Professional Documents
Culture Documents
KONJUNGTIVITIS GONORHEA
DISUSUN OLEH :
Wawan Naufal Habib
71160891068
PEMBIMBING :
dr. Hj. Adelina Hasibuan, Sp.M
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis beerupa paper di
Departemen Ilmu Psikiatri Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjudul
Konjungtivitis Gonorhea dapat tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada dr. Hj. Adelina Hasibuan, Sp.M selaku
pembimbing saya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih
banyak erdapat kekurangan di dalam penulisannya, baik dalam penyusunan kalimat
maupun di dalam teorinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................................ ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Etiologi
Konjungtivis gonore disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae.
Gonokok merupakan kuman yang sangat pathogen, virulen, dan bersifat invasiv
sehingga reaksi radang terhadap kuman ini snagat berat.
2.1.3. Patofsiologi
2
Stadium Infiltratif.
Berlangsung 34 hari, ditemukan kelopak dan konjungtiva yang
kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku
sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal
superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan menebal. Pada orang
dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol. Pada orang
dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda-
tanda infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan
biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada
umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya
kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.
Stadium supuratif atau purulenta
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra
masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang. Blefarospasme masih
ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus. Pada bayi biasanya mengenai
kedua mata dengan dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang
merupakan kondensi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra
dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak. Oleh karena itu
harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata
pemeriksa.
Stadium Konvalesen (penyembuhan)
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra
sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Konjungtiva
bulbi terdapat injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik. Sekret jauh
berkurang. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat Bila tidak
diobati, biasanya tidak tercapai stadium III, tanpa penyulit, meskipun ada yang
mengatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan spontan.
3
Klasifikasi menurut umur
Pada bayi dan anak ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning
kental, sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan
purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat
pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik,
dan tebal.
Pada orang dewasa gambaran klinis meskipun mirip dengan oftalmia
neonatorum tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang
tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih
menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar. Konjungtiva bulbi
superior paling sering mengalami infeksi karena pada konjungtiva bulbi
superior tertutup oleh palpebra dan suhunya sama dengan suhu tubuh yang
mengakibatkan bakteri akan lebih mudah berkembang biak. Pada orang dewasa
infeksi ini dapat terjadi berminggu-minggu.
2.1.5. Diagnosis
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan
sekret dengan pewarnaan Metilen Biru yang akan menunjukkan Diplokok di
dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif
4
intra dan ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan
coklat.
2.1.6. Penatalaksanaan
Pasien dirawat dan diberi antibiotik sistemik dan dapat juga diberikan
secara topikal. Pada pasien yang resisten terhadap penisillin dapat
diberikan cefriakson. Ceftriakson merupakan golongan sefalosporin
generasi 3. Konjungtivitis gonokokus tanpa ulkus kornea diberikan
injeksi ceftriakson 1g intramuskular. Pasien dengan ulkus kornea
diobati dengan intravena ceftriakson 1g setiap 12 jam untuk 3 hari.
Salep eritromisin, basitranin, gentamisin, dan ciprofloksasin
direkomendasikan untk terapi topikal.
Irigasi normal salin setiap 30-60 menit untuk membuang debris, sel
inflamasi dan protease.
Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang
dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi adalah tukak kornea marginal terutama bagian
atas, yang dimulai dengan infiltrat, kemudian menjadi ulkus. Bisa terjadi pada
stadium 1 dan 2, dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukan sekret
yang banyak. Sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra
superior, ditambah lagi kuman gonokok mempunyai enzim proteolitik yang
merusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan
keratitis tanpa didahului kerusakan epitel kornea
5
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas SH, editor. In: Ilmu penyakit mata : mata merah dengan pengihatan