You are on page 1of 118

SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sehubungan dengan dunia perkapalan saat ini, sarana transportasi laut diisi oleh
armada-armada kapal dagang. Kapal-kapal tersebut berguna untuk membawa muatan
melalui perairan dengan aman, cepat dan ekonomis.
Sebagian besar 3/5 permukaan bumi terdiri dari air. Pada abad ini dan yang akan
datang kapal masih berfungsi sebagai kebutuhan hidup di muka bumi ini, baik langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu diperlukan peranan kapal,. misalnya untuk mengangkut
orang atau barang, penelitian di laut, penambangan minyak dan, penangkapan ikan serta
penambangan mineral lainnya.
Mengigat pentingnya peranan kapal sebagai media transportasi, maka
pendesain/perencana kapal harus memperhatikan kekuatan dari kontruksi kapal itu sendiri
yang mampu menunjang keselamatan penumpang (crew), maupun muatan diatas kapal. Oleh
karena itu perhitunagan kekuatan (konstruksi) kapal harus melalui tahap demi tahap sesuai
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, di indonesia sendiri yang mengeluarkan aturan-
aturan pembuatan kapal yaitu Biro klasifikasi Indonesia (BKI).
Sehubungan dengan pentingnya keselamatan penumpang (crew) dan muatan yang
diangkut, maka diberikanlah tugas merencanakan Konstruksi Profil yang sesuai dengan
peraturan BKI. Konstruksi profil merupakan tugas dari mata kuliah Konstruksi Kapal II,
yaitu mata kuliah lanjutan dari konstruksi kapal I.
Gambar konstruksi profil sangat penting, karena konstruksi profil adalah gambar
konstruksi kapal yang menunjukkan semua konstruksi profil-profil yang digunakan pada
kapal mulai dari alas kapal sampai ke bangunan atas atau rumah geladak. Gambar konstruksi
profil dapat menunjukkan berapa banyak profil-profil yang digunakan, baik bentuk profil
maupun ukuran dari profil tersebut, sehingga dapat diketahui berapa banyak profil yang
harus disiapkan saat pembangunan kapal, dan begitupun dengan penentuan berat konstruksi
profil dan pelat geladak dapat diketahui dari gambar tersebut.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 1
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penyusunan laporan ini adalah :
- Bagaimana cara mendesain konstruksi profil yang baik dan benar?
- Bagaimana teori gambar konstruksi profil yang sesuai dengan buku rules BKI?

1.3. Maksud dan tujuan


Tujuan dari tugas rancangan konstruksi profil adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui komponen- komponen konstruksi profil suatu kapal
2. Mahasiswa dapat menentukan ukuran dari komponen konstruksi profil yang
memenuhi ketentuan BKI.
3. Dapat merencakan ukuran profil suatu rangka konstruksi. .
4. Dapat memahami teori dan mengerti nama nama elemen kontruksi dan letaknya pada
kapal.
5. Mahasiswa mampu menghitung dan merencanakan tangki-tangki untuk kebutuhan
suplai

1.4 Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan adalah sebagi berikut:

Bab I Pendahuluan

Pendahuluan mencakup latar belakang dari pembuatan laporan, batasan masalah


yang mencakup perhitungan dan penggambaran konstruksi profile, rumusan
masalah yang spesifik terfokus pada kapal tertentu, maksu dan tujuan penulisan
laporan, serta sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori

Membahas pengertian konstruksi, macam-macan konstrusi pada penampang alas


tunggal dan konstruksi alas ganda.

Bab III Pembahasan

Pada Bab ini akan dibahas perhitungan-perhitungan yang berhubungan dengan


konstruksi profil dari data kapal yang telah dimiliki. Perhitungan-perhitungan
tersebut antara lain perhitungan beban kapal, perhitungan modulus konstruksi plat

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 2
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

kapal, perhitungan berat kapal, perhitungan tangki-tangki, dan perhitungan


tambahan. Perhitungan tambahan meliputi perhitungan alat-alat perlengkapan kapal.

Bab IV penutup

Pada bagian penutup penyusun merangkum beberapa kesimpulan, saran saran. Di


samping itu juga pada bagian penutup disajikan daftar pustaka, dan lampiran gambar
konstruksi profile.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 3
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi

Konstruksi secara umum berarti komponen-komponen suatu bangunan yang


mendukung suatu bangunan yang mendukung suatu desain. Dalam bidang perkapalan,
konstruksi kapal merupakan susunan komponen-komponen pada bangunan kapal yang
mana terdiri dari badan kapal beserta bangunan atas (super structure). Bangunan atas
(super structure) adalah bangunan diatas deck yang meliputi seluruh lebar kapal,
panjangnya adalah sebagian panjang geladak, dan ada pula sepanjang geladak.
Bangunan atas pada bagian buritan adalah poop deck, dan bagian haluan adalah fore
castle deck yang terletak diatas bangunan geladak utama.

Bidang konstruksi yang membagi badan kapal dalam ruangan pada arah tingginya
disebut geladak. Geladak yang memanjang seluruh arah kapal dan dari lambung kiri
dan kanan disebut geladak penuh. Bidang konstruksi yang membagi badan kapal pada
arah melintang dan memanjang disebut sekat melintang dan memanjang.

2.2 Macam-Macam Sistem Konstruksi

Pada dasar badan kapal terdiri dari komponen-komponen konstruksi yang


letaknya arah melintang dan memanjang. Dalam menyusun komponen-komponen di
atas menjadi konstruksi badan kapal secara keseluruhan dikenal beberapa cara yang
biasa dipakai dalam praktek antar lain:

A. Sistem Rangka Konstruksi Melintang


Sistem rangka konstruksi melintang ialah merupakan konstruksi dimana beban
yang bekerja pada konstruksi diterima oleh pelat kulit dan balok-balok memanjang
dari kapal dengan pertolongan balok-balok yang terletak melintang kapal. Fungsi
balok-balok memanjang adalah:

1. Menjamin kestabilan bentuk lengkungan balok-balok melintang utama


2. Untuk pembagian gaya yang terpusat pada beberapa balok melintang utama yang
berdekatan.
Kelebihan dari rangka konstruksi melintang:
a. Menghasilkan konstruksi yang sederhana

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 4
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

b. Mudah dalam pembangunannya


c. Kekuatan melintang kapal baik sekali dengan adanya gading-gading utama
d. Jumlah dinding sekat melintang diperkecil
e. Memperkecil ruang palka
f. Mempergunakan ruang palka dengan baik.

Kekurangan dari sistem rangka konstruksi melintang:


a. Modulus penampang melintang kapal adalah kecil dimana balok-balok
memanjang hanyalah pelat geladak, dasar ganda dan kulit dasar serta penumpu
tengah yang tak terpotong dan penumpu geladak.
b. Kestabilan dari pelat kulit lebih kecil.
c. Sistem konstruksi ini hanya dipakai pada kapal-kapal yang pendek dimana
kekuatan memanjang kapal sebagai akibat momen lengkung kapal tidak besar
dan tidak begitu berbahaya.

B. Sistem Rangka Konstruksi Memanjang


Sistem konstruksi rangka memanjang ialah konstruksi dimana padanya bekerja
beban yang diterima oleh rangka konstruksi dan diuraikan pada hubungan-hubungan
kaku melintang kapal dengan pertolongan balok-balok memanjang.

Kelebihan dari sistem rangka konstruksi memanjang ialah:


1. Dengan adanya balok-balok memanjang yang tidak terpotong akan
memperbesar modulus penampang melintang kapal.
2. Dengan melekatnya balok-balok memanjang pada pelat dasar ganda berarti
akan lebih kaku konstruksi-konstruksi tersebut serta memperbesar
kestabilannya.
Kekurangan dari sistem rangka konstruksi memanjang ialah:
1. Mengharuskan membuat dinding sekat melintang yang banyak pada kapal.
2. Memperbesar jumlah lubang palka.
3. Mempersatukan operasi pemuatan dan pembongkaran barang.
4. Sulit mengangkat barang-barang berukuran besar.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 5
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

C. Sistem rangka konstruksi kombinasi.


Mengingat akan kekurangan-kekurangan pada sistem konstruksi melintang maka
timbul pemakaian sistem rangka konstruksi kombinasi. Sistem rangka konstruksi
kombinasi ialah gabungan dari sistem rangka konstruksi melintang dan sistem rangka
konstruksi memanjang.

Sistem konstruksi kombinasi adalah mengatasi kekurangan pada sistem


konstruksi melintang dan memanjang pada pemakaiannya, system rangka konstruksi
memanjang dipakai atau diletakkan pada geladak utama dan dasar kapal, dimana
letaknya jauh dari sumbu netral penampang melintang kapal, sehingga menerima
beban lengkung yang besar sedang pada geladak ke dua menggunakan rangka
konstruksi melintang karena lebih dekat dengan sumbu netral.

2.3 Elemen Konstruksi kapal

1. Wrang
Merupakan bagian konstruksi kapal yang menggunakan konstruksi alas ganda
(double bottom) berupa pelat yang melintang sepanjang lebar kapal. Ada tiga jenis
wrang yaitu wrang pelat(solid floor), wrang terbuka(open floor), dan wrang kedap
air (watertight floor).

a. Wrang pelat (solid floor) ,dalam dasar ganda dipasang wrang pelat pada
tiap-tiap jarak gading biasanya diletakkan pada gading besar (Web Frame).
b. Wrang kedap air {watertigh floor), dipergunakan untuk membagi ruangan
didasar kapal dalam bagian-bagian yang tersendiri, dimana wrang ini
membatasi cofferdam.wrang ini harus menahan tekanan air dari satu arah
yang diukur dengan tabung air sampai titik teratas dari pipa limpah .
c. Wrang terbuka (open floor), dipasang pada tiap-tiap gading diantara wrang
pelat yaitu pada gading utama (Main Frame). Wrang terbuka terdiri dari
gading-gading alas dan gading-gading balik yang dihubungkan pada
penumpu tengah ,penumpu samping,dan pelat tepi dengan braket.
2. Lubang Manusia (Man hole)
Merupakan elemen konstruksi yang banyak dijumpai pada jenis wrang pelat(solid
floor). Pemasangan man hole atau lubang manusia pada alas ganda berguna untuk
tempat jalannya pekerja pada waktu pengelasan dan pemeriksaan alas kapal. Bentuk

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 6
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

man hole adalah bulat atau lonjong dan dibuat secukupnya agar orang bisa masuk
dan keluar lewat man hole.

3. Penumpu Utama ( Centre Girder )


Merupakan pelat penumpu yang terletak vertikal pada bagian tengah konstruksi
alas. Fungsi utama center girder adalah menunjang kekuatan memanjang kapal.

4. Penumpu Samping ( side girder )


Bentuknya vertikal merupakan pelat penumpu yang terletak dikiri dan kana center
girder (penumpu tengah) dimana bersama-sama center girder menambah kekuatan
memanjang kapal dan ikut mengambil bagian pada lengkungan kapal.

5. Gading Besar ( Web frame)


Berbentuk profil T, merupakan penegar-penegar sebagai penguat pelat lambung.
Web frame berfungsi sebagai penerus gaya-gaya atau beban yang diterima oleh
pelat sisi untuk disalurkan ke konstruksi dasar, terutama pada sistem rangka
konstruksi melintang.

6. Gading Utama ( Main frame)


Berbentuk profil L, sebagai penguat pelat lambung sisi kapal dalam arah melintang.

7. Stiffener
Merupakan tulangan/konstuksi penguat yang dipasang pada setiap dinding sekat.
Konstruksi stiffener ada yang menggunakan profil L dan profil T.

8. Balok Geladak ( Deck beam)


Balok geladak dipasang pada tiap jarak gading-gading. Ada dua cara pemasangan
balok geladak:

1. Arah melintang

Pemasangan balok geladak arah melintang berfungsi agar:

a. Gading-gading dapat lebih berfungsi sebagai penguat melintang dari


gading-gading sehingga tidak melengkung ke arah dalam atau ke arah luar
akibat adanya tekanan air atau gaya-gaya lain yang bekerja pada sisi kapal.
b. Menahan geladak sebanyak mungkin beserta muatan diatasnya, dalam hal
ini balok geladak harus cukup teger agar tidak melentur ke bawah.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 7
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

2. Arah memanjang

Pemasangan balok geladak secara memanjang berfungsi untuk:

a. Penguatan memanjang, sehingga kekakuan seluruh strukturkapal bertambah.


b. Menyangga geladak sebanyak mungkin serta muatan diatasnya, sehingga balok
geladak memiliki ketegaran yang cukup.
9. Penumpu Geladak
Berbentuk profil T, terletak pada pelat geladak dan berfungsi untuk menumpu geladak.

10. Bracket
Merupakan pelat siku yang berfungsi sebagai penguat sambungan antara dua elemen
konstruksi, misalnya digunakan pada sambungan antara balok geladak dengan gading
besar (web Frame) atau dengan gading utama (main Frame).

11. Ambang Palka


Ambang palka adalah tinggi dinding palka yang berada pada geladak kapal yang
berfungsi sebagai tempat dudukan penutup, selain itu fungsi dari ambang palka yaitu
menjaga supaya air laut ataupun air hujan yang ada diatas deck tidak masuk kedalam
ruang muat.

12. Penutup Palka


Penutup palka adalah kayu atau metal ringan atau baja yang menutup ambang palka
yang mana berfungsi untuk melindungi muatan.

2.4 Wrang (Floor)


Pada kapal dasar ganda dijumpai 3 jenis wrang, yaitu:

1) Wrang Pelat (Solid Floor, Plate Floor)


Wrang pelat seharusnya dipasang pada setiap jarak gading, tetapi lebih ekonomisnya
harus dipasang sesuai peraturan (lihat BKI II,2006). Wrang pelat dilaskan pada penumpu
tengah, pelat tepi, pelat dasar ganda dan pelat dasar. Sudut pelat wrang dipotong untuk
lalunya kampuh las. Warang pelat dilengkapi dengan man hole yang panjangnya tidak
boleh lebih dari 0,75 h (tinggi penumpu tengah) dan jumlah panjang lubang seluruhnya
tidak boleh lebih dari jarak antara penumpu tengah dan pelat tepi. Tinggi lubang tidak
boleh lebih besar dari h.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 8
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

2) Wrang Terbuka (Open Floor, Bracket Floor)


Wrang terbuka dipasang pada tiap gading diantara wrang pelat. Konstruksi wrang ini
terdiri dari pelat bracket atau biasa disebut pelat penunjang yang menghubungkan
gading-gading balik (inner bottom frame 0 dan gading alas (bottom frame) pada
penumpu tengah dan pelat tepi. Pelat bracket mempunyai tebal yang sama dengan pelat
wrang, dan lebarnya diukur dari penumpu tengah dan pelat tepi, yaitu;

b = 0,75 h (mm)

3) Wrang Kedap (Watertight Floor)


Wrang kedap digunakan untuk membagi ruangan di dasar ganda dan membatasi
cofferdam. Konstruksinya terdiri dari pelat yang dihubungkan pada penumpu tengah dan
pelat tepid an diperkuat oleh stiffener, karena wrang kedap ini harus menahan tekanan
air/minyak dari satu arah yang diukur dengan tabung air sampai titik teratas dari pipa
limpah. Oleh karena itu pelat wrang kedap harus dipertebal 2 mm dari tebal wrang pelat
atau tidak boleh kurang dari :

T = 1,1 a p. k + tk. (mm)

Untuk menentukan ukuran konstruksi dari ketiga jenis wrang dapat dilihat pada rules BKI.

2.5 Sistem Rangka Konstruksi Dasar Memanjang


Profil pada dasar ganda dengan konstruksi memanjang dipasang sebagai pembujur
dan harus kontinu/tidak terpotong melalui wrang pelat yang diberi lubang sesuai dengan
bentuk dan ukuran profil agar sisi vertikal dari profil dapat dilaskan ke wrang. Jika
melalui wrang kedap air, lubang harus ditutup las dengan baik agar kekedapannya
terjamin. Jika pembujur terpotong pada wrang kedap air, maka harus dihubungan kepada
wrang dengan bracket yang tebalnya sama dengan tebal wrang dan lebarnya sama
dengan 21/2 tinggi profil pembujur.

Pembujur pada pelat dasar dan dasar ganda sesuai dengan gading alas dan gading
balik pada wrang terbuka pada konstruksi melintang dengan modulus penampang dapat
diperkecil 85% dari nilai yang diperoleh dari rumus, asal saja tidak diperlukan
penguatan yang berhubungan beban setempat dengan ruang palka.

Wrang pada dasar ganda dengan konstruksi memanjang terdiri dari wrang pelat yang
diletakkan pada jarak tidak lebih dari 3,8 m. Diantara wrang pelat tidak dipasang wrang

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 9
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

terbuka, tapi sebagai gantinya dipasang pelat penumpu (bracket floor) yang berflens
pada penumpu tengah dan pelat tepi, sedang yang menghubungkan pembujur alas dan
alas ganda dipasang penegar dengan ukuran yang sama dengan wrang terbuka di mana
dapat diperkecil jarak tak ditumpu tersebut.

Tebal pelat penumpu sama dengan pelat wrang dan lebarnya sama dengan 0,75 h.

Konstruksi jenis ini juga dipasang penumpu samping yang jumlahnya adalah :

1) Satu penumpu samping bagian kiri dan kanan jika lebar kapal > 14 m.
2) Dua penumpu samping jika B > 21 m
3) Penumpu samping harus dipasang pada kamar mesin dan dibawah pondasi mesin
utama.
Diantara wrang-wrang, penumpu tengah dan penumpu samping juga diperkuat dengan
memasang:

1) Satu penumpu jika jarak antara wrang < 2,5 m


2) Dua penumpu jika jarak antara wrang > 2,5 m.
Keuntungan tangka konstruksi memanjang ini antara lain menghindari kesukaran
teknis dalam menyambung seksi-seksi dasar ganda, di mana penumpu tengah dan
samping dapat dipasang setelah kedua seksi dilaskan satu sama lain.

2.6 KONSTRUKSI GELADAK


Geladak pada sebuah kapal menyerupai panggung (pelat form) memanjang dan
luas, yang melintang pada lambung kapal dengan bermacam-macam ketinggian di atas
inner bottom. Konstruksi geladak terdiri dari balok geladak, pembujur geladak,
pelintang geladak, pelat geladak, dan lain-lain.

Geladak (deck) menyerupai struktur lantai di dalam sebuah rumah dan digunakan
dalam berbagai keperluan tergantung dari tempatnya di dalam kapal. Dengan fungsi yang
berbeda, yaitu

1. Geladak paling atas (upper deck) menambah kekuatan kapal bentuk dari penutup
kedap air dari lambung dan juga menyokong kekuatan dari aktivitasnya.
2. Geladak paling rendah berfungsi sebagai kerja panggung untuk pengoperasian dari
mesin dan pembongkaran barang-barang di atas kapal (loading cargo) dan juga
menyediakan bagian untuk tempat tinggal penumpang dan crew kapal (ABK).

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 10
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

3. Geladak pada tinggi kapal adalah geladak utama (main deck) yang berfungsi sebagai
geladak kekuatan dan konstruksinya tidak terpotong/menerus dari linggi haluan ke
linggi buritan. Geladak kekuatan ini, walaupun mempunyai bukaan tapi penutup dari
bukaan tersebut harus dijamin kekedapannya, karena geladak ini harus betul-betul
kedap dan ukurannya juga memegang peranan penting.
4. Di bawah geladak kekuatan adalah geladak yang laing seperti geladak antara dan
lain-lain.
Geladak di bawah geladak kekuatan tidak selamanya menerus, tetapi terpotong
di daerah kamar mesin. Untuk kompensasi, disamping untuk menambah kekuatan
setempat guna mengatasi getaran mesin, maka dipasang senta-senta lambung.

Pada kapal penumpang yang besar jarak antara geladak yang normal adalah 2,4 m
sampai 3,3 m atau kadang-kadang lebih didaerah salon. Kapal penumpang yang
lebih kecil atau kapal barang dan juga pada geladak akil kapal penumpang besar,
jaraknya berkisar antara 2,25 m sampai 2,4 m. Jarak antara geladak diukur dari sisi
bawah pelat geladak yang satu ke sisi bawah pelat geladak berikutnya.

Geladak umumnya mempunyai camber melintang, Derajat kelengkungan


camber disebut height of camber, pada balok geladak disebut Rounding Up.
Ditengah-tengah kapal besarnya camber diukur 1/50 B (B=lebar max kapal).

Secara memanjang juga melengkung, makin tinggi ke arah haluan dan buritan kapal.
Kelengkungan ini disebut Sheer line. Perbedaan tiap-titik pada satu geladak terhadap
titik terendahnya disebut sheer dari titik tersebut. Sheer geladak bagian depan besarnya
dua sampai empat kali tinggi sheer geladak bagian belakang.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 11
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Sheer dan camber menambah kekuatan geladak dan untuk mempermudah


mengalirnya air yang melimpah ke geladak ke luar kapal. Disamping itu sheer juga
memperindah bentuk kapal dan menambah daya apung kapal, oleh karena itu kapal-
kapal samudera mempunyai sheer yang lebih besar dibanding dengan kapal-kapal
sungai. Pada kapal barang, tween deck umumnya tidak diberi sheer atau sheernya
merupakan tekukan-tekukan (knucles) pada bulkhead, dalam hal ini camber juga tidak
ada.

1. Balok Geladak

Ada tiga fungsi balok geladak pada kapal, yaitu:

a. Penumpu geladak
b. Pengikat atau penopang sisi sisi kapal
c. Balok besar (web) di bawah pelat geladak untuk mencegah keretakan pelat
yang kemungkinan terjadi di kapal selama pelayaran.
Pada dasarnya fungsi balok geladak yaitu menerima beban yang bekerja pada geladak
muat dan mentransfer ke gading-gading. Dalam hal ini gading-gading bertindak sebagai
pilar/topang dan meneruskan gaya/beban ke daerah bawah yang didistribusi ke seluruh
lantai bottom.

2. Balok Geladak Melintang (Transverse Deck Beam)

Balok geladak dipasang melintang dari sisi ke sisi kapal dan disambung dengan
gading-gading dengan menggunakan bracket agar gading-gading dapat lebih berfungsi
sebagai penguat melintang. Untuk dapat menahan geladak sebanyak mungkin muatan/
beban di atasnya, dalam hal ini balok-balok geladak harus cukup tegar agar tidak
melentur ke bawah. Balok-balok geladak harus dilengkungkan sesuai dengan camber.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 12
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Pada ujung balok geladak diikat dengan pelat lutut (bracket) yang menghubungkan
dengan gading-gading. Bracket cenderung melekat pada ujung- ujung balok dan perlu
diketahui bahwa balok tersebut dapat menambah kekuatan penyanggah pada sambungan
tersebut.

Jika geladak mendapat beban yang lebih berat , maka balok geladak juga harus
diperkuat secara sebanding, selanjutnya ukuran balok geladak juga harus diperbesar
untuk balok yang lebih panjang. Balok geladak yang terletak pada sisi lubang palka
harus dibuat lebih kuat karena harus menerima beban yang lebih berat, sehingga harus
ditumpu di ujung-ujungnya.

Ukuran balok geladak dapat ditentukan dengan menggunakan rules BKI.

1. Balok Geladak Memanjang (Longitudinal Deck Beam)


Balok geladak pada geladak kekuatan dipandang secara memanjang hanya untuk:

- memanjang, sehingga kekakuan struktur kapal bertambah, khususnya jika pelat


ganda dan pelat dasar juga diberi kerangka sistem memanjang.
- Menyanggah geladak serta sebanyak mungkin muatan diatasnya, yang mana balok-
balok memanjang harus mempunyai ketegangan yang cukup.
Makin lebar jarak pelintang, makin besar ukuran balok-balok memanjang, karena jarak
bentang yang tidak ditumpu juga makin panjang.

Sistem balok memanjang pda geladak, di mana pelintang berfungsi untuk


menyanggah balok-balok memanjang selain jumlah deretan topang yang memperkecil
jarak tak ditumpu dari balok geladak. Balok-balok geladak diikat pada pelintang geladak
dengan bilah rat. Dengan sistem balok memanjang, pelat geladak menjadi lebih stabil
disamping kekuatan memanjang bertambah baik.

2.6 Lubang Palka (hatchway)


a. Ambang palka
Lubang palka adalah bukaan pada geladak yang dibuat untuk lalunya barang pada
saat bongkar muat. Lubang palka dibatasi dengan ambang palka (hatch coaming) dan
dilengkapi dengan tutp palka (hatch covers). Lubang palka yang ditutp dengan terpal
mempunyai coamings yang tingginya minimum di atas geladak adalah 450 mm dan
600 mm.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 13
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Ambang palka mengelilingi lubang palka, jika tingginya 600 mm atau lebih harus
diperkuat pada bagian atasnya oleh sebuah penegar bujur horisontal (bulb section)
dengan tinggi profil tidak kurang dari 180 mm untuk kapal yang panjangnya melebihi
60 m.

Konstruksi ambang palka harus menerus sampai di tepi bawah balok geladak dan
r liharus diberi flens atau dipasang pelat hadap atau baja setengah bulat.

b. Tutup palka
Penutup palka dibuat untuk menjaga kekedapan dari pada geladak atau
melindungi muatan dari terpaan hujan dan panas.
Ada beberapa tipe penutup palka yang paten:
Folding hatch cover Single pull
Roll up Piggy back
Punton Menggelinding sisi
Penutup palka single pull dapat dibuka dan ditutup dengan menggunakan motor listrik
dalam panel penutup utama. Setiap penutup dilengkapi dengan roda gigi yang dipasang pada
sisi out board dan roda tersebut dipasang permanen.

Penutup porton sering digunakan pada kapal container di mana penutupnya berupa
pelat-pelat yang berbentuk kotak dan ditutup rapat seperti cara penutup paten lainnya.
Penutup palka yang lain adalah penakan web sebagai hatch beam yang dilengkapi round bar
ditepi bawah dan flens dibagian atasnya pada sisi atas flens ditutup dengan papan ((wood
cover) yang dipasang sepanjang lubang palka. Untuk menjaga kekedapannya, maka paling
atas ditutpi dengan terpal (terpaulins) yang ujung-ujungnya dijepit dengan batten retaining
yang diletakkan di atas stiffener/stay.

Sebagai penyanggah hatch beam, pada sisi ambang palka dipasang vertikal stiffener (balok
palka) dengan bentuk sockel. Uraian secara lengkap mengrenai penutup palka dapat dilihat
pada referensi yang dirujuk.

2.7 Stuktur atau langkah pengerjaan gambar konstruksi profile

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 14
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

KONSTRUKSI
PROFIL

PENAMPANG ATAS
PELAT ALAS DALAM

PENAMPANG ATAS
GELADAK-GELADAK
KAPAL

BANGUNAN ATAS DAN


RUMAH GELADAK

KONSTRUKSI ALAS: PENEMPATAN SEKAT-SEKAT: KONSTRUKSI GELADAK :


Penempatan wrang Sekat Buritan, Sekat Haluan, Lubang Palka, Ambang
dan Tangki-Tangki Sekat Kamar Mesin Palka, Penutup Palka,
dan Bulwark

PENAMPANG
1) Centre Line
2) Geladak-geladak

- GAMBAR RENCANA GARIS,


Entry Behavier - KONSTRUKSI MIDSHIP

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 15
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Sumber : Buku panduan tugas konstruksi kapal II hal. 4, oleh Ir. Hj. Rosmani, MT.

2.8 PENGGAMBARAN KONSTRUKSI PROFIL

Prosedur penggambaran Konstruksi Profil adalah sebagai berikut :

1. Gambarlah penampang memanjang kapal dengan bentuk dan ukuran sama dengan

pada gambar rencana garis dan penampang geladak-geladak sesuai gambar

rencana umum

2. Bentuk dari stem harus disesuaikan bentuk dari bow line.

3. Dewasa ini linggi haluan dibuat dari pelat dan bentuknya makin keatas jari-jarinya

makin membesar. Sudut kemiringan 150.

Garis air

Sekat tubrukan
(collision bulkhead) Ceruk depan

150

Lunas (keel) Garis dasar

FP

Sumber : Buku panduan tugas konstruksi kapal II hal. 5, oleh Ir. Hj. Rosmani, MT.

4. Bentuk linggi buritan tergantung dari diameter propeler yaitu (0,6 0,7) T, sedang

diameter boss =1/6 D (D = diameter propeller). Untuk besarnya clearance didapat

pada Lloyd Register , Norske Veritas , atau lihat gambar 2 dan gambar 3.Bentuk

linggi buritan tergantung konstruksinya, untuk single atau twin-screw, dengan atau

tanpa sepatu linggi, bentuk sendok (cruiser) atau (transom) dsb.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 16
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

LWL
LPP
Garis air
Diameter propeller:
D = ( 0,6~0,7 ) T
Sumbu poros kemudi

a = 0,33 T
e = 0,12 T
>( 0,6~0,7 ) T

T b = 0,35 T
e

AP

Sumber : Buku panduan tugas konstruksi kapal II hal. 5, oleh Ir. Hj. Rosmani, MT.

5. Gambarlah lengkungan sheer depan dan sheer belakang kapal dengan ukuran
seperti gambar dibawah ini

Untuk menghitung nilai kenaikan sheer kapal gunakan rumus berikut :

a = AP = 25 (L/3 + 10)

b = 1/6 L dari AP = 11,1 (L/3 + 10)

c = 1/3 L dari AP = 2,8 (L/3 + 10)

Miship = 0

2c = 5,6 (L/3 + 10)

2b = 1/6 L dari FP = 22,2 (L/3 + 10)

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 17
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

2a = 1/3 L dari FP = 50 (L/3 + 10)

6. Letakkanlah sekat sekat pada kapal, jumlah sekat minimum yang harus

dipasang di kapal adalah :

a. Untuk mesin dibelakang jumlah minimum sekat adalah 3 buah

b. Untuk mesin dibelakang jumlah minimum sekat adalah 4 buah

c. Sekat yang dimaksud adalah sekat tubrukan, sekat buritan, dan sekat kamar

mesin

d. Untuk kapal barang dengan panjang L 200 m, letak sekat tubrukan pada

jarak tidak boleh kurang dari 0,05 L dan tidak lebih dari 0,08 L diukur dari

garis tegak depan (FP).

e. Untuk kapal barang dengan panjang L 200 m, letak sekat tubrukan

minimum 10 m dan maksimum 0,08 L diukur dari garis tegak depan (FP).

Sumber : Buku panduan tugas konstruksi kapal II hal. 8, oleh Ir. Hj. Rosmani, MT.
f. Kapal yang mempunyai geladak menurus atau panjang bangunan bagian

atas, sekat tubrukan diperpanjang sampai di atas geladak utama. Untuk

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 18
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

penambahan tersebut sekat tidak diletakkan segaris dengan sekat

dibawahnya.

g. Sekat tubrukan dibawah geladak utama tidak diperbolehkan ada manhole,

pintu-pintu masuk atau pipa ventilasi.

7. Hitunglah tebal pelat sekat tubrukan dengan persamaan (BKI 2006, Vol II, sec 11)

t = (Cp x T x ao x P) + tk

8. Letakkanlah sekat buritan (Sterntube Bulkhead) yang jarak sekurang-kurangnya (3

5)ao dari ujung depan boss propeller. Sekat buriyang harus diteruskan sampai

pada pelat yang terletak di atas garis air.

9. Tentukan letak sekat kamar mesin yang jaraknya antara ( 17 20 ) % Lbp diukur

dari AP, Prinsip penentuannya sebagai berikut :

- Letak sekat harus pada gading sesungguhnya, bukan station atau gading pembagi.

- Tentukan letak ujung belakang tabung poros (sterntube). AP ditetapkan sebagai

nomor gading 0.

- Dari ujung belakang tabung poros ke sekat tabung poros berjarak minimum 3 (tiga)

jarak gading ( jarak gading 600 mm ).

- Letak sekat kamar mesin bergantung pada panjang kamar mesin, ukuran motor

induk dan permesinan bantunya, dapat dilihat pada gambar kapal yang ada ( jarak

gading 1000 mm ).

- Letak sekat kamar mesin menentukan panjang ruang akomodasi bila ruang

akomodasi terletak pada geladak kimbul (poop deck). Sebagai pendekatan terletak

(17% ~ 20%) Lpp dari AP

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 19
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Letak sekat tubrukan ( collision bulkhead ) pada jarak (0,05 ~ 0,08) Lc dari FP, Lc

= 96% Lwl atau Lpp pada 0,85 H, (BKI) diambil yang lebih besar, sebagai pendekatan

Lc = Lpp.

Contoh menentukan letak sekat kamar mesin


Misalkan L = 100 m, B = 19 m, T = 8,5 m, Jarak gading di ceruk = 600 mm =
0,6 m, jarak gading di kamar mesin dan ruang muat ao = L/500 + 0,48 = 0,68
m diambil 0,7 m

Jarak gading
= 600 mm Sekat tabung poros Sekat kamar mesin
(sterntube bulkhead)

Jarak gading di kamar


AP
mesin = 0,7 m

5 9 28
Letak sekat KM : (17 ~ 20)% Lpp dari AP, antara
b = 0,35 T =2,975 17 ~ 20 m , panjang KM dikurangi 5,4 m = antara
m jadi 5 jg = 3 m 4 jg = 2,4 m (11,6~14,6) m, dibagi 0,7m = (16,5~20,8) jg,
min. 3 jarak misal diambil 19 jg (13,3 m), maka sekat KM
terletak di gading 28, berjarak 13,3 + 5,4 = 18,7
gading m dari AP

Sumber : Buku panduan tugas konstruksi kapal II hal. 8, oleh Ir. Hj. Rosmani, MT.
10. Tentukan panjang ruang muat sebagai kelipatan jarak gading ( jarak gading 1000

mm ).Jarak gading ruang muat bergantung pada panjang kapal.:

a0 = L / 500 + 0,480 [m],

11. Letakkan sekat ruang muat yang terletak antara sekat kamar mesin dan sekat

haluan/tubrukan. Panjang ruang maksimum adalah 30 m.

12. Gambarlah geladak akil ( fore castle deck) pada haluan kapal yang tingginya dari

geladak utama,

a = +/- 2,4 ~ 2,5 meter, sejajar

13. Ujung kubu-kubu dibuat lengkungan agar tidak terjadi keretakan

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 20
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

14. Lebar geladak akil di 0,05L adalah (0,5 ~ 0,6) B.

Sumber : Buku panduan tugas konstruksi kapal II hal. 8, oleh Ir. Hj. Rosmani, MT.

15. Gambarlah geladak kimbul (poop deck) , dimana :

- Tinggi geladak kimbul dari geladak utama +/- 2,4 ~ 2,5 meter ( = a ), sejajar

- Tambahan tinggi pelat sisi di atas geladak kimbul 100 ~ 200 mm(=b),sejajar

- Lebar ujung depan geladak kimbul, bila tidak paralel, (0,80 ~ 0,95) B

16. Gambarlah geladak kimbul (poop deck) , dimana :

- Tinggi geladak kimbul dari geladak utama +/- 2,4 ~ 2,5 meter ( = a ), sejajar

- Tambahan tinggi pelat sisi di atas geladak kimbul 100 ~ 200 mm(=b),sejajar

- Lebar ujung depan geladak kimbul, bila tidak paralel, (0,80 ~ 0,95) B

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 21
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

b Tambahan tinggi pelat sisi, 100 ~ 200 mm


Geladak kimbul
a
Geladak utama
Ceruk buritan
Jarak gading Sekat kamar mesin
Sekat tabung poros
600 mm (17~20%) Lpp dari
(sterntube bulkhead)
gading 0 (AP)

Jarak gading di kamar


mesin 1000 mm
AP
Lihat gambar min. 3 jarak Panjang kamar mesin
bentuk stern b= gading kelipatan jarak gading
0,35 T

17. Gambarlah bangunan atas dan rumah geladak diatas geladak kimbul dengan tinggi
deck 22-24 m
18. Gambarlah penumpu tengah mulai dari sekat kamar mesin sampai ke sekat

haluan/tubrukan dengan tinggi normal yaitu Hdb.pada konstruksi midship.

19. Gambar penumpu tengah pada kamar mesin dengan tinggi > dari Hdb, yaitu kurang

lebih 10-15 % dari Hdb Agar pondasi mesin tidak terlalu tinggi

20. Letakkanlah wrang wrang pada double bottom disetiap jarak gading, dimana

peletakan wrang adalah :

a. Wrang kedap diletakkan lebih dahulu sesuai dengan besar tangki-tangki yang

dibutuhkan.(lihat perhitungan volume tangki hal 21)

b. Letakkanlah wrang pelat sesuai aturan dan persyaratan (BKI)

- diisetiap gading di dalam kamar mesin

- pada 0,25 L dari linggi haluan

- Dibawah sekat melintang sepanjang tidak digunakan sebagai batas tangki

- Selebihnya diletakkan jaraknya tidak boleh kurang dari :

- 3,2 m. untuk kapal dengan L = 60 m.

- 2,9 m untuk kapal dengan L = 100 m.

- 2,6 m untuk kapalk dengan L = 140 m.

- 2,4 m untuk kapal dengan L . 140 m atau sekurang-kurangnya disetiap 3

jarak gading.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 22
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

c. Letakkanlah wrang terbuka di antara wrang-wrang pelat.

21. Untuk membedakan ketiga jenis wrang tersebut, maka harus diberi tanda seperti

gambar

22. Letakkanlah lubang palka pada geladak utama/kekuatan diatas ruang muat, dengan

batas kurang lebih 5 jarak gading dari sekat bangunan atas dan 5 jarak gading dari

batas sekat ruang muat.

23. Gambarlah stiffener pada masing-masing sekat dengan ukuran yang sama pada

konstruksi midship.

24. Gambarlah pembujur geladak pada bagian bawah pelat geladak,pelat bangunan atas,

dan letakkan balok-balok geladak didalmnya dengan ukuran sesuai pada gambar

midship.

25. Lengkapi komponen komponen konstruksi pada ceruk haluan. Sekat memanjang

ditengah ceruk haluan tidak boleh kedap artinya diberi lubang-lubang peringan dan

sekat tersebut dilengkapi dengan penegar-penegar.

26. Letakkan chain locker dan mudbox sebelah kiri dan kanan dari sekat poin 24 di ceruk

haluan dengan posisi melekat pada sekat haluan (tubrukan) dengan ukuran capasitas

muat yang disyaratkan tanpa mud box minimum : (BKI 2006, Vol II, sec,18, E-1)

Vcl = 1,1 x d x Lr /10^5 m

27. Lengkapi mud box dibawah chain locker dengan volume :

V mud box = 1/3 x Vcl

28. Angka penunjuk jangkar adalah (BKI 2006, Vol II, Sec 18, B)

Z = + 2 h B + A / 10

Berdasarkan angka penunjuk tersebut, maka nilai panjang dan diameter rantai dapat

diperoleh pada tabel 18.2 pada sec 18. Yaitu

- No. register

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 23
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

- Jumlah jangkar

- Berat jangkar

- Panjang rantai jangkar

29. Gambarlah pandangan atas semua geladak bangunan atas mulai dari poop deck,
bridge deck, navigation deck dan top deck lengkap dengan balok-balok geladak
(sesuai gambar rencana umum).
30. Gambarlah pandangan atas dari geladak utama/ kekuatan lengkap dengan balok-
balok geladak.
31. Gambarlah semua penampang gading-gading pada tepi geladak dan letakkanlah

semua sekat pada posisinya masing-masing, untuk lebih tepatnya proyeksikan dari

atas, sehingga tepat pada nomor gading yang sama.

32. Setiap sekat harus dilengkapi dengan penegar-penegar.

33. Gambarlah pandangan atas dari pelat alas dalam/double bottom. Pada gambar ini

terlihat perbedaan lebar dari pelat pada kamar mesin dan ruang muat karena adanya

perbedaan tinggi.

34. Gambarlah semua wrang-wrang dan letakkanlah tangki-tangki sebagai proyeksi dari

gambar pada poin 21.

35. Setiap tangki dengan muatan yang berbeda harus dipisahkan oleh cofferdam.

36. Gambarlah garis diagonal pada setiap tangki dengan menggunakan garis strep titik

strep sebagai tanda tangki

37. Ruangan yang berlebih pada double bottom biasanya digunakan sebagai tangki ballas

38. Setiap tangki harus diberi dua lubang untuk lalunya orang dengan diameter kurang

lebih 500 mm. perhatikan jangan sampai lubang tersebut memotong wrang. Semua

lubang harus didouble dengan ketebalan yang sama pada poin 33.

39. Lengkapilah nama-nama semua komponen konstruksi yang telah digambar

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 24
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 25
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

BAB III
PEMBAHASAN

JARAK GADING DAN PERHITUNGAN BEBAN


3.1 Jarak Gading
3.1.1 Penjelasan Umum
Merupakan jarak antar gading yang dipasang untuk memperkuat konstruksi
melintang dan memanjang kapal. Perhitungan jarak gading diperlukan agar diketahinya
kekuatan kapal itu sendiri, sehingga tidak terjadi perubahan bentuk pada lambung kapal
ataupun struktur kapal lainya sekaligus sebagai tempat menempelnya kulit kapal.
3.1.2 Perhitungan Jarak Gading
Menurut peraturan BKI perhitungan jarak gading dapat digunakan menggunakan
rumus empiris, sebagai berikut:

a = L/500 + 0,48m
= 69,80/500 + 0,48
= 0,619 m diambil 0,60 m
= 600 mm

3.2 Perhitungan Beban Geladak


3.2.1 Pengertian
Beban geladak adalah beban yang mencakup beban geladak cuaca, beban geladak
muatan, dan beban geladak bangunan atas, geladak akomodasi serta beban pada alas dalam.
Perhitungan berdasarkan atas jenis muatan dan gaya-gaya yang bekerja pada geladak yang
bersangkutan.

4 Beban Geladak Cuaca (Load On Weather Deck)


Yang dianggap sebagai geladak cuaca adalah semua geladak yang bebas kecuali
geladak yang tidak efektif yang terletak di belakang 0,15L dari garis tegak haluan.Beban
geladak cuaca dihitung berdasar formula sebagai berikut :

( Rules BKI 2012, Volume II, Section 4, B.1 )

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 26
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

20.T
PD1 = Po . CD (KN/m2)
(10 Z T ) H

20 x5,13
PD = 12,71 x1,0
(10 7,116 5,13)6,88

= 15,82KN/ m2
Dimana :
PD(Min) = 0,7 x P0
= 0,7 x 12,71
= 8,89 KN/m2
CD = 1,0
Po = Beban Luas Dasar Dinamis
Po1 = 2,1 ( Cb + 0,7 ) Co CL f1
= 2,1 ( 0,63 + 0,7 ) 5,169 1,0 1,0
= 12,71 KN/m2
Po2 = 2,1 ( Cb + 0,7 ) Co CL f2
= 2,1 ( 0,63 + 0,7 ) 5,169 0,75
= 9,54 KN/m2
Po3 = 2,1 ( Cb + 0,7 ) Co CL f3
= 2,1 ( 0,63 + 0,7 ) 5,169 1,0 0,60
= 7,63 KN/m2
f1 = 1,0 (untuk tebal plat geladak cuaca)
f2 = 0,75 (untuk main frame, stiffener, dan balok geladak)
f3 = 0,60 (untuk gading besar, senta, side girder, center girder, stringers)
CRW = 0,75 (untuk daerah pelayaran lokal)
Cb = 0,63
L
Co = ( 4,1 ) x crw (untuk kapal L < 90 m)
25
69,80
=( 4,1 ) x 0,75
25
= 5,169
Cl = Untuk L < 90 meter

= L / 90

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 27
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 0,811
Z = jarak vertikal dari pusat beban ke base line
Z = H + Hchamber
= 6,88 + (1/50 x B)
= 6,88 + 0,236
= 7,116 m
4.1.1.1 Beban geladak untuk menghitung main frame, stiffener, dan deck beam
( )
PD2 = Po2 ( +) CD1

20 x5,13
= 9,54 x1,0
(10 7,116 5,13)6,88
= 11,864 KN/m2
4.1.1.2 Beban geladak untuk menghitung side girder, center girder, strong beam dan
web frame
( )
PD3 = Po3 ( +) CD1

20 x5,13
= 7,63 x1,0
(10 7,116 5,13)6,88
= 9,49 KN/m2

4.1.1.3 Beban Geladak Cuaca Pada Bangunan Atas Dan Rumah Geladak (Load and
Weather Decki in Superstructure Deck and Thumble Home)
Beban geladak pada bangunan atas dan rumah geladak dihitung berdasarkan formula
sebagai berikut :
( Rules BKI 2012, Volume II, Section 4 B.5.1)
PDA = PD n [Kn/m2]

PDA = 15,82 x 0,976


Dimana :
PDA = Beban geladak pada buritan

n = [1 ]
10

n = 1- (7,12 6,88)/10
= 0,976
nmin = 0,5

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 28
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Z = H + Tinggi cember
= 6,88 + (1/50 . B)
= 7,12
H = 6,88 m
B = 11,80 m

Nilai Z bangunan atas untuk beban geladak :


Z1 (Poop Deck) = H + 1,1 = 7,98 m
Z2 (Boat Deck) = H + 1,2 + 2,2 = 10,28 m
Z3 (Bridge Deck) = H + 1,2 + 2,2 + 2,4 = 12,68 m
Z4 (Navigation Deck) = H + 1,2 + 2,2 + 2,4 + 2,4 = 15,08 m
Z5 (Forecastle Deck) = Z1 = 7,98 m
a) Beban Geladak Bangunan Atas pada Poop Deck (PDP)
Z1 = 7,98 m

n = [1 ]
10
7,986,88
= [1 ]
10

= 0,89
PD1a = 15,82 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Pelat Geledak)
PD2a = 11,86 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Deck Beam)
PD3a = 9,49 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada CDG,SDG,Strong
Beam)
Untuk menghitung pelat geladak
PDP1 = 15,82 0,89
= 14,078 KN/m3
Untuk menghitung pelat balok geladak

PDP2 = 11,86 0,89


= 10,558 KN/m3
Untuk menghitung CDG, SDG, dan Strong Beam
PDP3 = 9,49 0,89
= 8,447 KN/m3

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 29
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

b) Beban Geladak Bangunan Atas pada Boat Deck (PDB)


Z2 = 10,28 m
10,286,88
n = [1 ]
10

= 0,66
PD1a = 15,818KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Pelat Geledak)
PD2a = 11,864 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Deck Beam)
PD3a = 9,491KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada CDG,SDG,Strong
Beam)
Untuk menghitung pelat geladak
PDP1 = 15,82 0,66
= 10,44 KN/m3
Untuk menghitung pelat balok geladak

PDP2 = 11,86 0,66


= 7,83 KN/m3
Untuk menghitung CDG, SDG, dan Strong Beam
PDP3 = 9,49 0,66
= 6,26 KN/m3

c) Beban Geladak Bangunan Atas pada Bridge Deck (PDBR)


Z3 = 12,68 m
12,686,88
n = [1 ]
10

= 0,42 namun nmin = 0,50


PD1a = 15,818KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Pelat Geledak)
PD2a = 11,864 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Deck Beam)
PD3a = 9,491KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada CDG,SDG,Strong
Beam)

Untuk menghitung pelat geladak


PDP1 = 15,82 0,5
= 7,91 KN/m3

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 30
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Untuk menghitung pelat balok geladak


PDP2 = 11,86 0,5
= 5,93 KN/m3
Untuk menghitung CDG, SDG, dan Strong Beam
PDP3 = 9,49 0,5
= 4,745 KN/m3

d) Beban Geladak Bangunan Atas pada Navigation Deck (PDN)


Z4 = 15,08 m
16,348,14
n = [1 ]
10

= 0,18 namun nmin = 0,5


PD1a = 15,82 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Pelat Geledak)
PD2a = 11,86 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Deck Beam)
PD3a = 9,49KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada CDG,SDG,Strong
Beam)

Untuk menghitung pelat geladak


PDP1 = 15,82 0,5
= 7,909 KN/m3
Untuk menghitung pelat balok geladak

PDP2 = 11,86 0,5


= 5,93 KN/m3
Untuk menghitung CDG, SDG, dan Strong Beam
PDP3 = 9,49 0,5
= 4,745 KN/m3

e) Beban Geladak Bangunan Atas pada Forecastle Deck (PDF)


Z5 = 7,98 m
n = 1 untuk geladak akil (forecastle deck)
PD1a = 15,82 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Pelat Geledak)
PD2a = 11,86 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Deck Beam)

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 31
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

PD3a = 9,49 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada CDG,SDG,Strong


Beam)

Untuk menghitung pelat geladak


PDP1 = 15,82 1
= 15,82 KN/m3
Untuk menghitung pelat balok geladak

PDP2 = 11,86 1
= 11,86 KN/m3
Untuk menghitung CDG, SDG, dan Strong Beam
PDP3 = 9,49 1
= 9,49 KN/m3

4.2 Beban Sisi Geladak


4.2.1 Pengertian
Beban Sisi Geladak merupakan perhitungan yang meliputi pada semua sisi kapal
termasuk plat sisi bangunan atas dan juga beban alas kapal. Fungsinya untuk mementukan
perhitungan tebal plat bangunan atas lambung ukuran-ukuran gading dan semua ukuran
profil yang turut menahan beban sisi dan alas kapal.
4.2.2 Beban sisi kapal di bawah garis air tidak boleh kurang dari rumus :
( Rules BKI 2012 Volume II, Section 4, B)
Ps = 10 x ( T Z ) + Po x Cf ( 1 + Z / T )
Dimana :
Po1 = 12,71 KN/m2 (untuk pelat geladak dan geladak cuaca)
Po2 = 9,54 KN/m2 (untuk stiffener, main frame, deck beam)
Po3 = 7,63 KN/m2 (untuk web frame, stringer, girder, strong beam)
Z = Jarak tengah antara pusat beban ke base line

=T + HDB
2
6,88 0,881
= 5,13 + 0,881
2

= 3,01m

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 32
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

5
CF1 = 1,0 + [0,2 ] (untuk 0 x/L 0,2 ; buritan kapal)
5
= 1,0 + 0,63 [0,2 0,1]

= 1,79
CF2 = 1,0 (untuk 0,2 x/L 0,7 ; tengah kapal)
20
CF3 = 1,0 + [ 0,7]2 (untuk 0,7 x/L 1,0 ; haluan kapal)
20
= 1,0 + 0,63 [0,95 0,7]2

= 2,98

4.2.2.1 Beban sisi kapal di bawah garis air muat untuk menghitung ketebalan pelat
sisi :
Untuk buritan kapal

PS1a = 10 (T Z) + Po1 CF1 (1 + )
3,01
= 10 (5,13 3,01) + 12,71 1,79 (1 + 5,13)

= 57,376 KN/m2
Untuk midship kapal

PS2a = 10 (T Z) + Po1 CF2 (1 + )
3,01
= 10 (5,13 3,01) + 12,71 1,0 (1 + 5,13)

= 35,486 KN/m2
Untuk haluan kapal

PS3a = 10 (T Z) + Po1 CF3 (1 + )
3,01
= 10 (5,13 3,01) + 2,98 2,98 (1 + 5,13)

= 81,3977 KN/m2

4.2.2.2 Beban sisi kapal di bawah garis air muat untuk menghitung main frame :
Untuk buritan kapal

PS1b = 10 (T Z) + Po2 CF1 (1 + )
3,01
= 10 (5,13 3,01) + 9,54 2,825 (1 + 5,13)

= 48,328 KN/m2
Untuk midship kapal

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 33
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13


PS2b = 10 (T Z) + Po2 CF2 (1 + )
3,01
= 10 (5,13 3,01) + 9,54 1,0 (1 + 5,13)

= 36,3183 KN/m2
Untuk haluan kapal

PS3b = 10 (T Z) + Po2 CF3 (1 + )
3,01
= 10 (5,13 3,01) + 9,54 2,98 (1 + 5,13)

= 66,344 KN/m2
4.2.2.3 Beban sisi kapal di bawah garis air muat untuk web frame, stringer, strong
beam :
Untuk buritan kapal

PS1c = 10 (T Z) + Po3 CF1 (1 + )

3,01
= 10 (5,13 3,01) + 7,63 2,825 (1 + 5,13)

= 42,9 KN/m2
Untuk midship kapal

PS2c = 10 (T Z) + Po3 CF2 (1 + )
3,01
= 10 (5,13 3,01) + 7,63 1,0 (1 + 5,13)

= 33,29 KN/m2
Untuk haluan kapal

PS3c = 10 (T Z) + Po3 CF3 (1 + )
3,01
= 10 (5,13 3,01) + 7,63 2,98(1 + 5,13)

= 57,31 KN/m2
4.2.3 Beban sisi kapal di atas garis air tidak boleh kurang dari rumus :
( Rules BKI 2013 Volume II, Section 4, B)


Ps = Po CF (+)KN/m2

Dimana :
Po1 = 12,71 KN/m2 (untuk pelat geladak dan geladak cuaca)
Po2 = 9,54 KN/m2 (untuk stiffener, main frame, deck beam)
Po3 = 7,63 KN/m2 (untuk web frame, stringer, girder)

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 34
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

T = 5,13 m
H = 6,88 m
Z = T + (H T)
= 5,13 + (6,88 5,13)
= 6,01 m
5
CF1 = 1,0 + [0,2 ] (untuk 0 x/L 0,2 ; buritan kapal)
5
= 1,0 + 0,63 [0,2 0,1]

= 1,79
CF2 = 1,0 (untuk 0,2 x/L 0,7 ; tengah kapal)
20
CF3 = 1,0 + [ 0,7]2 (untuk 0,7 x/L 1,0 ; haluan kapal)
20
= 1,0 + 0,63 [0,93 0,7]2

= 2,98

4.2.3.1 Beban sisi kapal di atas garis air muat untuk menghitung ketebalan pelat sisi
:
Untuk buritan kapal
20
PS1a = Po1 CF1 (10+)
20
= 12,71 1,79 (10+6,0055,13)

= 41,939 KN/m2
Untuk midship kapal
20
PS2a = Po1 CF2 (10+)
20
= 12,71 1 (10+6,0055,13)

= 23,382 KN/m2
Untuk haluan kapal
20
PS3a = Po1 CF3 (10+)
20
= 12,71 2,98 (10+6,0055,13)

= 69,775 KN/m2

4.2.3.2 Beban sisi kapal di atas garis air muat untuk menghitung main frame :

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 35
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Untuk buritan kapal


20
PS1b = Po2 CF1 (10+)
20
= 9,54 1,79 (10+6,0055,13)

= 31,456 KN/m2
Untuk midship kapal
20
PS2b = Po2 CF2 (10+)
20
= 9,54 1,0 (10+6,015,13)

= 17,54 KN/m2
Untuk haluan kapal
20
PS3b = Po2 CF3 (10+)
20
= 9,54 2,98 (10+6,015,13)

= 52,33 KN/m2

4.2.3.3 Beban sisi kapal di atas garis air muat untuk menghitung web frame :
Untuk buritan kapal
20
PS1c = Po3 CF1 (10+)
20
= 7,63 1,79 (10+6,015,13)

= 25,16 KN/m2
Untuk midship kapal
20
PS2c = Po3 CF2 (10+)
20
= 7,63 1,0 (10+6,015,13)

= 14,03 KN/m2
Untuk haluan kapal
20
PS3c = Po3 CF3 (10+)
20
= 7,63 2,98 (10+6,015,13)

= 41,87 KN/m2

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 36
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

4.2.3.4 Beban sisi kapal di atas garis air muat pada bangunan atas dan rumah geladak
Beban sisi pada bangunan atas dan rumah geladak dihitung berdasarkan formula
sebagai berikut :
( Rules BKI 2013 Volume II, Section 4, B)


Ps = Po CF (+)KN/m2

Dimana :
Po1 = 12,71 KN/m2 (untuk pelat geladak dan geladak cuaca)
Po2 = 9,54 KN/m2 (untuk stiffener, main frame, deck beam)
Po3 = 7,63 KN/m2 (untuk web frame, stringer, girder)
T = 5,13 m
H = 6,88 m
a) Beban sisi di atas garis air muat pada Poop Deck (PSP)
Untuk menghitung Pelat Kulit
Dimana :
Z1 = 7,98 m
CF1 = 1,79
Po1 = 12,71 KN/m2
Sehingga :
20
PSP1 = Po1 CF1 (10+)
20
= 12,71 1,79 (10+7,985,13)

= 35,49 KN/m2

Untuk menghitung Main Frame


Dimana :
Z1 = 7,98 m
CF1 = 1,79
Po2 = 9,54 KN/m2
Sehingga :
20
PSP2 = Po2 CF1 (10+)
20
= 9,535 1,793 (10+7,985,13)

= 26,62 KN/m2

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 37
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Untuk menghitung Web Frame dan Stinger


Dimana :
Z1 = 7,98 m
CF1 = 1,79
Po3 = 7,63 KN/m2
Sehingga :
20
PSP3 = Po3 CF1 (10+)
20
= 7,62 1,793 (10+7,985,13)

= 21,30 KN/m2

b) Beban sisi di atas garis air muat pada Boat Deck (PSB)
Untuk menghitung Pelat Kulit
Dimana :
Z2 = 10,28 m
CF1 = 1,79
Po1 = 12,71 KN/m2
Sehingga :
20
PSB1 = Po1 CF1 (10+)
20
= 12,71 1,79 (10+10,28 5,13)

= 30,11KN/m2
Untuk menghitung Main Frame
Dimana :
Z2 = 10,28 m
CF1 = 1,79
Po2 = 9,54 KN/m2
Sehingga :
20
PSB2 = Po2 CF1 (10+)
20
= 9,54 1,79 (10+10,28 5,13)

= 22,58 KN/m2
Untuk menghitung Web Frame dan Stinger
Dimana :

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 38
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Z2 = 10,28 m
CF1 = 1,79
Po3 = 7,63 KN/m2
Sehingga :
20
PSB3 = Po3 CF1 (10+)
20
= 7,63 1,79 (10+10,28 5,13)

= 18,06 KN/m2

c) Beban sisi di atas garis air muat pada Bridge Deck


Untuk menghitung Pelat Kulit
Dimana :
Z3 = 12,68 m
CF1 = 1,79
Po1 = 12,71 KN/m2
Sehingga :

20
PSBR1 = Po1 CF1 (10+)

20
= 12,71 1,79 (10+12,68 5,13)

= 25,99 KN/m2
Untuk menghitung Main Frame
Dimana :
Z3 = 12,68 m
CF1 = 1,79
Po2 = 9,54 KN/m2
Sehingga :

20
PSBR2 = Po2 CF1 (10+)

20
= 9,54 1,79 (10+12,68 5,13)

= 19,49 KN/m2

Untuk menghitung Web Frame dan Stinger

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 39
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Dimana :
Z3 = 12,68 m
CF1 = 1,79
Po3 = 7,63 m2
Sehingga :
20
PSBR3 = Po3 CF1 (10+)
20
= 7,63 1,79 (10+12,68 5,13)

= 15,59 KN/m2

d) Beban sisi di atas garis air muat pada Navigation Deck (PSN)
Untuk menghitung Pelat Kulit
Dimana :
Z4 = 15,08 m
CF1 = 1,79
Po1 = 12,71 KN/m2
Sehingga :
20
PSN1 = Po1 CF1 ( )
10+
20
= 12,71 1,79 (10+15,08 5,13)

= 22,86 KN/m2
Untuk menghitung Main Frame
Dimana :
Z4 = 15,08 m
CF1 = 1,79
Po2 = 9,54 KN/m2
Sehingga :
20
PSN2 = Po2 CF1 (10+)
20
= 9,54 1,79 (10+15,08 5,13)

= 17,15 KN/m2
Untuk menghitung Web Frame dan Stinger
Dimana :
Z4 = 15,08 m

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 40
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

CF1 = 1,79
Po3 = 7,63 KN/m2
Sehingga :
20
PSN3 = Po3 CF1 (10+)
20
= 7,63 1,79 (10+15,08 5,13)

= 13,72 KN/m2

e) Beban sisi di atas garis air muat pada Geladak Akil (Fore Castle Deck)
Untuk menghitung Pelat Kulit
Dimana :
Z5 = 7,98 m
CF3 = 2,98
Po1 = 12,71 KN/m2
Sehingga :
20
PSF1 = Po1 CF3 (10+)
20
= 12,71 2,98 (10+7,98 5,13)

= 59,05 KN/m2
Untuk menghitung Main Frame
Dimana :
Z5 = 12,71
CF3 = 2,98
Po2 = 9,54 KN/m2
Sehingga :
20
PSF2 = Po2 CF3 (10+)
20
= 9,54 2,98 (10+7,98 5,13)

= 44,29 KN/m2
Untuk menghitung Web Frame dan Stinger
Dimana :
Z5 = 12,71
CF3 = 2,98
Po3 = 7,63 KN/m2

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 41
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Sehingga :
20
PSF3 = Po3 CF3 (10+)
20
= 7,63 2,98 (10+7,98 5,13)

= 35,43 KN/m2

4.2.4 Beban Alas Kapal (Load On The Ship Bottom)


2.3.4.1 Pengertian
Beban Alas Kapal (load on the ship bottom) merupakan perhitungan yang meliputi
pada semua beban alas kapal termasuk beban luar alas kapal dan beban alas dalam.
Fungsinya untuk mementukan perhitungan tebal plat double bottom pada ukuran-ukuran
gading dan semua ukuran profil yang turut menahan beban alas kapal. Beban alas kapal
dihitung menurut rumus BKI 2013 Volume II Sect 4.B.3

2.3.4.2 Beban Luar Alas Kapal


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 4.B. 4-3 )
Beban luar alas kapal dihitung untuk menentukan konstruksi alas berdasarkan
rumus :

PB = (10 T) + (Po CF ) (KN/m2)


Dimana :

Po1 = 12,71 KN/m2 (untuk pelat geladak dan geladak cuaca)


Po2 = 9,54 KN/m2 (untuk stiffener, main frame, deck beam)
Po3 = 7,63 KN/m2 (untuk web frame, stringer, girder)

Cf = 1,79 (untukburitan kapal)


Cf = 1,0 (untuk tengah kapal)
Cf = 2,98 (untuk haluan kapal)
Untuk menghitung plat dan geladak cuaca
1) Beban luar alas untuk daerah buritan kapal
PB1a = (10 5,13) + (12,71 1,79)
= 74,10 KN/m2
2) Beban luar alas untuk daerah tengah kapal
PB2a = (10 5,13) + (12,71 1,0)

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 42
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 64,01 KN/m2
3) Beban luar alas untuk daerah haluan kapal
PB3a = (10 5,13) + (12,71 2,98)
= 89,24 KN/m2

Untuk menghitung main frame dan deck beam.


1) Beban luar alas untuk daerah buritan kapal
PB1b = (10 5,13) + (9,54 1,79)
= 68,40 KN/m2
2) Beban luar alas untuk daerah tengah kapal
PB2b = (10 5,13) + (12,71 1,0)
= 60,84 KN/m2
3) Beban luar alas untuk daerah haluan kapal
PB3b = (10 5,13) + (9,54 2,98)
= 79,76 KN/m2

Untuk menghitung web frame, stringer, web stiffner.


1) Beban luar alas untuk daerah buritan kapal
PB1c = (10 5,13) + (7,63 1,79)
= 64,98 KN/m2
2) Beban luar alas untuk daerah tengah kapal
PB2c = (10 5,13) + (7,63 1,0)
= 58,93 KN/m2
3) Beban luar alas untuk daerah haluan kapal
PB3c = (10 5,13) + (7,63 2,98)
= 74,06 KN/m2

2.3.4.3. Beban Alas Dalam Kapal


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 4.D.4-5 )
Beban alas dalam kapal dihitung berdasarkan rumus :

Pi = 9,81. G/V. H. (1 + av) (KN/m2)


Dimana :
G = Berat muatan bersih

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 43
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 1849,23ton (Perhitungan dari tugas prarancangan kapal


h = Titik tertinggi muatan dari alas dalam
= H hdb
= 6,88-0,881
= 5,999 m
V = Volume muatan kapal
= 4860,6 m3
G/V = 0,38 ton/m3
av = F m
Dimana :

Vo
F = 0,11
L

Vo = Kecepatan dinas kapal = 12 Knot


L = 69,8 m
Jadi :
12,0
F = 0,11
69,80
= 0,16
m0 = 1,5 + 0,16
= 1,66
m = Faktor Distribusi
m1 = m0 5(m0 1)x/L (buritan kapal)
= 1,66 5 (1,66-1) 0,1
= 1,33
m2 = 1 (tengah kapal)
mo 1
m3 = 1 + (x/L 0,7)
0,3
1,66 1
=1+ (0,9 0,7)
0,3
= 2,77
sehingga :
av1 = F m1 untuk daerah buritan kapal

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 44
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 0,21
av2 = F m2 untuk daerahtengah kapal
= 0,16
av3 = F m3 untuk daerah haluan kapal
= 0,44
1) Beban alas dalam untuk daerah buritan kapal
Pi1 = 9,81 (G/V) H (1 + av1 )
= 9,81 0,38 5,999 (1 + 0,21)
= 27,09 KN/m2
2) Beban alas dalam untuk daerah tengah kapal
Pi2 = 9,81 (G/V) H (1 + av2 )
= 9,81 0,38 5,999 (1 + 0,16)
= 25,93 KN/m2
Beban alas dalam untuk daerah haluan kapal
Pi3 = 9,81 (G/V) H (1 + av3 )
= 9,81 0,38 5,999 (1 + 0,44)
= 32,20 KN/m2

3.3 KONSTRUKSI LAMBUNG


3.3.1 Pengertian
Konstruksi lambung adalah komponen-komponen perangkat konstruksi yang
terdapat pada bagian kulit kapal sepanjang dari haluan sampai buritan.Komponen konstruksi
ini termasuk pelat konstruksi lambung (pelat sisi, pelat lajur alas, pelat lajur bilga), gading
besar (web frame), gading-gading utama (main frame), dan senta sisi (side stringer).

4.3 Plat Konstruksi Lambung


4.3.1 Plat Sisi
Menurut BKI 2013 Volume II Section 6.C.1.1jarak gading normal antara 0,2 panjang
kapal dari FP sampai sekat ceruk buritan adalah = 600 mm. Di depan sekat tubrukan dan di
belakang sekat ceruk buritan jarak gading tidak boleh melebihi 600 mm. Perhitungan gading
utama sesuai dengan ketentuan (BKI 2013 Sec 9. A.2.1).

2.2.1.1 Tebal pelat sisi kapal di bawah garis muat adalah sebagai berikut

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 45
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

( Rules BKI 2012 Volume II, Section 6, C 6-3 )

tS= 1,21 a + tk ( mm )
Dimana :
a = 0,60
PS1 = 57,38 KN/m2 (untuk buritan kapal)
PS2 = 35,49 KN/m2 (untuk midship kapal)
PS3 = 81,40 KN/m2 (untuk haluan kapal)
k = Faktor untuk baja yaitu 1
tk = marjin korosi yaitu 2,5
Tebal Pelat Sisi Minimum (BKI Volume II Section 6-2)
tS min = L 50 m
= 69,80 1
= 8,4 mm diambil 9 mm
= 9 + 1,5 (untuk plat alas) = 10.50 mm
1) Tebal pelat sisi pada 0,05 L pada buritan kapal tidak boleh kurang dari
tS1 = 1,21 0,60 57,38 1+ 2,5
= 8,0 mm 10 mm (diambil tebal minimum)
2) Tebal pelat sisi pada daerah midship
tS2 = 1,21 0,60 35,49 1+ 2,5
= 6,8 mm 10 mm (diambil tebal minimum)
3) Tebal pelat sisi pada daerah haluan kapal
tS3 = 1,21 0,60 81,40 1+ 2,5
= 9,1 mm 10 mm (diambil tebal minimum)

2.2.1.1 Tebal Pelat Sisi Kapal Di Atas Garis Muat Adalah Sebagai Berikut
( Rules BKI 2012 Volume II, Section 6, C 6-3)

tS= 1,21 a + tk ( mm )
Dimana :
a = 0,60
PS1 = 41,94 KN/m2 (untuk buritan kapal)
PS2 = 23,38 KN/m2 (untuk midship kapal)
PS3 = 69,78 KN/m2 (untuk haluan kapal)

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 46
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

k = Faktor untuk baja yaitu 1


tk = marjin korosi yaitu 2,5
Tebal Pelat Sisi Minimum (BKI Volume II Section 6-2)
tS min = L 50 m
= 69,80 1
= 8,4 mm diambil 10 mm
= 9,8 + 1,5 (untuk plat alas) = 11,3 mm
1) Tebal pelat geladak pada 0,5 L pada buritan kapal tidak boleh kurang dari
tS1 = 1,21 0,60 41,94 1+ 2,5
= 7,2 mm 10 mm (diambil tebal minimum)
2) Tebal pelat geladak pada daerah midship
tS2 = 1,21 0,60 23,38 1+ 2,5
= 6,0 mm 10 mm (diambil tebal minimum)
3) Tebal pelat geladak pada daerah haluan kapal
tS3 = 1,21 0,60 69,78 1+ 2,5
= 8,6 mm 10 mm (diambil tebal minimum)
2.2.1.1 Menentukan Tebal Plat Sisi Bangunan Atas
( Rules BKI 2012 Volume II, Section 6, C 6-3)
Tebal pelat sisi bangunan atas pada kapal tidak boleh kurang dari :

tS= 1,21 a + tk ( mm )
Dimana :
a = 0,60
PS = Beban sisi bangunan atas yang tergantung pada jenis bangunan atas
PSP = 35,49 KN/m2
PSB = 30,11 KN/m2
PSBR = 25,99 KN/m2
PSN = 22,86 KN/m2
PSF = 59,05 KN/m2
k = Faktor untuk baja yaitu 1
tk = marjin korosi yaitu 2,5
1) Tebal pelat sisi kimbul (poop deck)
ts poop = 1,21 0,60 35,49 1+ 2,5

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 47
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

=6,80 mm 9 mm
2) Tebal pelat sisi sekoci (boat deck)
ts boat = 1,21 0,60 30,11 1+ 2,5
= 6,5 mm 9 mm
3) Tebal pelat sisi bridge deck
ts bridge = 1,21 0,60 25,99 1+ 2,5
= 6,2 mm 9 mm
4) Tebal pelat sisi navigation deck
ts nav = 1,21 0,60 22,86 1+ 2,5
= 6,0 mm 9 mm
5) Tebal pelat sisi forecastle deck
ts for = 1,21 0,60 59,05 1+ 2,5
= 8,1 mm 9 mm

4.3.2 Plat Lajur Atas (Sheer Strake)


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 6, B 6-2/20 )
a. Lebar pelat lajur atas tidak kurang dari :
B=800 + 5 L (mm)
Sehingga :
B =800 + 5 69,80
=1149 mm atau 1,15 m
= 1,15 m
b. Tebal pelat lajur atas di luar midship umumnya tebalnya sama denganpada sisi daerah
ujung kapal tetapi tidak boleh lebih dari 10% nya.
Tebal plat lajur atas pada buritan sama dengan tebal plat sisi pada daerah yang sama
= (10 % ts) + ts = 11 mm
Tebal plat lajur atas pada daerah tengahsama dengan tebal plat sisi pada daerah yang
sama = (10 % ts) + ts = 11 mm
Tebal plat lajur atas pada daerah haluansama dengan tebal plat sisi pada daerah yang
sama = (10 % ts) + ts = 11 mm

4.3.3 Kubu-Kubu atau Bulwark

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 48
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

( Rules BKI 2013 Volume II, Section 6, K 6-19/20 )


a. Tebal pelat bulwark tidak boleh kurang dari :

t=[, ] untuk L < 90

Sehingga :

t = [0,75 ]
1000
69,80
= [0,75 ] 69,80
1000

= 5,683mm atau 6 mm
b. Untuk tinggi bulwark tidak boleh kurang dari 1 meter. Dengan syarat yang lebih rendah
dapat disetujui jika disediakan perlindungan yang memadai.
c. Modulus stay bulwark
Kubu-kubu harus ditumpu dengan penumpu kubu kubu yang dipasang pada setiap
dua jarak gading. Maka modulus penumpu kubu-kubu ( stay bulwark ) yang terhubung ke
geladak tidak boleh kurang dari :
W =
Dimana
p =beban geladak yaitu 9,49 KN/m2
e = jarak antar stay
= 3 x ao
= 3 x 0,6
= 1,08 m
l = panjang stay yaitu 1 m
Sehingga,
W =
= 4 x 9,49 x 1,80 x 12
= 68,34 cm3
Setelah mendapatkan hasil perhitungan modulus maka modulus yang tersedia pada
ANNEX BKI adalah 74 cm3 adalah 100 50 10

4.3.4 Lubang Pembebasan ( Freeing Ports )


( Rules BKI 2013 Volume II, Section D,E, 21-5/21 )

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 49
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Bila kubu-kubu pada bagian terbuka dari geladak lambung timbul dan/atau geladak
bangunan atas membentuk sumur, maka harus diadakan fasilitas yang cukup untuk dengan
cepat membebaskan geladak dari air. Luas lubang pembebasan minimum pada tiap sisi kapal
adalah :
A = 0,07 l ( Untuk l > 20 m)
Dimana ;
l = 0,07 LBP
= 0,07 69,8 m
= 48,86 m
Sehingga :
A = 0,07 48,86
= 3,420 m2 = 3420 mm2

4.3.5 Gading-Gading Utama (Main Frame)


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 9, A 9-2/12 )
Modulus gading utama tidak boleh kurang dari :
W = n c a l2 ps Cr k
Dimana :
k =1
n = 0,9 0,0035 LBP
= 0,9 0,035 (69,80)
= 0,66
a = L/500 + 0,48
= 69,80/500 + 0,48
= 0,62 diambil 0,60
l = panjang tak ditumpu
lburitan = H HDB Kamar Mesin
= 6,88 1,32
= 5,558 m
lmidship = H HDB
= 6,88 0,88
= 6,0 m
lhaluan = H HDB

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 50
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 6,88 0,88
= 6,0 m
PS1 = 48,33 KN/m2 (untuk buritan kapal)
PS2 = 36,32 KN/m2 (untuk midship kapal)
PS3 = 66,34 KN/m2 (untuk haluan kapal)
Crmin = 0,75
c = 0,60
Jadi :
1) Modulus gading utama pada daerah buritan (kamar mesin)
W = n c a l2 ps Cr k
= 0,66 0,60 0,60 (5.559)2 48,33 0,75 1
= 264,346 cm3
Maka profil gading utama di bagian buritan di bawah tween deck yang ada di
ANNEX BKI adalah 280 cm3 dengan profil L adalah 150 100 14 dengan bracket 280
9,5

14
150

100

2) Modulus gading utama pada daerah midship


W = n c a l2 ps Cr k
= 0,66 0,60 0,60 (6,00)2 36,32 0,75 1
= 231,3937 cm3
Maka profil gading utama di bagian midship di bawah tween deck yang ada di
ANNEX BKI adalah 240 cm3 dengan profil L adalah 150 100 10 dengan bracket 270
9,0

10
150

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 51
100
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

3) Modulus gading utama pada daerah haluan


W = n c a l2 ps Cr k
= 0,66 0,60 0,60 (6,0)2 66,34 0,75 1
= 422,70 cm3
Maka profil gading utama di bagian midship yang ada di ANNEX BKI adalah 460
cm3 dengan profil L adalah 250 90 12 dengan bracket 330 11,0

12
250

90

4) Modulus gading utama pada daerah haluan di bawah


W = n c a l2 ps Cr k
= 0,66 0,60 0,60 (6,0)2 66,34 0,75 1
= 422,70 cm3
Maka profil gading utama di bagian midship yang ada di ANNEX BKI adalah 460
cm3 dengan profil L adalah 250 90 12 dengan bracket 330 11,0

12
250

90

4.3.6 Gading Gading Besar Pada Kapal


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 9, A 9-5/12 )
Modulus gading besar tidak boleh kurang dari :

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 52
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

W = 0,55 e l2 Ps n k

Dimana :
a = 0,60
e =3a
= 3 0,60
= 1,8 m
l = panjang tak ditumpu
lburitan = H HDB Kamar Mesin
= 6,88 1,32
= 5,558 m
lmidship = H HDB
= 6,88 0,88
= 6,0 m
lhaluan = H HDB
= 6,88 0,88
= 6,0 m

PS1c = 42,80 KN/m2 (untuk buritan kapal)


PS2c = 33,29 KN/m2 (untuk midship kapal)
PS3c = 57,31 KN/m2 (untuk haluan kapal)
n = 0,5 (karena terpotong oleh satu stringer)

k = 1,0
Jadi :
1) Modulus gading besar pada kamar mesin
W = 0,55 e l2 PS k
= 0,55 1,8 (5,558)2 42,90 1
= 1312,224 cm3

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 53
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Maka profil gading besar di bagian buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 1320
cm3 dengan profil T adalah 360 30 dengan bracket 480 12
Perencanaan profil T
h = 360 mm = 36 cm
s = 30 mm = 3 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,8 42,90 2,56 1
= 21,46 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 3 = 120 cm
fs = h s = 36 3 = 108 cm
F = b td = 120 1 = 120 cm
b` = f/s = 21,46 / 3 = 7,15
fs/F = 108 / 120 = 0,90
f/F = 21,46 / 120 = 0,18
modulus dari diagram w = 0,38
Wo =wFh
= 0,38 120 36
= 1641,6 cm3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 360 10 ( b`) 30
= 360 72 30
Bracket = 480 12

30
360

33

2) Modulus gading besar pada daerah midship

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 54
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Karena gading terpotong oleh satu stringer, makan n = 0,5


W = 0,55 e l2 PS n k
= 0,55 1,8 (6,00)2 33,29 0,5 1
= 593,06 cm3
Maka profil gading besar di bagian midship yang ada di ANNEX BKI adalah 640
cm3 dengan profil T adalah 300 21 dengan bracket 370 12
Perencanaan profil T
h = 300 mm = 30 cm
s = 21 mm = 2,1 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,80 33,29 6.00 1
= 17,97 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1,0 cm
b = 40 s = 40 2,1 = 84 cm
fs = 30 s = 30 2,1 = 63 cm
F = b td = 84 1,0 = 84 cm
b` = f/s = 17,97 / 2,1 = 8,56
fs/F = 66 / 84,0 = 0,75
f/F = 17,79/ 84,0 = 0,21
modulus dari diagram W = 0,4
Wo =wFh
= 0,4 84,00 30
= 1008,0 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 300 86 21
Bracket = 380 12

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 55
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

21
300

86

3) Modulus gading besar pada daerah haluan

Karena gading terpotong oleh satu stringer, makan n = 0,5


W = 0,55 e l2 PS n k
= 0,55 1,80 (6,0)2 57,31 0,50 1
= 1020,97 cm3
Maka profil gading utama di bagian midship yang ada di ANNEX BKI adalah 340
cm3 dengan profil T adalah 380 22 dengan bracket 440 14
Perencanaan profil T
h = 380 mm = 38 cm
s = 22 mm = 2,2 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,80 57,31 6,0 1
= 30,94 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1,0 cm
b = 40 s = 40 2,2 = 88 cm
fs = h s = 38 2,2 = 83,6 cm
F = b td = 88 1 = 88 cm
b` = f/s = 30,94 / 2,2 = 14,07
fs/F = 83,6 / 88,00 = 0,95
f/F = 30,94 / 88,00 = 0,35
modulus dari diagram W = 0,59

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 56
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Wo =wFh
= 0,56 88,00 38
= 1973,0 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 380 10 ( b`) 22
= 380 141 22
Bracket = 440 14

22
380

141

4.3.7 Sentas Sisi (Side Stringer)


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 9A.5.3 )
Modulus penampang balok geladak tidak boleh kurang :
W = 0,55 e l2 Ps nc k (cm3)
Dimana :

a = 0,6
e =3a
= 3 0,6
= 1,8
l = 1,97 m
PS1c = 42,90 KN/m2 (untuk buritan kapal)
PS2c = 33,29 KN/m2 (untuk midship kapal)
PS3c = 57,31 KN/m2 (untuk haluan kapal)
k = Faktor material = 1
Sehingga :
1) Senta Sisi Untuk Daerah Buritan

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 57
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

W = 0,55 e l2 PS n k
= 0,55 1,8 (1,97)242,90 0,5 1
= 82,1342 cm3
Maka profil side stringer daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 84 cm 3
dengan profil T adalah 160 10 dengan bracket 180 7
Perencanaan profil T
h = 160 mm = 16 cm
s = 10 mm = 1,0 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,8 1,97 42,90 1
= 3,80 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1,0 = 40 cm
fs = 16 s = 16 1,0 = 16 cm
F = b td = 40 1 = 40 cm
b` = f/s = 3,80 / 1,0 = 3,80
fs/F = 16,0 / 40 = 0,40
f/F = 3.80 / 40 = 0,22
modulus dari diagram W = 0,34
Wo =wFh
= 0,34 40 16
= 217,6 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 160 10 ( b`) 10
= 160 30 10
Bracket = 180 7

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 58
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

10
160

30

2) Senta Sisi Untuk Daerah Midship

W = 0,55 e l2 PS n k
= 0,55 1,8 (1,97)2 33,29 0,5 1
= 63,7384 cm3
Maka profil side stringer daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 64 cm 3
dengan profil T adalah 140 10 dengan bracket 160 6,5
Perencanaan profil T
h = 140 mm = 14 cm
s = 10 mm = 1 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,8 33,29 1,97 1
= 5,89 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1 = 40 cm
fs = 14 s = 14 1 = 14 cm
F = b td = 40 1 = 40 cm
b` = f/s = 5,89 / 1 = 5,89
fs/F = 14 / 40 = 0,75
f/F = 5,89 / 40 = 0,15
modulus dari diagram W = 0,25
Wo =wFh
= 0,25 40 14
= 140,0 m3
Wo W = memenuhi

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 59
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Profilnya yaitu
Profil = 140 10 ( b`) 10
= 140 59 10
Bracket = 160 6,5

10
140

59

3) Senta Sisi Untuk Daerah Haluan

W = 0,55 e l2 PS n k
= 0,55 1,8 (1,97)257,31 0,5 1
= 109,728 cm3
Maka profil side stringer daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 115 cm 3
dengan profil T adalah 160 13 dengan bracket 200 7,5
Perencanaan profil T
h = 160 mm = 16 cm
s = 13 mm = 1,3 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,8 1,97 57,31 1
= 10,14 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1,3 = 52 cm
fs = 16 s = 16 1,3 = 20,8 cm
F = b td = 52 1 = 52 cm

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 60
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

b` = f/s = 10,14 / 1,3 = 7,80


fs/F = 20,8 / 52 = 0,40
f/F = 10,14 / 52 = 0,20
modulus dari diagram W = 0,34
Wo =wFh
= 0,34 52 16
= 282,9 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 160 10 ( b`) 13
= 180 78 16
Bracket = 200 7,5

13
160

78

KONSTRUKSI DECK
3.1 Pengertian
Konstruksi deck adalah komponen komponen perangkat konstruksi yang terdapat
pada bagian geladak kapal sepanjang dari haluan sampai buritan. Komponen konstruksi
ini termasuk plat konstruksi geladak, pelintang deck (deck transverse), pembujur geladak
(deck longitudional), center deck girder dan side deck girder.

3.2 Plat Geladak Kekuatan


3.2.1 Menghitung Plat Geladak
( Rules BKI 2013 Volume II, Section 7, A 7-5/9 )

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 61
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Tebal pelat geladak cuaca pada kapal tidak boleh kurang dari :

tG= 1,21 a + tk ( mm )
Dimana :
a = 0,6
PD1a = 15,82 KN/m2 (untuk buritan kapal)
PD2a = 15,82 KN/m2 (untuk midship kapal)
PD3a = 15,83 KN/m2 (untuk haluan kapal)
k = Faktor untuk baja yaitu 1
tk = marjin korosi yaitu 2,5
Tebal Pelat Minimum
tG min = (4,5 + 0,05 L)
= (4,5 + 0,05 69,80) 1
= 7,99 mm diambil 10 mm
1) Tebal pelat geladak pada 0,1 L pada buritan kapal tidak boleh kurang dari :
tG1 = 1,21 0,6 15,82 1+ 2,5
= 5,39 mm 10 mm (diambil tebal minimum)
2) Tebal pelat geladak pada daerah midship
tG2 = 1,21 0,6 15,82 1+ 2,5
= 5,39 mm 10 mm (diambil tebal minimum)
3) Tebal pelat geladak pada daerah haluan kapal
tG3 = 1,21 0,6 15,82 1+ 2,5
= 5,39 mm 10 mm (diambil tebal minimum)

3.3. Balok Geladak (Deck Beam)


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 10.B.1 )
Balok geladak (deck beam) pada geladak atas dan geladak antara memiliki ukuran
yang sama.Modulus balok geladak dihitung berdasarkan rumus
W = c a PD l2 k (cm3)
Dimana :
c = 0,75 untuk beam
a = Jarak gading yang direncanakan untuk midship = 0,60 m
a = Jarak gading yang direncanakan untuk haluan dan buritan = 0,60 m

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 62
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

k = Faktor material = 1
PD1b = 11,86 KN/m2 (untuk buritan kapal)
PD2b = 11,86 KN/m2 (untuk midship kapal)
PD3b = 11,86 KN/m2 (untuk haluan kapal)
a. Modulus penampang balok geladak pada buritan
Modulus penampang balok geladak pada kamar mesin, ceruk buritan dari AP tidak
boleh kurang dari :
W = c a PD1b l2 k
Dimana
c = 0,75 untuk beam
a = Jarak gading untuk haluan dan buritan = 0,60 m
k = Faktor material = 1
PD1b= 11,86 KN/m2
l = 2,95 m
W = 0,75 0,60 11,86 (2,95)2 1
= 46,4608 cm3
Maka profil geladak pada kamar mesin, ceruk buritan dari AP yang ada di ANNEX
BKI adalah 47 cm3 dengan profil L adalah 75 55 9 dengan bracket 140 6,5

9
75

55

b. Modulus penampang balok geladak pada daerah midship


W = c a PD2b l2 k
Dimana
c = 0,75 untuk beam
a = Jarak gading untuk daerah Midship = 0,60 m
k = Faktor material = 1,00
PD2b= 11,86 KN/m2

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 63
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

l = 2,96 m
W = 0,75 0,60 11,86 (2,95)2 1
= 46,4608 cm3
Maka profil geladak pada daerah midship yang ada di ANNEX BKI adalah 150 cm3
dengan profil L adalah 75 55 9 dengan bracket 140 6,5

9
75

55

c. Modulus penampang balok geladak pada daerah haluan


W = c a PD3b l2 k
Dimana
c = 0,75 untuk beam
a = Jarak gading untuk haluan = 0,60 m
k = Faktor material = 1
PD3b= 11,86 KN/m2
l = 2,95 m
W = 0,75 0,60 11,86 (2,95)2 1
= 46,4608 cm3
Maka profil geladak pada daerah midship yang ada di ANNEX BKI adalah 180 cm3
dengan profil L adalah 75 55 9 dengan bracket 140 6,5

75 9

55

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 64
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

3.4. Balok Geladak Besar (Strong Beam) Pada Upper Deck


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 10.B.1 )
Modulus balok geladak besar pada upper deck dihitung berdasarkan rumus
berikut :
W = c e PD l2 k (cm3)
Dimana :
c = 0,75 untuk beam
e = Lebar pembebanan pada bagian buritan dan haluan = 1,8 m
e = Lebar pembebanan pada bagian tengah kapal = 1,8 m
k = Faktor material= 1
PD1c = 9,49 KN/m2 (untuk buritan kapal)
PD2c = 9,49 KN/m2 (untuk midship kapal)
PD3c = 9,49 KN/m2 (untuk haluan kapal)
a. Modulus penampang strong beam untuk daerah buritan
W = c e l2 PD1c k
Dimana :
c = 0,75 untuk beam

e = Lebar pembebanan pada bagian buritan

= 1,8 m

k = Faktor material = 1

PD1c = 9,49 KN/m2

l = panjang tak ditumpu = 2,95 m

W = 0,75 1,8 9,49 (2,29)2 1


= 111,506 cm3
Maka profil strong beam pada daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 115
cm3 dengan profil T adalah 140 16 dengan bracket 210 7,5
Perencanaan profil T
h = 140 mm = 14 cm
s = 16 mm = 1,6 cm

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 65
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,80 2,95 9,49 1
= 2,52 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1,6 = 64 cm
fs = h s = 14 1,6 = 22,4 cm
F = b td = 64 1 =64 cm
b` = f/s = 2,52 / 1,6 = 1,57
fs/F = 22,4 / 64 = 0,35
f/F = 2,52 / 64 = 0,04
modulus dari diagram W = 0,16
Wo =wFh
= 0,16 64 14
= 143,4 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 140 10 ( b`) 16
= 140 16 16
Bracket = 210 7,5

16

140

16

b. Modulus penampang strong beam untuk daerah midship


W = c e l2 PD2c k
Dimana :

c = 0,75 untuk beam

e = Lebar pembebanan pada bagian midship = 3 ao = 1,8 m

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 66
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

k = Faktor material = 1

PD2c = 9,49 KN/m2

l = panjang tak ditumpu = 2,95 m

W = 0,75 1,8 9,49 (2,95)2 1


= 111,506 cm3
Maka profil strong beam pada daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 350
cm3 dengan profil T adalah 140 16 dengan bracket 210 7,5
Perencanaan profil T
h = 140 mm = 14 cm
s = 16 mm = 1,6 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,80 2,95 9,49 1
= 2,52 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1,6 = 64 cm
fs = h s = 14 1,6 = 22,4 cm
F = b td = 64 1 =64 cm
b` = f/s = 2,52 / 1,6 = 1,57
fs/F = 22,4 / 64 = 0,35
f/F = 2,52 / 64 = 0,04
modulus dari diagram W = 0,16
Wo =wFh
= 0,16 64 14
= 143,4 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 140 10 ( b`) 16
= 140 16 16
Bracket = 210 7,5

16
TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 67
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

140

16

c. Modulus penampang strong beam untuk daerah haluan.


W = c e l2 PD3c k
Dimana :

c = 0,75 untuk beam

e = Lebar pembebanan pada bagian haluan = 1,8 m

k = Faktor material = 1

PD3c = 9,49 KN/m2

l = panjang tak ditumpu = 2,95 m

W = 0,75 1,8 9,49 (2,95)2 1


= 111,506 cm3
Maka profil strong beam pada daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 115
cm3 dengan profil T adalah 140 16 dengan bracket 210 7,5
Perencanaan profil T
h = 140 mm = 14 cm
s = 16 mm = 1,6 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,80 2,95 9,49 1
= 2,52 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1,6 = 64 cm
fs = h s = 14 1,6 = 22,4 cm
F = b td = 64 1 = 64 cm
b` = f/s = 2,52 / 1,6 = 1,57
fs/F = 22,4 / 64 = 0,35
f/F = 2,52 / 64 = 0,04

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 68
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

modulus dari diagram W = 0,16


Wo =wFh
= 0,16 64 14
= 143,4 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 140 10 ( b`) 16
= 140 16 16
Bracket = 210 7,5

16

140

16

3.5 Pembujur Geladak (Longitudinal Deck)


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 9.B.3.1 )
Modulus longitudinal deck atau pembujur geladak dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut :
W = 83,3/pr m a l2 p (cm3)
Dimana :
K = Faktor material = 1
mk = 1 - (k/2 sin 90)
= 1 (1/2 1)
= 0,5
m = mk2/2
= 0,52/2
= 0,125
pr = 150/k
= 150/1

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 69
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 150 N/mm2
a = jarak gading bujur
= 5 ao
= 5 0,6 m
=3m
l = panjang tak ditumpu
= 0,6 m
PD2b = beban geladak
= 11,86 KN/m2
Sehingga :
W = 83,3/pr m a l2 p
= 83,3/150 0,125 3,00 (0,6)2 11,86
= 8,9 cm3
Maka profil geladak pada daerah midship yang ada di ANNEX BKI adalah 16 cm3
dengan profil L adalah 60 40 5 dengan bracket 100 6,5

60 5

40

KONSTRUKSI DECK HOUSE DAN SUPER STRUCTURE


5.1 Pengertian
Konstruksi yang ada pada bangunan atas.Adapun konstruksi yang ada pada bangunan
atas meliputi:Balok geladak bangunan atas(deck beam),Strong beam,Center deck
girder,Side deck girder,main frame,web frame.

5.2. Tebal Plat Geladak Bangunan Atas


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 7, A 7-5/9 )

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 70
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Tebal pelat geladak cuaca bangunan atas pada kapal tidak boleh kurang dari :

tG= 1,21 a + tk ( mm )
Dimana :
a = 0,60
PD = Beban geladak bangunan atas yang tergantung pada jenis bangunan atas
k = Faktor untuk baja yaitu 1
tk = marjin korosi yaitu 2,5

1) Tebal pelat geladak kimbul (poop deck)


tG poop = 1,21 0,60 23,492 0,5+ 2,5
= 5,22 mm 5 mm (diambil tebal minimum)
2) Tebal pelat geladak sekoci (boat deck)
tG boat = 1,21 0,60 10,44 0,5+ 2,5
= 4,85 mm 5 mm(diambil tebal minimum)
3) Tebal pelat bridge deck
tG bridge = 1,21 0,60 7,91 0,5+ 2,5
= 4,45 mm 5 mm (diambil tebal minimum)
4) Tebal pelat navigation deck
tGnav = 1,21 0,60 7,91 0,5+ 2,5
= 4,54 mm 5 mm (diambil tebal minimum)
5) Tebal pelat forecastle deck
tG for = 1,21 0,60 15,82 0,5+ 2,5
= 5,39 mm 5 mm (diambil tebal minimum)

5.3. Balok GeladakBangunan Atas (Deck Beam)


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 10, B.1)
Modulus balok geladak dihitung berdasarkan rumus
W = c a PD l2 k (cm3)
Dimana :
c = 0,75 untuk beam
a = Jarak gading yang direncanakan untuk midship = 0,60 m

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 71
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

k = Faktor material = 1,00


l = 3
PDP = 10,56 KN/m3 (untuk poop deck)
PDB = 7,83 KN/m3 (untuk boat deck)
PDBR = 5,93 KN/m3 (untuk bridge deck)
PDN = 5.93 KN/m3 (untuk navigation deck)
PDF = 11,86 KN/m3 (untuk forecastle deck)
a. Modulus penampang balok geladak pada poop deck
W = c a PDp l2 k
= 0,75 0,60 10,56 (3,00)2 1
= 42,7637 cm3
Maka profil deck beam pada poop deck yang ada di ANNEX BKI adalah 43cm3
dengan profil L adalah 90 60 6 dengan bracket 140 6,5

90
6

60

b. Modulus penampang balok geladak pada boat deck


W = c a PDB l2 k
= 0,75 0,60 7,83 (3,00)2 1
= 31,7124 cm3
Maka profil deck beam pada boat deck yang ada di ANNEX BKI adalah 35 cm3
dengan profil L adalah 75 50 7 dengan bracket 110 6,5

75
7

50

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 72
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

c. Modulus penampang balok geladak pada bridge deck


W = c a PDBR l2 k
= 0,75 0,60 5,93 (3,00)2 1
= 24,0245 cm3
Maka profil deck beam pada bridge deck yang ada di ANNEX BKI adalah 25 cm3
dengan profil L adalah 75 50 5 dengan bracket 110 6,5

75
5

50
d. Modulus penampang balok geladak pada navigation deck
W = c a PDN l2 k
= 0,75 0,60 5,93 (3,00)2 1
= 24,0245 cm3
Maka profil deck beam pada navigation deck yang ada di ANNEX BKI adalah 25
cm3 dengan profil L adalah 75 50 5 dengan bracket 110 6,5

75
5

50

e. Modulus penampang balok geladak pada forecastle deck


W = c a PDF l2 k
= 0,75 0,60 11,86 (3,00)2 1
= 48,0491 cm3
Maka profil deck beam pada navigation deck yang ada di ANNEX BKI adalah 52
cm3 dengan profil L adalah 80 65 8 dengan bracket 150 6,5

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 73
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

80
8

65
5.3. Balok Geladak Besar Bangunan Atas (Strong Beam)
( Rules BKI 2013 Volume II, Section 10.B.1 )
Modulus balok geladak besar pada upper deck dihitung berdasarkan rumus
berikut :
W = c e PD l2 k (cm3)
Dimana :
c = 0,75 untuk beam
e = Lebar pembebanan pada bangunan atas = 1,8
k = Faktor material= 1,00
PDP = 8,45 KN/m3 (untuk poop deck)
PDB = 6,26 KN/m3 (untuk boat deck)
PDBR = 4,75 KN/m3 (untuk bridge deck)
PDN = 4,75 KN/m3 (untuk navigation deck)
PDF = 9,49 KN/m3 (untuk forecastle deck)

a. Modulus penampang strong beam untuk poop deck


W = c e l2 PDP k
Dimana :
c = 0,75 untuk beam
e = Lebar pembebanan pada poop deck
= 1,8 m
k = Faktor material = 1,00
PDP = 14,095 KN/m2
l = panjang tak ditumpu = 3,00 m
W = 0,75 1,8 8,45 (3,00)2 1,00
= 102,633 cm3

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 74
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Maka profil strong beam pada poop deck yang ada di ANNEX BKI adalah 105 cm 3
dengan profil T adalah 160 12 dengan bracket 200 7,5
Perencanaan profil T
h = 160 mm = 16 cm
s = 12 mm = 1,2 cm
f = 0.05 e l PD k
= 0,05 1,80 3,00 8,45 1
= 2,28 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1,2 = 48 cm
fs = h s = 16 1,2 = 19,2 cm
F = b td = 48,00 1 = 48,00 cm
b` = f/s = 2,28 / 1,2 = 1,90
fs/F = 19,2 / 48,00 = 0,8125
f/F = 2,28 / 48,00 = 0,12
modulus dari diagram W = 0,18
Wo =wFh
= 0,18 48,00 16
= 138,2 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 160 10 ( b`) 12
= 160 19 12
Bracket = 220 7,5

12

160

19

b. Modulus penampang strong beam untuk boat deck

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 75
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

W = c e l2 PDB k
Dimana :
c = 0,75 untuk beam
e = Lebar pembebanan pada boat deck
= 1,8 m
k = Faktor material = 1,00
PDB = 6,26 KN/m2
l = panjang tak ditumpu = 3,00 m
W = 0,75 1,8 6,26 (3,00)2 1,00
= 76,1097 cm3
Maka profil strong beam pada boat deck yang ada di ANNEX BKI adalah 80 cm 3
dengan profil T adalah 140 12 dengan bracket 180 7
Perencanaan profil T
h = 140 mm = 14 cm
s = 12 mm = 1,2 cm
f = 0.05 e l PD k
= 0,05 1,80 3,00 6,26 1
= 4,561 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1 ,2 = 48 cm
fs = h s = 14 1,2 = 16,8 cm
F = b td = 48,00 1 = 48,00 cm
b` = f/s = 1,69 / 1,1 = 1,41
fs/F = 16,8 / 48,00 = 0,35
f/F = 4,561 / 44,8 = 0,10
modulus dari diagram W = 0,16
Wo =wFh
= 0,16 48,00 112
= 107,5 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 140 10 ( b`) 12
= 140 14 12

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 76
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Bracket = 180 7

12

140

14

c. Modulus penampang strong beam untuk bridge deck


W = c e l2 PDBR k
Dimana :
c = 0,75 untuk beam
e = Lebar pembebanan pada bridge deck
= 1,8 m
k = Faktor material = 1,00
PDBR = 4,75 KN/m2
l = panjang tak ditumpu = 3,00 m
W = 0,75 1,8 4,75 (3,00)2 1,00
= 57,6589 cm3
Maka profil strong beam pada bridge deck yang ada di ANNEX BKI adalah 58 cm 3
dengan profil T adalah 150 8 dengan bracket 160 6,5
Perencanaan profil T
h = 120 mm = 12 cm
s = 12 mm = 1,2 cm
f = 0.05 e l PD k
= 0,05 1,80 3,00 4,75 1
= 1,28 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1,2 = 48 cm
fs = h s = 12 1,2 = 14,4 cm
F = b td = 48 1 = 48 cm
b` = f/s = 1,28 / 1,2 = 1,07

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 77
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

fs/F = 14,4 / 48 = 0,30


f/F = 1,28 / 48 = 0,03
modulus dari diagram W = 0,14
Wo =wFh
= 0,14 48 12
= 80,6 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 120 10 ( b`) 12
= 120 11 12
Bracket = 160 6,5

12

120

11

d. Modulus penampang strong beam untuk navigation deck


W = c e l2 PDN k
Dimana :
c = 0,75 untuk beam
e = Lebar pembebanan pada bridge deck
= 1,8 m
k = Faktor material = 1,00
PDN = 4,75 KN/m2
l = panjang tak ditumpu = 3,00 m
W = 0,75 1,8 4,75 (3,00)2 1,00
= 57,6589 cm3
Maka profil strong beam pada navigation deck yang ada di ANNEX BKI adalah 58
cm3 dengan profil T adalah 150 8 dengan bracket 160 6,5
Perencanaan profil T

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 78
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

h = 120 mm = 12 cm
s = 12 mm = 1,2 cm
f = 0.05 e l PD k
= 0,05 1,80 3,00 4,75 1
= 1,28 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1,2 = 48 cm
fs = h s = 12 1,2 = 14,4 cm
F = b td = 48 1 = 48 cm
b` = f/s = 1,28 / 1,2 = 1,07
fs/F = 14,4 / 48 = 0,30
f/F = 1,28 / 48 = 0,03
modulus dari diagram W = 0,14
Wo =wFh
= 0,14 48 12
= 80,6 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 120 10 ( b`) 12
= 120 11 12
Bracket = 160 6,5

12

120

11

e. Modulus penampang strong beam untuk forecastle deck


W = c e l2 PDF k
Dimana :
c = 0,75 untuk beam
e = Lebar pembebanan pada bridge deck

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 79
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 1,8 m
k = Faktor material = 1,00
PDF = 9,49 KN/m2
l = panjang tak ditumpu = 3,00 m
W = 0,75 1,8 9,49 (3,00)2 1,00
= 115,318 cm3
Maka profil strong beam pada forecastle deck yang ada di ANNEX BKI adalah 120
cm3 dengan profil T adalah 140 16 dengan bracket 210 7,5
Perencanaan profil T
h = 140 mm = 14 cm
s = 16 mm = 1,6 cm
f = 0.05 e l PD k
= 0,05 1,80 3,00 9,49 1
= 2,56 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1 cm
b = 40 s = 40 1,6 = 64 cm
fs = h s = 14 1,6 = 22,4 cm
F = b td = 64,00 1 = 64,00 cm
b` = f/s = 2,56 / 1,6 = 1,60
fs/F = 22,4 / 64,00 = 0,35
f/F = 2,56 / 64,00 = 0,04
modulus dari diagram W = 0,16
Wo =wFh
= 0,16 64,00 14
= 143,4 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 140 10 ( b`) 1
= 140 16 16
Bracket = 210 7,5

16

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 80
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

140

16

5.4. Modulus Gading Utama Bangunan Atas


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 9, A 9-2/12 )
Modulus gading utama pada bangunan atas tidak boleh kurang dari :
W = 0,55 a l2 PS Cr k (cm3)
1) Poop Deck
W = 0,55 a l2 PS Cr k
Dimana :
a = 0,6 m
l = panjang tak ditumpu
= 2,4 m
PSp = 26,62 KN/m2
PSb = 22,58 KN/m2
PSbr = 19,49 KN/m2
PSn = 17,15 KN/m2
Pf = 44,,29 KN/m2
Cr = 0,75
k =1

1) Poop Deck
W = 0,55 0,60 ( 2,4)2 26,62 0,75 1
= 37,94 cm3
Maka profil gading utama pada poop deck yang ada di ANNEX BKI adalah39 cm3
dengan profil L adalah 80 65 6 dengan bracket 130 6,5

6
80

65
TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 81
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

2) Boat Deck
W = 0,55 a l2 PS Cr k
Dimana :
a = 0,60 m
l = panjang tak ditumpu
= 2,4 m
PSb = 22,58 KN/m2
Cr = 0,75
k =1
W = 0,55 0,60 (2,4)2 22,58 0,75 1
= 32,18 cm3
Maka profil gading utama pada boat deck yang ada di ANNEX BKI adalah 47 cm 3
dengan profil L adalah 75 50 7 dengan bracket 130 6,5

7
75

50

3) Bridge Deck
W = 0,55 a l2 PS Cr k
Dimana :
a = 0,60 m
l = panjang tak ditumpu
= 2,4 m
PSbr = 19,49 KN/m2
Cr = 0,75

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 82
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

k =1
W = 0,55 0,60 ( 2,4)2 19,49 0,75 1
= 27,78 cm3
Maka profil gading utama pada bridge deck yang ada di ANNEX BKI adalah 43 cm3
dengan profil L adalah 80 40 6 dengan bracket 120 6,5

6
80

40

4) Navigation Deck
W = 0,55 a l2 PS Cr k
Dimana :
a = 0,60 m
l = panjang tak ditumpu
= 2,4 m
PSn = 17,15 KN/m2
Cr = 0,75
k =1
W = 0,55 0,60 (2,4)2 17,15 0,75 1
= 1,42 cm3
Maka profil gading utama pada navigation deck yang ada di ANNEX BKI adalah 37
cm3 dengan profil L adalah 60 40 5 dengan bracket 100 6,5

5
60

40

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 83
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

5) Fore Castle Deck


W = 0,55 a l2 PS Cr k
Dimana :
a = 0,60 m
l = panjang tak ditumpu
= 2,4 m
PS = 44,29 KN/m2
Cr = 0,75
k = 1
W = 0,55 0,60 (2,4)2 44,29 0,75 1
= 63,13 cm3
Maka profil gading utama pada navigation deck yang ada di ANNEX BKI adalah 74
cm3 dengan profil L adalah 85 65 10 dengan bracket 160 6,5

10
80

65

5.5 Modulus Gading Besar Pada Bangunan Atas


1) Pada Poop Deck
W = 0,75 e l2 PS n k
= 0,75 1,8 (2,4)2 21,30 1 1
= 165,598 cm3
Maka profil gading besar pada poop deck yang ada di ANNEX BKI adalah 180 cm3
dengan profil T adalah 160 18 dengan bracket 240 8,5
Perencanaan profil T
h = 160 mm = 16 cm
s = 18 mm = 1,8 cm
f = 0.05 e l PS k

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 84
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 0,05 1,80 2,4 21,30 1


= 4,60 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1,0 cm
b = 40 s = 40 1,8 = 72 cm
fs = h s = 16 1,8 = 28,8 cm
F = b td = 72 1,0 = 72,00 cm
b` = f/s = 4,60 / 1,8 = 2,56
fs/F = 28,8 / 72,00 = 0,40
f/F = 4,60 / 72,00 = 0,06
modulus dari diagram W = 0,19
Wo =wFh
= 0,19 72,00 16
= 218,9 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 160 10 ( b`) 18
= 160 26 118
Bracket = 240 8,5

18
160

26

2) Pada Boat Deck


W = 0,75 e l2 PS n k
= 0,75 1,8 (2,4)2 18,06 1 1
= 140.458 cm3
Maka profil gading besar pada boat deck yang ada di ANNEX BKI adalah 155 cm3
dengan profil T adalah 160 16 dengan bracket 220 8
Perencanaan profil T

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 85
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

h = 160 mm = 16 cm
s = 16 mm = 1,6 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,80 2,4 18,06 1
= 3,90 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1,0 cm
b = 40 s = 40 1,6 = 64 cm
fs = h s = 16 1,6 = 25,6 cm
F = b td = 64 1,0 = 64,00 cm
b` = f/s = 3,90 / 1,6 = 2,44
fs/F = 25,6 / 64,00 = 0,56
f/F = 3,90 / 64,00 = 0,06
modulus dari diagram W = 0,19
Wo =wFh
= 0,19 64,0 16
= 194,6 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 160 10 ( b`) 16
= 160 24 16
Bracket = 220 8

16

160

24

3) Pada Bridge Deck


W = 0,75 e l2 PS n k
= 0,75 1,8 (2,4)2 15,59 1 1
= 121,25 cm3

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 86
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Maka profil gading besar pada bridge deck yang ada di ANNEX BKI adalah 125 cm3
dengan profil T adalah 160 14 dengan bracket 210 7,5
Perencanaan profil T
h = 160 mm = 16 cm
s = 14 mm = 1,4 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,80 2,4 15,59 1
= 3,37 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1,0 cm
b = 40 s = 40 1,4 = 56 cm
fs = h s = 16 1,4 = 22,4 cm
F = b td = 56 1,0 = 56,00 cm
b` = f/s = 22,4 / 1,4 = 2,41
fs/F = 22,4 / 56,00 = 0,40
f/F = 3,37 / 56,00 = 0,06
modulus dari diagram W = 0,19
Wo =wFh
= 0,19 56,00 16
= 170,2 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 160 10 ( b`) 14
= 160 24 14
Bracket = 210 7,5

4) Pada Navigation Deck


W = 0,75 e l2 PS n k
= 0,75 1,8 (2,4)2 13,72 1 1
= 106,664 cm3
Maka profil gading besar pada navigation deck yang ada di ANNEX BKI adalah 115
cm3 dengan profil T adalah 160 13 dengan bracket 200 7,5
Perencanaan profil T
h = 160 mm = 16 cm

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 87
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

s = 13 mm = 1,3 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,80 2,4 13,72 1
= 2,96 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1,0 cm
b = 40 s = 40 1,3 = 52 cm
fs = h s = 16 1,3 = 20,8 cm
F = b td = 52 1,0 = 52,00 cm
b` = f/s = 2,96 / 1,3 = 2,28
fs/F = 20,8 / 52,00 = 0,40
f/F = 2,96 / 52,00 = 0,06
modulus dari diagram W = 0,19
Wo =wFh
= 0,19 52,00 16
= 158,1 m3
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 160 10 ( b`) 13
= 160 23 13
Bracket = 200 7,5

13
160

23

5) Pada Forecastle Deck


W = 0,75 e l2 PS n k
= 0,75 1,8 (2,4)2 35,43 1 1
= 275,509 cm3

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 88
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Maka profil gading besar pada forecastle deck yang ada di ANNEX BKI adalah 220
cm3 dengan profil T adalah 220 17 dengan bracket 280 9,5
Perencanaan profil T
h = 220 mm = 22 cm
s = 17 mm = 1,7 cm
f = 0.05 e l PS k
= 0,05 1,80 2,4 35,43 1
= 7,65 cm2
Tebal pelat geladak = 10 mm = 1,0 cm
b = 40 s = 40 1,7 = 68 cm
fs = h s = 22 1,7 = 37,4 cm
F = b td = 68 1,0 = 68,00 cm
b` = f/s = 7,65 / 1,7 = 4,,50
fs/F = 37,4 / 68,00 = 0,55
f/F = 7,65 / 68,00 = 0,11
modulus dari diagram W = 0,27
Wo =wFh
= 0,27 68,00 22
= 403,9
Wo W = memenuhi
Profilnya yaitu
Profil = 220 10 ( b`) 17
= 220 45 17
Bracket = 280 9,5

17
220

45

KONSTRUKSI BOTTOM DAN DOUBLE BOTTOM

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 89
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

7.1. Pengertian
Konstruksi ini terdiri dari :
Sistem konstruksi kerangka melintang dengan wrang-wrang penuh dan wrang-wrang
terbuka. Ciri-cirinya dilengkapi dengan wrang-wrang penuh pada setiap gading dibawah
kamar mesin. Jarak antar wrang penuh tidak lebih dari 3,05 m diselingi wrang terbuka.
Pada sistem ini penyangga tengah dan lempeng samping tidak terputus
Sistem konstruksi kerangka membujur dengan wrang-wrang penuh dan wrang-wrang
terbuka. Ciri-cirinya : wrang penuh dipasang dibawah gading gading kamar mesin,
kursi ketel, dinding kedap air dan ujung bracket deep tank. Penyanggah tengah diberi
bracket dengan jarak 1,25 m.

7.2. Plat Alas Kapal (Bottom Plate)


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 6.B.1.1 )
Pelat alas adalah pelat dasar yang terletak antara pelat lunas dengan pelat bilga. Tebal
plat alas kapal dihitung berdasarkan rumus:

tB= 18,3 nf a + tk ( mm )

Dimana :
a =jarak antar gading yaitu 0,60 m
PB =beban alas yang tergantung besarnya pembebanan
k =faktor bahan yaitu 1
tk =marjin korosi yaitu 2,5 mm
nf = 1,0
LB = 120/ k = 120/1 = 120 ( Untuk L 90 )
pl = 2 3 2 0,89

= 2302 3. 02 0,89 120


= 123,2
a) Tebal plat alas untuk daerah buritan kapal
1
tB1 =18,3 nf a + tk

Dimana :
a = Jarak antar gading yaitu 0,60
PB1a = Beban luar alas untuk daerah buritan kapal yaitu 74,10

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 90
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

tk = Marjin korosi yaitu 2,5


nf =1
Sehingga :
1
tB1 =18,3 nf a + tk

74,10
=18,3 1 0,60123,3 + 2,5

=11,02 mm diambil 11 mm

b) Tebal plat alas untuk daerah midship kapal


1
tB2 =18,3 nf a + tk

Dimana :
a = Jarak antar gading yaitu 0,60
PB1b = Beban luar alas untuk daerah midship kapal yaitu 64,01
tk = Marjin korosi yaitu 2,5
nf =1
Sehingga :
1
tB2 =18,3 nf a + tk

64,01
=18,3 1 0,60123,3 + 2,5

=10,41 mm diambil 10 mm

c) Tebal plat alas untuk daerah haluan kapal


1
tB3 =18,3 nf a + tk

Dimana :
a = Jarak antar gading yaitu 0,60
PB1b = Beban luar alas untuk daerah haluan kapal yaitu 89,24
tk = Marjin korosi yaitu 2,5
nf =1
Sehingga :
1
tB3 =18,3 nf a + tk

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 91
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

89,24
=18,3 1 0,60123,3 + 2,5

=11,84 mm diambil 12 mm

7.3. Plat Lajur Bilga


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 6.B.1.1 )
Pelat bilga dipasang pada lengkungan radius bilga setelah pelat alas. Tebal pelat bilga
di bagian melengkung sama dengan tebal pelat sisi bila pada sisi digunakan sistem gading-
gading melintang. Bila digunakan sistem gading-gading membujur pada alas dari sisi kapal,
tebalnya sama dengan tebal pelat alas.
a) Tebal plat lajur bilga buritan
t = tB1 = 11 mm
b) Tebal plat lajur bilga tengah
t = tB2 = 10 mm
c) Tebal plat lajur bilga haluan
t = tB3 = 12 mm
d) Lebar pelat lajur bilga tidak kurang dari :
B=800 + 5 L (mm)
Sehingga :
B =800 + 5 94,45
= 1272,25 mm atau 1,27 m
= 1,30 m

7.4.Plat Lunas Kapal


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 6.B.1.1 )
a) Tebal pelat lunas yaitu 0.7 L pada tengah kapal tidak boleh kurang dari :
tFK=tb + 2 ( mm )
Dimana :
tb = tebal pelat alas yaitu 12 mm
Sehingga :
tFK =tb + 2
= 12 + 2
=14 mm

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 92
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

b) Tebal plat lunas untuk daerah buritan dan haluan = 90% tFK
tFK = 0,9 14 mm
= 12 mm diambil 12 mm
Namun kenyataan dilapangan, tebal plat lunas dari haluan hingga buritan dibuat
homogen. Sehingga tebal plat lunas yang digunakan adalah 15 mm

7.6. Kotak Laut atau Sea Chest


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 8.B.5.3 )

Tebal plat sea chest harus sesuai rumus :

T = 12 a . + tk
P = tekanan hembus keluar pada katup pengaman (bar). P tidak boleh kurang dari 2
bar
k = faktor material = 1 untuk baja
T = 12 0,60 2 1 + 2,5
=13 mm

7.7. Penumpu Tengah (Center Girder)


a) Penumpu tengah harus kedap air sekurang-kurangnya 0,5 L tengah kapal, jika alas ganda
tidak dibagi kedap air oleh penumpu samping.
b) Penumpu tengah pada 0,7 L tengah kapal harus sesuai rumus BKI 2013 Volume II
Section 8.B.2.2.
Tinggi penumpu tengah
h = 350 + 45 B
= 350 + (45 11,8) = 881 mm
Tebal penumpu tengah
t = h/ha(h/100 + 1,0) k ( pada kondisi ini h = ha)
= (h/100 + 1,0) k
= (881 / 100 + 1,0) 1
= 9,81 mm 10 mm
Untuk 0,15 L ujung kapal, tebal penumpu tengah ditambah 10 %.
t = (10 % t) + t
= (10 % 10) +10

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 93
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 10,791 mm 11 mm

7.8. Penumpu Samping (Side Girder)


a. Penumpu samping sekurang-kurangnya dipasang dalam kamar mesin dan 0,25 L
bagian haluan. Satu penumpu samping dipasang apabila lebar horizontal dari sisi
bawah plat tepi ke penumpu tengah lebih dari 4,5 m.
b. Karena jarak horizontal dari sisi bawah plat ke penumpu tengah 4,5 m, maka
dipasang penumpu 1 samping.
c. Tebal penumpu samping tidak boleh kurang dari : BKI 2013 Vol.II sec.8-B.3.2
t = h2 /120.h
= 8812 / (120 881)
= 7,34 mm = 7 mm

7.9. Alas Ganda Sebagai Tangki


Tangki bahan bakar dan minyak lumas :
a. Tangki alas ganda boleh digunakan untuk mengangkut minyak guna keperluan
kapal yang titik nyalanya dibawah 60o C, tangki ini dipisahkan oleh cofferdam.
b. Tangki minyak lumas, tangki buang, dan tangki sirkulasi harus dipisahkan oleh
cofferdam.
c. Minyak buang dan tangki sirkulasi minyak harus dibuat sedapat mungkin
dipisahkan dari kulit kapal.
d. Penumpu tengah harus dibuat kedap dan sempit diujung kapal jika alas ganda pada
tempat tersebut tidak melebihi 4 m.
e. Papan diatas alas ganda harus ditekan langsung diatas galar-galar guna mendapatkan
celah untuk aliran air.

7.10.Alas Dalam ( Inner Bottom )


a) Tebal Plat alas dalam, menurut BKI 2013 Vol II sec. 8.B.4.1tidak boleh kurang dari :

t = 1,21 x a x p.k tk
Dimana :
a = 0,60 m
P = 10 ( T h )
= 10 ( 5,12 0,881 )

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 94
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 42,49 KN/m2
k = coefisien baja = 1
t = coefisien korosi = 2,5
Jadi :

t = 1,21 x 0,60 x 42,49x1 2,5


= 7 mm
b) Tebal plat alas dalam kamar mesin, menurut BKI 2013 Vol.II sec 8 B.4.4.
t =t+2
=7+2
= 9 mm

7.11.Alas Ganda Dalam Sistem Gading Melintang


a) Wrang Alas Penuh (Wrang Plate)
1. Pada sistem gading melintang pada alas ganda dianjurkan untuk memasang wrang alas
penuh pada setiap gading, dimana sistem gadingnya adalah :
di bagian penguat alas haluan
di dalam kamar mesin
di bawah ruang muat
pondasi ketel.
2. Wrang alas penuh harus dipasang dibawah sekat melintang, dibawah topang ruang muat.
3. Jarak terbesar wrang alas penuh tidak melebihi :
2,9 m untuk kapal L 100 m
4. Tebal wrang penuh
Tebal wrang penuh harus sesuai rumus BKI 2013 Volume II Section 8.B.6.2.
t = (tm 2,0) k
Dimana tm merupakan tebal penumpu tengah yaitu 12 mm
= (10 2,0) 1= 8 mm
5. Lubang Peringan
Lubang peringan wrang penuh adalah :
Panjang max = 0,55 h
= 0,55 881
= 485 mm
Tinggi max = 0,5 h

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 95
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

= 0,5 881
= 440,5 mm

b. Wrang Alas Kedap Air


1. Tebal wrang alas kedap air tidak boleh kurang dari tebal wrang alas penuh = 10 mm.
2. Ukuran stiffener pada wrang kedap air
W = 0,55 a l2 Pi2 k (cm3)
Dimana :
l = panjang tidak ditumpu wrang alas = 0,9 m
Pi2 = 25,93 KN/m2
a = 0,60
Jadi :
W = 0,55 0,60 (0,9)2 25,93 1,0
= 7 cm3
Modulus penampang gading alas yang ada di ANNEX BKI 2006 adalah 15 cm 3
dengan ukuran profil L 60 40 5

5
60

40

4.12. Konstruksi Alas Ganda pada Kamar Mesin


Dihitung berdasarkan rumus BKI 2013 Vol. II Section 8.C.3.2.1.
a) Tebal plat pondasi mesin
P
t = + 14 (mm) untuk 1500 P < 7500 kW
750
Dimana :
P = daya mesin dalam kW
= 4320 kW

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 96
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Jadi :
4320
t = + 14 = 19,76 ~ 20 mm
750

b) Tebal wrang alas penuh pada daerah kamar mesin diperkuat sebesar(BKI
2013 Vol. II Sect. 8.C.2.2)
Dimana :
P
t = 3,6 + %
500
4320
= 3,6 + %
500
= 12,24 ~ 12 %
Jadi :
t = 20 + ( 12 % 20 )
= 22 mm
Modulus Penampang Gading Alas
( Rules BKI 2013 Volume II, Section 8, B 8-7/13 )
W = n c a l2 PB k
Dimana :
a = 0,60
k = 1 untuk baja normal
c = 0.60
l2 = 2,0 m
n = 0,7
PB = Beban alas luar pada daerah midship yaitu 60,84
maka, modulus penampang gading alas adalah
W = n c a l2 PB k
= 0,70 0,60 0,60 (2,0)2 60,84 1
= 59,30 cm3
Modulus penampang gading alas yang ada di ANNEX BKI 2006 adalah 61 cm 3
dengan ukuran profil L 100 65 7

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 97
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

100
7

65

Modulus Penampang Gading Balik


( Rules BKI 2013 Volume II, Section 8, B 8-7/13 )
W= n c a l2 Pi k
Dimana :
a = 0,60
k = 1 untuk baja normal
c = 0.60
l2 = 2,78 m
n = 0,55
Pi = 10 x ( T - Hdb)
= 42,49
maka, modulus penampang gading alas adalah
W = n c a l2 Pi k
= 0,55 0,60 0,60 (2,02)242,49 1
= 34,33 cm3
Modulus penampang gading balik yang ada di ANNEX BKI 2006 adalah 88 cm 3
dengan ukuran profil L 75 50 7

75
7

50

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 98
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

PERLENGKAPAN DAN TANGKI


A. Perhitungan Radius Lubang Palka
Berdasarkan buku BKI Volume II Section 7, A 7-1/9, bahwa seluruh bukaan pada
geladak kekuatan harus mempunyai sudut yang bundar. Bukaan yang bulat harus diperkuat
bagian tepinya. Radius lubang palka tidak boleh kurang dari :
r = n b (1-b/B)
Dimana :
Lubang Palka 1 dan 2
n = l/200
l = panjang lubang palka yaitu 9 m
n = 16,2/200
= 0,0881 m, namun nmin = 0,1
b = lebar lubang palka yaitu 5,9 m
B = Lebar kapal yaitu 11,80 m
b/B = 5,9/11,8
= 0,5
r = 0,1 5,9 (1 - 0,5)
= 0,1 2,95
= 0,295 m

B. Perhitungan Radius Chain Locker


Perhitungan Jangkar
Z = D2/3 + 2 h B + Total /10
Dimana :
Z = Angka penunjuk pada BKI
Fb = Lambung timbul kapal
=HT
= 6,88 5,13
= 1,75 m
h = Tinggi garis muat sampai ke geladak atas
= FB + Tinggi Rumah Geladak (dari main deck sampai top deck)
= 1,75 + (2,2 x 5)
= 11 m

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 99
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

D = Displacement kapal yaitu 2800 ton


B = Lebar kapal yaitu 11,8 m
= Luas bidang tangkap angin terdiri atas :
1 = Top Deck
= 1 10,2
= 10,2 m2
2 = Navigation Deck
= 2,2 11,76
= 25,872 m2
3 = Bridge deck
= 2,2 12,96
= 28,512 m2
4 = Boat Deck
= 2,2 14,16
= 31,152 m2
5 = Poop Deck
= 2,2 18,45
= 40,59 m2
6 = Forecastle Deck
= 2,2 9,8
= 21,516 m2
7 = Lambung timbul
= LWL (H T)
= 71,55 x (6,88 -5,13)
= 125,213 m2
= 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
= 10,2 + 25,872 + 28,512 + 31,152 + 40,59 + 21,516 + 125,213
= 528,136 m2
Maka,
Z = (2808) 2/3 + 2 12,75 11,8 + 5,28,163 /10
= 528,24
Dari tabel BKI Volume II 2013 Halaman 18-6
No registrasi : 117

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 100
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Jangkar tanpa tongkat


Jumlah jangkar :2
Berat 1 jangkar : 1740 kg
Rantai untuk jangkar
Panjang total : 440 m
Diameter d1 : 42 mm
Diameter d2 : 36 mm (Rantai Jangkai Dengan Tipe Khusus = Diambil)
Diameter d3 : 32 mm
Tali
Panjang tali tarik : 190 m
Panjang tali tambat : 340 m
Jumlah tali tambat :4
Beban putus tali tarik : 160 KN
Beban putus tali tambat : 130 KN
Untuk menghitung volume chain locker dengan panjang rantai 100 Fathom dapat kita
tentukan dengan rumus sebai berikut :
d = Diameter rantai jangkar
= d2 / 25,4
= 36 / 25,4
= 1,4173 m
Panjang rantai 100 fathom = 183 m
Volume chain locker pada masing-masing rantai jangkar ;
Sv = (L d2)/183
= (440 362)/183
= 4,83 m3
Sehingga dimensi masing-masing n locker sebelah kiri dan kanan adalah :
P L T = 2,4 1 2,1
= 5,04 m3

C. Perhitungan Volume Mud Box


VMB = 1/3 VChain Locker
= 1/3 5,04 m3
= 2,4 m3

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 101
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Sehingga dimensi masing-masing mud box sebelah kiri dan kanan adalah :
P L T = 2,4 1 1
= 2,4 m3

D. Perhitungan Tangki
Dalam kapal tangki terletak di double bottom dimana tangki-tangki tersebut merupakan
tangki bahan bakar, tangki minyak diesel,
Metode Simpson
TANGKI BAHAN BAKAR
Wbahan bakar = 24,97 Ton
bahan bakar = 0,98 m3/ton
Vbahan bakar yang dibutuhkan = 24,97 ton 0,98 m3/ton
= 25,481 m3
H double bottom = 0,881 m
ao = 0,6 m
LUAS BAGIAN ATAS
NO ORDINAT FS HK
24 3,24 1 3,24

25 3,42 4 13,68

26 3,59 2 7,18

27 3,75 4 15

28 3,9 1 3,9

JUMLAH ( S ) 43

LUAS = 2/3* S * ao 17,2

LUAS BAGIAN TENGAH


NO ORDINAT FS HK
24 2,76 1 2,76

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 102
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

25 2,93 4 11,72

26 3,09 2 6,18

27 3,25 4 13

28 3,4 1 3,4

JUMLAH ( S ) 37,06
LUAS = 2/3* S * ao 14,824

LUAS BAGIAN BAWAH


NO ORDINAT FS HK
24 1,72 1 1,72

25 1,86 4 7,44

26 2,01 2 4,02

27 2,15 4 8,6

28 2,29 1 2,29

JUMLAH ( S ) 24,07
LUAS = 2/3* S * ao 9,628

VOLUME
NO ORDINAT FS HK

1 17,2 1 17,2

2 14,824 4 59,296

3 9,628 1 9,628

JUMLAH ( S ) 86,124
VOLUME = 1/3* S * (hdb/2) 34,449

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 103
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Sehingga :
- Dari perhitungan simpson tangki bahan bakar diatas maka didapatkan volume tangki
bahan bakar yang direncanakan yaitu 34,449.
- Vtangki yang direncakan > Vperhitungan ( syarat memenuhi)
- 34,4496 m3 > 25,481 m3 (memenuhi)

TANGKI MINYAK PELUMAS


Wminyak pelumas prarancangan = 0,38 ton
minyak pelumas = 0,93 m3/ton
Vminyak pelumas prarancangan = 0,38 ton 0,93 m3/ton
= 0,352 m3
Hdaouble bottom = 1,1 m
ao = 0,6 m
LUAS BAGIAN ATAS
NO ORDINAT FS HK
31 4,35 1 4,35

31' 4,42 4 17,68

32 4,49 1 4,49

JUMLAH ( S ) 26,52
LUAS = 2/3* S * ao 10,608
LUAS BAGIAN TENGAH
NO ORDINAT FS HK
31 3,86 1 3,86

31' 3,98 4 15,92

32 4,01 1 4,01

JUMLAH ( S ) 23,79
LUAS = 2/3* S * ao 9,516

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 104
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

LUAS BAGIAN BAWAH


NO ORDINAT FS HK
31 2,71 1 2,71

31' 2,78 4 11,12

32 2,87 1 2,87

JUMLAH ( S ) 16,7
LUAS = 2/3* S * ao 16,7

VOLUME
NO ORDINAT FS HK

1 10,608 1 10,608

2 9,516 4 38,064

3 6,68 1 6,68

JUMLAH ( S ) 55,352
VOLUME = 1/3* S * (hdb/2) 22,140

Sehingga :
Vyang direncanakan > Vperhitungan ( syarat memenuhi)
20,427 m3 > 0,352 m3 (memenuhi)

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 105
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

TANGKI DIESEL OIL


Wdiesel oil prarancangan = 20,26 ton
diesel oil = 0,90 m3/ton
Vdiesel oil = 20,26 ton 0,90 m3/ton
= 18,231 m3
Hdaouble bottom = 1,1 m
ao = 0,6 m
LUAS BAGIAN ATAS
NO ORDINAT FS HK
29 4,05 1 4,05

29' 4,13 4 16,52

30 4,2 1 4,2

JUMLAH ( S ) 24,77
LUAS = 2/3* S * (ao/2) 9,908

LUAS BAGIAN TENGAH


NO ORDINAT FS HK
29 3,56 1 3,56

29' 3,63 4 14,52

30 3,86 1 3,86

JUMLAH ( S ) 21,94
LUAS = 2/3* S * (ao/2) 8,776

LUAS BAGIAN BAWAH


NO ORDINAT FS HK
29 2,43 1 2,43

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 106
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

29' 2,5 4 10

30 2,71 1 2,71

JUMLAH ( S ) 15,14
LUAS = 2/3* S * (ao/2) 6,056

VOLUME
NO ORDINAT FS HK
1 9,908 1 9,908

2 8,776 4 35,104

3 6,056 1 6,056

JUMLAH ( S ) 51,068
VOLUME = 1/3* S * (hdb/2) 20,427
Sehingga :
Vyang direncanakan > Vperhitungan ( syarat memenuhi)
20,427m3 > 18,231m3 (memenuhi)

TANGKI AIR TAWAR


Wair tawar prarancangan = 18,662 ton
air tawar = 1,00 m3/ton
Vair tawar = 18,662 ton 1,00 m3/ton
= 18,662 m3
Hdaouble bottom = 1,1 m
ao = 0,6 m
LUAS BAGIAN ATAS
NO ORDINAT FS HK
33 4,62 1 4,62

33' 4,68 4 18,72

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 107
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

34 4,75 1 4,75

JUMLAH ( S ) 28,09

LUAS = 2/3* S * (ao/2) 11,236

LUAS BAGIAN TENGAH


NO ORDINAT FS HK
33 4,15 1 4,15

33' 4,21 4 16,84

34 4,28 1 4,28

JUMLAH ( S ) 25,27

LUAS = 2/3* S * (ao/2) 10,108

LUAS BAGIAN BAWAH


NO ORDINAT FS HK
33 2,98 1 2,98

33' 3,05 4 3,39

34 3,11 1 3,11

JUMLAH ( S ) 9,48

LUAS = 2/3* S * (ao/2) 3,792

VOLUME
NO ORDINAT FS HK
1 11,236 1 11,236

2 10,108 4 40,432

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 108
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

3 3,792 1 3,792

JUMLAH ( S ) 55,46

VOLUME = 1/3* S * (hdb/2) 22,184

Sehingga :
Vsimpson > Vrangcangan ( syarat memenuhi)
22,184m3 > 18,662 m3 (memenuhi)

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 109
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

BAB IV
KESIMPULAN

Beban
Beban Geladak Cuaca
1. Beban geladak plat kulit dan geladag cuaca.
Beban geladak untuk daerah buritan kapal adalah :
PD1 = 15,82 KN/m2
2. Beban geladak untuk main frame dan deck beam.
Beban geladak untuk daerah buritan kapal adalah :
PD1 = 11,864 KN/m2
3. Beban geladak untuk web frame,stringer, web stiffener.
Beban geladak untuk daerah buritan kapal adalah :
PD1 = 9,489KN/m2

Beban Geladak Pada Bangunan Atas dan Rumah Geladak.


1. Beban pada Poop Deck
a) Untuk plat kulit dan geladak cuaca.
Pdp = 14,078 KN/m2
b) Untuk main frame dan deck beam.
Pdp = 10,5578 KN/m2
c) Untuk web frame, stringer, web stiffener.
Pdp = 8,44 KN/m2
2. Beban pada Boat Deck
a) Untuk plat kulit dan geladak cuaca.
Pdb = 10,44 KN/m2
b) Untuk main frame dan deck beam.
Pdb = 7,83 KN/m2
c) Untuk web frame, stringer, webstiffener.
Pdb = 6,26 KN/m2

3. Beban pada Bridge Deck

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 110
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

a) Untuk plat kulit dan geladak cuaca.


Pdbr = 7,91 KN/m2
b) Untuk main frame dan deck beam.
Pdbr = 5,93 KN/m2
c) Untuk web frame, stringer, webstiffener.
Pdbr = 4,754 KN/m2
4. Beban pada Navigation Deck
a) Untuk plat kulit dan geladak cuaca.
PdN = 7,909 KN/m2
b) Untuk main frame dan deck beam.
PdN = 5,93 KN/m2
c) Untuk web frame, stringer, webstiffener.
PdN = 4,745 KN/m2
5. Beban pada Navigation Deck
a) Untuk plat kulit dan geladak cuaca.
PdF = 15,82 KN/m2
b) Untuk main frame dan deck beam.
PdF = 11,86 KN/m2
c) Untuk web frame, stringer, webstiffener.
PdF = 9,49 KN/m2
Beban Sisi Geladak
Di Bawah Garis Muat
1) Beban geladak plat kulit dan geladak cuaca.
a) Beban sisi untuk daerah buritan kapal
Ps1 = 57,376 KN/m2
b) Beban sisi untuk daerah tengah kapal
Ps1 = 35,486 KN/m2
c) Beban sisi untuk daerah haluan kapal
Ps1 = 81,3977 KN/m2
2) Beban geladak main frame dan deck beam.
a) Beban sisi untuk daerah buritan kapal
Ps1 = 48,328 KN/m2
b) Beban sisi untuk daerah tengah kapal

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 111
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Ps1 = 36,3183 KN/m2


c) Beban sisi untuk daerah haluan kapal
Ps1 = 66,344 KN/m2
3) Beban geladak web frame, stringer, web stiffener
a) Beban sisi untuk daerah buritan kapal
Ps1 = 42,9KN/m2
b) Beban sisi untuk daerah tengah kapal
Ps1 = 33,29 KN/m2
c) Beban sisi untuk daerah haluan kapal
Ps1 = 57,31KN/m2

Di Atas Garis Muat


1) Beban geladak plat kulit dan geladak cuaca.
a) Beban sisi untuk daerah buritan kapal
Ps1 = 41,939 KN/m2
b) Beban sisi untuk daerah tengah kapal
Ps1 = 23,382 KN/m2
c) Beban sisi untuk daerah haluan kapal
Ps1 = 69,775KN/m2
2) Beban geladak main frame dan deck beam.
b) Beban sisi untuk daerah buritan kapal
Ps1 = 31,456 KN/m2
d) Beban sisi untuk daerah tengah kapal
Ps1 = 17,54 KN/m2
e) Beban sisi untuk daerah haluan kapal
Ps1 = 52,33 KN/m2
3) Beban geladak web frame, stringer, web stiffener
a) Beban sisi untuk daerah buritan kapal
Ps1 = 25,16 KN/m2
b) Beban sisi untuk daerah tengah kapal
Ps1 = 14,03KN/m2
c) Beban sisi untuk daerah haluan kapal
Ps1 = 41,87KN/m2

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 112
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

Beban pada Bangunan Atas


1) Beban pada Poop Deck
a) Untuk plat dan geladak cuaca.
PSp = 35,49 KN/m2
b) Untuk main frame dan deck beam.
PSp = 26,62KN/m2
c) Untuk web frame, stringer, web stiffener.
PSp = 21,30 KN/m2
2) Beban pada Boat Deck
a) Untuk plat dan geladak cuaca.
PSb = 30,11KN/m2
b) Untuk main frame dan deck beam.
PSb = 22,58KN/m2
c) Untuk web frame, stringer, web stiffener.
PSb = 18,06 KN/m2
3) Beban pada Bridge Deck
a) Untuk plat dan geladak cuaca.
PSbr = 25,99 KN/m2
b) Untuk main frame dan deck beam.
PSbr = 19,49 KN/m2
c) Untuk web frame, stringer, web stiffener.
PSbr = 15,59KN/m2
4) Beban pada Navigation Deck
a) Untuk plat dan geladak cuaca.
PSn = 22,86KN/m2
b) Untuk main frame dan deck beam.
PSn = 17,15 KN/m2
c) Untuk web frame, stringer, web stiffener.
PSn = 13,72 KN/m2
5) Beban pada Forecastle Deck
d) Untuk plat dan geladak cuaca.
PSf = 59,05KN/m2

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 113
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

e) Untuk main frame dan deck beam.


PSf = 44,29 KN/m2
f) Untuk web frame, stringer, web stiffener.
PSf = 35,43 KN/m2

Beban Alas Kapal


1) Untuk plat dan geladak cuaca
a) Beban luar alas untuk daerah buritan kapal
PB1 = 74,10 KN/m2
b) Beban luar alas untuk daerah tengah kapal
PB2 = 64,01 KN/m2
c) Beban luar alas untuk daerah haluan kapal
PB3 = 89,24 KN/m2
2) Untuk main frame dan deck beam
a) Beban luar alas untuk daerah buritan kapal
PB1 = 68,40KN/m2
b) Beban luar alas untuk daerah tengah kapal
PB2 = 60,84 KN/m2
c) Beban luar alas untuk daerah haluan kapal
PB3 = 79,76 KN/m2
3) Untuk web frame, stringer, web stiffener
a) Beban luar alas untuk daerah buritan kapal
PB1 = 64,98KN/m2
b) Beban luar alas untuk daerah tengah kapal
PB2 = 58,93 KN/m2
c) Beban luar alas untuk daerah haluan kapal
PB3 = 74,06 KN/m2

Beban Alas Dalam Kapal


a) Beban alas dalam untuk daerah buritan kapal
Pi1 = 27,09 KN/m2
b) Beban alas dalam untuk daerah tengah kapal
Pi2 = 25,93 KN/m2

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 114
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

c) Beban alas dalam untuk daerah haluan kapal


Pi3 = 32,20 KN/m2

UKURAN PROFIL
Pada konstruksi lambung
Gading Besar (Web Frame)
Profil gading besar buritan : Profil T 360 3330
Profil gading besar tengah : Profil T 3008621
Profil gading besar haluan : Profil T 38014122
Gading utama (Main Frame)
Profil gading utama buritan : Profil L 150 100 14
Profil gading utama tengah : Profil L 15010010
Profil gading utama haluan : Profil L 2509012

Senta Sisi (side Stringer)


Profil senta sisi buritan : Profil T 160 3010
Profil senta sisi tengah : Profil T 1405910
Profil senta sisi haluan : Profil T 1607813

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 115
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

BAB V
PENUTUP

Sebagaimana telah diuraiakan dimuka, perkembangan teknologi makin meningkat


disegala bidang, sesuai dengan keadaan dan kondisi geografisnya, dan kitaketahui bersama
hampir sepertiga wilayah Indonesia terdiri dari lautan. Maka dari itu sarana perhubungan
laut sangat penting dikembangkan di Indonesia.
Adapun sasaran industri dan teknologinya harus ada kaitannya dengan kebutuhan
tenaga teknis yang terampil dan sesuai dengan bidangnya. Sejalan dengan itu sudah barang
tentu Program Studi Teknik Perkapalan Universitas Hassanuddin, merupakan pilihan yang
tepat untuk mengembangkan tenaga teknis yang trampildibidang perkapalan.
Untuk itu kami telah menyelesaikan dan menguraikan perencanaan Konstruksi
Profil kapal General Cargo guna memenuhi syarat kelulusan studi di Program Studi Teknik
Perkapalan Universitas Hassanuddin Makassar dan jugauapaya guna menguji mahasiswa.
Bila dinilai keseluruhan tugas ini belum bisa dikatakan sempurna. Namun penulis
bersyukur kepada Allah SWT, sebab untuk menyelesaikan tugas akhir inia dalah tugas yang
cukup berat. Penyelesaian tugas akhir ini, bukan saja memerluakanbiaya yang tidak sedikit
akan tetapi memerlukan pula waktu yang cukup panjang dan stamina yang prima untuk
menyelesaikannya.
Akhirnya tiada kata yang pantas kami ucapkan kecuali memanjatkan syukur kepada
Allah SWT, yang telah melimpahkan semua rahmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini, dan mudah mudahan bermanfaat bagi Almamater
Perkapalan Universitas Hassanuddin Makassar pada khususnya dan dunia perkapalan pada
umumnya.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 116
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

DAFTAR PUSTAKA
Buku peraturan BKI 2012 dan 2013
Buku panduan Konstruksi kapal II; oleh Ir.H. Rosmani, MT.

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 117
SHIP CONSTRUCTION I DA VINCI 13

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D31113002| MUHSIN KAHAR 118

You might also like