You are on page 1of 22

Kasus : Low Back Pain

Seorang laki-laki pekerja furniture artisan berusia 46 tahun dengan keluhan Low Back Pain (LBP).
Keluhan rasa nyeri ini menjalar kebagian belakang kedua pahanya. Ia mengalami LBP khronik
selama 2 tahun dengan simptom intermitten. Keluhan sakit belakang dipacu dengan posisi
membungkuk, dan diikuti dengan kesulitan dalam meluruskan punggung sesudahnya. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan spasme otot-otot spinal dan keterbatasan pergerakan spinal.
Pemeriksaan neurologis pada ekstremitas bagian bawah adalah normal. Pemeriksaan radiologis
Lumbosacral juga normal. Dengan pemberian analgetik dan cuti kerja karena sakit disertai
fisioterapi, pekerja ini mengalami perbaikan yang cepat.

LAPORAN KASUS LOW BACK PAIN


IDENTITAS
Nama : Ny. T

Umur : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : swasta / ibu RT

Alamat : Ngrawan LOR 2/5 Bawen Kab. Semarang

Masuk RS : 15 Januari 2014 pukul 09.45

No. CM : 051003-2014

ANAMNESIS (15 JANUARI 2014)


Auto anamnesa dari pasien

Keluhan Utama:
Nyeri pinggang bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Nyeri pinggang bawah menjalar dari pangkal paha ke ujung tungkai kiri dan kanan.
Nyeri petama kali dirasakan lebih kurang 2 tahun yang lalu pada pinggang kiri
menjalar sampai ke ujung kaki kiri. lebih kurang 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit, muncul keluhan yang sama pada pinggang kanan menjalar ke ujung kaki
kanan, nyeri dirasakan seperti diris-iris dan ditusuk-tusuk, skala nyeri menurut
pasien adalah 7. Nyeri dirasakan terus menerus dan sedikit berkurang dengan
berbaring serta bertambah berat jika pasien duduk dan berdiri sehingga
menyebabkan pasien sulit untuk duduk dan berjalan. Menurut pengakuan pasien,
keluhan ini belum diobati sama sekali, pasien hanya berbaring untuk mengurangi
nyeri

Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit keluhan semakin memberat, pasien
tidak bisa duduk sama sekali apalagi berjalan karena nyeri, sehingga pasien hanya
berbaring, BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur dengan menggunakan pispot.
Nafsu makan pasien berkurang tetapi tidak terjadi penurunan berat badan yang
bermakna, gejala tidak didahului dengan demam, mual, muntah, batuk, kelemahan
anggota gerak serta baal. Tidak ada keluhan pada BAB dan BAK.

Pasien sekarang bekerja sebagai ibu rumah tangga sejak lebih kurang 14
tahun yang lalu, sebelumnya pasien adalah pedagang keliling, pasien juga
mengaku tidak mengangkat beban berat akhir-akhir ini.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat jatuh pada daerah pinggang disangkal
Riwayat nyeri kepala disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat stroke disangkal
Riwayat sakit jantung disangkal
Riwayat kejang disangkal
Riwayat stress emosi disangkal
Riwayat keganasan atau tumor disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Disangkal adanya sakit yang serupa

Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal : tidak ada keluhan

Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan

Sistem respirasi : tidak ada keluhan

Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan


Sistem musculoskeletal : Nyeri pinggang kanan dan kiri menjalar sampai ke
ujung kaki

Sistem integumentum : tidak ada keluhan

Sistem urogenital : tidak ada keluhan

Resume Anamnesis:
Seorang pasien usia 48 tahun, datang ke IGD RSUD ambarawa dengan keluhan
nyeri pinggang kanan menjalar sampai ke ujung kaki sejak 2 minggu yll dan
memberat sejak 1 hari yll yang mengakibatkan pasien tidak bisa duduk dan berjalan.
Sebelumnya pasien juga pernah mengalami hal serupa sejak 2 tahun yang lalu,
nyeri pada pinggang kiri menjalar sampai ke ujung kaki, tetapi sekarang keluhan
pada pinggang kiri sudah banyak berkurang. Keluhan belum diobati sama sekali,
pasien hanya berbaring untuk mengurangi nyeri.

DISKUSI I
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau
berpotensi terjadi atau digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (International
Association for the Study of Pain, 1994).

Nyeri punggung bawah diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinik dan penyebab


terjadinya :

1.1. Definisi Low Back Pain (LBP)


Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke
daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel,2002). LBP atau
nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002).

1.2. Klasifikasi Low Back Pain (LBP)


Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:

1.2.1. Acute Low Back Pain


Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri
dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan,
juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius,
fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai
saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
1.2.2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain
dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.

1.3. Penyebab Low Back Pain (LBP)


Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP, antara lain:

1.3.1. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir


Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso (1978)
kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra
hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan scoliosis ringan.

Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu,
namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra
dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan
Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-
gejala berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan
sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:

1. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae, dimana
arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo, 2009).
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang
atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu
berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009).

Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini adalah:

1). Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada dan
panggul terlihat pendek.

2). Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra yang


menimbulkan skoliosis ringan.

3). Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah.

4). Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina dan
garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis
spina corpus vertebrae yang terletak diatasnya.
1. Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang
ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan
pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso, 1978).

1. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V


Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal ke V
melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum (Soeharso, 1978).

1.3.2. Low Back Pain karena Trauma


Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP (Bimariotejo,
2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot
atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri
pinggang bawah yang akut.

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan


kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya
trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat
sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus
yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan
yang lebih lanjut (Idyan, 2008).

Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back pain yang
disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:

1. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca


Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os
sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi
supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada
hip joint terbatas.

1. Perubahan pada sendi Lumba Sacral


Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan
dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan
nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak.

1.3.3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat
yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah
punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota
bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh perubahan
jaringan antara lain:

1. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)


Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-
ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya
kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar
tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti
saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke
pinggang (Idyan, 2008).

1. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan
nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat
beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe,1995 dalam Idyan, 2008).

1. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi atas dua
jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi
kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.

1.3.4. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada
bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
sebagainya (Soeharso, 1987). Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan
duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch,
2006 dalam Shocker, 2008).

Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang


menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan
terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan
postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo, 2009).

1.4. Faktor Resiko Low Back Pain (LBP)


Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis,
merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-
ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan
faktor psikososial (Bimariotejo, 2009). Sifat dan karakteristik nyeri yang
dirasakan pada penderita LBP bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri
tertusuk, nyeri tajam, hingga terjadi kelemahan pada tungkai (Idyan, 2008). Nyeri ini
terdapat pada daerah lumbal bawah, disertai penjalaran ke daerah-daerah lain,
antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha,
tungkai, dan kaki (Bimariotejo, 2009).

DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis Klinik : Low back pain kronis

Diagnosis topik : Radiks nervus spinalis lumbosacral

Diagnosis etiologik :

Tumor spinal

Osteoartritis

Hernia Nukleus Pulposus

PEMERIKSAAN (15 JANUARI 2014)


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, kesan status gizi cukup

Kesadaran compos mentis, GCS: E4V5M6

Tanda Vital : TD : 130/80 mmHg R : 24x/menit

N : 90x/mnt S : 37,0C

Kulit : Turgor kulit baik

Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak


mudah dicabut

Mata : Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor diameter 3/3 mm, reflek cahaya Normal/Normal, reflek kornea Normal/Normal

Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen -/-

Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-

Mulut : Bibir kering, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang


Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, kaku kuduk
(-), meningeal sign (-)

Dada :

Pulmo :
I : Normochest, dinding dada simetris

P : Fremitus taktil kanan=kiri, ekspansi dinding dada simetris

P : Sonor di kedua lapang paru

A : Vesikuler (Normal/Normal), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor :

I : Tidak tampak ictus cordis

P : Iktus cordis teraba

P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas kiri ICS V linea midklavicula
sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra

A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen :

I : Datar, supel

P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba membesar, tidak
ada nyeri tekan abdomen

P : Timpani

A : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-), capillary refill
<2detik, akral hangat (+)

Status Psikiatrik
Tingkah Laku : Normal

Perasaan Hati : Normal

Orientasi : Normal

Kecerdasan : Normal

Daya Ingat : Normal


Status Neurologis
Sikap Tubuh : Lurus dan simetri

Gerakan Abnormal : (-)

Kepala : Normocephal

Saraf otak :
Tabel Pemeriksaan Nervus Kranialis

NERVUS CRANIALIS Kanan Kiri

N.I Daya Penghidu Normal/Normal

Daya Penglihatan Normal/Normal

Penglihatan Warna Normal/Normal

N.II Lapang Pandang Normal/Normal

Ptosis -/-

Gerakan mata ke medial Normal/Normal

Gerakan mata ke atas Normal/Normal

Gerakan mata ke bawah Normal/Normal

Ukuran Pupil + (3 mm) + (3mm)

Reflek cahaya Langsung + +

Reflek cahaya konsensuil + +

N.III Strabismus divergen -/-

+/+
Gerakan mata ke lateral bawah

Strabismus konvergen -/-

Menggigit Normal/Normal

N.IV Membuka mulut Normal/Normal

Sensibilitas muka Normal/Normal

Reflek kornea + +

N.V Trismus -/-


+/+
Gerakan mata ke lateral bawah

N.VI Strabismus konvergen -/-

Kedipan mata Normal/Normal

Lipatan nasolabial Simetris/simetris

N.VII Sudut mulut Simetris/simetris

Mengerutkan dahi Normal/Normal

Menutup mata Normal/Normal

Meringis Normal/Normal

Menggembungkan pipi Normal/Normal

Normal/Normal
Daya kecap lidah 2/3 depan

Mendengar suara berbisik +/+

Mendengar detik arloji +/+

Tes Rinne Tidak dilakukan

Tes Schawabach Tidak dilakukan

N.VIII Tes Weber Tidak dilakukan

Arkus Faring Normal/Normal

Daya kecap lidah 1/3


Belakang
Normal/Normal

Reflek muntah +

Sengau

N.IX Tersedak

Denyut nadi 90x/mnt regular

Arkus Faring Simetris/simetris

Bersuara Normal/Normal

N.X Menelan Normal/Normal

N.XI Memalingkan kepala Normal/Normal


Sikap bahu Normal/Normal

Mengangkat bahu Normal/Normal

Trofi otot bahu Eutrofi/Eutrofi

Sikap Lidah Normal/Normal

Artikulasi Normal/Normal

Tremor Lidah -/-

Menjulurkan Lidah Normal/Normal

Trofi otot lidah Eutrofi/Eutrofi

N.XII Fasikulasi Lidah -/-

Sensibilitas : normal

Fungsi Vegetatif : BAB dan BAK normal

Refleks Patologis : Babinsky (-/-), Chaddock (-/-), Gordon (-/-), Oppenheim (-/-),

Gonda (-/-), Schaefer (-/-), Hoffman Trommer (-/-).

PEMERIKSAAN KHUSUS
Posisi terlentang :
Lasegue : (+/+)

Braggard : (+/+)

Patrick : (+/+)
Kontra patrick : (+/+)

Valsava : (+)

Nafziger : (+)

Posisi telungkup
Pasien sulit melakukan posisi telungkup

Nyeri tekan otot paravertebra VL2-VS1

Gibbus : (-)

Spasme otot (+)

Nyeri ketok : (+) pada pinggang bawah kanan dan kiri

Posisi tegak
Pasien tidak bisa melakukan posisi tegak.

Deformitas : sdn

Pelvis : sdn

Atrofi gluteal, paha, betis : sdn

Spasme otot : sdn

Gerakan aktif otot punggung : sdn

Jongkok berdiri : tidak dilakukan

Berjalan jinjit atau tumit : tidak dilakukan

Pemeriksaan Labolatorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Darah Rutin

Hemoglobin 12,7 14,0-18,0 g/dl


Leukosit 7,4 4,0-10 ribu

Eritrosit 4,13 4,0-6,2 juta

Hematokrit 37,1 40-58 %

Trombosit 270 200-400 ribu

MCV 89,8 80-90 mikro m3

MCH 30,8 27-34 pg

MCHC 34,2 32-36 g/dl

RDW 13,0 10-16 %

MPV 7,5 7-11 mikro m3

Kimia Klinik

Gula Darah Sewaktu 87 70-100 mg/dl

Ureum 25,8 10-50 mg/dl

Creatinin 0,80 0,62-1,1 mg/dl

SGOT 20 0-50 U/L

SGPT 24 0-50 IU/L

Protein total 6,84 6-8 g/dl

Albumin 4,37 3,4-4,8 g/dl

Globulin 2,47 2.0-4.0 g/dl

SEROLOGI

HBsAg Non reaktif Non reaktif


X-Foto LumboSacral AP-Lateral :
Kesan :

terdapat penyempitan pada discus intervertebralis pada L2- L3, L5-S1

Osteofit pada L2, L4, L5 merupakan gambaran dari spondilosis lumbalis


ringan

Kompresi ringan korpus vertebralis L5 bagian posterior

Tak tampak fraktur dan listesis pada tulang

Konsultasi dr.Spesialis Rehab Medik


Hasil Konsultasi:

Evaluasi Rehab Medik

S : nyeri pinggang bawah

Program Rehab Medik (Fisioterapi) :

Positioning
Alih baring
TENS
Pemasangan korset
Edukasi pasien dan Keluarga
DISKUSI II
Hasil pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan adanya kelemahan motorik.
Berbagai pemeriksaan khusus yang dapat membangkitkan nyeri menunjukkan hasil
positif, dijumpai pula adanya spasme otot yang jelas.

Medula spinalis berakhir setinggi corpus vertebra LI-2 (conus terminalis). Di


bawah conus ada sekumpulan radiks yang saling berdekatan yang berjalan ke
ventrokaudal, untuk selanjutnya meninggalkan kanalis spinalis menuju ganglion
spinalis melewati kantung duramater pada pintu keluar foramen. Karena arahnya
yang ventrokaudal, maka jika ada protrusi atau prolaps dorsolateraldari diskus akan
lebih menekan segmen berikutnya, daripada segmen tingkatnya sendiri.

Hasil rontgen vertebrae lumbosakral menunjukkan adanya spondilosis lumbalis


ringan, kompresi ringan korpus vertebralis L5 bagian posterior dan terdapat
penyempitan discus intervertebralis pada L2-L3, L5-S1.

Pada kasus ini pemeriksaan golden diagnosis untuk HNP yaitu MRI dan CT
Myelogram tidak dikerjakan. Dibandingkan dengan CT myelogram, MRI memiliki
beberapa keuntungan, yaitu : informasi yang jelas pada potongan sagital, mampu
mengevaluasi cauda equina, informasi yang lebih jelas tehadap jaringan di luar
canalis, dan non invasif (Greenberg, 2001).

Pada kasus ini, dari hasil rontgen vertebrae lumbosakral ditemukan adanya kelainan
pada L2-S1(spondilosis lumbalis ringan, kompresi ringan korpus vertebralis L5
bagian posterior dan terdapat penyempitan discus intervertebralis pada L2-L3, L5-
S1), sehingga menimbulkan kelainan berdasarkan dermatomal persarafannya. Pada
kasus ini nyeri dirasakan menjalar sampai ke ujung kaki, sesuai dengan dermatom
persarafannya.

DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Klinik : Low back pain kronis menjalar sampai ke ujung kaki

Diagnosis topik : Vertebrae dan Radiks nervus spinalis L2-S1


Diagnosis etiologik : Radikulopati e.c vertebrae entrapment

TERAPI
Pada penderita ini diberikan terapi :

1. Farmakologis
Inj. Ketorolac 230 mg

Inj. Ranitidin 21 amp

Inj. Sohobion 11 amp

Tab Diazepam 2x2mg

Tramadol 21

Amitryptyline 2 x tab

2. Non Farmakologis
Tirah baring

Fisioterapi

DISKUSI III
Sebagian besar penderita nyeri punggung bawah akut hanya memerlukan terapi
simptomatis saja. Lebih dari 60% penderita nyeri punggung bawah akut akan
menunjukkan perbaikan yang nyata pada minggu pertama terapi (Bratton,

1999, patel, 2000).

Pada penderita ini didapatkan gejala yang mengarah pada nyeri nosiseptif dan nyeri
neuropati. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya bangkitan nyeri pada prasat
pemeriksaan fisik dan spasme otot yang jelas. Sehingga, pada penderita ini terapi
yang digunakan adalah kombinasi analgesia dan muscle relaxant agent.

Pada penderita ini didapatkan adanya spasme otot paraspinal yang jelas. Spasme
otot paraspinal pada HNP terjadi sebagai akibat refleks pertahanan tubuh untuk
mengurangi gerakan tubuh.

Inj. Ketorolac 230 mg

Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi penggunaan


ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu penggunaan maksimal
selama 5 hari. Ketorolac selain digunakan sebagai anti inflamasi juga memiliki efek
anelgesik yang bisa digunakan sebagai pengganti morfin pada keadaan pasca
operasi ringan dan sedang.

Inj. Ranitidin 21 amp

Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja


histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam
lambung. Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam
serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam
lambung adalah 3694 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 68 jam.
Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma
dicapai 23 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara
nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 23 jam pada pemberian oral,
Ranitidine diekskresi melalui urin.

Inj. Sohobion 11 amp

Sohobion merupakan vitamin neurotropik atau B complex terdiri dari vitamin B1 100
mg, B6 100 mg, B12 5000 mcg. Indikasi pemberian adalah untuk defisiensi vitamin
B1,B6,B12 seperti pada neuralgia dan neuritis perifer.

Diazepam 2x2mg

Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam


yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat
(GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi
metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar puncak dalam darah
tercapai setelah 1 2 jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 50
jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung
usia dan fungsi hati.

Tramadol 21

Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.


Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat
sehingga menghambat sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu
tramadol menghambat pelepasan neurotransmiter dari saraf aferen yang sensitif
terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat. Tramadol peroral diabsorpsi
dengan baik dengan bioavailabilitas 75%. Tramadol dan metabolitnya diekskresikan
terutama melalui urin dengan waktu 6,3 7,4 jam.

Amitryptyline 2 x tab

Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan menghambat


pengambilan kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil,
termasuk amin tersier sehingga lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan
serotonin. Senyawa ini juga mempunyai aktivitas sedatif dan antikolinergik yang
cukup kuat. Diindikasikan untuk Pasien dengan gejala-gejala utama depresi
terutama bila berkaitan dengan kecemasan, tegang, atau kegelisahan. Depresi
neurotik.

Edukasi dan Tirah Baring

Edukasi tentang perubahan pola hidup, faktor risiko dan biomekanikal tubuh juga
sangat diperlukan. Semua penderita nyeri
pinggang bawah akut dianjurkan untuk memulai aktivitas kehidupan sehari-
harinya seawal mungkin. Meta analisayang dilakukan olah Hagen, dkk (2002)
menyimpulkan bahwa tidak ada beda bermakna antara bed rest dan advice to stay
active terhadap outcome NPB akut. Saran untuk beraktivitas dan menjalankan
aktivitas hidup sehari-hari akan lebih meningkatkan kepuasan pasien (NHS, 2000).

Fisioterapi

Tindakan fisioterapi meliputi TENS, alih baring dan pemasangan korset. TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) bekerja dengan rangsangan balik
(counter iritation) dari impuls-impuls nyeri yang timbul dari sumsung tulang (Gate
Control Theory). Selain itu dapat pula
mengaktivasi proses antinociceptive endogen seperti endorphin (NHS,2000).

Algoritma diagnosis dan penatalaksanaan LBP


Jika dilihat dari algoritma penatalaksaan pada kasus di atas, dimana untuk kasus
kronis LBP, telah diberikan NSAID (ketoroloc), antidepresan (Amitriptilin),
benzodiazepin (diazepam), tramadol serta konsultasi fisioterapi, penatalaksaan pada
kasus ini sudah sesuai dengan algoritma penatalaksanaan tersebut.

Pada penderita ini tidak direncanakan untuk dikerjakan tindakan pembedahan.


Tindakan pembedahan pada kasus-kasus HNP hanya diindikasikan pada keadaan
berikut ini : sindroma equina, adanya defisit neurologis yang progresif, defisit
neurologis yang bermakna, dan nyeri hebat yang menetap 4-6 minggu terapi
konservatif (Humprhey, 1999). Kajian yang dilakukan oleh Birkmeyer, dkk (1999)
menyimpulkan bahwa tidak ada cukup bukti yang mendukung bahwa tindakan
pembedahan lebih baik daripada terapi konservatif.

FOLLOW UP
Tabel Follow Up Tanda Vital
Tanda
Vital 15/01/14 16/01/14 17/01/14

TD 130/80 130/80 110/80

N 90 84 72

R 24 20 20

S 37,0 36,5 36,6


Tabel Follow Up Subjek (S)
S 15/01/14 16/01/14 17/01/14

Nyeri pinggang
bawah +++ / + ++ / + +/+

Nyeri tungkai +++ / + ++ / + +/+


Tabel Follow Up Objektif (O)
O 15/01/14 16/01/14 17/01/14

GCS E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6

Nyeri tekan ++/+ +/+ +/-

Lasegue +/+ +/+ +/+

Bragard +/+ +/+ +/+

Patrick +/+ +/+ +/+

Kontra patrick +/+ +/+ +/+

Naffziger test + + +
+
Valsava test + +
Tabel Follow Up Assessment (A)
A 15/01/14 16/01/14 17/01/14

LBP AKUT
LBP
Tabel. Follow Up Planing (P)
P 15 16 17

Inf RL 20 tpm

Inj. Ketorolac 21 amp

Inj. Ranitidin 21 amp

Inj. Sohobion 11 amp

Diazepam 22 mg

Tramadol 21

Amitryptylin 2 x 1/2
PROGNOSIS
Lebih dari 85% penderita dengan HNP akan membaik tanpa operasi dalam jangka
waktu rerata 6 minggu, dan 70% dalam 4 minggu (Greenberg, 2002). Sebagian
besar penderita NPB akut (60%) akan dapat bekerja kembali dalam waktu 1 bulan
dan 90% dapat bekerja kembali dalam 3 bulan (Bratton, 1999). Pada penderita HNP
tanpa komplikasi, sebagian besar akan membaik secara nyata dalam 4 minggu
(Humprhey, 1999).

Prognosis pada penderita ini adalah sebagai berikut :

Death : Dubia ad bonam

Disease : Dubia ad bonam

Disability : Dubia ad bonam

Discomfort : Dubia ad bonam

Dissatisfaction : Dubia ad bonam

Distitutional : Dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA
(2009). Low Back Pain (LBP). Diambil 22 Januari 2014 dari www.backpainfor
um.com.
Cadwell, E & Hegner, B R. (2003). Asisten Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC.
(2006). OAINS Konvensional Masih Jadi Pilihan. Diambil 22 Januari 2014
dari http://www.majalah.farmacia.com/default.asp.
Ester, M. (2005). Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A C & Hall, J E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor Bahasa
Indonesia : Irawati Setiawan Edisi 9. Jakarta: EGC.
(1990). Nyeri Pinggang Bawah. Diambil 22 Januari 2014
dari http://www.emidicine.com.
Ismiyati, S W & Cit, C R. (1997). Latihan Dengan Metode William Dan
Mc Kenzie Pada Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta: TITAFI XIII.
Idyan, Z. (2008). Hubungan Lama duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan Low
Back Pain. Diambil 22 Januari 2014dari http://inna-ppni.or.id.
Kenworthy, Snowley, Gilling. (2002). Common Foundation Studies in Nursing, Third
Edition. USA: Churchill Livingstone.
Kozier, B; Glenora, E; Audrey, B; Shirlee, J S. (2004). Fundamental Nursing:
Concept and Procedures. 8th edition. USA: Pearson Prentice Hall.
Long, B (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran.
Maher, S & Pellino. (2002). Aktivitas Tubuh penyebab LBP. Diambil 22 Januari 2014
dari healtcare.uiowa.edu.
Mook, E & Chin, P W. (2004). The Effects of Slow-Stroke Back Massage on Anxiety
and Shoulder Pain in Elderly Stroke Patients. Diambil 22 Januari 2014
dari http://www.scincedirect.com/science.
Potter, P A & Perry, A (2005) . Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Priharjo, R. (1993). Perawatan Nyeri: Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta:
EGC.
(2002). Nyeri Pinggang Bagian Bawah. Diambil 22 Januari 2014
dari http://www.nyeripunggungbawah.com.
(2008). Nyeri Pinggang Bawah (Low Back Pain). Diambil 22 Januari 2014
dari http://www.artikel_nyeri.com.
Setyohadi, B. (2005). Etiopatogenesis Nyeri Pinggang, Temu Ilmiah Rematologi Dan
Kursus Nyeri. Jakarta: IRA.
(1978). Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Shocker, M. (2008). Pengaruh Stimulus Kutaneus: Slow-Stroke Back Massage
terhadap Intensitas Nyeri Osteoarthritis. Diambil 22 Januari 2014
dari http://www.scribd.com.
(2002). Metode Statistika, Ed. Revisi Cetakan 6. Bandung: Tursita.

You might also like