Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia modern saat ini, tuntutan pekerjaan dapat menimbulkan
tekanan fisik dan psikis pada seseorang. Hal ini memperbesar risiko pekerjaan
atau terkena penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan jabatannya. Untuk
mendukung daya saing produksi, penggunaan alat-alat modern, bahan-bahan
berbahaya, zat kimia beracun dalam proses produksi serta tuntutan pekerjaan yang
tinggi sering tidak dapat dihindari.1
Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk back pain, telah
dideskripsikan sebagai sebuah epi-demik. Keluhan nyeri biasanya self limiting,
tetapi jika menjadi kronik, konsekuensinya serius. Hal ini akhirnya menyebabkan
turunnya produktivitas orang yang mengalami back pain.2
Banyak penyebab nyeri muskuloskeletal telah diidentifikasi. Faktor-faktor
psikologis dan sosial berperan besar dalam eksaserbasi nyeri dengan
mempengaruhi persepsi nyeri dan perkemba-ngan disabilitas kronik. Pemahaman
baru ini telah membimbing kita ke arah model biopsi-kososial dari low back
pain.2
Penelitian juga telah menunjukkan bahwa terdapat banyak alasan yang
membuat seorang pasien mengkonsultasikan rasa nyerinya, seperti: mencari
penyembuhan, klarifikasi diagnostik, memastikan, legitimasi gejala, atau surat
kete-rangan sakit. Dokter harus mengklarifikasi yang mana yang sesuai dengan
masing-masing pasien dan meresponnya dengan tepat.2
BAB II
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri pada pinggang
Keluhan Tambahan :
Susah untuk berdiri lama
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujunkan dari RS Sinabang datang dengan keluhan nyeri pada
pinggang hingga kaki kiri sejak 6 bulan ini. Nyeri ini dirasakan semakin lama
semakin bertambah nyeri. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien meminum
obat anti nyeri. Demam tidak ada, riwayat batuk lama tidak ada , berkeringat
malam tidak ada.
Riwayat Penggunaan Obat-obatan:
Pasien pernah mengkonsumsi obat viostin DS, antibiotic dan antinyeri
namun pasien lupa nama obatnya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
3
d. Thoraks
Inspeksi
Statis : simetris, bentuk normochest
Dinamis : simetris, pernafasan abdominothorakal, retraksi suprasternal dan
retraksi interkostal tidak dijumpai
Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada jejas di dada
Kanan Kiri
Palpasi Stem fremitus normal, Stem fremitus normal,
nyeri tekan tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler Normal Vesikuler Normal
Ronki(-) wheezing (-) Ronki(-) wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra.
5
e. Abdomen
Inspeksi : Bentuk tampak simetris dan tidak tampak pembesaran,
keadaan di dinding perut: sikatrik, striae alba, kaput
medusa, pelebaran vena, kulit kuning, gerakan peristaltik
usus, dinding perut tegang, darm steifung, darm kontur,
dan pulsasi pada dinding perut tidak dijumpai
Auskultasi : Peristaltik usus normal, bising pembuluh darah tidak
dijumpai
Palpasi : Nyeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement tidak di jumpai
Perkusi : Batas paru-hati relatif di ICS V, batas paru-hati absolut di
ICS VI, suara timpani di semua lapangan abdomen.
Pinggang: nyeri ketok kostovertebrae tidak ada.
f. Genitalia : Tidak diperiksa
g. Anus : Tidak diperiksa
h. Tulang Belakang : Simetris, nyeri tekan (+)
i. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB tidak dijumpai
j. Ekstremitas : Akral hangat
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Fraktur Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
6
G. Fungsi Vegetatif
1. Miksi : dalam batas normal
2. Defekasi : konstipasi tidak ada
H. Koordinasi Keseimbangan
1. Cara Berjalan : Normal, namun pasien tidak snaggup untuk berdiri
lama karena kaki kiri pasien sakit.
2. Romberg Test : negatif
B. Pemeriksaan Radiologi
1). Foto X-Ray Thorax AP
1.8 Terapi
IV Ceftriaxone 2 gr/12 jam
IV Metilprednisolon 125 mg/ 8 jam
IV Ranitidin 1 amp/12 jam
IV ketorolac 3% 1 amp/8 jam
Terapi dari TS Paru :
Rimstar 3x1 tab
Drip levofloxacin 75 mg/24 jam
1.9 Planning
Fisioterapi
1.10 Prognosis
Qou ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
14
BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar
ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha.3LBP atau nyeri
punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik .4
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk
dalam low back pain terdiri dari : 3
1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang di-batasi: superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra thorakal
terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus
spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial
terhadap batas lateral spina lumbalis.
2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang di-batasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis
pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi
sakrokoksigeal pos-terior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka
superior posterior dan inferior.
3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa
nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang
lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih ssendiri.
Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat
dan pemakaian analgesik.
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.Chronic low back pain
dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu, namun keadaan ini tidak
menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena
tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit
spina bifida dapat menyebabkan gejala- gejala berat sepert club foot, rudimentair
foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak
akan menimbulkan keluhan. Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine)
sejak lahir adalah:
a.Penyakit Spondylisthesis
1). Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada
dan panggul terlihat pendek.
3). Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah. 4).
Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina dan
garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang dari
garis spina corpus vertebrae yang terletak diatasnya.
low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray
dengan posisi lateral
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada orang-
orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan
beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Gerakan
bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan
spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma
punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang
berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang
lebih lanjut .Secara patologis anatomis, pada low back pain yang disebabkan
karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri
pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan
saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan
kaki pada hip joint terbatas.
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan
dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan
nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak.
18
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis,
merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-
ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor
psikososial . Sifat dan karakteristik nyeri yang dirasakan pada penderita LBP
bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga
terjadi kelemahan pada tungkai . Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal bawah,
disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus,
bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki .
Pada nyeri punggung bawah perlu diwaspadai adanya Red Flag, yaitu tanda dan
gejala yang menandai adanya kelainan serius yang mendasari nyeri. Red flags
dapat diketahui melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Riwayat kanker
Terapi imunosupresan
Saddle anesthesia
1. 4 PATOFISIOLOGI
Anamnesis
20
Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi
mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau
iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi
diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama
2-4 minggu.
Kebanyakan LBP akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai
bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat
disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola
penyebaran yang tetap.
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas.
Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau
manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat
atau menetap jika berbaring.
Kualitas/intensitas
pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin
memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri NPB lebih banyak daripada nyeri
tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala LBP yang sudah lama dan
intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu
LBP yang terjadinya secara mekanis. Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang
mendadak dan berat, yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa
menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi
setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut
barang yang enteng.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada
malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya
suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Pemeriksaan Fisik 9
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh
spasme otot paravertebral.
Palpasi :
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan,
kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan
kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
23
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri
makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga
dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang
terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara
operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini
malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque
24
berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang
tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti
tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul
nyeri
TES DIAGNOSTIK10,11:
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-
kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu
skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
25
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap
memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat
berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester
diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.
1.7 PENATALAKSANAAAN
Penatalaksanaan Low Back Pain Akut
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari
pemberian infor-masi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Pasien juga harus
disemangati untuk segera kembali bekerja. Penjelasan dan saran dapat juga dalam
bentuk tertulis. Kronisitas low back pain dapat dihindari dengan: memperhatikan
aspek psikologis gejala yang ada, menghindari pemeriksaan yang tidak perlu dan
berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak kon-sisten, serta
memberikan saran untuk mencegah rekurensi (seperti: menghindari pengangkatan
beban yang berat).12
Faktor yang berhubungan dengan hasil dan kronisitas low back pain :11
Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.
Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa takut dan kesalahpahaman
tentang nyeri.
Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang memperberat.
26
mengingat bahaya
ketergantungan.
Olah raga: jika pasien menjadi pasif, olah raga ringan mungkin berguna.
Operasi: dilakukan pada kasus dengan tanda-tanda neurologis progresif/kauda
ekuina dan pengurangan nyeri yang tidak me-muaskan setelah 6-12 minggu,
mungkin dengan episode nyeri yang tidak tertahan-kan sebelumnya.
Terapi dan intervensi lain: tidak terdapat penelitian mengenai terapi dengan traksi
atau manipulasi yang dianjurkan.
1.8 Prognosis
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering dijumpai episode
nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien menga-lami keterbatasan dalam derajat
tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami disabilitas
berat. Status pasien setelah 2 bulan terapi merupakan indikator untuk meramalkan
status pasien pada bulan ke-12.3 Penentuan faktor risiko dapat juga memper
kirakan perkembangan perjalanan penyakit low back pain ke arah kronisitas.13
29
DAFTAR PUSTAKA
12. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet
1999; 354:581-5.
13. Rusdi I. Prognosis Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri
Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia. Jakarta, 2003
31
kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat benda berat yang
menyebabkan cedera kartilago.7
HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan. Empat langkah
terjadinya HNP adalah:7
a. Degenerasi discus: perubahan kimia yang terkait dengan usia menyebabkan
discus menjadi lemah.
b. Prolapse: bentuk ataupun posisi dari diskus dapat berubah yang ditunjukkan
dengan adanya penonjolan ke spinal canal. Hal ini sering pula disebut dengan
bulge atau protrusion.
c. Extrusion: nucleus pulposus keluar melalui robekan dari annulus fibrosus.
d. Sequestration: baik annulus fibrosus dan ligamentum longitudinal posterior
telah robek, dan material nucleus telah bermigrasi ke sisi luar di spinal canal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus
pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis
berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral.
Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena.
Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat
medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan
kompresi pada kolumna anterior.4
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP:7
a. Aliran darah ke discus berkurang
b. Beban berat atau trauma
c. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini
akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.7
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
36
lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat
menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput
pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan
nyeri inflamasi.7
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan
biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka
terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini dasar pemeriksaan Laseque.7
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena :
- Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi
L5-S1.
- Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan
pada sendi L5-S1
- Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.
Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.
- Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat
pada bagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah
posterolateral, dengan kompresi radix saraf.
2.6 Manifestasi Klinis Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Manifestasi HNP sangat beragam tergantung dari lokasi terjadinya herniasi
dan saraf mana yang terjepit. Terdapat lima komponen penting yang harus
diperiksa oleh klinisi termasuk di antaranya nyeri, kelemahan, kebas atau
kesemutan, atropi dari muskulus, dan kelainan refleks. Gejala spesifik dapat
dirasakan dari setiap titik herniasi yang terjadi. Lokasi korda spinalis berawal dari
vertebrae servikalis hingga vertebrae torakalis T12 sampai dengan lumbal L1 di
mana ujung runcing dari korda spinalis disebut dengan konus medularis.
37
Sedangkan cabang-cabang dari korda spinalis berawal dari ujung konus medularis
tersebut. Percabangan ini disebut dengan kauda equina. 8
Pada 95% dari seluruh kasus, herniasi terjadi pada vertebrae L4-L5 atau L5-
S1. Jika herniasi terjadi di antara corpus vertebrae L4-L5, keluhan yang akan
muncul berasal dari cabang persarafan dari lumbal 5. Sedangkan herniasi yang
terjadi pada di antara corpus vertebrae L5-S1, keluhan yang akan muncul berasal
dari cabang persarafan yang keluar dari sakrum 1. 8
Gejala manifestasi klinis HNP bergantung dari lokasi terjadinya proturusi
dari diskus. Jenis-jenis herniasi berdasarkan lokasinya meliputi:8
1. Sentral : Penekan saraf berada tepat di tengah kanalis spinalis. Di mana hal ini
memiliki kesempatan untuk menekan beberapa cabang saraf dalam bersamaan
yang berada di inferiornya. Keluhan low back pain lebih dirasakan
dibandingkan dengan keluhan nyeri ekstremitas bawah. Manifestasi klinis
yang lain dapat berupa inkontinensia urin atau fekal. Pasien yang
menunjukkan defisit neurologis membutuhkan tatalaksana bedah urgensi
untuk menghindari kerusakan saraf yang persisten.
2. Posteolateral : Merupakan lokasi tersering terjadinya herniasi. Berbeda dengan
tipe sentral, penekanan pada posteolateral biasanya hanya melibatkan satu
cabang saraf. Contohnya, herniasi di antara L4-L5 posteolateral hanya akan
mengganggu cabang saraf dari L5 saja.
3. Foramen : Terjadi pada 8-10% kasus. Penekanan terjadi pada pintu keluar dari
percabangan saraf. Penekanan pada daerah foramenal akan melibatkan cabang
saraf di atasnya. Contoh, herniasi di antara L4-L5 akan mengganggu cabang
saraf dari L4.
Pasien HNP yang memiliki robekan pada annulus fibrosus bagian internal
biasanya akan mengeluhkan nyeri diperberat pada saat ekstremitas bawah dalam
keadaan fleksi atau pada saat pasien duduk. Nyeri akan dirasa lebih ringan jika
ekstremitas dalam keadaan ekstensi. Pasien juga tidak memiliki gejala radikuler.8
Herniasi servikalis memiliki keluhan utama berupa nyeri radikuler pleksus
servikobrakialis. Pergerakan kolumna vertebralis servikalis menjadi terbatas,
bentuk kurvatura yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk,
refleks biseps dan triseps biasanya menurun atau menghilang.8
38
menyebabkan rasa sakit. Diameter sagital normal dari spinalis lumbalis adalah >
15 mm. Dikatakan stenosis sedang jika diameter sagital 10-14 mm, dan berat jika
diameter kurang dari 10 mm. Biasanya, seseorang dengan kondisi ini mengeluh
sakit parah di kaki, betis atau punggung bawah ketika berdiri atau berjalan. Nyeri
bisa datang lebih cepat saat menaiki tangga dan berkurang dengan duduk atau
bersandar. Gejala bisa muncul secara bertahap dan mencakup rasa sakit di leher
atau punggung, mati rasa, kelemahan atau nyeri di lengan atau kaki, dan masalah
kaki. Sebagian besar spinal stenosis terjadi pada orang tua di atas 50 tahun, namun
bisa juga terjadi pada orang muda dengan cedera tulang belakang, radang sendi,
skoliosis atau cacat bawaan (kongenital).26
2. Tumor Ekstradural
Tumor di daerah medula spinalis dapat berupa tumor intradural
intramedular, intradural ekstramedular, dan tumor ekstramedular. Tumor ekstra
medular merupakan letak tumor yang terlihat paling menyerupai posisi hernia
nukleus pulposus hingga dimasukkan menjadi diagnosa banding hernia nukleus
pulposus. Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau
dari dalam ruang ekstradural. Tumor ekstradural terutama merupakan metastasis
dari lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung.17
Tumor daerah lumbosakral atau konus meduller kord spinal mengenai
persarafan parasimpatetik kandung kemih, usus dan organ seksual. Gejala dan
tanda yang mendahului seperti enuresis dan gangguan kapasitas seksual, mungkin
mendahului kelainan neurologis yang nyata dalam beberapa bulan atau tahun. Ini
sering di diagnosis secara salah sebagai masalah psikologis, sistosel pada wanita
usia subur, serta kelainan prostat. Terganggunya daerah lumbosakral bisa
menyebabkan gambaran neurologis campuran defisit neurologis UMN pada
miotom sakral dan defisit LMN pada miotom lumbar yang terkena.18
3. Hipertrofi Facet
Penebalan facet (hipertrofi) yang juga menimbulkan rasa nyeri. Facet
terdapat pada bagian belakang hubungan tulang dengan tulang. Facet ini bisa
menebal sehingga tidak punya kelenturan untuk bergerak, sehingga timbul rasa
sakit. Degenerasi dari facet joint dapat didiagnosa dengan MRI potongan axial,
40
dimana facet joint tampak hyperthropy dan mendesak resess lateral hingga
menyebabkan stenosis sentral kanal17
4. Kista Synovial
Kista terdiri dari asam hyaluronat, musin, rongga kista dengan glukosamin,
globulin dan albumin. Kista ganglion terjadi pada semua umur tetapi paling umum
selama dekade kedua, ketiga, dan keempat kehidupan. Wanita terkena 3 kali lebih
sering daripada pria. Eksisi bedah seringkali diperlukan untuk menghilangkan rasa
sakit dan deformitas yang berhubungan dengan kista ganglion.17
Salah satu teori yang menjelaskan tentang etiologi kista ganglion tersebut
antara lain adalah kista ganglion berasal dari sel synovial atau mesenkim yang
berubah pada kapsul synovial akibat respon dari cedera ringan yang berulang.
Peregangan struktur kapsul dan ligamen sendi pendukung tampaknya merangsang
produksi asam hialuronat jaringan pelumas oleh fibroblas pada interface kapsul
sinovial. Musin yang dihasilkan menumpuk di saluran kecil, akhirnya menyatu
membentuk kista ganglion (teori Modern).
5. Spondilitis Ankilosis
Spondilitis ankilosis merupakan penyakit kronis dan biasanya progresif
yang paling sering menyerang sendi sakroiliak, apofiseal, dan kostovertebral serta
jaringan yang berdekatan. Umumnya penyakit ini berawal disendi sakroiliak dan
perlahan-lahan berkembang ke wilayah lumbar, toraks dan servikal di tulang
belakang. Deteriorasi tulang dan kartilago bisa menyebabkan pembentukan
jaringan fibrosa dan akhirnya fusi antara tulang belakang dan sendi periferal.
2.8 Penegakan Diagnosis Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Diagnosis klinis low back pain meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
umum dan neurologis serta pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:9
1. Awitan: Keluhan utama biasanya berupa nyeri punggung belakang. Nyeri
dapat menyebar ke ekstremitas bawah di mana jalur nervus ischiadikus
berjalan. Nyeri bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut. Tanyakan
apakah ada gejala kesemutan atau rasa kebas pada kedua ekstremitas, adakah
ganggguan miksi dan defekasi, serta penurunan fungsi seksual.
41
2. Lama dan frekuensi serangan: Low back pain dapat berlangsung beberapa hari
hingga beberapa bulan. Herniasi diskus membutuhkan waktu 8 hari sampai
menimbulkan gejala di mana fase eksaserbasi terjadi pada minggu ke-2 hingga
ke-4.
3. Lokasi dan penyebaran: Kebanyakan low back pain terjadi di daerah
lumbosakral. Tanyakan apakah nyeri menyebar ke tungkai bawah atau hanya
di punggung bawah. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan
peradangan sendi sakroiliaka.
4. Faktor yang memperberat/memperingan: Pada lesi mekanis, keluhan
berkurang saat istirahat dan bertambah berat saat aktivitas. Pada penderita
HNP, duduk membungkuk, batuk, bersin atau manuver valsava dapat
memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika
berbaring.
5. Kualitas/intensitas: Harus dibedakan antara low back pain dengan nyeri
tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing
nyerinya.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu low back pain,
namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang
relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang ringan.9
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya low back pain, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri
biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri,
juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.9
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri
pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan karena bisa menunjukkan
adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.9
B. Pemeriksaan Fisik
Pada HNP perlu juga dilakukan pemeriksaan fisik. Gerakan aktif pasien
harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk
kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang
42
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan
nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian
juga dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif
yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang
secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap
tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda
Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada
penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).10
C. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat laju endap
darah, kadar hemoglobin, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal
untuk menyingkirkan diagnosis yang lain.11
Gold standart mengkonfirmasi herniated disc di sebagian besar studi
adalah pencitraan cross-sectional dan/atau pembedahan. Gold standart dalam
diagnosis lumbar herniasi adalah operasi. Namun, ketika menilai validitas
keluhan subjektif atau temuan pemeriksaan fisik, penggunaan pencitraan cross-
sectional sebagai gold standart dapat dianggap pengganti. Validitas operasi
sebagai gold standart masih diperdebatkan karena temuan di operasi dapat
bersifat subjektif.23
Pada pasien dengan keluhan nyeri tulang belakang, foto rontgen biasa
(plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan
ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal.
Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan
suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan
level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang. MRI
(akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap
memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.23
Jannsen et al menjelaskan hasil penelitian yang mereka lakukan tentang
perbandingan tingkat akurasi, sensitifitas, spesifitas, harga dan keamanan MRI,
myelografi, CT, dan CT-myelorgafi dalam diagnosa hernia nukleus pulposus.
44
Hasil yang ditemukan adalah nilai akurasi MRI 76%, CT myelografi 76%, CT
73,6%, dan myelografi 71,4%. CT myelografi memiliki nilai false negative
terendah, yaitu 27,2%, sedangkan MRI memiliki nilai false positive terendah,
yaitu 13,5%. Meskipun perbedaan antara beberapa modalitas tersebut tidak terlalu
signifikan, ditemukan bahwa CT myelografi memiliki nilai sensitifitas terbesar
yaitu 72,8% da MRI memiliki nilai spesifitas terbesar yaitu 86,5%.23
Beberapa peneliti mengemukakan bahwa pemeriksaan yang paling tepat
untuk mendiagnosa hernia nukleus pulposus adalah MRI, yang merupakan
pemeriksaan noninvasif dengan hasil gambar yang sangat membantu diagnosa dan
menentukan lokasi operasi. Tapi jika pada pasien tertentu terdapat kontraindikasi
dilakukannya MRI maka pemeriksaan CT atau CT myelografi merupakan
pemeriksaan yang paling tepat selanjutnya.24
2.9 Penatalaksanaan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
A. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki
kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung
secara keseluruhan. 90% pasien akan membaik dalam waktu 6 minggu, hanya
sisanya yang membutuhkan pembedahan.12
Terapi konservatif untuk HNP meliputi:12
1. Tirah baring: Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk
kembali ke aktivitas biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan
menyandarkan punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit
fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan
sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
a) Analgetik standar (parasetamol, kodein, dan dehidrokodein yang diberikan
tersendiri atau kombinasi).
b) NSAID : penghambat COX-2 (ibuprofen, naproxen, diklofenak) dan
penghambat COX-2 (nabumeton, etodolak, dan meloxicam).
45
membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai rentang
maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari.
9. Latihan penguatan
a) Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan
belakang dari posisi berbaring.
b) Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan
kembali diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser
tumit).
c) Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut
dan punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung
ditekankan pada lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai,
dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk
meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
d) Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm,
kemudian punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari
dinding sehingga punggung menekan dinding. Latihan ini untuk
memperkuat muskulus kuadriseps.
e) Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting
karena otot hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra
lumbosakral termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot
erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan
dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan
ini dapat dilakukan dengan berdiri.
f) Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada
2 kaki, kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula.
Gerakan ini dilakukan 10 kali.
g) Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20
cm dan tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini
diulang 10 kali.
h) Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai
sikap tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Aminoff, MJ et al. Lange: Clinical Neurology, 6th Edition, McGraw-Hill.
2005.
2. Mardjono dan Sidharta, 2008, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.
3. Ropper, AH, Brown, Robert H. 2005. Adams & Victors Principles of
Neurology, Eight Edition, McGraw-Hill.
4. Snell, Richard S. 2011. Clinical Anatomy: By Regions, Ninth Edition,
Lippincott Williams & Wilkins.
5. Foster, Mark R. 2010. Herniated Nucleus Pulposus. URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview
6. Roberts S, Evans H, Trivedi J, Menage J. Histology and pathology of the
human intervertebral disc. J Bone Joint Surg Am. Apr 2006.
7. Battie MC, Videman T, Parent E. Lumbar Disc Degeneration: Epidemiology
And Genetic Influences. Spine. Dec 1 2004;29(23):2679-90.
8. Dillane JB, Fry J, Kalton G. Acute low back syndrome - a study from
general practice. BMJ. 2006;ii:82-4.
9. Durbhakula M, Cassinelli E. Thoracic disc herniation. Contemp Spine Surg.
Nov 2005;6(11):77-81.
10. Weinstein JN, Lurie JD, Tosteson TD, et al. Surgical vs nonoperative
treatment for lumbar disk herniation: the Spine Patient Outcomes Research
Trial (SPORT) observational cohort. JAMA. Nov 22 2006;296(20):2451-9.
11. Rambe, AS., Nasution D. Hernia Nukleud Pulposus Etiopatogenesis, gejala
klinis dan terapi. Perdossi. 2001.