You are on page 1of 14

Makalah

Auditing II
Menyelesaikan Pengujian dalam Siklus Penjualan dan Penerimaan
Kas : Piutang Usaha

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Naneu Kania Nurjanah 011304040
Novianty Lariska 011304041
Septi Maulida Rahma
Vivi Syifa Fauziah
Yusi Hermawati

Universitas Widyatama
2016

1
Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................................................................................. 2


Kata Pengantar........................................................................................................................................ 3
Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo ................................................................ 4
Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo ............................................................................................... 6
Konfirmasi Piutang Usaha ....................................................................................................................... 7
Mengembangkan Program Rincian Audit Yang Terinci ........................................................................ 13

2
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 06 Oktober 2016

Tim Penyusun

3
Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo

Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo piutang, berhubungan


dengan kertas kerja perencanaan bukti untuk tujuan materialitas dan risiko, pengujian
pengendalian substantive atas transaksi serta pengujian atas rincian saldo.
Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang, harus memenuhi delapan
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang secara khusus untuk piutang disebut
sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha disebut sebagai tujuan
audit berkaitan saldo piutang usaha. Delapan tujuan audit tersebut antara lain :
1. detail tie-in (hubungan)
2. keberadaan
3. kelengkapan
4. keakuratan
5. klasifikasi
6. pisah batas
7. nilai realisasi
8. hak

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha tersebut


1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait, dan
totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum
(Detail tie-in)
2. Piutang usaha yang dicatat ada (Keberadaan)
3. Piutang usaha yang telah dicantumkan (Kelengkapan)
4. Piutang usaha yang sudah akurat (Keakuratan)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi)
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (Pisah batas)
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (Nilai Realiasasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (Hak)

4
Metodologi penting karena secara keseluruhan untuk merancang pengujian atas rincian
saldo akun terkait dalam hal ini adalah piutang usaha. Berikut adalah metodologi untuk
merancang pengujian atas rincian saldo :
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha (tahap 1):
dilakukan dengan mempelajari industri bisnis klien dan lingkungan eksternal karena
dapat berdampak pada risiko bisnis klien.
2. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi (tahap 1): auditor memutuskan tingkat
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, kemudian mengalokasikan
jumlah petimbangan (akun piutang usaha) atau penetapan salah saji yang dapat
ditoleransi. Ketika menilai risiko inhern auditor mengidentifikasi secara formal risiko
kecurangan tertentu menyangkut pengakuan pendapatan.
3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan (tahap 1):
pengendalian internal sangat penting dalam menentukan risiko audit, terdapat tiga
hal yang perlu diperhatian oleh auditor terkait aspek pengendalian internal yaitu
a. pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
b. pengendalian terhadap pisah batas
c. pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih.
4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
atas transaksi (tahap 2): hasil pengujian substantive atas transaksi digunakan untuk
menentukkan tingkat risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap
tujuan audit berkait saldo piutang.
5. Merancang dan melaksanakan prosedur analistis (tahap3): prosedur analistis
seringkali dilakukan selama tiga tahap audit.
a. Perencanaan mengenai perencanaa prosedur analitis dan prosedur substantive
ketika melakukan pengajuan.
b. Pengujian terinci yaitu tahap pengujian dilakukan secara rinci dan tepat,
mengidentifikasi jumlah piutang yang tidak biasa dan kemungkinan salah saji
termasuk dampak yang tersaji dalam laporan keuangan.
c. Penyelesaian audit, jika telah selesai dilaksanakan kesimpulan auditor
mengenai prosedur analisis substantive untuk penjualan dan penagihan
dicantumkan dalam kertas kerja perencanaan bukti.
6. Merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha

5
Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo

Ketika membahas pengujian atas rincian saldo piutang usaha , kita akan berfokus pada tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo. Kita juga akan mengasumsikan dua hal :

1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti


2. Auditor telah memeutuskan resiko deteksi yang direncanakan untuk pengujian atas
rincian saldo bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo

Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada apakah
bukti yang direncanakan untuk tujuan tertentu adalah rendah , sedang , atau tinggi . Sebagian besar
pengujian piutang usaha dan penyisihan piutang tak tertagih didasarkan pada Aged Trial Balance .
Aged Trial Balance menyajikan daftar saldo- saldo dalam file name induk piutang usaha pada file
neraca. Konfirmasi saldo pelanggan merupakan pengujian atas rincian saldo yang paling penting
untuk menentukan keberadaan atau eksistensi piutang usaha dicatat. Sulit bagi auditor untuk
menguji saldo akun yang dihilangkan pada Aged Trial Balanced kecuali mengandalkan pada sifat
menyeimbangkan sendiri file induk piutang usaha.

Salah saji pisah batas (cutoff misstatement) terjadi apabila transaksi periode berjalan dicatat
dalm periode selanjutnya atau sebaliknya. Tujuannya adalah untuk memverifikasi apakah transaksi
yang mendekati akhir periode telah dicata pada periode yang tepat. Salah saji pisah batas dapat
terjadi untuk penjualan , retur dan pengurangan penjualan dan penerimaan kas. Bagi masing
masing pos tersebut , auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga untuk menentukan keltakan
pisah batas :

1. Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat


2. Menegvaluasi apakah klien memeiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan untuk
memastikan kelayakan pisah abtas.
3. Menguji apakah pisah batas sudah benar.
Pisah batas penjualan, sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengirimna barang. Akan
tetapi, beberapa perusahaan mencatat faktur pada saat hak atas barang beralih,
yang dapat terjadi sebelum pengiriman, pada saat pengiriman dan setelah
pengiriman.

6
Pisah batas retur dan pengurangan penjualan , prisip prisip akuntansi yang
diterima umum memngharuskan bahwa retur dan pengurangan penjualan
ditandingkan dengan penjualan yang terkait.
Pisah batas penerimaan kas, untuk sebagian besar audit , pisah batas atas
penerimaan kas yang benar begitu penting dibandingkan pisah batas penjualan atau
retur pengurangan penjualan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya
mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha bukan laba.

Konfirmasi Piutang Usaha

Konfirmasi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh bukti audit. Bukti
audit dengan menggunakan konfirmasi memiliki tingkat independen yang baik. Hal ini dikarenakan
konfirmasi akan meminta keterangan dari pihak ketiga berkaitan dengan transaksi dengan klien.
Semakin tinggi resiko pengendalian dan resiko bawaan dari entitas klien membuat auditor
harus memiliki bukti audit yang cukup untuk meyakinkan asersi pada laporan keuangan. Auditor
harus memperdalam pengujian subtantif atas laporan keuangan dengan menemukan lebih banyak
bukti yang dapat menunjukan asersi laporan keuangan. Melalui konfirmasi, auditor akan
memperoleh bukti yang independen yang dapat meyakinkan atas asersi yang melekat pada laporan
keuangan.

Tujuan Konfirmasi Piutang

Tujuan dari konfirmasi adalah untuk mengumpulkan bukti audit sebagai dasar menyatakan
pendapat. Jika pada proses konfirmasi ternyata tidak cukup untuk menekan resiko audit, maka
auditor wajib melakukan prosedur tambahan. Sebagai contoh jika pada proses konfirmasi akun
piutang, auditor merasa belum memiliki cukup bukti untuk meyakinkan asersi suatu laporan
keuangan. Auditor dapat melakukan prosedur tambahan dengan melakukan prosedur subsequent
pelunasan piutang. Jadi auditor akan melakukan pembuktian saldo piutang per tanggal laporan
keuangan dengan mengecek pelunasan piutang tersebut setelah tanggal pelaporan.

7
Jeniskonfirmasi
Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan jenis konfirmasi yang
akan digunakan:
1. Konfirmasipositif (positive confirmation) adalah komunikasi dengan debitor yang meminta
pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada
permintaan konfirmasi itu benar atau salah. Konfirmasi positif biasa dilakukan untuk jumlah
sampel kecil dengan saldo yang besar. Bentuk konfirmasi positif, biasanya menyebutkan
informasi yang dibutuhkan auditor dan responden menjawab setuju atau tidak. Namun,
terkadang pada konfirmasi positif auditor mengkosongkan informasi yang hendak
ditanyakan dan pihak respondenlah yang mengisikan informasi tersebut. Konfirmasi positif
dapat dijadikan sebagai bukti audit jika responden membalas konfirmasi yang diberikan.
2. Konfirmasi negative (negative confirmation) juga ditunjukkan kepada debitor tetapi hanya
akan meminta respons jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan. Konfirmasi
negatif biasa dilakukan untuk sampel dalam jumlah besar dengan saldo kecil. Bentuk
konfirmasi ini juga mencantumka ninformasi yang hendak ditanyakan kepada pihak
responden. Namun, pada konfirmasi negatif dapat dijadikan alat bukti audit meski tidak
mendapatkan jawaban. Hal ini dikarenakan, pada konfirmasi negatif, responden tidak perlu
menjawabjikan informasi yang tercantum sudah sesuai. Auditor berhak menentukan jenis
konfirmasi yang akan digunakan, dan hal ini sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA
07 menyatakan bahwa konfirmasi negative dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut
dipenuhi.

8
Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil.
Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah. Kombinasi risiko
tidak dapat dikatakan rendah jika pengendalian internal tidak efektif atau terdapat
kemungkinan salah saji. Jika audit tahun sebelumnya mengindikasikan bahwa piutang
dagang sering tidak akurat, maka konfirmasi negative tidak tepat untuk dilakukan.
Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi yang diminta.
Misalnya, jika tingkat respon konfirmasi positif tahun-tahun sebelumnya sangat tinggi
atau jika terdapat tingkat respon yang tinggi pada klien yang sama.

Biasanya, jika konfirmasi negative dilakukan, maka auditor akan memberikan penekanan
pada efektifitas pengendalian internal, pengujian substantive dan prosedur analitis sebagai bukti
kewajaran piutang dagang, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima konfirmasi akan
membaca dengan seksama dan merespon permintaan konfirmasi.
Konfirmasi negative biasanya digunakan untuk audit rumah sakit, toko ritel, bank, dan
industry lain yang piutang dagangnya berhubungan dengan masyarakat umum. Kombinasi
konfirmasi negative dan konfirmasi positif juga biasa dilakukan dengan mengirimkan konfirmasi
positif kepada debitur dengan saldo besar dan menggunakan konfirmasi negative kepada debitur
bersaldo kecil.
Pilihan konfirmasi oleh auditor dipengaruhi oleh materialitas dari total piutang dagang,
jumlah dan ukuran setiap akun, risiko pengendalian, risiko yang tak terhindarkan, efektifitas dari
konfirmasi sebagai bukti audit, dan ketersediaan bukti audit lain.

Proses Konfirmasi
Pada proses konfirmasi, auditor sebaiknya melihatbpengalamanbtahunblalu. Hal ini untuk
memanajemen waktu yang digunakan dalam proses audit. Jika berdasarkan pengalaman tahun lalu,
respon yang diterima dari proses konfirmasi tidak cukup untukmenjadi bukti audit. Auditor dapat
memilih untuk tidak melakukan proses konfirmasi dan langsung menggunakan prosedur lainnya.
Proses konfirmasi piutang usaha diperkenankan tidak dilakukan jika terdapat kondisi sebagai berikut:
a) Piutang usaha merupakan jumlah yang tidak material dalam laporan keuangan.
b) Penggunaan konfirmasi akan tidak efektif.
c) Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran sedemikian rendah, dan
tingkat risiko taksiran tersebut, bersamaan dengan bukti yang diharapkan untuk diperoleh
dari prosedur analitik atau pengujian substantif rinci, adalah cukup untuk mengurangi risiko
audit ketingkat yang cukup rendah untuk asersi laporan keuangan yang bersangkutan.

9
Dalam banyak situasi, baik konfirmasi piutang usaha maupun pengujian substantif rinci
diperlukan untuk mengurangi risiko audit ketingkat yang cukup rendah bagi asersi laporan
keuangan yang bersangkutan.

Penetepan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat konfirmasi tersebut
dikirimkan sesegera mungkin setelah penutupan tanggal neraca. Dengan ini auditor dapat secara
langsung menguji saldo piutang dagang dari laporan keuangan tanpa perlu memperhatikan transaksi
yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Selain itu, untuk melakukan audit berbasis
ketepatan waktu, biasanya diperlukan konfirmasi akun-akun selama tanggal intermin.
Jika auditor memutuskan untuk mengkonfirmasi piutang dagang sebelum akhir tahun, maka
auditor tersebut biasanya menyiapkan skedul ke depan untuk merekonsiliasi saldo piutang dagang
pada tanggal neraca.

Keputusan Pengambilan Sampel

1. Jumlah sampel
Factor utama yang mempengaruhi jumlah sampel dalam melakukan konfirmasi piutang
dagang terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
o Salah saji yang dapat diterima.
o Risiko yang tak terhindarkan (ukuran relative dari total piutang dagang, jumlah akun,
hasil pengujian tahun sebelumnya, dan ekspektasi salah saji).
o Risiko pengendalian.
o Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian substantive lainnya (perluasan dan hasil dari
pengujian substantive atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian detail lainnya).
o Tipe konfirmasi (konfirmasi negative biasanya membutuhkan sampel lebih banyak).

2. Pemilihan Sampel Pengujian


Beberapa tingkatan sampel diperlukan bagi hamper seluruh jenis konfirmasi. Dalam
melakukan pendekatan untuk memilih tingkatan sampel, auditor perlu mempertimbangkan besaran
nominal akun per individu dan jangka waktu peredaran piutang dagang. Dalam banyak kasus,
auditor mengambil sampel seluruh akun diatas jumlah nominal tertentu dan memilih sampel acak
atas sisanya.

10
3. Menjalankan Pengendalian
Setelah sampel konfirmasi ditentukan, auditor perlu melakukan pengendalian konfirmasi
hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu menyiapkan konfirmasi, seperti
memasukkan surat konfirmasi ke dalam amplop tertutup, atau melekatkan cap pada amplop, auditor
harus melakukan pengawasan ketat.

4. Tindak Lanjut Bila Tidak Ada Tanggapan


Surat konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak dapat dianggap sebagai bukti
audit. Misalnya, tidak ada tanggapan atas konfirmasi positif bukan berarti merupakan bukti audit.
Sama halnya dengan konfirmasi negative, jika tidak ada respon maka auditor tidak boleh
menyimpulkan bahwa pelanggan menerima permintaan konfirmasi dan membenarkan permintaan
informasi.
Jika menggunakan konfirmasi positif, PS 07 mensyaratkan prosedur tindak lanjut bila terdapat
konfirmasi yang tidak diatnggapi. Biasanya, tindak lanjut dilakukan dengan mengirimkan permintaan
konfirmasi kedua atau bahkan ketiga. Jika pelanggan tetap tidak mengembalikan surat konfoirmasi,
maka perlu dilakukan tindak lanjut dengan prosedur alternative. Tujuan dari prosedur alternative
adalah menentukan, tanpa konfirmasi, apakah akun yang tidak dijawab memang benar ada, dan
disajikan dengan benar pada tanggal konfirmasi. Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak
dikembalikan, auditor dapat memeriksa dokumen untuk menguji keberadaan dan akurasi transaksi
penjualan individu yang tercantum dalam saldo akhir piutang dagang.

Analisis Perbedaan
Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auidtor harus menentukan alasan
jika ditemukan perbedaan. Dalam banyak kasus, perbedaan tersebut disebabkan oleh beda waktu
antara pencatatan klien dan pelanggan. Beda waktu perlu dipisahkan dari pengecualian (exeption),
yang merupakan salah saji atas saldo piutang dagang. Jenis perbedaan yang biasa terjadi pada hasil
konfirmasi meliputi :
o Pembayaran yang dilakukan Perbedaanbiasanya terjadi ketika pelanggan sudah melakukan
pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembyaran saat
pencatatan sebelum tanggal konfirmasi. Hal ini perlu diselidiki dengan saksama dengan
seksama untuk mengetahui kemungkinan salah saji akibat pisah batas penerimaan kas,
penggelapan dengan mengguhkan pencatatan penerimaan kas (lapping), atau pencurian kas.
o Barang Belum diterima Perbedaan ini biasanya timbul karena klien mencatat penjualan
pada tanggal pengiriman dan pelanggan mencatat pembelian pada saat barang diterima.

11
Waktu ketika barang dalam masa pengiriman menyebabkan perbedaan pelaporan tanggal
penerimaan barang atau salah saji akibat pisah batas pada catatan pelanggan.
o Pengembalian Barang Kesalahan klien dalam mencatat memo kredit dapat terjadi karena
beda waktu atau kesalahan pencatatan retur dan cadangan penjualan. Sama halnya dengan
perbedaan lain, hal ini perlu diselidiki.
o Kesalahan Klerikal dan Jumlah yang Dipertentangkan Perbedaan yang terjadi dalam laporan
pencatatan klien biasanya terjadi ketika pelanggan menyatakan terjadinya kesalahanatas
harga barang, kerusakan barang, jumlah barang yang tidak diterima, dan lain-lain.
Perbedaan ini perlu diselidiki untuk menentukan apakah klien melakukan kesalahan dan
berapa jumlah keslahan yang terjadi.Dalam banyak kasus, auditor akan meminta klien
merekonsiliasi perebdaan tersebut, dan jika perlu, akan mengkomunikasikan dengan
pelanggan untuk menyelesaikan perbedaan tersebut. Auditor perlu berhati-hati dalam
melakukan verifikasi kesimpulan klien untuk setiap perbedaan yang signifikan.

o Pengambilan Kesimpulan
Ketika masalah perbedaan sudah diselesaikan, termasuk perbedaan yang ditemukan saat
melakukan prosedur alternatif, auditor harus melakukan evaluasi ualng terhadap
pengendalian internal. Setiap salah saji harus harus dianalisis untuk menentukan apakah hal
ini konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat yang ditetapkan dalam resiko
pengendalian. Jika terdapat jumlah salah saji yang signifikan dan tidak konsisten dengan
evaluasi resiko pengendalian, maka perlu dilakukan revisi terhadap evaluasi dan
mempertimbangkan dampak revsisi tersebut terhadap audit. Auditor pada perusahaan
publik harus juga mempertimbangkan implikasi dari audit pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.
Selain itu, perlu dipastikan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi dengan
benar. Meskipun jumlah salah saji dalam sampel tidak signifikan dalam mempengaruhi laporan
keuangan, auditor perlu mempertimbangkan jika salah saji itu menjadi material dalam populasi.
Generalisasi hasil sampel ke populasi dapat dialakukan melalui teknik pengambilan sampel sacara
statistik atau non statistik.
Auditor harus selalu mengevaluasi kondisi kualitatif dan salah saji yang ditemukan dalam
sampel, tampa memperhatikan nominal salah saji populasi yang diestimasi. Bahkan, jika salah saji
yang diestimasi lebih kecil dari salah saji yang dapat diterima untuk piutang dagang, salah saji yang
ditemukan dalam sampel bisa saja merupakan gejala dari masalah yang lebih serius.

12
Keputusan akhir tentang piutang dagang dan penjualan adalah mengenai apakah bukti
memadai telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi ,
prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian subtantif lain untuk
menguatkan pengambilan keputusan mengenai kebenaran saldo yang disajikan.

Mengembangkan Program Rincian Audit Yang Terinci

Program Audit pengujian atas Rincian saldo Siklus Penjualan dan Penagihan :

1. Mereview neraca saldo piutang usaha untuk piutang yang berjumlah besar dan tidak
biasaHP
2. Menghitung prosedur analitis yang ditunjukkan dalam skedul audit yang dikompensasi ke
depan.
3. Mereview piutang yang tercantum pada Aged Trial Balance menyangkut wewel dan
piutang dengan pihak terkait
4. Menayai manajemen apakah ada pihak terkait , wesel atau piutang jangka panjang yang
dimasukkan dalam neraca saldo.
5. Mereview notulen rapat dewan direksi dan menyai manajeman untuk menentukan
apakah ada piutang yang digadaikan
6. Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke file indul piutang usaha untuk melihat umur
piutang dan saldonya
7. Memfoot 2 halaman neraca saldo untuk melihat umur kolom piutang
8. Menelusuri saldo ke buku beasr umum
9. Menelusuri lima piutang dari file induk piutang usaha ke aged trial balanced
10. Mengkonfirmasi piutang usaha
11. Melakukan prosedur alternatifuntuk semua konfirmasi yang tidak dikembaliakan
12. Membahas dengan manager kredit tentang kemungkinana penagihan piutang yanag
sudah lama
13. Mengevaluasi apakah peyisihan apakah sudah memadai setelah melakukan prosedur
audit
14. Memilih 20 transakasi penjualan ddari jurnal penjualan tahun berjalan
15. Mereview retur dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan setelah tanggal
neraca untuk menentukan apakah telah dicatat dalam periode yang benar.

13
Daftar Pustaka

https://feriyanto16.wordpress.com/2013/10/30/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor-

http://novemberfiles.blogspot.co.id/2014/11/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor.html

https://riswanarifin.wordpress.com/2012/09/12/penganggaran-sektor-publik/

http://makalahpublik.blogspot.co.id/2014/10/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor.html

http://catatanclaire301196.blogspot.co.id/2015/11/tugas-akuntansi-sektor-publik-tentang.html

14

You might also like