Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
merupakan salah satu produk peternakan yang mengandung protein yang tinggi
dan banyak di konsumsi masyarakat. Kandungan zat gizi yang terdapat dalam
sebutir telur tersebut mudah dicerna oleh tubuh. Kandungan protein kuning telur
yaitu sebanyak 16,5% dan pada putih telur sebanyak 10,9%, sedangkan
kandungan lemak pada kuning telur mencapai 32% dan pada putih telur terdapat
menentukan produksi telur tersebut. Telur juga mempunyai kualitas bagian dalam
telur maupun luar. Konsumen selalu mencari telur segar, dengan berat standar,
kualitas kerabang baik, warna kuning telur menarik (kuning) dan putih telur relatif
kental. Semua kriteria tentang kualitas telur tersebut akan menentukan pula harga
telur persatuan unit yang berhubungan dengan banyaknya jumlah telur dalam satu
jumlah telur.
Akan tetapi, sebagai mahasiswa peternakan harus mengetahui
yang baik, asalkan telur tersebut masih layak konsumsi maka konsumen tetap
memilihnya. Kualitas dalam diantaranya nilai Haugh Unit, kekentalan putih dan
kuning telur, sedangkan kualitas luar yaitu diantaranya, keutuhan, dan kebersihan
eksterior, interior, dan tambahan serta dapat berguna bagi matakuliah selanjutnya
KAJIAN PUSTAKA
Telur merupakan produksi biologi dari unggas betina yang selalu dibutuhkan
sebagai bahan pakan embrio ayam dan sebagai pangan bagi manusia. Meskipun
telur terbungkus oleh kerabang yang relatif tebal tetapi kerabang tersebut
atau terjadinya pertukaran gas dari luar ke dalam telur sehingga mengubah
kualitas isi telur. Perubahan isi telur akan berpengaruh terhadap kesehatan
Telur merupakan salah satu produk unggas yang mempunyai nilai gizi tinggi
dan lengkap, harga relatif murah serta merupakan bahan pangan yang tidak
ditolak oleh hampir semua orang. Telur mengandung protein yang cukup tinggi
yitu 12% dengan harga yang kompetitif dibanding dengan harga protein dari
dibanding dengan daging atau susu, sebab nilai biologis harga per satuan protein
menentukan harga telur. Telur terutama kaya akan asam amino esensial seperti
esensial terbatas. Telur juga mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh
berantai ganda lebih dari satu, vitamin dan mineral serta mikromineral yang
Salah satu yang menentukan berat telur adalah jenis unggas. Telur ayam
kampung lebih kecil dibanding telur ayam ras. Telur itik berbeda beratnya
denga telur ayam atau angsa, kalkun maupun burung puyuh. Rata-rata berat
telur ayam antara 55-65 gram, variasi berat telur relatif kecil, hal ini
disebabkan karena genetik ayam petelur sudah homogen akibat seleksi pada
tingkat pembibit yang ketat. Dari berat telur 60 g maka garis tengah sumbu
pendek (axis) antara 4,2 5,8 cm dan garis tengah sumbu panjang (ordinat)
bervariasi antara 13-16 cm. Volum telur pada berat 60 g tersebut mencapai 55
cm3 dengan luas permukaan 70 cm2 (Yuwanta, 2010). Menurut Butcher dan
Miles (2003) berat telur yang berbeda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
umur, pakan, dan genetik. Noda yang tedapat dalam albumen maupun kuning
telur seperti bintik-bintik kecil darah, ini tidak menunjukkan adanya telur
subur, hal ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah pada permukaan
kuning telur selama pembentukan sel telur. Selain itu, kotoran yang terdapat
dalam telur disebakan dari kotoran yang masuk dari luar akibat keretakan
Manipulasi terhadap kualitas telur oleh manusia untuk mendapatkan nilai gizi
yang diinginkan antara lain telur rendah kolesterol, telur beromega-3 tinggi,
mengandung asama laktat dan asam beta hidrobutirat tinggu, telur tanpa residu
antibiotik dan obat-obatan serta antipestisida khususnya pada kuning telur telah
banyak dilakukan oleh peneliti dan aplikasinya kepada peternak (Yuwanta, 2010).
6. Struktur keruh berserat yang terlihat pada kedua ujung kuning telur, yang
7. Lapisan tipis yang mengelilingi kuning telur yang disebut membran vitelin.
8. Benih atau blastodic yang terlihat sebagai bintik kecil pada permukaan
kuning telur.
Telur adalah bakal dari hewan yang dikelilingi oleh kulit yang dikenal dengan
kerabang, dimana kulit ini berfungsi melindungi embrio yang ada didalam.
Ukuran dan bentuk telur unggas berbeda bagi setiap spesies unggas, tetapi semua
telur memiliki tiga bagian utama yaitu kuning telur, putih telur, dan kerabang
telur.
Kualitas telur adalah sesuatu yang dinilai, dilihat dan diamati pada telur untuk
kebutuhan konsumen. Kualitas eksternal dilihat pada kebersihan kulit, tekstur dan
bentuk telur, sedangkan kualitas internal dilihat pada putih telur (albumen)
kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur dan kekuatan
bobot telur atau meneropong ruang udara (air cell) dan dapat juga dengan
memecah telur untuk diperiksa kondisi kuning telur dan putih telur (HU).
terhadap penerimaan konsumen, daya guna telur, dan keamanannya sebagai bahan
tergantung pada negara yang bersangkutan (2,3 atau 4 tingkatan). USDA membagi
menjadi % tingkatan kualitas yaitu: Grade 1 (AA), grade 2 (A), grade 3 (B) dan
grade 4 (C) dan grade 5 (no grade). Sedangkan Indonesia membagi menjadi 3
udara (kedalaman, letak, dan bentuk), putih telur (kekentalan, dan ada/tidaknya
Jumbo 30 70
Extra Large 27 63
Large 24 56
Medium 21 49
Small 18 42
Peewee 15 35
dan pemecahan. Bagian telur yang dinilai adalah bagian eksternal (kerabang
telur), danbagian internal (kantung udara, putih telur dan kuning telur).
Kerabang telur merupakan pembungkus telur yang paling tebal, bersifat keras
dan kaku. Pada kerabang terdapat pori-pori yang berfungsi untuk pertukaran gas.
kerabang meliputi gizi ternak yang cukup, masalah kesehatan ternak, manajemen
sekitar 95% kalsium dalam bentuk kalsium karbonat dan sisanya seperti
lebar telur, keadaan kerabang (bersih, tidak kotor, tidak pecah/utuh, kedalaman),
tersusun atas sebagian besar garam anorganik, bahan organik dan sedikit air.
Kutikula merupakan yang tidak larut dalam air dan membungkus kerabang
dalam isi telur. Komposisi kutikula terdiri atas 90 % protein, polisakarida dan
air. Protein penyusun kutikula mengandung glisin, asam glutamat, lisin, sistin, dan
suatu clutch adalah 27 jam. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi 30 menit
setelah telur sebelumnya dikeluarkan. Jika sebutir telur keluar setelah pukul 14.00,
ovulasi berikutnya tidak akan terjadi dalam waktu 16 18 jam.Hal ini berkaitan
kelembaban dan perubahan internal dari telur (Yuwanta, 2010). Kantung udara
telur semakin bertambah besar karena adanya penguapan air di dalam telur atau
penyusutan berat telur. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah dapat
merupakan indikator umur atau mutu telur, karena ukurannya akan membesar
mengakibatkan lapisan membran bagian luar dan dalam tidak melekat satu sama
lain. Penguapan air meningkat diantara membran luar yang menempel pada
3.1.1 .Alat
dipecahkan.
4. Wadah berisi air garam, berfungsi untuk mengetahui berat jenis telur.
6. Egg yolk colour fan, berfungsi untuk mengetahui warna kuning telur.
telur.
telur.
komponen telur.
3.1.2 Bahan
2. Garam
3. Air
Membuat larutan:
a) Memberi tanda atau nomor pada setiap telur yang akan diuji.
d) Mencatat nomor telur pada tabel sesuai hasil pengamatan ( telur yang
2. Kualitas Telur
a) Mengukur panjang (P) dan lebar (L) telur dengan janka sorong.
keriput.
b) Menyalakan candler.
b) Menyalakan candler.
udaranya tadi.
b) Menyalakan candler.
d) Membaca skala yang ditunjukan alat (mm) dan tulis pada tabel.
3. Pengamatan Tambahan
millimeter sekrup.
a) Menimbang kerabang.
pada kualitas telur ukur diameter yolk (w) dan tingginya (h)dengan
jangka sorong.
h
b) Menghitung nilai indeknya dengan rumus :IY = w .
pada kualitas telur, ukur rataan lebar putih telur (Av) dan tingginya
Urut No Telur
No
Pengamatan 1 2 3 4 5 6
3 Tekstur AA AA AA A A AA
Sound/Keutuha AA
4 AA AA AA AA AA
n
5 Kebersihan C C C C C C
6 Rongga Udara AA A AA B A A
7 Bayangan Yolk AA A AA B A A
Kesimpulan C C C C C C
No Pengamatan No Telur
. 1 2 3 4 5 6
(mm)
Yolk spot
No Pengamatan No Telur
. 1 2 3 4 5 6
(gram)
(gram)
(gram)
4.2 Pembahasan
Penilaian kualitas telur dilakukan pada 6 butir telur dengan tujuan agar
Pengujian dilakukan dengan cara pengamatan yang diuji terdiri dari pengamatan
pada konsentrasi garam 1,080. Ini dapat dikatakan bahwa berat jenis air lebih
normal (74,73), tekstur dan kekuatan baik, tetapi pada kebersihannya bernilai
C, rongga udara AA dan tidak ada bayangan yolk. Sedangkan untuk kondisi
telur 1 setelah dipecahkan, nilai HU-nya 74,12, tebal kerabangnya 0,56, indeks
Ukuran dari sebutir telur akan mempengaruhi terhadap berat dari bagian
telur tersebut. Dari hasi pengukuram yang telah dilakukan, didapatkan bahwa
berat kerabang telur 1 adalah 6,4 gram, berat yolk 17,7 gram dan berat
albumen 32,4 gram. Selanjutnya mengenai kebersihan dari albumen dan yolk
tidak terdapatnya suatu kelainan atau terbebas dari adanya blood spot.
yang ditetapkan USDA pada tahun 2000 bahwa telur 1 tergolong kualitas AA.
Kondisi telur terlihat masih utuh dan kebersihan yolk dan albumen tidak
terdapat noda. Kondisi telur dalam kondisi baik, tidak ada blood spot, meat
spot ataupun kelainan lainnya. Namun keadaan kerabang telur kotor, adanya
benda asing yang menempel (noda) kurang dari bagian telur. Sehingga
menyebabkan telur 1 termasuk ke dalam kelas C berdasarkan standar penilaian
b. Telur 2
dilakukan, didapatkan hasil bahwa keadaan telur di dalam air terapung pada
konsentrasi garam 1,090. Artinya berat jenis air lebih besar daripada berat
jenis telur.
Dilihat dari nilai standar berat telur, telur 2 termasuk ke dalam ukuran
large (24,76) dengan bentuk bulat (78,8), tekstur dan kekuatan baik, tetapi
terlihat jelas. Sedangkan untuk kondisi telur 1 setelah dipecahkan, nilai HU-
nya 69,98, tebal kerabangnya 0,64, indeks yolk 0,38 dan indeks albumen
0,038.
Pengujian kualitas telur yang dilihat dari berat bagian telur, didapatkan
hasil bahwa kerabang telur adalah 7,6 gram, berat yolk 12,7 gram dan berat
albumen 38,2 gram. Kebersihan dari albumen dan yolk tidak menunjukkan
kualitas A. Bentuk telur bulat, tekstur dan kekuatan baik, dan HU 60-71.
Namun disebabkan keadaan kerabang telur kotor atau adanya benda asing
yang menempel (noda) kurang dari bagian telur, sehingga standar penilaian
telur yang ditetapkan USDA tahun 2000, telur 1 temasuk ke dalam kelas C.
c. Telur 3
Selanjutnya dilihat dari nilai standar berat telur, telur 3 termasuk ke dalam
ukuran medium (23,61) dengan bentuk bulat (79,2), tekstur dan kekuatan baik,
tidak terlihat jelas. Sedangkan untuk kondisi telur 3 setelah dipecahkan, nilai
HU-nya 74,36, tebal kerabangnya 0,79, indeks yolk 0,33 dan indeks albumen
0,043.
hasil bahwa berat kerabang telur adalah 7,9 gram, berat yolk 10,9 gram dan
berat albumen 37 gram. Kebersihan dari albumen dan yolk adalah terbebas
kualitasnya, maka menurut standar yang ditetapkan USDA tahun 2000 bahwa
telur 1 tergolong kualitas AA dengan bentuk telur bulat , tekstur dan kekuatan
baik, dan HU >72. Namun karena keaadaan kerabang telur kotor, menempel
benda asing, noda kurang dari bagian telur, sehingga standar penilaian telur
d. Telur 4
Uji spesific gravity paad telur 1 didapatkan hasil bahwa keadaan telur 4 di
dalam air mengambang atau terapung pada konsentrasi garam 1,090. Ini
artinya berat jenis air lebih besar daripada berat jenis telur.
ukuran medium (23,03) dengan bentuk bulat (82,36), tekstur dan kekuatan
agak kurang baik, dan pada kebersihannya bernilai C, rongga udara AA dan
bayangan yolk terlihat. Sedangkan untuk kondisi telur 4 setelah dipecahkan,
nilai HU-nya 54,56, tebal kerabangnya 0,76, indeks yolk 0,29 dan indeks
albumen 0,029.
Pengukuran dari berat bagian telur didapatkan hasil bahwa berat kerabang
telur adalah 7,3 gram, berat yolk 14,5 gram dan berat albumen 32,6 gram.
Kebersihan dari albumen dan yolk tidak terdapat adanya blood spot.
Maka dari itu, berdasarkan dari hasil pengujian telur 4 menurut standar
Bentuk telur abnormal ringan, tekstur dan kekuatan agak kurang baik, dan HU
31-59. Telur juga kotor, menempel benda asing, noda kurang dari bagian
telur. Sehingga standar penilaian telur yang ditetapkan USDA tahun 2000,
e. Telur 5
terapung pada konsentrasi garam 1,080. Hal ini menujukkan bahwa berat jenis
medium (22,43) dengan bentuk normal (74,79), tekstur dan kekuatan baik,
sedikit terlihat jelas. Sedangkan untuk kondisi telur 5 setelah dipecahkan, nilai
HU-nya 64,18, tebal kerabangnya 0,70, indeks yolk 0,28 dan indeks albumen
0,042.
Pengujian kuliats telur berdasarkan berat bagian telur didapatkan hasil
bahwa berat kerabang telur adalah 5,9 gram, berat yolk 14,5 gram dan berat
albumen 32,6 gram. Kebersihan dari albumen dan yolk adalah terbebas dari
standar yang ditetapkan USDA tahun 2000, bahwa telur 5 tergolong kualitas A
dengan bentuk telur normal, tekstur dan kekuatan baik, dan HU 60-71. Namun
dengan terdapatnya suatu kotoran pada bagian kerabang telur atau noda
kurang dari bagian telur, maka telur tersebut termasuk kedalam kelas C
f. Telur 6
terapung pada konsentrasi garam 1,090. Maka dari itu, menujukkan bahwa
nilai standar berat telur, maka telur 6 termasuk ke dalam ukuran medium
(22.56) dengan bentuk normal (74,85), tekstur dan kekuatan baik, tetapi pada
jelas. Sedangkan untuk kondisi telur 1 setelah dipecahkan, nilai HU-nya 79,
tebal kerabangnya 0,66, indeks yolk 0,25 dan indeks albumen 0,048. Nilai HU
pada telur 6 termasuk tinggi dan dapat dikatakan bahwa telur tersebut
memiliki kualitas yang bagus. Hal ini sesuai dengan pendapat Butcher, dkk
(2003) bahwa semakin tinggi nilai HU (Haugh Unit) telur, semakin bagus
hasil bahwa berat kerabang telur adalah 7,1 gram, berat yolk 14,7 gram dan
berat albumen 31,5 gram. Kebersihan dari albumen dan yolk adalah terdapat
blood spot ringan. Adanya noda seperti blood spot pada albumen maupun yolk
menujukkan bahwa telur tersebut tidak memiliki kualitas yang bagus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Jones (2006) bahwa noda yang tedapat dalam
albumen maupun kuning telur seperti bintik-bintik kecil darah, ini tidak
menunjukkan adanya telur subur, hal ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah pada permukaan kuning telur selama pembentukan sel telur. Selain itu,
kotoran yang terdapat dalam telur disebakan dari kotoran yang masuk dari luar
dengan standar yang ditetapkan USDA tahun 2000, telur 6 tergolong kualitas
B, karena terdapat noda ringan di yolk. Selain itu, dengan keadaan kerabang
telur yang kotor, atau adanya noda yang menempel kurang dari bagian telur,
Berdasarkan hasil penilaian kualitas telur dari keenam telur yang telah
eksterior maupun interior, didapatkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Adapun contohnya pada berat telur yang
umur. Hal ini sesuai dengan pendapat Butcher dan Miles (2003) bahwa berat
telur yang berbeda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, pakan, dan
genetik. Selain itu terdapat pada kualitas kerabang dari masing-masing telur
terdapat perbedaan. Kemungkinan hal ini bisa disebabkan oleh kondisi ternak
dan cara pemeliharaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Gary dkk. (2009)
bahwa untuk kualitas kerabang, banyak faktor yang berkaitan dengan kualitas
terdapat perbedaan pada kantung udara dari msing-masing telur yang diamati.
Perbedaan ini bisa disebabkan oleh faktor daya simpan telur tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gary dkk. (2009), kantung udara merupakan indikator
umur atau mutu telur, karena ukurannya akan membesar dengan meningkatnya
umur simpan.
perhitungan. Akan tetapi penilaian kualitas telur dapat diamati berdasarkan ciri
eksterior dari telur tersebut, karena pada dasarnya konsumen melihat kualitas
dengan membandingkan tabel USDA tahun 2000, semua telur yang diuji
menentukan kelas dari telur, faktor dengan tingkat terendah akan menentukan
5.1 Simpulan
1. Kualitas bagian luar telur (eksterior) meliputi bobot telur, bentuk telur,
tekstur kerabang.
kuning telur, serta ada tidaknya noda pada putih dan kuning telur.
5.2 Saran
praktikum ini, contohnya seperti timbangan analitis dan candler yang dipakai
Gary D, Butcher DVM, dan Richard Miles. 2009. Ilmu Unggas. Jasa Ekstensi
Koperasi, Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida,
Gainesville.
Jones, DR, 2006. Conserving and Monitoring Shell Egg Quality . Proceedings of
the 18 thth Annual Australian Poultry Science Symposium , pp. 157 165.
Stadelman, W.J. and O.J. Cotterill. 1986. Egg Science and Technology. Mac
Millan Publisher. UK.
USDA Food Safety Inspection Service. 2000. Shell Eggs from Farm to Table.
Washburn, K.W. 1982. Incidence, Cause and Prevention of Eff Shell Breakage in
Commercial Production. Poult. Sci. 61: 2005-2012.
Yuwanta, Tri. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.