan kompresi
kompresi dada pada kecepatan 100 hingga 120/min. dan gangguan pada jumlah total kompresi yang diberikan
2010 (Lama): Penolong tidak terlatih dan HCP perlu selama resusitasi berlangsung.
melakukan kompresi dada pada kecepatan minimum
100/min.
Kedalaman Kompresi Dada*
2015 (Diperbarui): Sewaktu melakukan CPR secara
Alasannya: Jumlah kompresi dada yang diberikan per
manual, penolong harus melakukan kompresi dada
menit saat CPR berlangsung adalah faktor penentu utama
hingga kedalaman minimum 2 inci (5 cm) untuk dewasa
kondisi RSOC (return of spontaneous circulation) dan
rata-rata, dengan tetap menghindari kedalaman kompresi
kelangsungan hidup dengan fungsi neurologis yang baik.
dada yang berlebihan (lebih dari 2,4 inci [6 cm]).
2010 (Lama): Tulang dada orang dewasa harus ditekan
minimum sedalam 2 inci (5 cm).
Kotak 1 Alasannya: Kompresi akan menciptakan aliran darah
terutama dengan menambah tekanan intrathoraks dan
Jumlah Kompresi yang Diberikan secara langsung mengkompresi jantung, yang pada
Dipengaruhi oleh Kecepatan akhirnya menghasilkan aliran darah dan penyaluran
oksigen yang penting ke jantung dan otak. Penolong
Kompresi dan Gangguan sering kali tidak mengkompresi dada cukup dalam
meskipun rekomendasi untuk "menekan kuat" telah
Jumlah total kompresi yang diberikan saat resusitasi berlangsung adalah diberikan. Selain merekomendasikan kedalaman
faktor penentu utama kelangsungan hidup dari serangan jantung. kompresi minimum 2 inci (5 cm), Pembaruan Pedoman
2015 juga menggabungkan bukti baru tentang potensi
Jumlah kompresi yang diberikan dipengaruhi oleh kecepatan kompresi ambang atas kedalaman kompresi (lebih dari 2,4 inci
(frekuensi kompresi dada per menit) dan oleh fraksi kompresi (bagian [6 cm]), yang jika melebihinya dapat mengakibatkan
dari total waktu CPR saat kompresi dijalankan). Peningkatan kecepatan komplikasi. Kedalaman kompresi mungkin sulit
kompresi dan fraksi meningkatkan jumlah total kompresi yang diperkirakan tanpa menggunakan perangkat umpan
diberikan. Fraksi kompresi ditingkatkan dengan mengurangi jumlah balik, dan identifikasi batas atas kedalaman kompresi
dan durasi gangguan apa pun dalam kompresi. mungkin akan sulit dilakukan. Penting bagi penolong
Analogi dapat ditemukan dalam perjalanan mobil. Bila melakukan
untuk mengetahui bahwa rekomendasi terkait batas atas
perjalanan dengan mengendarai mobil, jumlah mil yang dilalui dalam
kedalaman kompresi didasarkan pada 1 penelitian yang
sehari dipengaruhi bukan hanya oleh kecepatan (laju perjalanan),
sangat kecil, yang membuktikan adanya keterkaitan
namun juga oleh jumlah dan durasi setiap penghentian (gangguan
antara kedalaman kompresi berlebihan dan cedera yang
dalam perjalanan). Berkendara 60 mph tanpa gangguan berarti jarak
tidak mengancam jiwa. Sebagian besar pemantauan
tempuh sebenarnya 60 mil per jam. Berkendara 60 mph dengan
melalui perangkat umpan balik CPR menunjukkan bahwa
berhenti selama 10 menit berarti jarak tempuh sebenarnya 50 mil per
kompresi lebih sering dilakukan terlalu dangkal daripada
jam tersebut. Semakin sering dan semakin lama penghentian, maka
terlalu dalam.
jarak tempuh mil sebenarnya akan berkurang. Nalokson Pendamping dalam Kondisi Darurat
Saat CPR berlangsung, penolong harus memberikan kompresi yang yang Mengancam Jiwa Terkait Opioid*
efektif pada kecepatan (100 hingga 120/min) dan kedalaman yang
sesuai sewaktu meminimalkan jumlah dan durasi gangguan dalam
2015 (Baru): Untuk pasien dengan dugaan
kompresi dada. Komponen tambahan CPR berkualitas tinggi mencakup ketergantungan opioid atau yang telah diketahui dan
membolehkan rekoil dada sepenuhnya setelah setiap kompresi dan tidak menunjukkan reaksi dengan napas tidak normal,
mencegah ventilasi yang berlebihan. namun ada denyut, selain menyediakan perawatan BLS
standar, penolong terlatih yang tepat dan penyedia BLS

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 7
perlu memberikan nalokson IM (intramuskular) atau IN Kecepatan kompresi diubah ke kisaran 100 hingga 120/min.
(intranasal). Pendidikan terkait tanggapan terhadap kasus Kedalaman kompresi untuk pasien dewasa diubah ke
overdosis opioid dengan atau tanpa pemberian nalokson minimum 2 inci (5 cm), namun tidak melebihi 2,4 inci (6 cm).
kepada korban yang berisiko mengalami overdosis opioid
dalam kondisi apa pun dapat dipertimbangkan. Topik ini Untuk mendukung rekoil penuh dinding dada setelah setiap
juga dibahas dalam bagian Kondisi Khusus Resusitasi. kompresi, penolong harus menjaga posisi agar tidak bertumpu
diatas dada di antara kompresi.
Alasannya: Terdapat data epidemiologi penting yang
menunjukkan beban besar penyakit akibat overdosis Kriteria untuk meminimalkan gangguan diklarifikasi
opioid yang mematikan, serta sejumlah keberhasilan dengan sasaran fraksi kompresi dada setinggi mungkin, dengan
yang didokumentasikan dalam strategi nasional target minimum 60%.
yang ditargetkan untuk nalokson yang diberikan Meskipun sistem EMS telah menerapkan paket perawatan yang
oleh pendamping kepada orang yang berisiko. Pada melibatkan kompresi dada berkelanjutan, namun penggunaan
tahun 2014, autoinjector nalokson disetujui oleh US teknik ventilasi pasif dapat dianggap sebagai bagian dari paket
Food and Drug Administration untuk digunakan oleh perawatan untuk korban OHCA.
penolong tidak terlatih dan HCP.7 Jaringan pelatihan
Untuk pasien yang sedang menjalani CPR dan memiliki saluran
resusitasi telah meminta informasi tentang cara terbaik
udara lanjutan yang dipasang, laju ventilasi yang disederhanakan
untuk menambahkan perangkat tersebut ke dalam
pedoman dan pelatihan BLS dewasa. Rekomendasi ini disarankan 1 napas buatan setiap 6 detik (10 napas buatan per
menggabungkan perawatan yang baru saja disetujui. menit).
Perubahan ini dirancang untuk menyederhanakan
pelatihan bagi HCP dan untuk terus menekankan
Bantuan Hidup Dasar Dewasa dan pentingnya menyediakan CPR berkualitas tinggi di awal
Kualitas CPR: BLS HCP untuk korban serangan jantung. Berikut adalah informasi
selengkapnya tentang perubahan tersebut.
Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan Dalam topik berikut untuk HCP, tanda bintang (*) akan
Besar menandai topik yang sama untuk HCP dan penolong
tidak terlatih.
Berikut adalah masalah utama dan perubahan besar dalam
rekomendasi Pembaruan Pedoman 2015 untuk HCP:
Rekomendasi ini memungkinkan fleksibilitas untuk pengaktifan Pengenalan dan Pengaktifan Cepat Sistem
sistem tanggapan darurat untuk lebih menyesuaikan dengan Tanggapan Darurat
kondisi klinis HCP. 2015 (Diperbarui): HCP harus meminta bantuan terdekat
Penolong terlatih didorong untuk menjalankan beberapa bila mengetahui korban tidak menunjukkan reaksi, namun
langkah secara bersamaan (misalnya, memeriksa pernapasan akan lebih praktis bagi HCP untuk melanjutkan dengan
dan denyut sekaligus) dalam upaya mengurangi waktu untuk menilai pernapasan dan denyut secara bersamaan
kompresi dada pertama. sebelum benar-benar mengaktifkan sistem tanggapan
Tim terpadu yang terdiri atas penolong yang sangat terlatih darurat (atau meminta HCP pendukung).
dapat menggunakan pendekatan terencana yang menyelesaikan 2010 (Lama): HCP harus memastikan reaksi pasien
beberapa langkah dan penilaian secara bersamaan, bukan sewaktu memeriksanya untuk menentukan apakah napas
secara berurutan yang digunakan oleh masing-masing penolong terhenti atau tidak normal.
(misalnya, satu penolong akan mengaktifkan sistem tanggapan Alasannya: Perubahan rekomendasi bertujuan untuk
darurat dan penolong kedua akan memulai kompresi dada, meminimalkan penundaan dan mendukung penilaian
penolong ketiga akan menyediakan ventilasi atau mengambil serta tanggapan yang cepat dan efisien secara
perangkat kantong masker untuk napas buatan, dan penolong bersamaan, bukan melakukan pendekatan langkah demi
keempat mengambil dan menyiapkan defibrilator). langkah yang berjalan lambat berdasarkan metode.
Peningkatan penekanan telah diterapkan pada CPR berkualitas
tinggi menggunakan target performa (kompresi kecepatan dan Penekanan pada Kompresi Dada*
kedalaman yang memadai, sehingga membolehkan rekoil dada 2015 (Diperbarui): Melakukan kompresi dada dan
sepenuhnya di antara setiap kompresi, meminimalkan gangguan menyediakan ventilasi untuk semua pasien dewasa yang
dalam kompresi, dan mencegah ventilasi yang berlebihan). mengalami serangan jantung adalah tindakan yang perlu
LihatTabel 1. dilakukan oleh HCP, baik yang disebabkan maupun tidak
Tabel 1 Anjuran dan Larangan BLS untuk CPR Berkualitas Tinggi Dewasa

Penolong Harus Penolong Tidak Boleh


Melakukan kompresi dada pada kecepatan 100-120/min Mengkompresi pada kecepatan lebih rendah dari 100/min atau lebih
cepat dari 120/min

Mengkompresi ke kedalaman minimum 2 inci (5 cm) Mengkompresi ke kedalaman kurang dari 2 inci (5 cm) atau lebih
dari 2,4 inci (6 cm)

Membolehkan rekoil penuh setelah setiap kali kompresi Bertumpu di atas dada di antara kompresi yang dilakukan

Meminimalkan jeda dalam kompresi Menghentikan kompresi lebih dari 10 detik

Memberikan ventilasi yang cukup (2 napas buatan setelah Memberikan ventilasi berlebihan
30kompresi, setiap napas buatan diberikan lebih dari 1 detik, (misalnya, terlalu banyak napas buatan atau memberikan napas
setiap kali diberikan dada akan terangkat) buatan dengan kekuatan berlebihan)

8 American Heart Association


disebabkan oleh jantung. Lebih lanjut, penting bagi HCP Kecepatan Kompresi Dada: 100 hingga
untuk menyesuaikan urutan tindakan penyelamatan
berdasarkan penyebab utama serangan.
120/min*
2015 (Diperbarui): Pada orang dewasa yang menjadi
2010 (Lama): Melakukan kompresi dada dan napas
korban serangan jantung, penolong perlu melakukan
buatan untuk korban serangan jantung adalah tindakan
kompresi dada pada kecepatan 100 hingga 120/min.
yang perlu dilakukan oleh EMS dan penolong profesional
di lingkungan rumah sakit. 2010 (Lama): Penolong tidak terlatih dan HCP perlu
melakukan kompresi dada pada kecepatan minimum
Alasannya: CPR hanya kompresi direkomendasikan
100/min.
untuk penolong yang tidak terlatih karena relatif mudah
bagi operator untuk memandu dengan instruksi melalui Alasannya: Nilai kecepatan kompresi minimum yang
telepon. HCP diharapkan menerima pelatihan tentang direkomendasikan tetap 100/min. Kecepatan batas atas
CPR dan secara efektif dapat menjalankan kompresi dan 120/min telah ditambahkan karena 1 rangkaian register
ventilasi. Namun, prioritas untuk penyedia layanan medis, besar menunjukkan bahwa saat kecepatan kompresi
terutama jika bertindak sendiri, harus tetap mengaktifkan meningkat menjadi lebih dari 120/min, kedalaman
sistem tanggapan darurat dan menjalankan kompresi kompresi akan berkurang tergantung pada dosis.
dada. Mungkin terdapat kondisi yang mengharuskan Misalnya, proporsi kedalaman kompresi tidak memadai
terjadinya perubahan urutan, misalnya ketersediaan AED adalah sekitar 35% untuk kecepatan kompresi 100
yang dapat dengan cepat diambil dan digunakan oleh hingga 119/min, namun bertambah menjadi kedalaman
penyedia layanan medis. kompresi tidak memadai sebesar 50% saat kecepatan
kompresi berada pada 120 hingga 139/min dan menjadi
Kejut atau CPR Terlebih Dulu kedalaman kompresi tidak memadai sebesar 70% saat
2015 (Diperbarui): Untuk pasien dewasa yang mengalami kecepatan kompresi lebih dari 140/menit.
serangan jantung dan terlihat jatuh saat AED dapat Kedalaman Kompresi Dada*
segera tersedia, penting bahwa defibrilator digunakan
secepat mungkin. Untuk orang dewasa yang mengalami 2015 (Diperbarui): Sewaktu melakukan CPR secara
serangan jantung tidak terpantau atau saat AED tidak manual, penolong harus melakukan kompresi dada
segera tersedia, penting bila CPR dijalankan sewaktu hingga kedalaman minimum 2 inci (5 cm) untuk dewasa
peralatan defibrilator sedang diambil dan diterapkan, rata-rata, dengan tetap menghindari kedalaman kompresi
dan bila defibrilasi, jika diindikasikan, diterapkan segera dada yang berlebihan (lebih dari 2,4 inci [6 cm]).
setelah perangkat siap digunakan. 2010 (Lama): Tulang dada orang dewasa harus ditekan
2010 (Lama): Bila penolong menyaksikan terjadinya minimum sedalam 2 inci (5 cm).
serangan jantung di luar rumah sakit dan AED tidak Alasannya: Kedalaman kompresi sekitar 5 cm terkait
segera tersedia di lokasi, penolong tersebut harus dengan kemungkinan hasil yang diharapkan lebih besar
memulai CPR dengan kompresi dada dan menggunakan bila dibandingkan dengan kedalaman kompresi lebih
AED sesegera mungkin. HCP yang menangani pasien dangkal. Meskipun terdapat sedikit bukti tentang adanya
serangan jantung di rumah sakit dan fasilitas lainnya ambang atas yang jika terlampaui, maka kompresi akan
dengan AED atau defibrilator yang tersedia di lokasi menjadi terlalu dalam, namun satu penelitian sangat
harus segera memberikan CPR dan menggunakan AED/ kecil baru-baru ini menunjukkan potensi cedera (yang
defibrilator segera setelah tersedia. Rekomendasi ini tidak mengancam jiwa) akibat kedalaman kompresi dada
dirancang untuk mendukung CPR dan defibrilasi awal, yang berlebihan (lebih dari 2,4 inci [6 cm]). Kedalaman
terutama bila AED atau defibrilator tersedia beberapa kompresi mungkin sulit diperkirakan tanpa menggunakan
saat setelah terjadinya serangan jantung mendadak. Bila perangkat umpan balik, dan identifikasi batas atas
OHCA tidak disaksikan oleh petugas EMS, EMS dapat kedalaman kompresi mungkin akan sulit dilakukan.
menjalankan CPR sambil memeriksa ritme dengan AED Penting bagi penolong untuk mengetahui bahwa
atau pada elektrokardiogram (ECG/electrocardiogram) kedalaman kompresi dada lebih sering terlalu dangkal
dan menyiapkan defibrilasi. Dalam kasus ini, CPR selama daripada terlalu dalam.
1 hingga 3 menit dapat dipertimbangkan sebelum
mencoba melakukan defibrilasi. Bila terdapat 2 penolong Rekoil Dada*
atau lebih di lokasi kejadian, CPR harus dilakukan saat
defibrilator sedang diambil. 2015 (Diperbarui): Penting bagi penolong untuk tidak
bertumpu di atas dada di antara kompresi untuk
Dalam kasus serangan jantung mendadak di rumah mendukung rekoil penuh dinding dada pada pasien
sakit, tidak terdapat cukup bukti untuk mendukung atau dewasa saat mengalami serangan jantung.
menyanggah dilakukannya CPR sebelum defibrilasi.
Namun, pada pasien yang terpantau, durasi mulai dari 2010 (Lama): Penolong harus membolehkan rekoil penuh
fibrilasi ventrikel (VF/ventricular fibrillation) hingga ke dinding dada setelah setiap kompresi agar jantung terisi
penerapan kejut harus kurang dari 3 menit, dan CPR sepenuhnya sebelum kompresi berikutnya dilakukan.
harus dilakukan saat defibrilator disiapkan. Alasannya: Rekoil penuh dinding dada terjadi bila
Alasannya: Meskipun banyak penelitian telah menjawab tulang dada kembali ke posisi alami atau netralnya saat
pertanyaan apakah terdapat manfaat dengan melakukan fase dekompresi CPR berlangsung. Rekoil dinding
kompresi dada sesuai durasi yang ditentukan (biasanya dada memberikan relatif tekanan intrathoraks negatif
1 hingga 3 menit) sebelum menerapkan kejut, seperti yang mendorong pengembalian vena dan aliran darah
dibandingkan dengan penerapan kejut segera setelah kardiopulmonari. Bertumpu di atas dinding dada di
AED dapat disiapkan, namun tidak terdapat perbedaan di antara kompresi akan menghalangi rekoil penuh dinding
antara kedua hasil yang ditampilkan. CPR harus diberikan dada. Rekoil tidak penuh akan meningkatkan tekanan
saat bantalan AED diterapkan dan hingga AED siap intrathoraks dan mengurangi pengembalian vena,
menganalisis ritme. tekanan perfusi koroner, dan aliran darah miokardium,
serta dapat mempengaruhi hasil resusitasi.

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 9
Tabel 2 Ringkasan Komponen CPR Berkualitas Tinggi untuk Penyedia BLS

Bayi
Anak-Anak
Dewasa dan (Usia Kurang dari 1 Tahun,
Komponen (Usia 1 Tahun hingga
Anak Remaja Tidak Termasuk Bayi Baru
Pubertas)
Lahir)
Keamanan lokasi Pastikan lingkungan telah aman untuk penolong dan korban

Pengenalan Periksa adanya reaksi


serangan jantung Napas terhenti atau tersengal (misalnya, napas tidak normal)
Tidak ada denyut yang terasa dalam 10 detik
(Pemeriksaan napas dan denyut dapat dilakukan secara bersamaan kurang dari 10 detik)

Pengaktifan Jika Anda sendiri tanpa ponsel, Korban terlihat jatuh pingsan
sistem tanggapan tinggalkan korban untuk Ikuti langkah-langkah untuk orang dewasa dan anak remaja di sebelah kiri
darurat mengaktifkan sistem tanggapan Korban tidak terlihat jatuh pingsan
darurat dan mengambil Berikan CPR selama 2 menit
AED sebelum memulai CPR
Tinggalkan korban untuk mengaktifkan sistem tanggapan darurat
Atau, kirim orang lain untuk dan mengambil AED
melakukannya dan Kembali ke anak atau bayi dan lanjutkan CPR;
mulai CPR secepatnya; gunakan AED segera setelah tersedia
gunakan AED segera
setelah tersedia

Rasio kompresi- 1 atau 2 penolong 1 penolong


ventilasi tanpa 30:2 30:2
saluran udara
lanjutan 2 penolong atau lebih
15:2

Rasio kompresi- Kompresi berkelanjutan pada kecepatan 100-120/min


ventilasi dengan Berikan 1 napas buatan setiap 6 detik (10 napas buatan/min)
saluran udara
lanjutan

Kecepatan 100-120/min
kompresi

Kedalaman Minimum 2 inci (5 cm)* Minimum sepertiga dari diameter Minimum sepertiga dari diameter
kompresi AP dada APdada
Sekitar 2 inci (5 cm) Sekitar 1 inci (4 cm)

Penempatan 2 tangan berada di separuh bagian 2 tangan atau 1 tangan (opsional 1 penolong
tangan bawah tulang dada (sternum) untuk anak yang sangat kecil) 2 jari di bagian tengah dada,
berada di separuh bagian bawah tepatdibawah baris puting
tulang dada (sternum)
2 penolong atau lebih
2 tangan dengan ibu jari bergerak
melingkar di bagian tengah dada,
tepat di bawah baris puting

Rekoil dada Lakukan rekoil penuh dada setelah setiap kali kompresi; jangan bertumpu di atas dada setelah setiap kali kompresi

Meminimalkan Batasi gangguan dalam kompresi dada menjadi kurang dari 10 detik
gangguan

*Kedalaman kompresi tidak boleh lebih dari 2,4 inci (6 cm).


Singkatan: AED, defibrilator eksternal otomatis; AP, anteroposterior; CPR, resusitasi kardiopulmonari.

10 American Heart Association


Meminimalkan Gangguan dalam Kompresi Ventilasi Tertunda
Dada* 2015 (Baru): Untuk pasien OHCA yang terpantau dengan
2015 (Penegasan kembali dari 2010): Penolong harus ritme dapat dikejut, mungkin penting bagi sistem EMS
berupaya meminimalkan frekuensi dan durasi gangguan dengan umpan balik beberapa tingkat berbasis prioritas
dalam kompresi untuk mengoptimalkan jumlah kompresi untuk menunda ventilasi bertekanan positif (PPV/positive-
yang dilakukan per menit. pressure ventilation) dengan menggunakan strategi
hingga 3 siklus dari 200 kompresi berkelanjutan dengan
2015 (Baru): Untuk orang dewasa yang mengalami insuflasi oksigen pasif dan tambahan saluran udara.
serangan jantung dan menerima CPR tanpa saluran
udara lanjutan, mungkin perlu untuk melakukan CPR Alasannya: Beberapa sistem EMS telah menguji strategi
dengan sasaran fraksi kompresi dada setinggi mungkin, penerapan kompresi dada awal secara berkelanjutan
dengan target minimum 60%. dengan PPV tertunda untuk korban OHCA dewasa.
Dalam semua sistem EMS ini, penyedia layanan
Alasannya: Gangguan dalam kompresi dada dapat menerima pelatihan tambahan dengan penekanan
ditujukan sebagai bagian dari perawatan yang diperlukan pada penerapan kompresi dada berkualitas tinggi.
(misalnya, analisis ritme dan ventilasi) atau yang tidak Tiga penelitian dalam sistem yang menggunakan
disengaja (misalnya, gangguan terhadap penolong). umpan balik beberapa tingkat berbasis prioritas dalam
Fraksi kompresi dada adalah pengukuran proporsi komunitas perkotaan dan pedesaan, serta memberikan
waktu resusitasi total yang dilakukan kompresi. paket perawatan mencakup hingga 3 siklus insuflasi
Peningkatan fraksi kompresi dada dapat diperoleh oksigen pasif, penyisipan tambahan saluran udara, dan
dengan meminimalkan jeda dalam kompresi dada. 200kompresi dada berkelanjutan dengan penerapan
Sasaran optimal untuk fraksi kompresi dada belum kejut, menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup
didefinisikan. Penambahan fraksi kompresi target pasien dengan status neurologis yang dapat diterima
ditujukan untuk membatasi gangguan dalam kompresi pada korban serangan jantung yang terlihat jatuh dan
dan mengoptimalkan perfusi koroner dan aliran darah dengan ritme dapat dikejut.
saat CPR berlangsung.
Ventilasi Saat CPR Berlangsung dengan
Perbandingan Elemen Utama BLS Dewasa, Saluran Udara Lanjutan
Anak-Anak, dan Bayi
2015 (Diperbarui): Penyedia layanan medis mungkin perlu
Tabel 2 mencantumkan elemen utama 2015 untuk BLS memberikan 1 napas buatan setiap 6 detik (10 napas
dewasa, anak-anak, dan bayi (kecuali CPR untuk bayi buatan per menit) sambil tetap melakukan kompresi dada
yang baru lahir). berkelanjutan (misalnya, saat CPR berlangsung dengan
saluran udara lanjutan).
Tanggapan Kompresi Dada
2015 (Diperbarui): Menggunakan perangkat umpan balik 2010 (Lama): Bila saluran udara lanjutan (misalnya, pipa
endotrakeal, Combitube, atau saluran udara masker
audiovisual saat CPR berlangsung untuk pengoptimalan
laring) telah dipasang saat CPR yang dilakukan oleh
performa CPR secara real-time mungkin perlu dilakukan.
2 orang berlangsung, berikan 1 napas buatan setiap
2010 (Lama): Perangkat perintah dan umpan balik 6 hingga 8 detik tanpa mencoba mensinkronisasi
CPR baru mungkin bermanfaat untuk melatih penolong napas buatan di antara kompresi (tindakan ini akan
dan sebagai bagian dari strategi keseluruhan untuk menghasilkan pemberian 8 hingga 10 napas buatan
meningkatkan kualitas CPR dalam resusitasi sebenarnya. permenit).
Pelatihan untuk kombinasi keterampilan kompleks
yang diperlukan untuk melakukan kompresi dada Alasannya: Satu kecepatan praktis, bukan serangkaian
yang memadai harus fokus pada upaya menunjukkan napas buatan per menit, untuk orang dewasa, anak-
penguasaan materi. anak, dan bayi ini akan lebih mudah dipelajari, diingat,
dan dilakukan.
Alasannya: Teknologi akan memungkinkan pemantauan,
perekaman, dan tanggapan tentang kualitas CPR secara Tim Resusitasi: Prinsip-Prinsip Dasar
real-time, termasuk parameter pasien fisiologi dan metrik 2015 (Baru): Untuk HCP, Pembaruan Pedoman 2015
kinerja penolong. Data penting tersebut dapat digunakan memungkinkan fleksibilitas untuk pengaktifan sistem
secara real-time selama resusitasi, untuk wawancara tanggapan darurat dan manajemen berurutan untuk lebih
setelah resusitasi, dan untuk program peningkatan menyesuaikan dengan kondisi klinis penyedia (Gambar 5).
kualitas di seluruh sistem. Mempertahankan fokus
selama CPR berlangsung pada karakteristik kecepatan Alasannya: Langkah-langkah dalam algoritma BLS
dan kedalaman kompresi, serta rekoil dada dengan tetap biasanya telah disajikan secara berurutan untuk
meminimalkan gangguan adalah tantangan yang sangat membantu satu penolong memprioritaskan tindakan.
sulit, bahkan bagi tenaga profesional yang sangat terlatih. Namun, terdapat beberapa faktor dalam resusitasi
Terdapat beberapa bukti bahwa penggunaan umpan apa pun (misalnya, jenis serangan, lokasi, apakah
balik CPR mungkin efektif dalam mengubah kecepatan penyedia terlatih berada di sekitar, apakah penolong
kompresi dada yang terlalu tinggi, dan terdapat bukti harus meninggalkan korban untuk mengaktifkan sistem
lain bahwa umpan balik CPR akan mengurangi tenaga tanggapan darurat, dsb.) yang mungkin memerlukan
tumpuan saat kompresi dada berlangsung. Namun, perubahan dalam urutan BLS. Algoritma HCP BLS yang
penelitian hingga saat ini belum menunjukkan adanya diperbarui bertujuan untuk menunjukkan waktu dan
peningkatan signifikan dalam hasil neurologis yang lokasi kesesuaian fleksibilitas secara berurutan.
diharapkan atau kelangsungan hidup pasien setelah
keluar dari rumah sakit dengan penggunaan perangkat
umpan balik CPR saat terjadi serangan jantung yang
sebenarnya.

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 11
Gambar 5

Penyedia Layanan Kesehatan BLS Algoritma Serangan Jantung Pada Orang Dewasa
Pembaruan 2015
Penyedia Layanan Kesehatan BLS
Algoritma Serangan Jantung Pada Orang DewasaPembaruan 2015

Amankan lokasi kejadian.

Korban tidak menunjukkan reaksi.


Teriaklah untuk mendapatkan pertolongan terdekat.
Aktifkan sistem tanggapan darurat melalui Berikan napas buatan:
perangkat bergerak (jika tersedia). 1 napas buatan setiap
Ambil AED dan peralatan gawat darurat (atau minta 5-6 detik atau sekitar
seseorang untuk melakukannya). 10-12 napas buatan
permenit.
Aktifkan sistem
Bernapas tanggapan darurat (jika
Bernapas tidak
Perhatikan apakah belum dilakukan) setelah
normal, ada normal, ada 2 menit.
napas terhenti atau
Pantau hingga denyut denyut
tersengal dan periksa denyut Terus berikan napas
tenaga medis
(secara bersamaan). buatan; periksa denyut
terlatih tiba.
Apakah denyut benar-benar kurang lebih setiap
terasa dalam 10 detik? 2menit. Jika tidak ada
denyut, mulai CPR
(lanjutkan dengan kotak
Napas terhenti "CPR").
atau tersengal, Jika kemungkinan terjadi
tidak ada overdosis opioid, berikan
denyut nalokson sesuai protokol,
jika berlaku.

Pada saat ini, dalam semua skenario,


sistem tanggapan darurat atau
cadangan telah diaktifkan, serta
AED dan peralatan gawat darurat
telah tersedia atau seseorang telah
CPR menyediakannya.
Mulai siklus 30 kompresi dan 2 napas
buatan.
Gunakan AED segera setelah tersedia.

AED tersedia.

Periksa ritme detak


jantung.
Ya, Ritme dapat dikejut? Tidak,
ritme dapat ritme tidak dapat
dikejut dikejut

Terapkan 1 kejut. Segera Segera lanjutkan dengan CPR


lanjutkan dengan CPR kurang kurang lebih selama 2 menit
lebih selama 2 menit (hingga AED (hingga AED membolehkan
membolehkan pemeriksaan ritme). pemeriksaan ritme). Lanjutkan
Lanjutkan hingga tenaga ALS hingga tenaga ALS mengambil
mengambil alih atau korban mulai alih atau korban mulai bergerak.
bergerak.

2015 American Heart Association

12 American Heart Association


untuk kompresi dada dibandingkan dengan kompresi
Teknik Alternatif dan dada manual pada pasien yang mengalami serangan
Perangkat Tambahan untuk CPR jantung. Kompresi dada manual akan tetap menjadi
standar perawatan dalam menangani pasien serangan
jantung. Namun, perangkat tersebut dapat menjadi
Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan alternatif yang wajar untuk CPR konvensional dalam
Besar kondisi khusus, saat pemberian kompresi manual
CPR konvensional yang terdiri atas kompresi dada secara berkualitas tinggi sangat sulit dilakukan atau berbahaya
manual yang diselingi napas buatan pada dasarnya bagi penyedia layanan medis (misalnya, jumlah penolong
tidak efisien sehubungan dengan memberikan hasil terbatas, CPR berkepanjangan, CPR saat terjadi
jantung yang signifikan. Berbagai upaya alternatif dan serangan jantung hipotermik, CPR dalam ambulans yang
tambahan untuk CPR konvensional telah dikembangkan bergerak, CPR dalam kumpulan angiografi, CPR saat
dengan tujuan untuk meningkatkan hasil jantung selama persiapan ECPR berlangsung).
resusitasi dari serangan jantung. Sejak dipublikasikannya 2010 (Lama): Perangkat piston mekanis dapat
Pedoman 2010, sejumlah uji klinis telah memberikan data dipertimbangkan untuk digunakan oleh tenaga terlatih
baru tentang efektivitas alternatif ini. dalam kondisi khusus untuk penanganan pasien
Dibandingkan dengan CPR konvensional, banyak dari serangan jantung dewasa di lingkungan (misalnya,
teknik dan perangkat ini memerlukan peralatan dan selama prosedur diagnosis dan intervensi) yang
pelatihan khusus. Bila penolong atau sistem layanan membuat resusitasi manual sulit dilakukan. Band yang
kesehatan mempertimbangkan implementasi, maka perlu menyebarluaskan beban dapat dipertimbangkan untuk
diketahui bahwa beberapa teknik dan perangkat telah digunakan oleh tenaga terlatih dalam kondisi khusus
diuji hanya dalam subkelompok pasien serangan jantung untuk perawatan pasien serangan jantung.
yang sangat terpilih. Alasannya: Tiga uji acak terkontrol berskala besar yang
Penggunaan perangkat ambang impedansi (ITD/impedance membandingkan perangkat kompresi dada mekanis tidak
threshold device) secara rutin sebagai tambahan untuk CPR menunjukkan peningkatan hasil untuk pasien dengan
konvensional tidak disarankan. OHCA bila dibandingkan dengan kompresi dada manual.
Uji acak terkontrol baru-baru ini menunjukkan bahwa Untuk alasan ini, kompresi dada manual akan tetap
penggunaan ITD dan CPR kompresi-dekompresi aktif berkaitan menjadi standar perawatan.
dengan peningkatan kelangsungan hidup menyeluruh pasien Teknik Ekstra-Korporeal dan Perangkat
dengan OHCA secara neurologis.
Penggunaan perangkat kompresi dada mekanis secara rutin
Perfusi Invasif
tidak disarankan, namun kondisi khusus yang mungkin membuat 2015 (Diperbarui): ECPR dapat dipertimbangkan
teknologi dapat bermanfaat telah diidentifikasi. sebagai alternatif untuk CPR konvensional pada pasien
tertentu yang mengalami serangan jantung dan pada
Penggunaan ECPR dapat dipertimbangkan untuk pasien tertentu
pasien dengan dugaan etiologi serangan jantung yang
dalam kondisi adanya dugaan penyebab reversibel serangan
berpotensi reversibel.
jantung.
2010 (Lama): Tidak terdapat cukup bukti untuk
Perangkat Ambang Impedansi merekomendasikan penggunaan ECPR secara rutin pada
2015 (Diperbarui): Penggunaan ITD secara rutin sebagai pasien yang mengalami serangan jantung. Namun, dalam
tambahan saat CPR konvensional berlangsung tidak kondisi bila ECPR siap tersedia, penggunaan tersebut
disarankan. Kombinasi ITD dengan CPR kompresi- dapat dipertimbangkan saat waktu tanpa aliran darah
dekompresi aktif mungkin merupakan alternatif yang wajar berlangsung singkat dan kondisi yang mengarah pada
untuk CPR konvensional dalam kondisi dengan peralatan serangan jantung bersifat reversibel (misalnya, hipotermia
yang tersedia dan tenaga terlatih yang sesuai. tidak disengaja, keracunan obat) atau mendukung
transplantasi jantung (misalnya, miokarditis) maupun
2010 (Lama): Penggunaan ITD dapat dianggap oleh revaskularisasi (misalnya, infarksi miokardium akut).
tenaga terlatih sebagai tambahan CPR dalam serangan
jantung dewasa. Alasannya: Istilah CPR ekstra-korporeal digunakan
untuk menjelaskan inisiasi sirkulasi ekstra-korporeal
Alasannya: Dua uji acak terkontrol berskala besar telah dan oksigenasi saat resusitasi pasien yang mengalami
memberikan informasi baru tentang penggunaan ITD serangan jantung berlangsung. ECPR melibatkan kanulasi
dalam OHCA. Satu uji klinis acak multipusat berskala darurat pada vena dan arteri besar (misalnya, pembuluh
besar gagal menunjukkan perbaikan apa pun terkait paha). ECPR bertujuan untuk mendukung pasien yang
penggunaan ITD (dibandingkan dengan perangkat buatan) mengalami serangan jantung sekaligus menangani
sebagai tambahan untuk CPR konvensional. Uji klinis lain kondisi yang berpotensi reversibel. ECPR adalah proses
menunjukkan adanya manfaat dengan penggunaan CPR kompleks yang memerlukan tim yang sangat terlatih,
kompresi-dekompresi aktif plus ITD bila dibandingkan peralatan khusus, dan dukungan multidisipliner dalam
dengan CPR konvensional dan tanpa ITD. Namun, interval sistem layanan kesehatan setempat. Tidak ada uji
kepercayaan diri di seputar perkiraan titik hasil utama klinis pada ECPR, dan seri yang telah dipublikasikan
sangat luas, dan terdapat risiko penyimpangan yang tinggi menerapkan kriteria inklusi dan pengecualian yang
berdasarkan intervensi bersama (grup yang menerima CPR ketat untuk memilih pasien ECPR. Meskipun kriteria
kompresi-dekompresi plus ITD juga menerima CPR yang inklusi ini sangat beragam, namun sebagian besar yang
diberikan menggunakan perangkat umpan balik berkualitas disertakan hanya pasien berusia 18hingga 75 tahun
CPR, sedangkan unit kontrol tidak memanfaatkan dengan komorbiditas terbatas, dengan sumber serangan
penggunaan perangkat umpan balik tersebut). jantung, setelah menerima CPR konvensional selama
lebih dari 10 menit tanpa ROSC. Kriteria inklusi ini harus
Perangkat Kompresi Dada Mekanis dipertimbangkan dalam memilih calon kandidat ECPR
2015 (Diperbarui): Bukti tidak menunjukkan adanya oleh penyedia layanan medis.
manfaat dengan penggunaan perangkat piston mekanis

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 13
Untuk memberikan kemudahan, vasopresin telah dihapus
Bantuan Hidup Kardiovaskular dari Algoritma Serangan Jantung Pada Orang Dewasa.
Lanjutan Dewasa Vasopresor untuk Resusitasi: Epinefrin
2015 (Baru): Memberikan epinefrin segera jika tersedia
Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan mungkin perlu dilakukan setelah terjadinya serangan
Besar jantung akibat ritme awal yang tidak dapat dikejut.
Berikut adalah masalah utama dan perubahan besar Alasannya: Penelitian observasi yang sangat besar
dalam rekomendasi Pembaruan Pedoman 2015 untuk terkait serangan jantung dengan ritme yang tidak dapat
bantuan hidup lanjutan terkait jantung: dikejut membandingkan epinefrin yang diberikan pada
Perpaduan penggunaan vasopresin dan epinefrin tidak 1 hingga 3 menit dengan epinefrin yang diberikan pada
memberikan manfaat apa pun terhadap penggunaan epinefrin 3 interval selanjutnya (4 hingga 6, 7 hingga 9, dan lebih
dosis standar dalam serangan jantung. Vasopresin juga tidak lama dari 9 menit). Penelitian ini menemukan keterkaitan
memberikan manfaat terhadap penggunaan hanya epinefrin. antara pemberian epinefrin di awal dan peningkatan
Oleh karena itu, untuk menyederhanakan algoritma, vasopresin ROSC, kelangsungan hidup setelah keluar dari rumah
telah dihapus dari Algoritma Serangan Jantung Pada Orang sakit, dan kelangsungan hidup secara menyeluruh dari
DewasaPembaruan 2015.
segi neurologi.
Karbondioksida end-tidal rendah (ETCO2) pada pasien yang
diintubasi setelah menjalani CPR selama 20 menit terkait ETCO2 untuk Prediksi Resusitasi yang Gagal
dengan kemungkinan resusitasi yang sangat rendah. Meskipun
parameter ini tidak boleh digunakan dalam isolasi untuk 2015 (Baru): Pada pasien yang diintubasi, kegagalan
pengambilan keputusan, namun penyedia layanan medis dapat mencapai ETCO2 lebih besar dari 10 mm Hg oleh
mempertimbangkan ETCO2 yang rendah setelah melakukan kapnografi gelombang setelah menjalani CPR selama
CPR selama 20 menit yang dikombinasikan dengan beberapa 20menit dapat dipertimbangkan sebagai satu komponen
faktor lain untuk membantu menentukan waktu yang tepat guna pendekatan multimodal untuk memutuskan waktu yang
menghentikan resusitasi. tepat guna mengakhiri upaya resusitasi, namun tidak
Steroid dapat memberikan beberapa manfaat bila diberikan boleh digunakan dalam isolasi.
bersama vasopresin dan epinefrin dalam menangani HCA. Alasannya: Kegagalan mencapai ETCO2 sebesar
Meskipun penggunaan rutin tidak direkomendasikan dalam 10mm Hg oleh kapnografi gelombang setelah resusitasi
penelitian lanjutan yang masih dalam proses, namun penyedia selama 20 menit dikaitkan dengan peluang ROSC
layanan medis perlu memberikan paket perawatan untuk HCA. dan kelangsungan hidup yang sangat buruk. Namun,
Bila diterapkan dengan cepat, ECPR dapat memperpanjang penelitian hingga saat ini terbatas pada potensi perancu
kelangsungan hidup, karena dapat memberikan waktu untuk yang mereka miliki dan melibatkan jumlah pasien yang
mengantisipasi kondisi berpotensi reversibel atau menjadwalkan relatif kecil, sehingga sangat tidak disarankan untuk
transplantasi jantung untuk pasien yang tidak menjalani hanya mengandalkan ETCO2 dalam menentukan waktu
resusitasi dengan CPR konvensional.
yang tepat untuk mengakhiri resusitasi.
Pada pasien serangan jantung dengan ritme yang tidak dapat
dikejut dan yang tidak menerima epinefrin, pemberian epinefrin CPR Ekstra-Korporeal
di awal disarankan.
2015 (Baru): ECPR dapat dipertimbangkan di antara
Penelitian tentang penggunaan lidokain setelah ROSC
menimbulkan pertentangan, dan penggunaan lidokain secara pasien serangan jantung tertentu yang belum merespons
rutin tidak disarankan. Namun, inisiasi atau kelanjutan lidokain terhadap CPR konvensional awal, dalam kondisi yang
dapat dipertimbangkan segera setelah ROSC dari serangan mendukung ECPR dapat diterapkan dengan cepat.
jantung VF/pVT (pulseless ventricular tachycardia atau takikardia Alasannya: Meskipun tidak ada penelitian berkualitas
ventrikel tanpa denyut). tinggi yang membandingkan ECPR dengan CPR
Satu penelitian observasi menunjukkan bahwa penggunaan konvensional, namun sejumlah penelitian berkualitas lebih
-blocker setelah serangan jantung dapat dikaitkan dengan rendah membuktikan peningkatan kelangsungan hidup
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan bila -blocker tidak dengan hasil neurologis yang baik pada populasi pasien
digunakan. Meskipun penelitian observasi ini tidak memberikan tertentu. Karena ECPR merupakan sumber intensif dan
bukti yang cukup kuat untuk merekomendasikan penggunaan memerlukan biaya besar, ECPR harus dipertimbangkan
rutin, namun inisiasi atau kelanjutan -blocker oral maupun hanya bila pasien memiliki kemungkinan manfaat yang
intravena (IV) dapat dipertimbangkan di awal setelah menjalani cukup besar, yakni jika pasien memiliki penyakit yang
rawat inap dari serangan jantung akibat VF/pVT. bersifat reversibel atau untuk mendukung pasien sewaktu
Vasopresor untuk Resusitasi: Vasopresin menunggu transplantasi jantung.
2015 (Diperbarui): Perpaduan penggunaan vasopresin Terapi Obat Pasca-Serangan Jantung: Lidokain
dan epinefrin tidak akan memberikan manfaat apa 2015 (Baru): Tidak terdapat cukup bukti untuk
pun sebagai pengganti epinefrin dosis standar dalam
mendukung penggunaan lidokain secara rutin setelah
serangan jantung.
serangan jantung. Namun, inisiasi atau kelanjutan lidokain
2010 (Lama): Satu dosis vasopresin 40 unit IV/secara dapat dipertimbangkan segera setelah ROSC dari
intraoseus dapat menggantikan baik dosis pertama serangan jantung akibat VF/pVT.
maupun kedua dari epinefrin dalam penanganan pasien Alasannya: Meskipun penelitian sebelumnya
serangan jantung.
menunjukkan adanya hubungan antara pemberian
Alasannya: Pemberian epinefrin dan vasopresin selama lidokain setelah infarksi miokardium dan tingginya angka
terjadinya serangan jantung telah terbukti meningkatkan kematian, namun penelitian lidokain baru-baru ini pada
ROSC. Pemeriksaan bukti yang tersedia menunjukkan pasien yang selamat dari serangan jantung menunjukkan
bahwa khasiat kedua obat adalah sama dan bahwa tidak adanya penurunan dalam insiden VF/pVT berulang,
ada manfaat yang dibuktikan dari pemberian epinefrin namun tidak menunjukkan manfaat atau kerugian
dan vasopresin dibandingkan dengan hanya epinefrin. jangkapanjang.

14 American Heart Association


Terapi Obat Pasca-Serangan Jantung: 2010 (Lama): Primary PCI (PPCI) setelah ROSC
-Blocker sehubungan dengan dugaan serangan etiologi jantung
iskemik dapat dilakukan, bahkan jika STEMI tidak
2015 (Baru): Tidak terdapat cukup bukti untuk didefinisikan dengan jelas. Perawatan sindrom koroner
mendukung penggunaan -blocker secara rutin setelah akut (ACS/acute coronary syndrome) yang tepat atau
serangan jantung. Namun, inisiasi atau kelanjutan STEMI, termasuk PCI atau fibrinolisis, harus dilakukan
-blocker oral maupun IV dapat dipertimbangkan di awal terlepas dari apakah pasien berada dalam kondisi tidak
setelah menjalani rawat inap dari serangan jantung akibat sadarkan diri.
VF/pVT.
Alasannya: Beberapa penelitian observasi menunjukkan
Alasannya: Dalam penelitian observasi terhadap pasien asosiasi positif antara revaskularisasi koroner darurat
yang menjalani ROSC setelah serangan jantung VF/pVT, serta hasil fungsional yang diharapkan dan kelangsungan
pemberian -blocker terkait dengan tingkat kelangsungan hidup. Dalam kondisi tidak terjadi serangan jantung,
hidup lebih tinggi. Namun, temuan ini hanya merupakan pedoman telah merekomendasikan perawatan darurat
hubungan asosiatif, dan penggunaan -blocker STEMI dan perawatan darurat selain ACS elevasi
secara rutin setelah serangan jantung berpotensi ST-segmen dengan ketidakstabilan fisik maupun
berbahaya karena -blocker dapat menyebabkan atau hemodinamik. Karena kondisi tidak sadarkan diri yang
memperburuk ketidakstabilan hemodinamik, menambah dihasilkan dapat diatasi dengan perbaikan ketidakstabilan
parah gagal jantung, dan mengakibatkan bradiaritmia. jantung, dan prognosis tidak sadarkan diri tidak dapat
Oleh karena itu, penyedia layanan medis harus ditetapkan secara andal dalam beberapa jam pertama
mengevaluasi pasien secara terpisah untuk mengetahui setelah terjadi serangan jantung, maka perawatan darurat
kecocokan mereka terhadap -blocker. untuk pasien pasca-serangan jantung harus mematuhi
pedoman yang sama.
Perawatan Pasca-Serangan Jantung Manajemen Suhu yang Ditargetkan
2015 (Diperbarui): Semua pasien dewasa yang tidak
Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan sadarkan diri (misalnya, kurangnya reaksi berarti terhadap
Besar perintah verbal) dengan ROSC setelah serangan
Berikut adalah masalah utama dan perubahan besar jantung harus menjalani TTM, dengan suhu target
dalam rekomendasi Pembaruan Pedoman 2015 untuk antara 32C hingga 36C yang dipilih dan diperoleh, lalu
perawatan pasca-serangan jantung: dipertahankan agar tetap sama selama minimum 24 jam.
Angiografi koroner darurat disarankan untuk semua pasien 2010 (Lama): Pasien dewasa yang tidak sadarkan diri
dengan elevasi ST dan untuk pasien yang tidak stabil secara (misalnya, kurangnya reaksi berarti terhadap perintah
hemodinamik maupun fisik tanpa elevasi ST yang diduga verbal) dengan ROSC setelah serangan jantung VF di luar
memiliki lesi kardiovaskular. rumah sakit harus menjalani proses penurunan suhu ke
Rekomendasi TTM telah diperbarui dengan bukti baru yang 32C hingga 34C selama 12 hingga 24 jam. Hipotermia
yang diinduksi juga dapat dipertimbangkan untuk pasien
menunjukkan bahwa kisaran suhu dapat diterima untuk
dewasa yang tidak sadarkan diri dengan ROSC setelah
ditargetkan dalam periode pasca-serangan jantung.
HCA dengan ritme awal atau setelah OHCA dengan ritme
Setelah TTM selesai, demam dapat terjadi. Meskipun terdapat awal pada aktivitas fisik tanpa denyut atau asistol.
data observasi yang bertentangan tentang bahaya demam
Alasannya: Penelitian awal TTM memeriksa pendinginan
setelah TTM, namun pencegahan demam dianggap tidak
terhadap suhu antara 32C hingga 34C dibandingkan
berbahaya dan oleh karena itu wajar diterapkan.
dengan tanpa TTM yang ditetapkan dengan baik, dan
Identifikasi dan perbaikan hipotensi direkomendasikan dalam menunjukkan adanya peningkatan dalam hasil neurologis
periode pasca-serangan jantung langsung. bagi pasien dengan hipotermia yang diinduksi. Penelitian
Prognostikasi kini direkomendasikan tidak lebih cepat dari berkualitas tinggi baru-baru ini membandingkan
72jam setelah penyelesaian TTM; bagi pasien yang tidak manajemen suhu pada 36C dan 33C, dan
memiliki TTM, prognostikasi tidak direkomendasikan lebih menunjukkan hasil yang mirip untuk keduanya. Secara
cepatdari 72 jam setelah ROSC. keseluruhan, penelitian awal ini membuktikan bahwa
TTM bermanfaat, sehingga tetap direkomendasikan
Semua pasien yang mengarah ke kondisi kematian otak atau untuk memilih satu suhu target dan menjalankan TTM.
kematian sirkulasi setelah serangan jantung pertama akan Mengingat bahwa 33C tidak lebih baik daripada 36C,
dipertimbangkan sebagai calon donor organ. dokter dapat memilih dari kisaran suhu target yang lebih
luas. Suhu yang dipilih dapat ditentukan berdasarkan
Angiografi Koroner preferensi dokter atau faktor klinis.
2015 (Diperbarui): Angiografi koroner harus dilakukan
secepatnya (bukan nanti saat dirawat di rumah sakit Melanjutkan Manajemen Suhu Melebihi
atau tidak sama sekali) pada pasien OHCA dengan 24Jam
dugaan serangan etiologi jantung dan elevasi ST pada
ECG. Angiografi koroner darurat perlu dilakukan pada 2015 (Baru): Mencegah demam secara aktif pada pasien
pasien dewasa tertentu (misalnya, tidak stabil secara fisik yang tidak sadarkan diri setelah TTM perlu dilakukan.
maupun hemodinamik) yang tidak sadarkan diri setelah Alasannya: Dalam beberapa penelitian observasi,
OHCA dan diduga sebagai sumber serangan jantung, demam setelah peningkatan kembali suhu dari
namun tanpa elevasi ST pada ECG. Angiografi koroner TTM dikaitkan dengan cedera neurologis yang
perlu dilakukan pada pasien pasca-serangan jantung memburuk, meskipun penelitian saling bertentangan.
yang diindikasikan menjalani angiografi koroner, terlepas Karena mencegah demam setelah TTM relatif tidak
dari apakah pasien tersebut berada dalam kondisi tidak membahayakan, sedangkan demam mungkin terkait
sadarkan diri. dengan bahaya, maka pencegahan demam disarankan.

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 15
Pendinginan di Luar Rumah Sakit Tidak ada satu pun temuan atau uji coba fisik yang dapat
memperkirakan adanya pemulihan saraf setelah serangan
2015 (Baru): Pendinginan suhu pasien pra-rumah sakit jantung dengan kepastian 100%. Beberapa modalitas
secara rutin dengan infusi cairan IV dingin setelah ROSC pengujian dan pemeriksaan yang digunakan bersama
tidak direkomendasikan. untuk memperkirakan hasil setelah efek hipotermia dan
Alasannya: Sebelum tahun 2010, pendinginan suhu pengobatan dapat teratasi kemungkinan besar akan
pasien dalam kondisi pra-rumah sakit belum dievaluasi memberikan perkiraan hasil yang akurat (Kotak 2).
secara ekstensif. Telah diasumsikan sebelumnya bahwa
inisiasi pendinginan lebih awal dapat memberikan Kotak 2
manfaat tambahan dan inisiasi pra-rumah sakit juga
dapat memfasilitasi dan mendorong pendinginan Temuan Klinis Bermanfaat
lanjutan di rumah sakit. Penelitian berkualitas tinggi yang
dipublikasikan baru-baru ini menunjukkan tidak adanya
yang Berkaitan Dengan
manfaat terhadap pendinginan pra-rumah sakit dan juga Hasil Neurologis yang Buruk*
mengidentifikasi potensi komplikasi bila menggunakan
cairan IV dingin untuk pendinginan pra-rumah sakit. Tidak ada refleks pupil terhadap cahaya pada 72 jam atau lebih
setelah serangan jantung
Tujuan Hemodinamik Setelah Resusitasi Terdapat status mioklonus (berbeda dengan sentak mioklonik
2015 (Baru): Menghindari dan secepatnya memperbaiki terisolasi) dalam 72 jam pertama setelah serangan jantung
hipotensi (tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg, Ketiadaan somatosensori N20 memicu potensi gelombang
tekanan arteri rata-rata kurang dari 65 mm Hg) mungkin kortikal dalam 24 hingga 72 jam setelah serangan jantung
perlu dilakukan saat perawatan pasca-serangan jantung atausetelah peningkatan kembali suhu
berlangsung. Adanya penurunan yang ditandai dengan rasio abu-abu
Alasannya: Penelitian pasien setelah serangan jantung putihpada CT otak yang diperoleh dalam 2 jam setelah
membuktikan bahwa tekanan darah sistolik kurang dari serangan jantung
90 mm Hg atau tekanan arteri rata-rata kurang dari Batasan menyeluruh terhadap difusi pada MRI otak dalam
65 mm Hg terkait dengan angka kematian lebih tinggi 2hingga 6 hari setelah serangan jantung
dan pemulihan fungsional yang berkurang, sedangkan Ketiadaan terus-menerus reaktivitas EEG terhadap rangsangan
tekanan arteri sistolik lebih besar dari 100 mm Hg terkait eksternal pada 72 jam setelah serangan jantung
dengan pemulihan yang lebih baik. Meskipun tekanan
lebih tinggi muncul, namun target tekanan sistolik khusus Peningkatan tekanan terus-menerus atau epileptikus status
atau tekanan arteri rata-rata tidak dapat diidentifikasi terselesaikan pada EEG setelah peningkatan kembali suhu
karena uji coba biasanya mempelajari paket dari banyak Ketiadaan gerakan motor, sikap ekstensor, atau mioklonus tidak boleh
intervensi, termasuk kontrol hemodinamik. Selain itu, digunakan secara terpisah untuk memperkirakan hasil.
karena acuan tekanan darah bervariasi dari pasien ke *Kejut, suhu, gangguan metabolisme, sedasi atau blokade
pasien, maka masing-masing pasien mungkin memiliki neuromuskular di awal, dan faktor klinis lain harus dipertimbangkan
persyaratan yang berbeda untuk menjaga perfusi organ dengan cermat karena dapat mempengaruhi hasil atau interpretasi uji
tetap optimal. coba tertentu.
Singkatan: CT, tomografi terkomputasi; EEG, elektroensefalogram;
Prognostikasi Setelah Serangan Jantung MRI, pencitraan resonansi magnetik.
2015 (Baru): Waktu paling awal untuk memperkirakan
hasil neurologis yang buruk menggunakan pemeriksaan Pendonoran Organ
klinis pada pasien yang tidak ditangani dengan TTM
2015 (Diperbarui): Semua pasien yang menjalani
adalah 72 jam setelah serangan jantung, namun kali
resusitasi dari serangan jantung, namun secara bertahap
ini dapat lebih lama setelah serangan jantung jika sisa
mengarah ke kematian atau kematian otak akan
dampak sedasi atau paralisis diduga mengacaukan
dievaluasi sebagai calon donor organ. Pasien yang tidak
pemeriksaan klinis.
mencapai kondisi ROSC dan yang resusitasinya akan
2015 (Diperbarui): Pada pasien yang ditangani dengan dihentikan dapat dipertimbangkan sebagai calon donor
TTM, dalam kondisi sedasi atau paralisis dapat ginjal atau hati dengan ketentuan tersedianya program
mengacaukan pemeriksaan klinis, diperlukan waktu pemulihan organ cepat.
tunggu hingga 72 jam setelah kembali ke kondisi 2010 (Lama): Pasien dewasa yang mengarah ke kondisi
normotermia agar dapat memperkirakan hasil.
kematian otak setelah menjalani resusitasi dari serangan
2010 (Lama): Meskipun waktu untuk kegunaan uji coba jantung akan dipertimbangkan sebagai donor organ.
tertentu telah diidentifikasi, namun tidak ada rekomendasi Alasannya: Tidak ada perbedaan yang dilaporkan dalam
khusus secara keseluruhan yang dibuat terkait waktu
fungsi organ langsung maupun jangka panjang dari
untuk prognostikasi.
donor yang mencapai kondisi kematian otak setelah
Alasannya: Temuan klinis, modalitas elektrofisiologis, serangan jantung dibandingkan dengan donor yang
modalitas pencitraan, dan penanda dalam darah berguna mencapai kondisi kematian otak akibat penyebab lainnya.
untuk memperkirakan hasil neurologis pada pasien yang Organ yang ditransplantasi dari donor ini memiliki tingkat
tidak sadarkan diri, namun setiap temuan, uji coba, keberhasilan sebanding dengan organ yang dipulihkan
dan penanda dipengaruhi dengan cara yang berbeda dari donor serupa dengan kondisi lainnya.
oleh sedasi dan blokade neuromuskular. Selain itu,
otak koma dapat lebih sensitif terhadap pengobatan,
dan pengobatan memerlukan waktu lebih lama untuk
memetabolisme setelah serangan jantung.

16 American Heart Association


sakit akan mengurangi waktu untuk reperfusi serta
Sindrom Koroner Akut mengurangi angka morbiditas dan kematian. Karena
penyedia tidak berpengalaman mungkin memerlukan
Pembaruan Pedoman 2015 menandai perubahan dalam waktu lama untuk mengembangkan keahlian dengan
lingkup pedoman AHA untuk evaluasi dan manajemen interpretasi 12 sadapan ECG, maka interpretasi melalui
ACS. Sejak pembaruan ini, rekomendasi akan terbatas komputer diharapkan dapat meningkatkan keakuratan
pada fase perawatan pra-rumah sakit dan unit gawat interpretasi bila digunakan sehubungan dengan
darurat. Perawatan di rumah sakit diatur berdasarkan interpretasi yang dilakukan oleh tenaga medis selain
pedoman untukmanajemen infarksi miokardium yang dokter yang terlatih.
dipublikasikan secara bersama oleh AHA dan American
College of Cardiology Foundation. Reperfusi
2015 (Baru): Jika fibrinolisis pra-rumah sakit tersedia
Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan sebagai bagian dari sistem perawatan STEMI dan
Besar pemindahan langsung ke pusat PCI pun tersedia, maka
Berikut adalah masalah utama dengan perubahan besar triase pra-rumah sakit dan pemindahan langsung ke
dalam rekomendasi Pembaruan Pedoman 2015 untuk pusat PCI mungkin dipilih karena akan mengakibatkan
ACS: penurunan insiden pendarahan intrakranium yang
Akuisisi dan interpretasi ECG pra-rumah sakit relatif kecil. Namun, tidak terdapat bukti manfaat terkait
kematian dari satu terapi terhadap terapi lainnya.
Memilih strategi reperfusi bila fibrinolisis pra-rumah
sakittersedia 2015 (Baru): Pada pasien dewasa yang menjalani
STEMI di unit gawat darurat di rumah sakit yang tidak
Memilih strategi reperfusi di rumah sakit yang tidak mendukung PCI, kami menyarankan agar pasien tersebut
mendukungPCI segera dipindahkan tanpa fibrinolisis dari fasilitas awal ke
Troponin untuk mengidentifikasi pasien yang dapat dipindahkan pusat PCI, bukan diberikan fibrinolisis langsung di rumah
dengan aman dari unit gawat darurat sakit awal dengan pemindahan hanya untuk PCI yang
Intervensi yang mungkin atau mungkin tidak bermanfaat jika disebabkan oleh iskemia.
diberikan sebelum tiba di rumah sakit 2015 (Baru): Bila pasien STEMI tidak dapat dipindahkan
ke rumah sakit yang mendukung PCI tepat pada
Akuisisi dan Interpretasi ECG Pra-Rumah waktunya, maka terapi fibrinolitik dengan pemindahan
Sakit rutin untuk angiografi (lihat di bawah ini) dapat menjadi
2015 (Baru): 12 sadapan ECG pra-rumah sakit harus alternatif yang dapat diterima untuk melakukan
diakuisisi di awal untuk pasien dengan kemungkinan ACS. pemindahan langsung ke Primary PCI.
2015 (Baru): Tenaga medis selain dokter yang terlatih 2015 (Baru): Bila terapi fibrinolitik diberikan kepada
dapat melakukan interpretasi ECG untuk menentukan pasien STEMI di rumah sakit yang tidak mendukung
apakah pelacakan menunjukkan bukti STEMI. PCI, memindahkan semua pasien pascafibrinolisis
mungkin dapat dilakukan untuk angiografi rutin dini dalam
2015 (Diperbarui): Interpretasi ECG terbantu komputer 3hingga 6 jam pertama dan maksimum 24 jam, bukan
dapat digunakan sehubungan dengan interpretasi yang memindahkan pasien pascafibrinolisis hanya bila mereka
dilakukan oleh dokter atau penyedia layanan medis memerlukan angiografi yang didorong oleh iskemia.
terlatih untuk mengidentifikasi STEMI.
2010 (Lama): Pemindahan pasien berisiko tinggi yang
2015 (Diperbarui): Pemberitahuan pra-rumah sakit telah menerima reperfusi primer dengan terapi fibrinolitik
tentang pengaktifan laboratorium kateterisasi rumah dapat dilakukan.
sakit dan/atau pra-rumah sakit penerima harus diberikan Alasannya: Fibrinolisis telah menjadi standar perawatan
kepada semua pasien dengan STEMI yang diidentifikasi
STEMI selama lebih dari 30 tahun. Dalam 15 tahun
pada ECG pra-rumah sakit.
terakhir, PPCI semakin siap tersedia di sebagian
2010 (Lama): Jika penyedia layanan tidak dilatih untuk besar wilayah Amerika Utara dan telah terbukti dapat
menginterpretasikan 12 sadapan ECG, maka transmisi meningkatkan hasil secara wajar, dibandingkan
lapangan ECG atau laporan komputer kepada rumah dengan fibrinolisis, bila PPCI dapat diberikan tepat
sakit penerima direkomendasikan. waktu oleh praktisi yang berpengalaman. Namun,
bila terjadi penundaan untuk PPCI, tergantung pada
2010 (Lama): Pemberitahuan sebelumnya tentang pasien
durasi penundaan tersebut, fibrinolisis langsung
yang diidentifikasi mengalami STEMI harus diberikan
dapat mengantisipasi setiap manfaat tambahan
kepada rumah sakit penerima.
PCI. Pemindahan langsung ke rumah sakit yang
Alasannya: 12 sadapan ECG tidak memerlukan biaya mendukung PCI dibandingkan dengan fibrinolisis pra-
yang besar, mudah dilakukan, dan dapat dengan cepat rumah sakit tidak menghasilkan perbedaan apa pun
memberikan bukti tentang elevasi ST akut. Kekhawatiran dalam angka kematian, namun pemindahan untuk
bahwa interpretasi ECG yang dilakukan oleh tenaga PPCI mengakibatkan penurunan insiden pendarahan
medis selain dokter dapat mengarah ke overdiagnosis intrakranium yang relatif kecil. Pemeriksaan bukti telah
yang menyebabkan pemakaian sumber daya secara memberikan rekomendasi stratifikasi perawatan sesuai
berlebihan atau underdiagnosis yang menyebabkan dengan waktu sejak gejala dimulai serta mengantisipasi
terjadinya penundaan perawatan telah menghambat penundaan ke PPCI, dan telah memberikan rekomendasi
pengembangan program ECG ke sistem EMS. khususnya kepada dokter di rumah sakit yang tidak
Kekhawatiran serupa muncul terkait dengan interpretasi mendukung PCI. PCI langsung setelah penanganan
ECG oleh komputer. Ulasan dokumentasi menunjukkan menggunakan fibrinolisis tidak memberikan manfaat
bahwa bila fibrinolisis tidak diberikan dalam kondisi tambahan, namun angiografi rutin dalam 24 jam pertama
pra-rumah sakit, maka pemberitahuan awal rumah sakit setelah memberikan fibrinolisis akan mengurangi insiden
tentang kedatangan pasien berikutnya dengan elevasi reinfarksi.
ST atau pengaktifan laboratorium kateterisasi pra-rumah

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 17
Troponin untuk Mengidentifikasi Pasien yang atau lebih besar (misalnya, tidak ada hipoksemia) dan tidak ada
bukti kesulitan pernapasan. Bukti lebih lanjut bahwa pemberian
Dapat Dipindahkan Dengan Aman dari Unit oksigen tambahan secara rutin dapat berbahaya, didukung
Gawat Darurat oleh uji acak terkontrol multipusat yang dipublikasikan sejak
2015 (Baru): Troponin sensitivitas tinggi T dan hanya pemeriksaan sistematis 20158, akan memperkuat rekomendasi
bahwa pemberian oksigen kepada pasien dengan kemungkinan
troponin I yang diukur pada 0 dan 2 jam (tanpa ACS yang memiliki saturasi oksigen normal akan ditunda
menjalankan stratifikasi berisiko klinis) tidak boleh (misalnya, yang tidak memiliki hipoksemia).
digunakan untuk mengecualikan diagnosis ACS,
namun pengukuran troponin sensitivitas tinggi I kurang Untuk pasien STEMI, pemberian UFH dalam kondisi pra-rumah
sakit atau bivalirudin wajar dilakukan.
dari 99persentil, yang diukur pada 0 dan 2 jam,
dapat digunakan bersama stratifikasi berisiko rendah Pada pasien dengan dugaan STEMI yang dipindahkan untuk
(skor Trombolisis dalam Infarksi Miokardium [TIMI/ PPCI, enoksaparin adalah alternatif yang wajar untuk UFH.
Thrombolysis in Myocardial Infarction] sebesar 0 atau1,
atau berisiko rendah berdasarkan aturan Vancouver) Kondisi Khusus Resusitasi
untuk memperkirakan peluang di bawah 1% dari
kejadian kardiovaskular utama yang merugikan (MACE/ Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan
major adverse cardiac event) selama 30 hari. Selain itu,
pengukuran troponin negatif I atau troponin T pada 0 dan Besar
antara 3 hingga 6 jam dapat digunakan bersama stratifikasi Pengalaman dalam menangani pasien dengan dugaan overdosis
berisiko sangat rendah (skor TIMI sebesar 0, skor berisiko opioid atau yang telah diketahui mengalami overdosis opioid
rendah berdasarkan aturan Vancouver, skor Nyeri Dada di menunjukkan bahwa nalokson dapat diberikan dengan
Amerika Utara sebesar 0 dan usia kurang dari 50 tahun, keamanan dan efektivitas yang nyata dalam kondisi pertolongan
atau skor JANTUNG berisiko rendah) untuk memperkirakan pertama dan BLS. Dengan begitu, pemberian nalokson oleh
peluang di bawah 1% dari MACE selama 30 hari. penolong tidak terlatih dan HCP kini disarankan dan pelatihan
praktis diberikan. Selain itu, algoritma baru untuk penanganan
2010 (Lama): Jika penanda biologis pada awalnya korban yang tidak bereaksi dengan dugaan overdosis opioid
bernilai negatif selama 6 jam sejak gejala dimulai, disediakan.
sebaiknya penanda biologis tersebut harus diukur ILE (intravenous lipid emulsion) dapat dipertimbangkan untuk
ulangantara 6 hingga 12 jam sejak gejala dimulai. perawatan keracunan sistemik anestesi lokal. Selain itu,
Alasannya: Mengandalkan hasil uji coba troponin rekomendasi baru tersedia, mendukung kemungkinan manfaat
ILE pada pasien yang mengalami serangan jantung dan gagal
yang bernilai negatif, baik hanya troponin maupun menjalani tindakan resusitasi standar sebagai akibat dari
dikombinasikan dengan penilaian risiko tidak terstruktur, keracunan obat selain keracunan sistemik anestesi lokal.
akan menghasilkan angka MACE yang terlalu tinggi selama
Pentingnya CPR berkualitas tinggi saat terjadi serangan jantung
30 hari. Namun, perkiraan yang didasarkan pada hasil
mengarah pada penilaian kembali rekomendasi tentang
uji coba troponin bernilai negatif, dikombinasikan dengan pembebasan kompresi aortokaval saat terjadi serangan
penilaian risiko tidak terstruktur, akan menghasilkan risiko jantung pada pasien dalam masa kehamilan. Penilaian kembali
di bawah 1% dari MACE selama 30 hari. ini menghasilkan rekomendasi baru tentang strategi untuk
pergeseran uterin.
Intervensi Lainnya
Bila pengobatan mengurangi tingginya morbiditas atau Pendidikan Terkait Masalah Overdosis Opioid
kematian, pemberian pengobatan pra-rumah sakit, Serta Pelatihan dan Pemberian Nalokson
dibandingkan dengan pemberian pengobatan di rumah
sakit, akan membuat obat bekerja lebih cepat dan pada 2015 (Baru): Pendidikan terkait respons terhadap
akhirnya dapat mengurangi tingginya morbiditas atau masalah overdosis opioid perlu diberikan, baik hanya
kematian. Namun, bila waktu respons dan transportasi masalah overdosis opioid tersebut maupun bila
EMS di perkotaan cukup singkat, peluang efek obat yang digabungkan dengan pemberian dan pelatihan tentang
berkhasiat mungkin akan kecil. Lebih lanjut, menambah nalokson, kepada pasien yang berisiko mengalami
tindakan pengobatan akan meningkatkan kerumitan overdosis opioid (atau orang yang tinggal bersama
perawatan pra-rumah sakit, yang pada akhirnya dapat maupun sering berinteraksi dengan pasien tersebut).
menghasilkan efek negatif. Wajar bila pelatihan ini didasarkan pada rekomendasi
pertolongan pertama dan selain BLS HCP, bukan pada
Inhibisi adenosin difosfat untuk pasien di rumah sakit dengan
sejumlah praktik lanjutan yang ditujukan untuk HCP.
dugaan STEMI telah disarankan sejak lama. Pemberian inhibitor
adenosin difosfat dalam kondisi pra-rumah sakit tidak akan
memberikan baik manfaat tambahan maupun bahaya bila
Perawatan Overdosis Opioid
dibandingkan dengan menunggu hingga diberikan di rumah sakit. 2015 (Baru): Pemberian nalokson IM atau IN secara
UFH (unfractionated heparin) yang diberikan kepada pasien empiris kepada semua korban yang tidak bereaksi dalam
dengan STEMI dalam kondisi pra-rumah sakit belum terbukti kemungkinan kondisi darurat yang mengancam jiwa
memberikan manfaat tambahan dibandingkan dengan jika terkait opioid mungkin perlu dilakukan sebagai tambahan
diberikan di rumah sakit. Dalam sistem yang telah mendukung terhadap tindakan pertolongan pertama standar dan
diberikannya UFH dalam kondisi pra-rumah sakit, sebaiknya selain protokol BLS HCP. Untuk pasien dengan dugaan
penggunaan UFH tersebut tidak dihentikan. Jika UFH belum overdosis opioid atau yang telah diketahui yang memiliki
digunakan dalam kondisi pra-rumah sakit, sebaiknya tunda denyut nyata, namun napas tidak normal atau tersengal
pemberian UFH hingga pasientiba di rumah sakit. (misalnya, henti napas), selain menyediakan perawatan
Sebelum rekomendasi 2010, oksigen secara rutin diberikan standar, penolong terlatih perlu memberikan nalokson IM
kepada semua pasien dengan dugaan ACS, tanpa atau IN kepada pasien dalam kondisi darurat pernapasan
memperhitungkan saturasi oksigen atau kondisi pernapasan. terkait opioid (Gambar 6). Tenaga medis tidak boleh
Dalam rekomendasi 2010, bukti yang lemah atas tidak menunda akses ke layanan medis lebih lanjut sewaktu
adanya manfaat dan adanya kemungkinan bahaya menuntut menunggu reaksi pasien terhadap nalokson atau
rekomendasi bahwa oksigen tambahan tidak diperlukan untuk intervensi lainnya.
pasien dengan ACS yang memiliki saturasi oksihemoglobin 94%

18 American Heart Association


Gambar 6

Algoritma Gawat Darurat (Dewasa) yang Mengancam Jiwa Terkait OpioidBaru 2015
Algoritma Gawat Darurat (Dewasa) yang Mengancam
Jiwa Terkait Opioid

Nilai dan aktifkan.


Periksa apakah korban tidak menunjukkan
reaksi dan cari pertolongan terdekat. Minta
seseorang menghubungi 9-1-1 dan mengambil
AED serta nalokson.
Perhatikan apakah napas terhenti atau
tersengal.

Mulai CPR.
Jika korban tidak bereaksi dan napas terhenti
atau tersengal, mulai CPR.*
Jika tidak ada orang lain di sekitar, lakukan CPR
selama 2 menit sebelum Anda menghubungi
9-1-1 serta mengambil nalokson dan AED.

Berikan nalokson.
Berikan nalokson segera setelah tersedia.
2 mg intranasal atau 0,4 mg intramuskular.
Dapat diulangi setelah 4 menit.

Apakah korban Berikan stimulasi dan nilai


bereaksi? kembali.
Ya Lanjutkan dengan memeriksa reaksi dan
Pada saat tertentu, apakah
korbansengaja bergerak, pernapasan hingga bantuan lanjutan tiba.
bernapasteratur, merintih, Jika korban berhenti bereaksi, mulai CPR
dan berikan nalokson.
ataubereaksi?

Tidak

Lanjutkan CPR dan gunakan AED


segera setelah tersedia.
Lanjutkan hingga korban bereaksi atau bantuan
lanjutan tiba.

*Teknik CPR berdasarkan tingkat pelatihan penolong.


2015 American Heart Association
Pemberian nalokson IM atau IN secara empiris kepada terlebih dulu, bukan pemberian nalokson, dengan
semua pasien yang tidak bereaksi dalam kondisi darurat fokus pada CPR berkualitas tinggi (kompresi ditambah
resusitasi terkait opioid mungkin perlu dilakukan sebagai ventilasi). Pemberian nalokson IM atau IN perlu dilakukan
tambahan terhadap tindakan pertolongan pertama dengan berdasarkan pada kemungkinan bahwa pasien
standar dan selain protokol BLS HCP. Prosedur resusitasi berada dalam kondisi henti napas, bukan serangan
standar, termasuk pengaktifan EMS, tidak boleh ditunda jantung. Tenaga medis tidak boleh menunda akses ke
untuk pemberian nalokson. layanan medis lebih lanjut sewaktu menunggu reaksi
pasien terhadap nalokson atau intervensi lainnya.
Serangan Jantung Pada Pasien Dengan
Alasannya: Pemberian nalokson belum pernah
Dugaan Overdosis Opioid atau yang Telah disarankan untuk penyedia tindakan pertolongan
Diketahui pertama, selain HCP, atau penyedia BLS. Namun,
2015 (Baru): Pasien tanpa denyut nyata mungkin perangkat pemberian nalokson yang ditujukan untuk
mengalami serangan jantung atau mungkin memiliki digunakan oleh penolong tidak terlatih kini disetujui dan
denyut lemah atau lambat yang tidak terdeteksi. Pasien dapat digunakan di Amerika Serikat, dan keberhasilan
tersebut harus ditangani sebagai pasien serangan penerapan program nalokson oleh penolong tidak terlatih
jantung. Tindakan resusitasi standar harus diberikan telah ditekankan oleh Pusat Penanggulangan Penyakit
(Centers for Disease Control). 9 Meskipun nalokson tidak

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 19
diharapkan akan bermanfaat dalam kondisi serangan perimortem (PMCD/perimortem cesarean delivery).
jantung, baik jika disebabkan oleh overdosis opioid PMCD harus dipertimbangkan 4 menit setelah dimulainya
maupun tidak, namun telah diakui bahwa membedakan serangan jantung atau upaya resusitasi pada ibu (untuk
serangan jantung dari kesulitan bernapas parah pada serangan yang tidak terlihat) jika tidak ada ROSC ibu.
korban yang mengalami overdosis opioid sulit dilakukan. Keputusan klinis untuk melakukan PMCD, beserta waktu
Meskipun tidak ada bukti bahwa pemberian nalokson pelaksanaannya sehubungan dengan serangan jantung
akan membantu pasien yang mengalami serangan pada ibu, sangat rumit karena beragamnya tingkat
jantung, namun pemberian nalokson dapat membantu keahlian praktisi dan tim, faktor pasien (misalnya, etiologi
pasien yang tidak bereaksi dalam kondisi kesulitan serangan, usia kehamilan janin), dan sumber daya sistem.
bernapas parah yang hanya akan terlihat dalam kondisi
2010 (Lama): Kelahiran sesar darurat dapat
serangan jantung (misalnya, sulit menentukan ada atau
dipertimbangkan 4 menit setelah dimulainya serangan
tidaknya denyut).
jantung ibu jika tidak ada ROSC.
Emulsi Lipid Intravena Alasannya: PMCD memberikan peluang untuk
2015 (Diperbarui): Pemberian ILE mungkin perlu melakukan resusitasi terpisah pada janin yang berpotensi
dilakukan, bersama perawatan resusitasi standar, kepada hidup dan pembebasan akhir kompresi aortokaval,
pasien yang mengalami pertanda neurotoksisitas atau yang dapat meningkatkan hasil resusitasi ibu. Skenario
serangan jantung akibat keracunan anestesi lokal. dan kondisi klinis serangan harus menginformasikan
Pemberian ILE mungkin perlu dilakukan kepada pasien keputusan akhir tentang waktu pelaksanaan kelahiran
dalam kondisi keracunan obat lain yang gagal menjalani sesar darurat.
tindakan resusitasi standar.
2010 (Lama): Pemberian ILE mungkin perlu dilakukan
Bantuan Hidup Dasar Pediatri
dalam kondisi keracunan anestesi lokal. dan Kualitas CPR
Alasannya: Sejak 2010, penelitian terhadap hewan yang
dipublikasikan dan laporan kasus yang terjadi pada Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan
manusia telah memeriksa penggunaan ILE pada pasien Besar
dalam kondisi keracunan obat yang bukan disebabkan
oleh infusi anestesi lokal. Meskipun hasil penelitian dan Perubahan terhadap BLS pediatri sejalan dengan
laporan tersebut bervariasi, namun mungkin terdapat perubahan terhadap BLS dewasa. Berikut adalah topik
peningkatan secara klinis setelah ILE diberikan. Jika yang diperiksa yang tercakup di sini:
prognosis pasien yang gagal menjalani tindakan resusitasi Menegaskan kembali urutan C-A-B sebagai urutan yang dipilih
standar sangat buruk, pemberian ILE secara empiris untuk CPR pediatri
dalam situasi ini mungkin perlu dilakukan meskipun Algoritma baru untuk CPR HCP pediatri dengan satu dan
bukti yang ada sangat lemah dan bertentangan. beberapa penolong dalam era ponsel
Serangan Jantung Pada Masa Kehamilan: Menentukan batas atas 6 cm untuk kedalaman kompresi dada
pada anak remaja
Pemberian CPR Menunjukkan bahwa BLS dewasa merekomendasikan
2015 (Diperbarui): Prioritas untuk ibu hamil dalam kondisi kecepatan kompresi dada sebesar 100 hingga 120/min
serangan jantung adalah pemberian CPR berkualitas Menegaskan kembali sepenuhnya bahwa kompresi dan ventilasi
tinggi dan pembebasan kompresi aortokaval. Jika tinggi diperlukan untuk BLS pediatri
fundus berada pada atau di atas tinggi pusar, pergeseran
uterin ke kiri secara manual dapat bermanfaat dalam Urutan C-A-B
membebaskan kompresi aortokaval saat kompresi dada
berlangsung. 2015 (Diperbarui): Meskipun jumlah dan kualitas
data pendukung terbatas, namun mempertahankan
2010 (Lama): Untuk membebaskan kompresi aortokaval urutan dari Pedoman 2010 dengan melakukan CPR
saat kompresi dada berlangsung dan mengoptimalkan menggunakan teknik C-A-B melalui A-B-C perlu
kualitas CPR, sebaiknya pergeseran uterin ke kiri secara dilakukan. Terdapat kesenjangan pengetahuan, dan
manual dilakukan dalam posisi telentang terlebih dulu. penelitian tertentu diminta untuk memeriksa urutan
Jika teknik ini tidak berhasil, dan pengganjal yang terbaik untuk CPR pada anak-anak.
sesuai tersedia, maka penyedia layanan medis dapat
mempertimbangkan untuk menempatkan pasien pada 2010 (Lama): Lakukan CPR pada bayi dan anak-anak
posisi miring ke kiri sejauh 27 hingga 30, menggunakan dengan kompresi dada, bukan napas buatan (C-A-B,
pengganjal yang kuat untuk menopang panggul dan bukan A-B-C). CPR harus dimulai dengan 30 kompresi
rongga dada. (oleh satu penolong) atau 15 kompresi (untuk resusitasi
bayi dan anak dengan 2 HCP), bukan dengan 2 ventilasi.
Alasannya: Pemahaman atas pentingnya CPR
berkualitas tinggi dan inkompatibilitas kemiringan dengan Alasannya: Dalam kondisi tidak tersedianya data baru,
CPR berkualitas tinggi telah menuntut penghapusan urutan 2010 belum diubah. Konsistensi dalam urutan
rekomendasi untuk menggunakan kemiringan dan kompresi (compression), saluran udara (airway), dan
penguatan rekomendasi untuk pergeseran uterin napas buatan (breathing) untuk CPR pada korban dari
secaramenyamping. semua golongan usia mungkin paling mudah diingat
dan dilakukan oleh penolong yang menangani pasien
Serangan Jantung Pada Masa Kehamilan: dari berbagai golongan usia. Menjaga urutan yang sama
Kelahiran Sesar Darurat untuk pasien dewasa dan anak-anak akan menciptakan
konsistensi dalam pengajaran.
2015 (Diperbarui): Dalam situasi seperti trauma ibu yang
tidak dapat bertahan atau tanpa denyut berkepanjangan
yang membuat upaya resusitasi ibu sia-sia, jangan
tunggu lebih lama lagi untuk melakukan persalinan sesar

20 American Heart Association


Gambar 7

Penyedia Layanan Kesehatan BLS Algoritma Serangan Jantung Pada Pasien Pediatri
untuk Satu PenolongPembaruan 2015

Penyedia Layanan Kesehatan BLS


Algoritma Serangan Jantung Pada Pasien Pediatri untuk Satu Penolong
Pembaruan 2015

Amankan lokasi kejadian.

Korban tidak menunjukkan reaksi.


Teriaklah untuk mendapatkan pertolongan terdekat. Berikan napas buatan:
Aktifkan sistem tanggapan darurat melalui 1napas buatan setiap
perangkat bergerak (jika tersedia). 3-5 detik atau sekitar
12-20 napas buatan
permenit.
Aktifkan sistem Bernapas Tambah kompresi jika
tanggapan darurat Bernapas Perhatikan apakah tidak denyut tetap 60/min
(jika belum normal, ada napas terhenti atau normal, ada dengan tanda perfusi
dilakukan). denyut tersengal dan periksa denyut denyut buruk.
Kembali pada (secara bersamaan). Aktifkan sistem tanggapan
korban dan Apakah denyut benar-benar darurat (jika belum
pantau hingga terasa dalam 10 detik? dilakukan) setelah 2 menit.
tenaga medis Terus berikan napas
terlatih tiba. buatan; periksa denyut
kurang lebih setiap
2menit. Jika tidak ada
denyut, mulai CPR
Napas terhenti
(lanjutkan dengan kotak
atau tersengal,
"CPR").
tidak ada denyut

Korban terlihat Ya Aktifkan sistem tanggapan


jatuh darurat (jika belum
mendadak? dilakukan), lalu ambil AED/
defibrilator.
Tidak

CPR
1 penolong: Mulai siklus 30 kompresi
dan 2 napas buatan.
(Jika penolong kedua datang, gunakan
rasio 15:2.)
Gunakan AED segera setelah tersedia.

Jika penolong masih sendiri kurang lebih


setelah 2 menit, aktifkan sistem tanggapan
darurat, lalu ambil AED (jika belum dilakukan).

AED menganalisis
ritme.
Ya, Ritme dapat dikejut? Tidak,
ritme dapat ritme tidak dapat
dikejut dikejut

Terapkan 1 kejut. Segera Segera lanjutkan dengan CPR


lanjutkan dengan CPR kurang kurang lebih selama 2 menit
lebih selama 2 menit (hingga AED (hingga AED membolehkan
membolehkan pemeriksaan ritme). pemeriksaan ritme). Lanjutkan
Lanjutkan hingga tenaga ALS hingga tenaga ALS mengambil
mengambil alih atau korban mulai alih atau korban mulai bergerak.
bergerak.

2015 American Heart Association

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 21
Algoritma Baru untuk CPR HCP Satu dan AED dengan cepat karena kondisi tersebut cenderung
merupakan etiologi jantung.
Beberapa Penolong
Algoritma CPR pediatri HCP untuk satu penolong atau Kedalaman Kompresi Dada
lebih telah dipisahkan (Gambar 7 dan 8) agar dapat 2015 (Diperbarui): Merupakan hal yang wajar bila
memandu penolong menjalani tahap awal resusitasi penolong memberikan kompresi dada yang akan menekan
secara lebih baik dalam era penggunaan ponsel yang dada minimal sepertiga dari diameter anteroposterior
dilengkapi speaker saat ini. Perangkat ini memungkinkan dada kepada pasien pediatrik (bayi [usia kurang dari
seorang penolong mengaktifkan respons darurat saat 1tahun] hingga anak-anak usia maksimal memasuki
memulai CPR; penolong dapat melanjutkan percakapan masa pubertas). Ini setara dengan sekitar 1,5inci (4cm)
dengan operator selama CPR. Algoritma ini terus pada bayi hingga 2 inci (5 cm) pada anak-anak.
menekankan prioritas tinggi untuk CPR berkualitas tinggi, Setelahanak-anak mencapai masa pubertas (remaja),
jika tiba-tiba korban jatuh pingsan, guna mendapatkan
Gambar 8

Penyedia Layanan Kesehatan BLS Algoritma Serangan Jantung Pada Pasien Pediatri
untuk 2 Penolong atau LebihPembaruan 2015
Penyedia Layanan Kesehatan BLS
Algoritma Serangan Jantung Pada Pasien Pediatri untuk 2 Penolong atau
LebihPembaruan 2015

Amankan lokasi kejadian.

Korban tidak menunjukkan reaksi.


Teriaklah untuk mendapatkan pertolongan
terdekat.
Penolong pertama tetap mendampingi korban. Berikan napas buatan:
Penolong kedua mengaktifkan sistem 1napas buatan setiap
tanggapan darurat serta mengambil AED dan 3-5 detik atau sekitar
peralatan gawat darurat. 12-20 napas buatan
permenit.
Tambah kompresi jika
Bernapas denyut tetap 60/min
Bernapas Perhatikan apakah tidak dengan tanda perfusi
normal, ada napas terhenti atau normal, ada buruk.
Pantau hingga denyut denyut Aktifkan sistem
tersengal dan periksa denyut
tenaga medis tanggapan darurat (jika
(secara bersamaan).
terlatih tiba. belum dilakukan) setelah
Apakah denyut benar-benar
2 menit.
terasa dalam 10 detik? Terus berikan napas
buatan; periksa denyut
Napas terhenti kurang lebih setiap
atau tersengal, 2menit. Jika tidak ada
tidak ada denyut denyut, mulai CPR
(lanjutkan dengan kotak
"CPR").
CPR
Penolong pertama memulai CPR dengan rasio
30:2 (kompresi berbanding napas buatan).
Setelah penolong kedua kembali, gunakan
rasio 15:2 (kompresi berbanding napas buatan).
Gunakan AED segera setelah tersedia.

AED menganalisis
ritme.
Ritme dapat dikejut? Tidak,
Ya, ritme tidak dapat
ritme dapat dikejut dikejut

Terapkan 1 kejut. Segera Segera lanjutkan dengan CPR


lanjutkan dengan CPR kurang kurang lebih selama 2 menit
lebih selama 2 menit (hingga AED (hingga AED membolehkan
membolehkan pemeriksaan ritme). pemeriksaan ritme). Lanjutkan
Lanjutkan hingga tenaga ALS hingga tenaga ALS mengambil
mengambil alih atau korban mulai alih atau korban mulai bergerak.
bergerak.

2015 American Heart Association

22 American Heart Association


kedalaman kompresi dewasa yang disarankan minimal
2inci (5 cm), namun tidak lebih besar dari 2,4 inci (6 cm). Bantuan Hidup Lanjutan
2010 (Lama): Untuk mendapatkan kompresi dada yang bagi Pediatrik
efektif, penolong harus mengkompresi minimal sepertiga
diameter anteroposterior dada. Ini kira-kira setara 1,5 inci Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan
(sekitar 4 cm) pada sebagian besar bayi dan sekitar 2 inci
(5 cm) pada sebagian besar anak-anak. Besar
Alasannya: Salah satu penelitian pada orang dewasa Berbagai masalah utama dalam ulasan dokumentasi
bantuan hidup lanjutan bagi pediatri menghasilkan
menunjukkan bahwa kompresi dada yang lebih dalam perbaikan rekomendasi yang sudah ada, bukan membuat
daripada 2,4 inci (6 cm) akan berbahaya. Hal ini rekomendasi baru. Informasi baru atau pembaruan yang
mengakibatkan perubahan pada rekomendasi BLS untuk diberikan berisi tentang resusitasi cairan dalam penyakit
orang dewasa agar dapat menyertakan batas atas pada demam, penggunaan atropin sebelum intubasi trakea,
kedalaman kompresi dada; pakar pediatri menerima penggunaan amiodaron dan lidocaine pada VF/pVT
saran ini untuk remaja setelah masa pubertas. Observasi refraktori-kejut, TTM setelah resusitasi dari serangan
penelitian pediatrik yang ditingkatkan Bertahan hidup jantung pada bayi dan anak-anak, dan manajemen
selama 24 jam bila kedalaman kompresi lebih dari 2 inci tekanan darah pasca-serangan jantung.
(51 mm). Pengukuran kedalaman kompresi sangat sulit
dilakukan di tepi tempat tidur dan penggunaan perangkat Pada lingkungan tertentu, saat merawat pasien pediatrik yang
umpan balik yang menyediakan informasi tersebut akan disertai demam, penggunaan volume isotonik crystalloid terbatas
bermanfaat jika tersedia. akan diarahkan pada peningkatan pertahanan hidup. Ini sangat
bertentangan dengan pemikiran tradisional bahwa resusitasi
Kecepatan Kompresi Dada volume agresif rutin memiliki pengaruh yang baik.
Penggunaan rutin atropin sebagai pengobatan awal untuk
2015 (Diperbarui): Untuk memaksimalkan kepraktisan intubasi trakea darurat pada selain bayi baru lahir yang
pelatihan CPR, jika tidak ada bukti pediatrik yang cukup, secara khusus untuk mencegah aritmia, merupakan hal yang
sebaiknya gunakan kecepatan kompresi dada orang kontroversial. Selain itu, terdapat data yang menyarankan bahwa
dewasa yang disarankan mulai 100 hingga 120/menit tidak ada dosis minimum yang diperlukan untuk atropin dalam
untuk bayi dan anak-anak. indikasi ini.
2010 (Lama): "Tekan cepat": Tekan dengan kecepatan Jika pemantauan tekanan darah arteri yang tersebar telah
minimal 100 kompresi per menit. tersedia, maka mungkin akan digunakan untuk menyesuaikan
CPR guna mendapatkan sasaran tekanan darah pada anak-anak
Alasannya: Salah satu penelitian register orang dewasa yang memiliki serangan jantung.
menunjukkan kedalaman kompresi dada yang tidak
memadai dengan kecepatan kompresi yang sangat Amiodaron atau lidocaine adalah agen anti-aritmia yang disetujui
untuk VF dan pVT refraktori kejut pada anak.
cepat. Untuk memaksimalkan konsistensi dan retensi
pendidikan, jika tidak ada data pediatrik, pakar pediatrik Epinefrin akan terus disarankan sebagai vasopresor serangan
akan mengadopsi rekomendasi yang sama untuk jantung pada pediatrik.
kecepatan kompresi seperti yang dilakukan untuk BLS Untuk pasien pediatrik dengan diagnosis jantung dan HCA yang
orang dewasa. Lihat bagian BLS Dewasa dan Kualitas terdapat dalam lingkungan dengan protokol oksigenasi membran
CPR pada dokumen ini untuk informasi lebih rinci. ekstra-korporeal, ECPR mungkin akan dipertimbangkan.
Demam harus dihindari bila menangani anak-anak yang pingsan
Kompresi Hanya CPR dengan ROSC setelah OHCA. Uji coba hipotermia teraupetik
2015 (Diperbarui): CPR Konvensional (penolong acak besar untuk anak-anak dengan OHCA tidak menunjukkan
memberikan napas dan kompresi dada) harus tersedia hasil yang berbeda baik dalam masa hipotermia teraupetik
bagi bayi dan anak-anak yang memiliki serangan (dengan suhu yang dipertahankan pada 32C hingga 34C)
jantung. Asfiksia alami pada sebagian besar anak-anak atau pemeliharaan normotermia ketat (dengan suhu yang
yang mengalami serangan jantung sangat memerlukan dipertahankan 36C hingga 37,5C) diberikan.
ventilasi sebagai bagian dari CPR yang efektif. Beberapa variabel klinis dalam dan pasca-serangan
Namun, jika penolong tidak bersedia atau tidak dapat jantung telah diperiksa untuk signifikansi prognostik.
memberikan napas, sebaiknya penolong melakukan Tidak ada identifikasi variabel tunggal yang cukup andal
kompresi hanya CPR untuk bayi dan anak-anak yang untuk memprediksi hasil. Oleh karena itu, perawat harus
mengalami serangan jantung karena kompresi hanya mempertimbangkan beberapa faktor saat mencoba memprediksi
CPR dapat menjadi efektif pada pasien dengan serangan hasil selama terjadi serangan jantung dan dalam lingkungan
pasca-ROSC.
jantung primer.
Setelah ROSC, cairan infus dan infus vasoaktif harus digunakan
2010 (Lama): CPR yang optimal pada bayi dan anak- untuk menjaga tekanan darah sistolik di atas seperlima persen
anak mencakup kompresi dan ventilasi, namun kompresi dari usia.
terpisah akan lebih diutamakan untuk non-CPR. Setelah ROSC, normoksemia harus menjadi sasarannya. Bila
Alasannya: Penelitian register besar telah menunjukkan peralatan yang diperlukan tersedia, pemberian oksigen harus
hasil yang lebih buruk untuk dugaan serangan pediatrik ditiadakan untuk menargetkan saturasi oksihemoglobin sebesar
asfiksia (yang terdiri dari sebagian besar mayoritas 94% hingga 99%. Hipoksemia harus benar-benar dihindari.
serangan jantung pediatrik di luar rumah sakit) yang Idealnya, oksigen harus dititrasi ke nilai yang sesuai dengan
dilakukan dengan kompresi hanya CPR. Dalam kondisi pasien tertentu. Demikian juga, setelah ROSC, Paco2
2penelitian, bila CPR biasa (kompresi dengan napas) tidak pada anak harus ditargetkan pada tingkat yang tepat untuk
dianggap sebagai serangan asfiksia, maka tidak ada hasil setiap kondisi pasien. Paparan untuk hiperkapnia parah atau
yang berbeda bila pasien tidak menerima CPR apa pun hipokapnia harus dihindari.
yang tersedia. Bila terdapat dugaan etiologi jantung, maka
hasilnya akan mirip, baik jika CPR konvensional maupun
kompresi hanya CPR yang tersedia.

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 23
Rekomendasi untuk Resusitasi Cairan Pengobatan Antiaritmia untuk VF Refraktori
2015 (Baru): Sebelumnya, pemberian cairan isotonik IV Kejut atau Pulseless VT
yang dilakukan dengan cepat secara luas disetujui sebagai 2015 (Diperbarui): Amiodaron atau lidocaine juga dapat
landasan terapi untuk kejut septik. Baru-baru ini, ditemukan disetujui untuk perawatan VF refraktori kejut atau pVT
hasil lebih buruk yang dikaitkan dengan bolus cairan IV pada anak.
pada percobaan acak terkontrol besar dari resusitasi
cairan yang dilakukan pada anak-anak dengan demam 2010 (Lama): Amiodaron direkomendasikan untuk VF
parah di lingkungan sumber daya terbatas. Untuk anak- refraktori kejut atau pVT. Lidocaine dapat diberikan jika
anak yang terganggu, bolus cairan awal sebesar 20 ml/kg amiodaron tidak tersedia.
dapat diberikan. Namun, untuk anak-anak yang mengalami Alasannya: Register multi institusi, retrospektif, dan
demam pada lingkungan dengan akses terbatas ke terbaru untuk serangan jantung pada pasien pediatrik
sumber daya perawatan kritis(misalnya, ventilasi mekanis menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan amiodaron,
dan dukungan inotropik), pemberian cairan bolus IV lidocaine berhubungan dengan tingkat ROSC yang lebih
harus dilakukan dengan sangat hati-hati, karena mungkin tinggi dan ketahanan hidup selama 24 jam. Namun, tidak
berbahaya. Perawatan individu dan penilaian kembali klinis ada satu pun pemberian lidocaine maupun amiodaron
secara berkala akan sering dilakukan. yang berhubungan dengan peningkatan ketahanan hidup
Alasannya: Rekomendasi ini terus menekankan pada pasien yang dipulangkan.
pemberian cairan IV untuk anak-anak dengan kejut
septik. Rekomendasi ini juga menekankan rencana Vasopresor untuk Resusitasi
perawatan individu untuk setiap pasien berdasarkan 2015 (Diperbarui): Pemberian epinefrin sewaktu serangan
penilaian klinis berkala sebelum, selama, dan setelah jantung merupakan hal yang wajar.
terapi cairan diberikan, dan akan memperkirakan
2010 (Lama): Epinefrin harus diberikan untuk serangan
ketersediaan terapi perawatan penting lainnya.
Dilingkungan tertentu dengan sumber daya terbatas, jantung tanpa detak.
bolus cairan berlebih yang diberikan kepada anak- Alasannya: Rekomendasi tentang pemberian epinefrin
anak yang mengalami demam dapat mengakibatkan selama serangan jantung telah diturunkan sedikit pada
komplikasi bila tidak tersedia peralatan yang sesuai dan Kelas Rekomendasi. Tidak ada penelitian pediatrik
pakar terlatih untuk secara efektif menangani mereka. berkualitas tinggi yang menunjukkan efektivitas
vasopresor dalam serangan jantung. Dua penelitian
Atropin untuk Intubasi Endotrakeal observasional pediatrik tidak meyakinkan, dan satu
2015 (Diperbarui): Tidak ada bukti untuk mendukung penelitian acak terhadap orang dewasa di luar rumah
penggunaan atropin secara rutin sebagai pengobatan sakit mendapatkan bahwa epinefrin terkait dengan
awal guna mencegah bradikardia pada intubasi pediatrik peningkatan ROSC dan ketahanan hidup bagi pasien
darurat. Hal tersebut dapat dipertimbangkan dalam yang memasuki rumah sakit namun tidak untuk pasien
kondisi jika terjadi peningkatan risiko bradikardia. Tidak yang dipulangkan.
ada bukti untuk mendukung dosis minimum atropin
bila digunakan sebagai pengobatan awal untuk intubasi ECPR Dibandingkan Dengan Resusitasi
darurat. Standar
2010 (Lama): Dosis atropin minimum yang telah 2015 (Diperbarui): ECPR dapat dipertimbangkan untuk
direkomendasikan adalah 0,1 mg IV karena terdapat anak-anak dengan kondisi jantung dasar yang memiliki
laporan tentang bradikardia paradoksal yang terjadi pada HCA, asalkan tersedia protokol, pakar, dan peralatan
bayi usia sangat dini dan yang pernah menerima dosis yang tepat.
rendah atropin. 2010 (Lama): Pertimbangkan aktivasi dini pada bantuan
Alasannya: Bukti terakhir bertentangan karena atropin hidup ekstra-korporeal untuk serangan jantung yang
mencegah bradikardia dan aritmia lainnya selama intubasi terjadi di lingkungan dengan pengawasan ketat, seperti
darurat pada anak-anak. Namun, penelitian terbaru unit perawatan intensif, protokol klinis diterapkan,
ini menggunakan atropin dengan dosis kurang dari dan keberadaan pakar maupun peralatan agar dapat
0,1mgtanpa meningkatkan kemungkinan aritmia. dijalankan dengan cepat. Bantuan hidup ekstra-
korporeal harus dipertimbangkan hanya untuk anak-
Pemantauan Hemodinamik Invasif Selama CPR anak yang mengalami refaktori serangan jantung untuk
2015 (Diperbarui): Jika pemantauan hemodinamik invasif menstandardisasikan upaya resusitasi, dengan potensi
tersedia sewaktu anak mengalami serangan jantung, yang dapat berbalik akibat serangan jantung tersebut.
maka atropin ini dapat digunakan untuk memandu Alasannya: OHCA pada anak-anak tidak
kualitas CPR. dipertimbangkan. Untuk HCA pediatrik, tidak ada
2010 (Lama): Jika pasien memakai kateter arteri perbedaan pada keseluruhan ketahanan hidup yang
menetap, bentuk gelombang dapat digunakan sebagai membandingkan ECPR dengan CPR tanpa oksigenasi
umpan balik untuk mengevaluasi posisi tangan dan membran ekstra-korporeal. Salah satu pemeriksaan
kedalaman kompresi dada. Penelitian pengkompresian register retrospektif menunjukkan hasil yang lebih baik
ke target tekanan darah sistolik tertentu belum dilakukan dengan ECPR untuk pasien yang memiliki penyakit
terhadap manusia, namun telah meningkatkan hasil pada jantung daripada pasien yang tidak memiliki sakit jantung.
hewan. Manajemen Suhu yang Ditargetkan
Alasannya: Dalam dua uji coba acak terkontrol pada
2015 (Diperbarui): Untuk anak-anak yang pingsan dalam
hewan, ditemukan peningkatan ROSC dan bertahan beberapa hari pertama setelah serangan jantung (di
hidup hingga percobaan selesai saat teknik CPR rumah sakit atau di luar dari rumah sakit), suhu harus
disesuaikan berdasarkan pemantauan hemodinamik dipantau terus-menerus dan demam harus ditangani
invasif. Ini belum diteliti pada manusia. secara agresif.

24 American Heart Association


Untuk anak-anak yang terbangun dari kondisi tidak menargetkan saturasi oksihemoglobin sebesar
sadarkan diri OHCA, perawat dapat menjaga anak 94%hingga 99%. Sasarannya adalah untuk benar-
terhadap normotermia (36C hingga 37,5C) selama 5hari benar menghindari hipoksemia sambil mempertahankan
atau 2 hari dari awal hipotermia berkelanjutan (32C normoksemia. Demikian juga, strategi ventilasi pasca-
hingga 34C) diikuti dengan 3 hari normotermia. ROSC pada anak-anak harus menargetkan PaCO2 yang
Untuk anak yang tetap pingsan setelah HCA, data tidak sesuai untuk setiap pasien sekaligus menghindari bahaya
cukup tersedia untuk merekomendasikan hipotermia hiperkapnia atau hipokapnia.
melalui normotermia. 2010 (Lama): Setelah sirkulasi dikembalikan, jika
2010 (Lama): Terapi Hipotermia teraupetik (32C hingga peralatan yang sesuai tersedia, maka menghapus
34C) dapat dipertimbangkan untuk anak-anak yang fraksi oksigen inspirasi mungkin dapat dilakukan untuk
tetap pingsan setelah resusitasi dari serangan jantung. mempertahankan saturasi oksihemoglobin sebesar
Ini merupakan hal yang umum bagi orang dewasa yang 94%atau lebih besar. Tidak ada rekomendasi tentang
terbangun dari serangan VF yang diketahui di luar rumah Paco2 yang dibuat.
sakit. Alasannya: Penelitian pediatrik pengamatan
Alasannya: Penelitian prospektif dan multipusat tentang besartentang HCA dan OHCA menemukan bahwa
korban OHCA pediatrik acak yang menerima hipotermia normoksemia (ditetapkan sebagai Pao2 60 hingga
teraupetik (32C hingga 34C) atau normotermia 300mm hg) berkaitan dengan peningkatan ketahanan
(36Chingga 37,5C) menunjukkan tidak adanya hidup untuk pasien pediatrik yang dipindahkan dari
perbedaan dalam hasil fungsional di antara 2 grup ruang ICU, dibandingkan dengan hiperoksemia (Pao2
dalam 1 tahun. Pengamatan ini dan pengamatan lainnya lebih besar daripada 300 mm hg). Penelitian pada
menunjukkan tidak ada komplikasi tambahan dalam grup orang dewasa dan hewan menunjukkan peningkatan
yang dirawat dengan hipotermia teraupetik. Saat ini hasil kematian yang terkait dengan hiperoksemia. Demikian
dari uji coba besar multipusat terkontrol acak terhadap juga, penelitian dewasa setelah ROSC menunjukkan hasil
hipotermia teraupetik untuk pasien yang pingsan setelah pasien yang lebih buruk terkait dengan hipokapnia.
ROSC yang diikuti HCA pediatrik sedang dalam proses
(lihat situs web Hipotermia Teraupetik Setelah Serangan
Jantung Pediatrik: www.THAPCA.org).
Resusitasi Neonatal
Faktor Prognostik Dalam dan Pasca-Serangan Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan
Jantung Besar
2015 (Diperbarui): Beberapa faktor harus Serangan jantung neonatal sebagian besar adalah
dipertimbangkan saat mencoba untuk memprediksi asfiksia, sehingga inisiasi ventilasi tetap fokus pada
hasil dari serangan jantung. Beberapa faktor berperan resusitasi awal. Berikut merupakan topik neonatal
dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan tau utamadi 2015:
menghentikan upaya resusitasif selama serangan jantung Urutan 3 pertanyaan penilaian telah diubah ke (1) Kehamilan
dan dalam estimasi potensi pemulihan setelah serangan normal? (2) Nada baik? dan (3) Bernapas atau menangis?
jantung. Tanda Menit Emas (60 detik) untuk menyelesaikan langkah awal,
2010 (Lama): Praktisi harus mempertimbangkan mengevaluasi ulang, dan memulai ventilasi (jika diperlukan)
akan dipertahankan untuk menekankan pentingnya menghindari
beberapa variabel untuk memperkirakan hasil dan penundaan yang tidak perlu dalam inisiasi ventilasi dan langkah
menggunakan penilaian untuk mentitrasi upaya dengan terpenting untuk keberhasilan resusitasi pada bayi baru lahir
benar. yang belum merespons langkah awal.
Alasannya: Tidak ditemukan satu variabel dalam maupun Terdapat rekomendasi baru bahwa penundaan pemotongan tali
pasca-serangan jantung yang benar-benar andal dalam pusar selama lebih dari 30 detik merupakan hal yang wajar, baik
memprediksi hasil yang menguntungkan atau buruk. pada bayi normal maupun prematur yang tidak memerlukan
resusitasi saat lahir. Namun hal ini tidak terbukti memadai
Cairan dan Inotropik Pasca-Serangan Jantung untuk merekomendasikan metode pemotongan tali pusar bagi
bayi yang memerlukan resusitasi saat lahir, dan saran terhadap
2015 (Baru): Setelah ROSC, cairan dan inotropik/
penggunaan rutin pengeringan tali pusar (di luar lingkungan
vasopresor harus digunakan untuk menjaga tekanan penelitian) untuk bayi baru lahir kurang dari 29 minggu sejak
darah sistolik di atas seperlima persen dari usia. kehamilan, hingga diketahui manfaat dan komplikasi lebih lanjut.
Pemantauan tekanan intra-arteri harus digunakan untuk
Suhu harus dicatat sebagai faktor prediksi hasil dan sebagai
terus memantau tekanan darah dan mengidentifikasi
indikator kualitas.
serta memperlakukan tekanan darah rendah.
Suhu bayi baru lahir tanpa mengalami asfiksia harus dijaga
Alasannya: Tidak ada penelitian yang diidentifikasi antara 36,5C hingga 37,5C setelah lahir melalui admisi
mengevaluasi agen vasoactive tertentu yang dievaluasi danstabilisasi.
pada pasien pediatrik pasca-ROSC. Penelitian Berbagai strategi (inkubator, plastik pembungkus dengan
pengamatan terbaru menemukan bahwa anak-anak yang penutup, matras thermal, gas hangat yang dilembapkan, dan
mengalami tekanan darah rendah pasca-ROSC memiliki suhu ruang yang ditingkatkan ditambah penutup dan matras
ketahanan hidup yang buruk setelah dipulangkan dari thermal) dapat digunakan untuk mencegah hipotermia pada
rumah sakit dan hasil neurologis yang lebih buruk. bayi prematur. Hipertermia (suhu lebih dari 38C) harus dihindari
karena akan mengakibatkan potensi berisiko terkait.
Pasca-Serangan Jantung Pao2 dan Paco2 Di lingkungan dengan sumber daya terbatas, upaya sederhana
2015 (Diperbarui): Setelah ROSC pada anak-anak, untuk mencegah hipotermia pada awal kehidupan (penggunaan
penolong dapat mentitrasi pemberian oksigen untuk pembungkus plastik, kontak kulit ke kulit, dan bahkan
mencapai normoksemia (saturasi oksihemoglobin meletakkan bayi setelah dikeringkan dalam kantung plastik
sebesar 94% atau lebih). Bila peralatan yang diperlukan setara dengan wadah untuk tingkat makanan bersih hingga
tersedia, pemberian oksigen harus ditiadakan untuk keleher) dapat mengurangi tingkat kematian.

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 25
Jika bayi lahir dengan cairan amniotik tercemar mekonimum Penanganan Tali Pusar:
serta tonus otot lemah dan sulit bernapas, maka bayi harus
ditempatkan dalam inkubator dan PVP harus dilakukan, Penundaan Pengekleman Tali Pusar
jika perlu. Intubasi rutin untuk penyedotan trakea tidak lagi 2015 (Diperbarui): Penundaan pengekleman tali pusar
disarankan karena terdapat bukti yang tidak memadai untuk setelah 30 detik disarankan untuk bayi normal maupun
melanjutkan rekomendasi ini. Perawatan dukungan yang sesuai prematur yang tidak memerlukan resusitasi saat lahir.
untuk mendukung ventilasi dan kadar oksigen harus dilakukan Bukti yang ada tidak cukup untuk merekomendasikan
sesuai yang diindikasikan pada masing-masing bayi. Kondisi metode penjepitan tali pusar bayi yang memerlukan
ini dapat mencakup intubasi dan penyedotan jika saluran udara resusitasi saat lahir.
terganggu.
Penilaian detak jantung tetap penting selama menit pertama 2010 (Lama): Terdapat peningkatan bukti dari
resusitasi dan penggunaan 3 sadapan ECG mungkin dapat keuntungan menunda pengekleman tali pusar minimal
dilakukan, karena penyedia tidak menilai detak jantung dengan selama 1 menit pada bayi normal dan prematur yang
akurat menggunakan auskultasi atau palpasi, dan oksimetri tidak memerlukan resusitasi. Tidak ada cukup bukti
pulsa kemungkinan salah dalam menilai detak jantung. untuk mendukung atau menyangkal rekomendasi
Penggunaan ECG tidak menggantikan kebutuhan oksimetri pulsa untuk menunda pengekleman tali pusar pada bayi
untuk mengevaluasi oksigenasi pada bayi yang baru lahir. yangmemerlukan resusitasi.
Resusitasi pada bayi baru lahir prematur yang berusia kurang Alasannya: Pada bayi yang tidak memerlukan resusitasi,
dari 35 minggu dari kehamilan harus dilakukan dengan oksigen
pengekleman tali pusar dikaitkan dengan sedikit
rendah (21% hingga 30%) dan oksigen dititrasi untuk mencapai
saturasi oksigen preduktal yang mendekati rentang bayi normal pendarahan intraventrikuler, tekanan darah tinggi dan
sehat yang dicapai. volume darah, sedikit memerlukan transfusi darah setelah
lahir, serta sedikit mengalami necrotizing enterocolitis.
Data keselamatan dan metode penerapan inflasi berkelanjutan Satu-satunya konsekuensi merugikan yang ditemukan
dengan durasi lebih dari 5 detik untuk pengangkatan bayi baru
adalah sedikit meningkatnya tingkat bilirubin, terkait
lahir tidak memadai.
dengan kebutuhan lebih akan phototherapy.
Masker laring mungkin dipertimbangkan sebagai alternatif untuk
intubasi trakea jika ventilasi masker wajah tidak berhasil, dan Penyedotan Saluran Napas Bayi Lemah
masker laring disarankan selama resusitasi bayi baru lahir yang
berusia 34 minggu atau lebih dari kehamilan saat intubasi trakea yang Terbungkus Cairan Amniotik Tercemar
tidak berhasil atau tidak mungkin dilakukan. Mekonium
Bayi prematur yang bernapas secara spontan dengan kesulitan 2015 (Diperbarui): Jika bayi baru lahir terbungkus cairan
pernapasan dapat dibantu dengan terlebih dulu memberikan amniotik tercemar mekonium beserta buruknya tonus
penekanan pada saluran udara positif secara berkelanjutan, otot dan upaya bernapas tidak memadai, tahapan
bukan dengan intubasi rutin untuk pemberian PPV. awal resusitasi harus diselesaikan dalam sinar radiasi
Rekomendasi tentang teknik kompresi dada (gerakan melingkar penghangat. PPV harus dilakukan jika bayi tidak
dengan dua ibu jari di atas dada) dan rasio kompresi berbanding bernapas atau detak jantung kurang dari 100/menit
ventilasi (3:1 dengan 90 kompresi dan 30 napas buatan per setelah langkah awal selesai. Intubasi rutin untuk
menit) tetap tidak berubah. Pada rekomendasi tahun 2010, penyedotan trakea dalam konteks ini tidak disarankan,
penolong dapat mempertimbangkan untuk menggunakan rasio karena tidak ada cukup bukti untuk melanjutkan
yang lebih tinggi (misalnya, 15:2) jika serangan tersebut benar-
perekomendasian praktik ini. Namun demikian, tim tetap
benar diyakini sebagai serangan jantung.
harus disertai pakar intubasi bayi baru lahir dalam ruang
Meskipun tidak ada penelitian klinis tentang penggunaan bersalin.
oksigen selama CPR, Grup Penulisan Panduan Neonatal akan
terus mendukung penggunaan oksigen 100% bila kompresi dada 2010 (Lama): Tidak ada cukup bukti untuk
diberikan. Konsentrasi oksigen dapat dihentikan segera setelah merekomendasikan perubahan pada praktik saat ini
detak jantung dipulihkan. dalam melaksanakan penyedotan endotrakea pada bayi
Rekomendasi tentang penggunaan epinefrin selama CPR dan yang lemah dengan cairan amniotik tercemar mekonium.
tindakan pemberian volume tidak ditinjau pada tahun 2015, Alasannya: Tinjauan terkait bukti menunjukkan bahwa
sehingga rekomendasi tahun 2010 tetap berlaku.
resusitasi harus mengikuti prinsip yang sama untuk bayi
Hipotermia terapeutik diinduksi di lingkungan berdaya dukung dengan noda cairan tercemar mekonium pada saat itu
tinggi, terhadap bayi yang lahir lebih dari 36 minggu sejak masa dengan cairan berwarna jernih; yaitu, jika tonus otot
kehamilan yang memiliki ensefalopati hipoksik-iskemik tingkat yang buruk dan upaya bernapas tidak memadai muncul,
sedang hingga parah yang terus berkembang, tidak ditinjau
tahap awal resusitasi (menghangatkan dan menjaga
dalam 2015, sehingga rekomendasi 2010 tetap berlaku.
suhu, memposisikan bayi, membersihkan saluran udara
Di lingkungan dengan sumber daya terbatas, penggunaan sekresi jika diperlukan, pengeringan, dan penstimulasian
hipotermia terapeutik dapat dipertimbangkan di bawah protokol bayi) harus diselesaikan di tempat tidur penghangat bayi.
yang ditetapkan secara jelas, sama seperti yang digunakan
PPV harus dilakukan jika bayi tidak bernapas atau detak
dalam uji klinis maupun di fasilitas dengan kemampuan
perawatan dan tindak lanjut multidisipliner. jantung kurang dari 100/menit setelah langkah awal
selesai. Ahli yang ditempatkan memberikan manfaat lebih
Secara umum, tidak ada data baru yang telah dipublikasikan besar untuk menghindari bahaya (misalnya, penundaan
untuk membenarkan perubahan rekomendasi pada tahun 2010 dalam penyediaan ventilasi kantong masker, bahaya
tentang penahanan atau penarikan resusitasi. Nilai Apgar 0 pada
potensial terhadap prosedur) selama keuntungan
10 menit adalah pertanda kuat kematian dan morbiditas pada
bayi prematur dan normal, namun keputusan untuk melanjutkan perawatan dukungan intubasi dan penyedotan trakea
atau menghentikan upaya resusitasi harus dianalisis. rutin tidak diketahui. Perawatan dukungan yang sesuai
untuk mendukung ventilasi dan kadar oksigen harus
Disarankan bahwa pelatihan tugas resusitasi neonatal dilakukan
dilakukan sesuai yang diindikasikan pada masing-
lebih sering dibanding interval 2 tahun baru-baru ini.
masing bayi. Kondisi ini dapat mencakup intubasi
danpenyedotan jika saluran udara terganggu.

26 American Heart Association


Penilaian Detak Jantung: Penggunaan Hipotermia Terapeutik Pasca Resusitasi:
3Sadapan ECG Lingkungan dengan Sumber Daya Terbatas
2015 (Diperbarui): Selama resusitasi bayi baru lahir 2015 (Diperbarui): Sebaiknya penggunaan hipotermia
normal maupun prematur, penggunaan 3 sadapan ECG terapeutik dalam lingkungan dengan sumber daya
untuk pengukuran cepat dan akurat dari detak jantung terbatas (misalnya, kekurangan staf ahli, peralatan
bayi yang baru lahir akan bermanfaat. Penggunaan ECG yang tidak memadai, dll.) dapat dipertimbangkan dan
tidak menggantikan kebutuhan oksimetri pulsa untuk ditawarkan berdasarkan protokol yang ditetapkan dengan
mengevaluasi kadar oksigen dalam bayi yang baru lahir. jelas seperti yang digunakan dalam uji klinis terpublikasi
maupun di fasilitas dengan kemampuan perawatan dan
2010 (Lama): Meskipun penggunaan ECG tidak
tindak lanjut longitudinal yang multidisipliner.
disebutkan pada tahun 2010, masalah cara untuk menilai
detak jantung telah diatasi: Penilaian terhadap detak 2010 (Lama): Sebaiknya bayi yang lahir 36 minggu
jantung harus dilakukan dengan sebentar-sebentar atau lebih dari masa kehamilan dengan ensefalopati
melakukan auskultasi denyut secara berkala. Bila hipoksik-iskemik tingkat sedang hingga parah yang
denyut terdeteksi, palpasi dari denyut pusar juga dapat terus berkembang harus diberi hipotermia terapeutik.
memberikan perkiraan cepat dari denyut tersebut dan Hipotermia terapeutik harus diberikan berdasarkan
lebih akurat dibanding palpasi pada sisi lain. Oksimeter protokol yang ditetapkan dengan jelas seperti yang
pulsa dapat memberikan penilaian lanjut denyut digunakan dalam uji klinis terpublikasi maupun di fasilitas
nadi tanpa terganggu pengukuran resusitasi lainnya, dengan kemampuan perawatan dan tindak lanjut
namun perangkat memerlukan 1 hingga 2 menit untuk longitudinal yang multidisipliner.
menerapkan dan mungkin tidak berfungsi selama kondisi
Alasannya: Meskipun rekomendasi untuk hipotermia
dari output jantung atau perfusi sangat buruk.
terapeutik pada perawatan terhadap ensefalopati
Alasannya: Penilaian klinis detak jantung di ruang hipoksik-iskemik tingkat sedang hingga parah di
bersalin terbukti tidak dapat diandalkan dan tidak akurat. lingkungan berdaya dukung tinggi tetap tidak berubah,
Salah memperkirakan detak jantung dapat mengarah namun rekomendasi telah ditambahkan untuk memandu
pada resusitasi yang tidak perlu. ECG ditemukan untuk penggunaan metode ini di lingkungan dengan daya
menampilkan detak jantung akurat yang lebih cepat dukung yang dapat membatasi pilihan untuk terapi
dibanding oksimetri pulsa. Oksimetri pulsa lebih sering tertentu.
ditampilkan pada detak rendah dalam 2 menit pertama
masa hidup, sering kali pada tingkat yang menyarankan
perlunya intervensi. Pendidikan
Tindakan pemberian Oksigen untuk Bayi Baru Meskipun terdapat kemajuan besar di bidang ilmiah
dalam perawatan penderita serangan jantung, namun
Lahir Prematur akan selalu ada sejumlah besar variabilitas dalam
2015 (Diperbarui): Resusitasi pada bayi baru lahir tingkat keselamatan yang tidak dapat dikaitkan terhadap
prematur kurang dari 35 minggu masa kehamilan karakteristik pasien itu sendiri. Untuk mengoptimalkan
harus mulai diberi dengan oksigen rendah (21% hingga kemungkinan bahwa penderita serangan jantung
30%), dan konsentrasi oksigen harus dititrasi untuk menerima perawatan berdasarkan bukti dengan kualitas
mendapatkan saturasi oksigen preduktal yang mendekati tertinggi, pendidikan resusitasi harus menggunakan
rentang antarkuartil yang diukur dalam kondisi sehat prinsip pendidikan seutuhnya yang didukung dengan
bayi normal setelah kelahiran melalui vagina di atas penelitian pendidikan empiris untuk menerjemahkan
permukaan laut. Melakukan resusitasi bayi baru lahir pengetahuan ilmiah ke dalam praktik. Pedoman
prematur dengan oksigen tinggi (65% atau lebih besar) pendidikan 2010 AHA memasukkan pelaksanaan dan tim
tidak disarankan. Rekomendasi ini mencerminkan dalam rekomendasinya, sedangkan pedoman pendidikan
preferensi untuk tidak memberikan bayi baru lahir 2015 AHA kini benar-benar fokus pada pendidikan,
prematur tambahan oksigen tanpa menunjukkan dengan pelaksanaan dan tim dimasukkan pada bagian
datamanfaatnya yang terbukti untuk hasil penting. lain dari Pembaruan Pedoman 2015.
2010 (Lama): Melakukan resusitasi dengan udara
Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan
(21%oksigen di atas permukaan laut) adalah hal yang
wajar. Oksigen tambahan dapat diberikan dan dititrasi Besar
untuk mendapatkan saturasi oksigen preduktal yang Rekomendasi dan titik utama penting mencakup
mendekati rentang antarkuartil yang diukur dalam kondisi sebagaiberikut:
sehat bayi normal setelah kelahiran melalui vagina di atas Penggunaan perangkat umpan balik CPR disarankan untuk
permukaan laut. Sebagian besar data berasal dari bayi membantu dalam pembelajaran keterampilan psikomotor CPR.
normal bukan selama resusitasi, dengan satu penelitian Perangkat yang memberikan umpan balik korektif tentang
bayi prematur selama resusitasi. performa akan lebih baik daripada perangkat yang hanya
Alasannya: Kini tersedia data dari analisis meta 7 memberikan kecepatan (seperti metronom).
penelitian acak yang menunjukkan tidak adanya manfaat Penggunaan boneka peraga yang sangat mirip manusia
dalam ketahanan hidup setelah keluar dari rumah sakit, disarankan untuk mendukung program yang memiliki
pencegahan displasia bronkopulmoner, pendarahan infrastruktur, staf terlatih, dan sumber daya untuk
intraventrikuler, atau retinopati pada prematur saat mempertahankan program. Boneka peraga standar akan tetap
menjadi pilihan yang sesuai untuk organisasi yang tidak memiliki
bayi baru lahir prematur (kurang dari 35 minggu masa
kapasitas ini.
kehamilan) telah diresusitasi dengan konsentrasi oksigen
tinggi (65% atau lebih) dibandingkan dengan konsentrasi Keterampilan BLS harus tampak mudah dipelajari melalui
oksigen rendah (21% hingga 30%). petunjuk mandiri (video atau berbasis komputer) dengan praktik
langsung seperti jika dipelajari melalui kursus konvensional yang
dipandu instruktur.

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 27
Tabel 3 Konsep Pendidikan Inti ECC AHA

Penyederhanaan Konten kursus harus disederhanakan dalam hal presentasi dan cakupan konten untuk memfasilitasi pencapaian
tujuan kursus.10,11

Konsistensi Konten kursus dan peragaan keterampilan harus dilakukan dengan cara yang konsisten. Instruksi melalui video,
praktik sewaktu melihat, adalah metode yang dipilih untuk pelatihan keterampilan psikomotor dasar karena akan
mengurangi variabilitas instruktur yang menyimpang dari agenda kursus yang dimaksud.11-14

Kontekstual Prinsip pembelajaran dewasa15 harus diterapkan ke semua kursus ECC, dengan penekanan pada pembuatan
skenario pelatihan yang relevan, yang dapat diterapkan secara praktis pada kondisi nyata pembelajar, misalnya
meminta pembelajar melakukan CPR di rumah sakit di samping tempat tidur, bukan di lantai.

Praktik langsung Praktik langsung yang penting diperlukan untuk memenuhi tujuan kinerja keterampilan nonteknis/kepemimpinan
dan psikomotor.11,12,16-18

Praktik untuk Pembelajar harus memiliki peluang untuk menunjukkan kinerja keterampilan utama yang sama, yang disertai
penguasaan penilaian ketat dan umpan balik informatif dalam kondisi terkontrol.19-22 Praktik bebas ini harus didasarkan pada
tujuan yang ditetapkan dengan jelas23-25, bukan waktu yang diperlukan, untuk mempromosikan pengembangan
siswa ke arah penguasaan.26-30

Wawancara Pemberian umpan balik dan/atau wawancara adalah komponen penting dalam pembelajaran berdasarkan
pengalaman.31 Tanggapan dan wawancara setelah melakukan praktik dan simulasi keterampilan memberi
pembelajar (kelompok pembelajar) peluang untuk menunjukkan kinerja mereka, serta menerima umpan balik
terstruktur tentang cara meningkatkan kinerja mereka di masa mendatang.32

Penilaian Penilaian pembelajaran dalam kursus resusitasi berfungsi untuk memastikan pencapaian kompetensi dan
memberikan tolok ukur yang akan menjadi target siswa. Penilaian juga memberikan dasar umpan balik siswa
(penilaian untuk pembelajaran). Strategi penilaian harus mengevaluasi kompetensi dan mempromosikan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran33 harus jelas serta dapat diukur, dan berfungsi sebagai dasar evaluasi.

Evaluasi kursus/ Ini adalah komponen integral dari pendidikan resusitasi, dengan penilaian kursus resusitasi termasuk pembelajar,
program instruktur, kursus, dan performa program.34 Organisasi yang mengikuti pelatihan harus menggunakan informasi ini
untuk mendorong proses peningkatan kualitas berkelanjutan.
Singkatan: AHA, American Heart Association; CPR, resusitasi kardiopulmonari; ECC, perawatan kardiovaskular darurat.
Meskipun pelatihan CPR sebelumnya tidak penting bagi 2015 (Baru): Jika perangkat umpan balik tidak tersedia,
calon penolong untuk melakukan CPR, pelatihan akan
panduan pendengaran (misalnya, metronom, musik)
membantu masyarakat untuk mempelajari keterampilan dan
mengembangkan rasa percaya diri untuk memberikan CPR saat dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan dukungan
menghadapi penderita serangan jantung. terhadap rekomendasi kecepatan kompresi dada.
Untuk meminimalisir waktu defibrilasi penderita serangan 2010 (Lama): Penggunaan perangkat umpan balik CPR
jantung, penerapan AED seharusnya tidak dibatasi untuk melatih dapat menjadi efektif untuk pelatihan.
individu (meskipun pelatihan masih disarankan). Alasannya: Bukti baru membedakan manfaat dari
Kombinasi petunjuk mandiri dan kursus yang dipandu instruktur berbagai jenis umpan balik untuk pelatihan, dengan
dengan pelatihan praktik langsung dapat dipertimbangkan
kondisi yang sedikit lebih baik terhadap umpan balik
sebagai alternatif untuk kursus konvensional untuk orang awam
yang dipandu oleh instruktur. yanglebih lengkap.
Persiapan sebelum kursus yang mencakup tinjauan informasi Penggunaan boneka peraga yang sangat
konten yang sesuai, pengujian online/sebelum kursus, dan/atau
praktik keterampilan teknis yang relevan dapat mengoptimalkan mirip manusia
pembelajaran dari kursus bantuan hidup tingkat lanjutan bagi 2015 (Diperbarui): Penggunaan boneka peraga yang
orang dewasa dan anak-anak. sangat mirip manusia untuk pelatihan dukungan hidup
Karena pentingnya keahlian tim dalam resusitasi, pelatihan yang tingkat lanjutan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
fokus pada prinsip kepemimpinan dan kerja sama tim harus performa keahlian pada akhir kursus.
dimasukkan ke dalam kursus bantuan hidup tingkat lanjutan.
2010 (Lama): Boneka peraga yang sangat mirip manusia
Komunitas dapat mempertimbangkan untuk melatih orang dapat berguna untuk mengintegrasikan pengetahuan,
awam dalam kompresi hanya CPR untuk OHCA orang dewasa
keterampilan, dan perilaku dalam pelatihan bantuan
sebagai alternatif untuk pelatihan CPR konvensional.
hidup tingkat lanjutan.
Siklus pelatihan ulang dua tahun tidak optimal. Pelatihan dasar
dan lanjutan keterampilan bantuan hidup yang lebih sering akan Alasannya: Dalam tinjauan bukti 2010, terdapat
sangat membantu penolong yang mungkin akan menangani bukti yang tidak memadai untuk merekomendasikan
serangan jantung. penggunaan rutin boneka peraga yang lebih realistis
Grup Penulisan Pedoman Pendidikan AHA ECC 2015 agar dapat meningkatkan performa keterampilan dalam
setuju pada beberapa konsep inti untuk memandu resusitasi yang sebenarnya, terutama karena memberikan
perkembangan kursus dan materi kursus (Tabel 3). biaya dan daya dukung tambahan yang diperlukan.
Setelah mempertimbangkan kemungkinan manfaat
Perangkat Umpan Balik CPR boneka peraga yang lebih realistis juga peningkatan
biaya dan sumber daya yang terlibat, dokumentasi yang
2015 (Diperbarui): Penggunaan perangkat umpan balik baru-baru ini dipublikasikan mendukung penggunaan
dapat menjadi efektif dalam meningkatkan performa CPR boneka peraga yang sangat mirip manusia, khususnya
selama pelatihan. dalam program yang melibatkan sumber daya (misalnya,
manusia dan sumber finansial).

28 American Heart Association


Format Pembelajaran Terpadu Kerja Sama Tim dan Kepemimpinan
2015 (Diperbarui): Petunjuk mandiri CPR melalui video 2015 (Diperbarui): Karena risiko kerugian yang sangat
dan/atau modul berbasis komputer dengan praktik kecil dan kemungkinan manfaat dari pelatihan tim dan
langsung mungkin merupakan alternatif yang sesuai kepemimpinan, maka keikutsertaan pelatihan tim dan
untuk kursus dengan pemandu instruktur. kepemimpinan sebagai bagian dari pelatihan bantuan
2015 (Baru): Penggunaan metode petunjuk alternatif hidup tingkat lanjut adalah hal yang wajar.
untuk pengajaran bantuan hidup tingkat dasar dan 2010 (Lama): Pelatihan kerja sama tim dan
lanjutan dalam lingkungan dengan sumber daya terbatas kepemimpinan harus disertakan dalam kursus bantuan
mungkin masih dianggap wajar. hidup tingkat lanjutan.
2010 (Lama): Petunjuk video ringkas dikombinasikan Alasannya: Resusitasi adalah proses kompleks yang
dengan praktik langsung yang selaras adalah alternatif sering kali melibatkan banyak individu untuk bekerja
efektif untuk kursus BLS yang dipandu instruktur. sama. Kerja sama tim dan kepemimpinan adalah
komponen penting dari resusitasi yang efektif. Meskipun
Alasannya: Hasil peserta pelatihan lebih penting
semua faktor tersebut penting, namun hanya ada sedikit
dibanding format kursus. Perolehan maupun penyerapan
bukti bahwa pelatihan kerja sama tim dan kepemimpinan
pengetahuan dan keterampilan, serta pada akhirnya,
akan mempengaruhi hasil pasien.
performa klinis dan yang terjadi pada pasien akan
memandu pendidikan resusitasi. Terdapat bukti baru Kompresi Hanya CPR
bahwa format tertentu, seperti petunjuk CPR mandiri
yang menggunakan video atau modul berbasis komputer, 2015 (Baru): Komunitas dapat mempertimbangkan untuk
dapat memberikan hasil serupa terhadap kursus yang melatih orang awam dalam kompresi hanya CPR untuk
dipandu instruktur. Kemampuan untuk secara efektif OHCA orang dewasa sebagai alternatif untuk pelatihan
menggunakan format kursus alternatif sangat penting CPR konvensional.
dalam lingkungan dengan sumber daya terbatas jika Alasannya: Kompresi hanya CPR lebih sederhana bagi
kursus yang dipandu instruktur menerapkan biaya mahal. penyedia tidak terlatih untuk dipelajari dibanding CPR
Kursus petunjuk mandiri menawarkan kesempatan untuk konvensional (kompresi dengan napas buatan) dan
melatih lebih banyak individu agar dapat memberikan bahkan dapat dilatih oleh operator selama keadaan
CPR sekaligus mengurangi biaya dan sumber daya darurat. Penelitian yang dilakukan setelah kampanye
yang dibutuhkan untuk pelatihan. Kedua hal terakhir pendidikan di seluruh negara bagian untuk CPR hanya
tersebut adalah faktor penting saat mempertimbangkan kompresi bagi orang awam menunjukkan bahwa
kemungkinan besarnya calon penolong yang harus banyaknya kasus yang terjadi dari keseluruhan CPR
dilatih. dan CPR hanya kompresi oleh orang awam mengalami
peningkatan.
Pelatihan yang Ditargetkan
2015 (Baru): Pelatihan dasar untuk perawat dan/atau Interval Pelatihan Ulang BLS
anggota keluarga dari pasien berisiko tinggi mungkin 2015 (Diperbarui): Keterampilan BLS akan cepat
dapat dilakukan. terlupakan setelah pelatihan, sedangkan keterampilan
Alasannya: Penelitian panjang yang dilakukan dan kepercayaan diri para siswa yang berlatih lebih
menunjukkan nilai tinggi untuk performa CPR oleh sering semakin meningkat, membuat pelatihan ulang
anggota keluarga yang terlatih dan/atau perawat pasien BLS ini wajar jika dilakukan lebih sering oleh orang yang
jantung berisiko tinggi dibandingkan mereka yang tidak kemungkinan besar akan menangani serangan jantung.
terlatih. 2015 (Baru): Potensi manfaat pendidikan sesi pelatihan
Pelatihan Tingkat Lanjut untuk AED ulang yang singkat namun sering dilakukan, ditambah
dengan keinginan untuk menghemat biaya dengan
2015 (Diperbarui): Kombinasi petunjuk mandiri dan mengurangi waktu pelatihan serta tidak menggunakan
pengajaran yang dipandu instruktur dengan pelatihan staf dari lingkungan klinik untuk pelatihan penyegaran
praktik langsung dapat dipertimbangkan sebagai standar, maka wajar bila orang yang kemungkinan
alternatif untuk kursus yang dipandu instruktur besar akan menangani penderita serangan jantung
konvensional bagi orang awam. Jika pelatihan yang melakukan lebih banyak pelatihan ulang menggunakan
dipandu instruktur tidak tersedia, maka pelatihan yang boneka peraga. Bukti yang ada tidak cukup untuk
dilakukan sendiri dapat dipertimbangkan untuk orang merekomendasikan interval waktu optimal.
awam yang mempelajari keterampilan AED.
2010 (Lama): Performa keterampilan harus dinilai selama
2015 (Baru): Metode pelatihan sendiri dapat sertifikasi 2 tahun dengan penguatan yang diberikan
dipertimbangkan untuk staf perawat yang mempelajari sesuai keperluan.
keterampilan AED.
Alasannya: Meskipun bukti yang terus berkembang
2010 (Lama): Meskipun pelatihan minimal dalam menunjukkan bahwa sertifikasi ulang untuk dukungan
penggunaan AED ditunjukkan untuk meningkatkan hidup tingkat dasar dan lanjutan yang dilakukan setiap
kesigapan dalam kejadian serangan jantung, namun 2 tahun ternyata tidak memadai untuk sebagian besar
kesempatan pelatihan harus tetap tersedia dan orang, namun waktu yang optimal dari pelatihan ulang
dipromosikan untuk penolong awam. belum ditentukan. Faktor yang mempengaruhi interval
Alasannya: AED dapat dioperasikan dengan benar pelatihan ulang yang optimal akan mencakup kualitas
meskipun tanpa pelatihan sebelumnya: Penggunaan pelatihan awal, fakta bahwa beberapa keterampilan
AED oleh publik tidak memerlukan persyaratan pelatihan. mungkin akan terlupakan dibandingkan keterampilan
Namun demikian, pelatihan minimal sekali pun juga lainnya, dan frekuensi penggunaan keterampilan dalam
akan meningkatkan performa, ketepatan waktu, dan praktik klinis. Meskipun data terbatas, namun terlihat
keberhasilan. Pelatihan sendiri memperluas kesempatan peningkatan keterampilan dan kepercayaan diri di antara
pelatihan untuk orang awam dan perawat profesional. para siswa yang lebih sering berlatih. Simulasi yang

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 29
sering dilakukan menggunakan boneka peraga sebagai jantung dan tidak memiliki alergi maupun kontraindikasi terhadap
pelatihan penyegaran juga dapat menghemat biaya, yakni aspirin, seperti pendarahan saat itu juga. Namun, pembaruan
dengan menggunakan waktu pelatihan ulang keseluruhan rekomendasi ini mengingatkan bahwa jika seseorang memiliki
yang lebih sedikit dibandingkan dengan interval pelatihan sakit di dada yang tidak menunjukkan bahwa penyebabnya
ulang standar. adalah jantung pada asal mulanya, atau jika pemberi pertolongan
pertama tidak yakin tentang penyebab sakit di dada serta tidak
nyaman dengan pemberian aspirin, pemberi pertolongan pertama
Pertolongan Pertama seharusnya tidak menyarankan orang tersebut untuk meminum
aspirin.
Pembaruan Pedoman AHA dan Palang Merah Amerika Epinefrin disarankan untuk digunakan dalam kondisi anafilaksis
2015 untuk Pertolongan Pertama (2015 AHA and American yang mengancam jiwa dan pasien yang memiliki risiko ini
Red Cross Guidelines Update for First Aid) menegaskan biasanya akan selalu membawa injektor otomatis epinefrin,
tujuan pertolongan pertama: untuk mengurangi tingkat sering disebut sebagai paket 2 dosis. Bila gejala anafilaksis tidak
morbiditas dan kematian dengan mengurangi penderitaan, dapat diatasi dengan dosis awal epinefrin dan kedatangan EMS
mencegah penyakit lebih jauh atau cedera, dan akan terlambat 5 hingga 10 menit, dosis kedua epinefrin dapat
mendorong pemulihan. Lingkup pertolongan pertama dipertimbangkan.
telah diperluas. Pertolongan pertama dapat dilakukan Metode utama untuk mengontrol pendarahan adalah melalui
oleh setiap orang, dalam situasi apapun, dan termasuk aplikasi tekanan langsung dan stabil. Bila tekanan langsung
perawatan diri. tidak efektif untuk pendarahan parah atau yang mengancam
jiwa, penggunaan pembalutan hemostatik yang dikombinasikan
Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan dengan tekanan langsung dapat dipertimbangkan, namun
Besar memerlukan pelatihan terkait aplikasi dan indikasi penggunaan
Penggunaan sistem penilaian stroke dapat membantu pemberi yang tepat.
pertolongan pertama dengan mengidentifikasi tanda dan Penggunaan kolar servikal oleh penyedia layanan pertolongan
gejalastroke. pertama tidak disarankan. Untuk pasien terluka yang memenuhi
Tablet glukosa lebih disukai untuk perawatan hipoglikemia ringan, kriteria berisiko tinggi mengalami cedera tulang belakang,
namun tablet tersebut mungkin tidak segera tersedia. Dalam metode ideal bagi penyedia layanan pertolongan pertama
kasus ini, bentuk lain dari gula yang terdapat dalam produk guna membantu mencegah gerakan tulang belakang pasien
makanan umum boleh diberikan sebagai alternatif tablet glukosa memerlukan penelitian lebih lanjut, namun dapat mencakup
untuk penderita diabetes dengan hipoglikemia simptomatis ringan perintah lisan atau stabilisasi manual sambil menunggu
yang dalam kondisi sadar serta dapat menelan dan mengikuti kedatangan penyedia layanan lanjutan.
perintah. Topik yang tercakup dalam Pembaruan Pedoman 2015 yang tidak
Pemberi pertolongan pertama boleh membiarkan luka pada memiliki rekomendasi baru sejak 2010 mencakup penggunaan
dada tetap terbuka dan tidak ditutupi. Jika pembalutan luka dan bronkodilator untuk asma yang diiringi dengan sesak napas,
tekanan langsung diperlukan untuk mengontrol pendarahan, cedera mata beracun, kontrol pendarahan, penggunaan torniket,
maka diperlukan tindakan yang hati-hati agar pembalutan perawatan pasien terduga patah tulang panjang, pendinginan
tersebut tidak berubah menjadi pembalutan oklusi tanpa luka akibat panas, pembalutan luka bakar, dan batasan gerak
disengaja. tulang belakang.
Tidak ada satu pun sistem perkiraan gegar otak untuk membantu Pengenalan Stroke
pemberi bantuan pertama mengenali gejala gegar otak.
2015 (Baru): Penggunaan sistem penilaian stroke oleh
Bila implantasi ulang dari gigi avulsi akan ditunda, maka
penyimpanan sementara untuk gigi tersebut ke dalam cairan penyedia layanan pertolongan pertama disarankan.
yang sesuai dapat membantu memperpanjang kelangsungan Dibandingkan dengan sistem penilaian stroke yang tidak
hidup gigi. memerlukan pengukuran glukosa, sistem penilaian yang
Pendidikan pertolongan pertama diberikan melalui kampanye mencakup pengukuran glukosa memiliki sensitivitas
kesehatan publik, topik terfokus, atau kursus yang memberikan serupa, namun kekhususan lebih tinggi untuk pengenalan
sertifikasi. Semua hal tersebut dapat meningkatkan tingkat stroke. Sistem penilaian stroke FAST (Face, Arm, Speech,
keselamatan, mengurangi tingkat keparahan cedera dan waktu Time) atau CPSS (Cincinnati Prehospital Stroke Scale)
di rumah sakit, serta mengatasi gejala pada orang yang cedera adalah alat paling praktis untuk digunakan oleh penyedia
atau sakit. layanan pertolongan pertama, dengan sensitivitas tinggi
Bila menangani orang yang tidak bereaksi namun bernapas untuk pengenalan stroke.
secara normal, dan tidak terdapat trauma berat, misalnya, Alasannya: Bukti menunjukkan bahwa pengenalan dini
pada tulang belakang atau panggul, maka memindahkan orang stroke dengan penggunaan sistem penilaian stroke akan
tersebut ke posisi berbaring menyamping dapat meningkatkan mengurangi interval antara waktu dimulainya serangan
mekanisme jalur udara. Posisi pemulihan HAINES (Lengan ke stroke, kedatangan di rumah sakit, dan perawatan
Atas pada Tulang Belakang yang Cedera) yang sudah diubah definitif. Dalam 1 penelitian, lebih dari 94% penyedia
kinitidak lagi direkomendasikan. layanan yang menerima pelatihan terkait sistem penilaian
Pada kasus tersebut, tidak ada indikasi untuk pemberian rutin stroke mampu mengenali tanda dan gejala stroke,
oksigen tambahan oleh pemberi pertolongan pertama. Bagi dan kemampuan ini berlangsung pada 3 bulan setelah
pemberi pertolongan pertama dengan memiliki pengalaman pelatihan.35,36
pelatihan khusus atas penggunaan oksigen tambahan,
pemberian oksigen dapat membantu orang yang mengalami Hipoglikemia
cedera dekompresi. Situasi lainnya bila pemberian mungkin
dipertimbangkan adalah dalam hal keracunan karbon monoksida 2015 (Baru): Untuk penderita diabetes dengan
dan untuk pasien kanker paru-paru dengan dispnea dan hipoglikemia simptomatis ringan yang mampu mengikuti
hipoksemia. perintah dan menelan dengan aman, penggunaan
Rekomendasi tetap menyatakan bahwa sambil menunggu glukosa oral dalam bentuk tablet glukosa akan
kedatangan petugas Layanan Medis Darurat, pemberi memberikan pembebasan klinis lebih cepat dibandingkan
pertolongan pertama mungkin akan menganjurkan orang dengan bentuk gula lain yang ditemukan dalam produk
dengan sakit di dada untuk meminum aspirin jika tanda dan makanan. Tablet glukosa, jika ada, harus digunakan
gejala menunjukkan bahwa orang tersebut mengalami serangan untuk mengatasi hipoglikemia pada masing-masing

30 American Heart Association


pasien tersebut. Jika tablet glukosa tidak tersedia, bentuk untuk menyimpan sementara gigi avulsi dalam larutan
makanan dan minuman lain yang dievaluasi secara yang ditampilkan untuk memperpanjang kelangsungan
khusus dan mengandung gula seperti sukrosa, fruktosa, hidup sel gigi (dibandingkan dengan air liur). Larutan
serta oligosakarida dapat menjadi alternatif yang efektif dengan khasiat yang ditunjukkan untuk memperpanjang
untuk pembalikan hipoglikemia simptomatis ringan. kelangsungan hidup sel gigi dari 30 hingga 120 menit
mencakup Larutan Garam Seimbang Hank (mengandung
Alasannya: Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang
kalsium, kalium klorida dan fosfat, magnesium klorida dan
umumnya dialami oleh penyedia layanan pertolongan
sulfat, sodium klorida, sodium bikarbonat, natrium fosfat
pertama. Penanganan dini hipoglikemia ringan dapat
dibasa, dan glukosa), propolis, putih telur, air kelapa,
mencegah progres menuju hipoglikemia parah.
Ricetral, atau susu murni.
Hipoglikemia parah dapat mengakibatkan hilangnya
kesadaran atau kejang dan biasanya memerlukan 2010 (Lama): Letakkan gigi dalam susu murni atau air
penanganan dari EMS. bersih jika susu tidak tersedia.
Alasannya: Kekoyakan gigi dapat mengakibatkan
Perawatan Luka Terbuka di Dada
gigi terlepas secara permanen. Komunitas dokter gigi
2015 (Baru): Penyedia layanan pertolongan pertama setuju bahwa implantasi ulang langsung gigi avulsi akan
yang merawat seorang individu dengan luka terbuka memberikan peluang terbesar untuk kelangsungan
di dada dapat meninggalkan luka tetap terbuka. Jika hidup gigi, namun mungkin bukan menjadi pilihan. Jika
pembalutan luka dan tekanan langsung diperlukan untuk implantasi ulang ditunda, penyimpanan sementara gigi
menghentikan pendarahan, maka diperlukan tindakan avulsi dalam larutan yang tepat dapat meningkatkan
yang hati-hati agar pembalutan dengan darah tersaturasi peluang kelangsungan hidup gigi.
tersebut tidak berubah menjadi oklusi tanpa disengaja.
Alasannya: Penggunaan pembalutan atau perangkat Pendidikan Pertolongan Pertama
oklusi yang tidak sesuai untuk luka terbuka di dada dapat 2015 (Baru): Pendidikan dan pelatihan dalam pertolongan
mengakibatkan pengembangan pneumotoraks tegangan pertama dapat bermanfaat untuk memperbaiki tingginya
yang tidak dikenali, namun mengancam jiwa. Tidak ada morbiditas dan kematian akibat cedera dan penyakit, dan
penelitian terhadap manusia yang membandingkan kami merekomendasikan agar pelatihan tersebut tersedia
aplikasi pembalutan atau perangkat oklusi dengan secara luas.
pembalutan atau perangkat non-oklusi, dan hanya satu Alasannya: Bukti menunjukkan bahwa pendidikan
penelitian terhadap hewan yang menunjukkan manfaat
penggunaan perangkat non-oklusi. Akibat kurangnya dalam pertolongan pertama dapat meningkatkan angka
bukti untuk penggunaan perangkat oklusi dan dengan kelangsungan hidup, meningkatkan pengenalan penyakit
mempertimbangkan risiko pneumotoraks tegangan yang akut, dan membantu penyelesaian gejala.
tidak diketahui, aplikasi pembalutan atau perangkat Penempatan Posisi Pasien yang Sakit atau
oklusi yang dilakukan oleh penyedia layanan pertolongan
pertama kepada pasien dengan luka terbuka di dada
Cedera
tidak disarankan. 2015 (Diperbarui): Posisi pemulihan yang disarankan
telah diubah dari posisi telentang ke posisi berbaring
Gegar Otak menyamping untuk pasien yang diduga tidak mengalami
2015 (Baru): HCP harus mengevaluasi setiap orang cedera tulang belakang, pinggul, atau panggul. Terdapat
dengan cedera kepala yang mengarah pada perubahan sedikit bukti yang menunjukkan bahwa posisi pemulihan
dalam tingkat kesadaran, pengembangan progresif pada alternatif apa pun akan lebih bermanfaat bagi individu
tanda atau gejala gegar otak, atau penyebab lain untuk yang tidak bereaksi dan bernapas normal.
diperhatikan oleh penyedia layanan pertolongan pertama. 2010 (Lama): Jika korban dalam keadaan tertelungkup
Evaluasi harus dilakukan secepat mungkin. dan tidak bereaksi, ubah posisi korban agar telentang.
Alasannya: Penyedia layanan pertolongan pertama sering Jika korban mengalami kesulitan bernapas karena sekresi
kali menangani individu dengan cedera kepala ringan dan berlebihan atau muntah, atau jika Anda sendirian dan
kemungkinan gegar otak (cedera otak traumatis ringan). harus meninggalkan korban yang tidak bereaksi untuk
Banyaknya tanda dan gejala gegar otak dapat membuat mendapatkan bantuan, letakkan korban dalam posisi
cedera ini sulit dikenali. Selain itu, konsekuensi jangka pemulihan HAINES yang dimodifikasi.
panjang dari gegar otak yang tidak terdeteksi dapat Alasannya: Penelitian yang menunjukkan sejumlah
sangat signifikan. Meskipun sistem penilaian gegar otak perbaikan pada indeks pernapasan bila korban berada
sederhana satu tahap yang divalidasi mungkin dapat dalam posisi menyamping dibandingkan dengan posisi
membantu penyedia layanan pertolongan pertama dengan telentang telah mengarah pada perubahan dalam
pengenalan gegar otak, namun tidak ada sistem penilaian rekomendasi untuk pasien yang diduga tidak mengalami
tersebut yang telah diidentifikasi. Alat bantu penilaian cedera tulang belakang, pinggul, atau panggul. Posisi
gegar otak dalam olahraga yang digunakan oleh tenaga HAINES tidak lagi disarankan karena adanya kekurangan
perawatan kesehatan yang memerlukan 2 tahap penilaian dan kualitas bukti yang sangat rendah untuk mendukung
(sebelum kompetisi dan setelah terjadi gegar otak) posisi ini.
tidak sesuai digunakan sebagai satu-satunya alat bantu
penilaian untuk penyedia layanan pertolongan pertama. Penggunaan Oksigen Pada Pertolongan
Kekoyakan Gigi Pertama
2015 (Diperbarui): Tidak terdapat bukti yang mendukung
2015 (Diperbarui): Penyedia layanan pertolongan
pemberian oksigen tambahan secara rutin oleh penyedia
pertama mungkin tidak dapat melakukan implantasi
layanan pertolongan pertama. Oksigen tambahan mungkin
ulang gigi avulsi karena keterbatasan sarung tangan
bermanfaat hanya dalam sejumlah situasi tertentu seperti
medis pelindung, pelatihan dan keterampilan, atau takut
cedera dekompresi dan bila diberikan oleh penyedia yang
menimbulkan rasa sakit. Bila implantasi ulang langsung
menerima pelatihan tentang penggunaannya.
tidak mungkin dilakukan, mungkin akan bermanfaat

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 31
2010 (Lama): Tidak terdapat bukti yang mendukung Anafilaksis
maupun menentang penggunaan oksigen secara rutin
sebagai tindakan pertolongan pertama bagi korban 2015 (Diperbarui): Bila orang yang mengalami anafilaksis
yang mengalami sesak napas atau nyeri dada. Oksigen tidak bereaksi terhadap dosis awal epinefrin dan
mungkin bermanfaat untuk pertolongan pertama pada kedatangan petugas medis tingkat lanjut akan terlambat
penyelam yang mengalami cedera dekompresi. 5 hingga 10 menit, pemberian dosis yang diulang dapat
dipertimbangkan.
Alasannya: Bukti menunjukkan adanya manfaat
penggunaan oksigen untuk penyakit dekompresi oleh 2010 (Lama): Dalam kondisi yang tidak biasa, bila
penyedia layanan pertolongan pertama yang telah bantuan medis lanjutan tidak tersedia, dosis kedua
mengikuti kursus tentang oksigen pertolongan pertama epinefrin dapat diberikan jika gejala anafilaksis berlanjut.
pada aktivitas menyelam. Bukti terbatas juga menunjukkan Alasannya: Pedoman 2010 menyarankan bahwa
oksigen tambahan efektif untuk meredakan sesak napas penyedia pertolongan pertama menyediakan atau
pada pasien kanker paru-paru tingkat lanjut dengan memberikan epinefrin (milik korban sendiri) kepada orang
kondisi sesak napas dan hipoksemia terkait, namun tidak dengan gejala anafilaksis. Bukti mendukung kebutuhan
pada pasien serupa tanpa hipoksemia. Meskipun tidak dosis kedua epinefrin untuk anafilaksis akut pada pasien
terdapat bukti yang teridentifikasi untuk mendukung yang tidak merespons dosis pertama; revisi pedoman
penggunaan oksigen, namun bila pasien yang terpapar memberikan penjelasan terkait rentang waktu untuk
karbon monoksida bernapas tiba-tiba, memberikan mempertimbangkan dosis kedua epinefrin.
oksigen mungkin perlu dilakukan sambil menunggu
kedatangan petugas perawatan medis lanjutan. Pembalutan Hemostatik
Nyeri Dada 2015 (Diperbarui): Penyedia pertolongan pertama
dapat mempertimbangkan penggunaan pembalutan
2015 (Diperbarui): Sambil menunggu kedatangan EMS, hemostatik bila tindakan kontrol pendarahan standar
penyedia pertolongan pertama dapat menganjurkan (dengan tekanan langsung yang disertai maupun tidak
orang dengan nyeri dada untuk mengunyah 1 aspirin disertai balutan kasa atau kain tipis) tidak efektif untuk
dosis dewasa atau 2 aspirin dosis ringan jika tanda dan pendarahan parah atau yang mengancam jiwa.
gejala menunjukkan bahwa orang tersebut mengalami
infarksi miokardium, dan jika orang tersebut tidak 2010 (Lama): Penggunaan (agen hemostatik) secara
memiliki alergi maupun kontraindikasi lain terhadap rutin dalam pertolongan pertama tidak dapat dianjurkan
aspirin. Jika seseorang mengalami nyeri dada yang tidak pada tahap ini karena adanya variasi yang signifikan
menunjukkan bahwa penyebabnya adalah jantung pada dalam efektivitas berdasarkan agen yang berbeda dan
asal mulanya, atau jika penyedia pertolongan pertama potensi efek sampingnya, termasuk pemusnahan jaringan
tidak yakin tentang penyebab nyeri dada atau tidak dengan induksi dari status proembolic dan potensi
nyaman dengan pemberian aspirin, maka penyedia cedera termal.
pertolongan pertama tidak boleh menyarankan orang Alasannya: Aplikasi tekanan langsung yang stabil pada
tersebut untuk meminum aspirin dan keputusan untuk luka masih dipertimbangkan sebagai alat utama untuk
memberikan aspirin dapat dialihkan kepada penyedia mengontrol pendarahan. Bila tekanan langsung gagal
layanan EMS. mengontrol pendarahan parah atau yang mengancam
2010 (Lama): Sambil menunggu kedatangan EMS, jiwa, penyedia pertolongan pertama yang mengikuti
penyedia pertolongan pertama dapat menganjurkan pelatihan khusus tentang indikasi dan penggunaannya
korban untuk mengunyah dan menelan 1 aspirin dosis dapat mempertimbangkan pembalutan hemostatik.
dewasa (tidak berlapis enterik) atau 2 aspirin dosis Pembalutan agen hemostatik terimpregnasi generasi
ringan "bayi" jika pasien tidak memiliki alergi maupun baru telah terbukti menyebabkan lebih sedikit komplikasi
kontraindikasi lain terhadap aspirin, misalnya bukti dan efek samping dibandingkan dengan agen hemostatik
adanya stroke atau pendarahan baru-baru ini. generasi sebelumnya, dan efektif dalam menyediakan
hemostasis pada hampir 90% subjek.
Alasannya: Pemberian aspirin secara signifikan akan
mengurangi angka kematian akibat infarksi miokardium, Batasan Gerak Tulang Belakang
namun tidak terdapat bukti untuk mendukung 2015 (Diperbarui): Dengan banyaknya bukti yang
penggunaan aspirin pada pasien dengan nyeri dada yang menunjukkan bahaya dan tidak adanya bukti yang
tidak terdiferensiasi. Penurunan angka kematian juga menunjukkan manfaat yang jelas, maka aplikasi kolar
ditemukan bila pemberian aspirin secara "dini" (misalnya, servikal secara rutin oleh penyedia layanan pertolongan
dalam beberapa jam pertama setelah dimulainya gejala pertama tidak disarankan. Penyedia pertolongan
infarksi miokardium) dibandingkan dengan pemberian pertama yang menduga adanya cedera tulang belakang
aspirin "nanti" (misalnya, setelah tiba di rumah sakit) harus memastikan orang yang cedera tetap berada
untuk nyeri dada akibat infarksi miokardium akut. dalam posisi yang sama sambil menunggu kedatangan
Namun, tidak terdapat penjelasan apakah penyedia penyedia layanan EMS.
pertolongan pertama dapat mengenali tanda-tanda
dan gejala infarksi miokardium, dan penggunaan aspirin 2010 (Lama): Penyedia pertolongan pertama tidak boleh
untuk penyebab nyeri dada selain jantung mungkin menggunakan perangkat penghentian karena manfaatnya
dapat menimbulkan bahaya. Meskipun dosis dan bentuk dalam kondisi pertolongan pertama belum terbukti,
aspirin yang digunakan untuk nyeri dada tidak diperiksa bahkan mungkin berbahaya. Pertahankan batasan gerak
secara khusus oleh ILCOR First Aid Task Force, namun tulang belakang dengan secara manual menstabilkan
ketersediaan biologis aspirin berlapis enterik serupa posisi kepala, sehingga gerakan kepala, leher, dan tulang
dengan yang tidak berlapis enterik bila dikunyah dan belakang diminimalkan.
ditelan.36 Oleh karena itu, tidak terdapat lagi batasan Alasannya: Dalam pemeriksaan sistematis ILCOR
terhadap penggunaan aspirin tidak berlapis enterik, 2015 tentang penggunaan kolar servikal sebagai
selama aspirin dikunyah sebelum ditelan. komponen batasan gerak tulang belakang untuk
trauma tumpul, tidak terdapat bukti yang menunjukkan

32 American Heart Association


adanya penurunan cedera neurologis berkat penggunaan 16. Reder S, Cummings P, Quan L. Comparison of three instructional
kolar servikal. Bahkan, penelitian yang menunjukkan adanya methods for teaching cardiopulmonary resuscitation and use of an
efek negatif atau potensi efek negatif seperti bertambahnya automatic external defibrillator to high school students. Resuscitation.
tekanan intrakranium dan saluran udara mempengaruhi 2006;69(3):443-453.
penggunaan kolar servikal. Teknik yang tepat untuk 17. Nishiyama C, Iwami T, Kawamura T, et al. Effectiveness of simplified
menggunakan kolar servikal pada pasien berisiko tinggi chest compression-only CPR training program with or without
memerlukan pelatihan yang signifikan dan latihan agar preparatory self-learning video: a randomized controlled trial.
dapat dilakukan dengan benar. Penggunaan kolar servikal Resuscitation. 2009;80(10):1164-1168.
bukan merupakan keterampilan pertolongan pertama. 18. Monsieurs KG, Vogels C, Bossaert LL, et al. Learning effect of a
Revisi pedoman ini menunjukkan perubahan dalam kelas novelinteractive basic life support CD: the JUST system. Resuscitation.
rekomendasi ke Kelas III: Berbahaya karena berpotensi 2004;62(2):159-165.
menimbulkan efek samping. 19. Ericsson KA. Deliberate practice and the acquisition and maintenance
of expert performance in medicine and related domains. Acad Med.
Referensi 2004;79(10)(suppl):S70-S81.
20. Motola I, Devine LA, Chung HS, Sullivan JE, Issenberg SB.
1. Neumar RW, Shuster M, Callaway CW, et al. Part 1: executive Simulationin healthcare education: a best evidence practical guide.
summary: 2015 American Heart Association Guidelines Update for AMEE Guide No. 82. Med Teach. 2013;35(10):e1511-e1530.
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation. 2015;132(18)(suppl 2). In press. 21. Hunt EA, Duval-Arnould JM, Nelson-McMillan KL, et al. Pediatric
resident resuscitation skills improve after rapid cycle deliberate
2. Hazinski MF, Nolan JP, Aicken R, et al. Part 1: executive summary: practice training. Resuscitation. 2014;85(7):945-951.
2015 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment 22. Cook DA, Hamstra SJ, Brydges R, et al. Comparative effectiveness of
Recommendations. Circulation. 2015;132(16)(suppl 1). In press. instructional design features in simulation-based education: systematic
review and meta-analysis. Med Teach. 2013;35(1):e867-e898.
3. Nolan JP, Hazinski MF, Aicken R, et al. Part 1: executive summary:
2015 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation 23. Bloom B, Englehart M. Furst E, Hill W, Krathwohl D. Taxonomy of
and Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment Educational Objectives: The Classification of Educational Goals.
Recommendations. Resuscitation. In press. Handbook I: Cognitive Domain. New York, NY: Longmans; 1956.
4. Institute of Medicine. Strategies to Improve Cardiac Arrest Survival: 24. Dave RH. Developing and Writing Behavioral Objectives. Tuscon,
ATime to Act. Washington, DC: National Academies Press; 2015. AZ:Educational Innovators Press; 1970.
5. Neumar RW, Eigel B, Callaway CW, et al. The American Heart 25. Krathwohl DR, Bloom BS. Taxonomy of Educational Objectives:
Association response to the 2015 Institute of Medicine report TheClassification of Educational Goals. Handbook II: Affective Domain.
on Strategies to Improve Cardiac Arrest Survival [published New York, NY: David McKay Co; 1964.
online ahead of print June 30, 2015]. Circulation. doi:10.1161/ 26. Bloom BS. Mastery Learning. New York, NY: Holt Rinehart
CIR.0000000000000233. & Winston; 1971.
6. Ringh M, Rosenqvist M, Hollenberg J, et al. Mobile-phone dispatch 27. Ericsson K, Krampe RT, Tesch-Rmer C. The role of deliberate
of laypersons for CPR in out-of-hospital cardiac arrest. N Engl J Med. practice in the acquisition of expert performance. Psychol Rev.
2015;372(24):2316-2325. 1993;100(3):363-406.
7. FDA approves new hand-held auto-injector to reverse opioid overdose 28. McGaghie WC, Issenberg SB, Cohen ER, Barsuk JH, Wayne DB.
[news release]. Silver Spring, MD: US Food and Drug Administration; Medical education featuring mastery learning with deliberate
April 3, 2014. http://www.fda.gov/NewsEvents/Newsroom/ practicecan lead to better health for individuals and populations.
PressAnnouncements/ucm391465.htm. Accessed July 27, 2015. AcadMed. 2011;86(11):e8-e9.
8. Stub D, Smith K, Bernard S, et al. Air versus oxygen in ST-segment- 29. McGaghie WC, Issenberg SB, Cohen ER, Barsuk JH, Wayne DB. Does
elevation myocardial infarction. Circulation. 2015;131(24):2143-2150. simulation-based medical education with deliberate practice yield
9. Wheeler E, Jones TS, Gilbert MK, Davidson PJ. Opioid overdose better results than traditional clinical education? A meta-analytic
prevention programs providing naloxone to laypersonsUnited States, comparative review of the evidence. Acad Med. 2011;86(6):706-711.
2014. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2015;64(23):631-635. 30. Roppolo LP, Pepe PE, Campbell L, et al. Prospective, randomized trial
10. Nishiyama C, Iwami T, Murakami Y, et al. Effectiveness of simplified of the effectiveness and retention of 30-min layperson training for
15-min refresher BLS training program: a randomized controlled trial. cardiopulmonary resuscitation and automated external defibrillators:
Resuscitation. 2015;90:56-60. the American Airlines Study. Resuscitation. 2007;74(2):276-285.
11. Lynch B, Einspruch EL, Nichol G, Becker LB, Aufderheide TP, 31. Cheng A, Eppich W, Grant V, Sherbino J, Zendejas B, Cook DA.
Idris A. Effectiveness of a 30-min CPR self-instruction program Debriefing for technology-enhanced simulation: a systematic review
for lay responders: a controlled randomized study. Resuscitation. and meta-analysis. Med Educ. 2014;48(7):657-666.
2005;67(1):31-43. 32. Cheng A, Rodgers DL, van der Jagt E, Eppich W, ODonnell J. Evolution
12. Einspruch EL, Lynch B, Aufderheide TP, Nichol G, Becker L. Retention of the Pediatric Advanced Life Support course: enhanced learning with
of CPR skills learned in a traditional AHA Heartsaver course a new debriefing tool and Web-based module for Pediatric Advanced
versus 30-min video self-training: a controlled randomized study. Life Support instructors. Pediatr Crit Care Med. 2012;13(5):589-595.
Resuscitation. 2007;74(3):476-486. 33. Mager RF. Preparing Instructional Objectives: A Critical Tool in the
13. Mancini ME, Cazzell M, Kardong-Edgren S, Cason CL. Improving Development of Effective Instruction. 3rd ed. Atlanta, GA: Center for
workplace safety training using a self-directed CPR-AED learning Effective Performance; 1997.
program. AAOHN J. 2009;57(4):159-167. 34. Kirkpatrick D, Kirkpatrick J. Implementing the Four Levels: A Practical
14. Roppolo LP, Heymann R, Pepe P, et al. A randomized controlled trial Guide for the Evaluation of Training Programs. San Francisco, CA:
comparing traditional training in cardiopulmonary resuscitation (CPR) Berrett-Koehler; 2007.
to self-directed CPR learning in first year medical students: the two- 35. Wall HK, Beagan BM, ONeill J, Foell KM, Boddie-Willis CL. Addressing
person CPR study. Resuscitation. 2011;82(3):319-325. stroke signs and symptoms through public education: the Stroke
15. Knowles MS, Holton EF III, Swanson RA. The Adult Learner. Woburn, Heroes Act FAST campaign. Prev Chronic Dis. 2008;5(2):A49.
MA: Butterworth-Heinemann; 1998. 36. Sai Y, Kusaka A, Imanishi K, et al. A randomized, quadruple
crossoversingle-blind study on immediate action of chewed and
unchewed low-dose acetylsalicylic acid tablets in healthy volunteers.
JPharma Sci. 2011;100(9):3884-3891.

Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk CPR dan ECC 33
7272 Greenville Avenue
Dallas, Texas 75231-4596, USA
www.heart.org

Untuk informasi selengkapnya tentang program dan


pelatihanP3K dari American Heart Association, kunjungi:
www.international.heart.org

JN-028810/15

You might also like