You are on page 1of 9

PAPER MATA

KONJUNGTIVITIS GONORHEA

Paper ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Mengikuti Kepaniteraan


Klinis Senior Bagian Mata Rumah Sakit Umum Haji Medan

DISUSUN OLEH :
Wawan Naufal Habib
71160891068

PEMBIMBING :
dr. Hj. Adelina Hasibuan, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis beerupa paper di
Departemen Ilmu Psikiatri Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjudul
Konjungtivitis Gonorhea dapat tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada dr. Hj. Adelina Hasibuan, Sp.M selaku
pembimbing saya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih
banyak erdapat kekurangan di dalam penulisannya, baik dalam penyusunan kalimat
maupun di dalam teorinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan,1 Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 1

2.1. Konjungtivitis Gonorea ............................................................................ 2


2.1.1. Definisi .......................................................................................... 2
2.1.2. Etiologi .......................................................................................... 2
2.1.3. Patofisiologi ................................................................................... 2
2.1.4. Manifesti Klinis ............................................................................. 4
2.1.5. Diagnosa ........................................................................................ 4
2.1.6. Penatalaksanaan ............................................................................. 5
2.1.7. Komplikasi .................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 6

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara


penyakit menular seksual yang lain, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara
endemik, termasuk di Indonesia. Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun
terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonore. Pada umumnya diderita oleh laki-laki
muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun.
Gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan
baru diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neisseria.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 U
dan panjang 1,6 U, bersifat tahan asam dan Gram negatif, terlihat diluar dan
didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering,
tidak tahan suhu di atas 39C dan tidak tahan zat desinfektan. Gonokok terdiri dari
4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan
4 yang tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada
mucosa epitel dan akan menimbulkan reaksi sedang. Gonore tidak hanya mengenai
alat-alat genital tetapi juga ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang
akan menyebabkan konjungtivitis, penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru
lahir dari ibu yang menderita servisitis gonore atau pada orang dewasa, infeksi
terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan dan alat-alat.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konjungtivitis Gonore


2.1.1. Definisi
Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat
yang disertai dengan sekret purulen. Konjungtivitis gonore adalah penyakit
menular seksual yang dapat ditularkan secara langsung dari transmisi genital-
mata, kontak genital-tangan-mata, atau tansmisi ibu-neonatus selama
persalinan.

2.1.2. Etiologi
Konjungtivis gonore disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae.
Gonokok merupakan kuman yang sangat pathogen, virulen, dan bersifat invasiv
sehingga reaksi radang terhadap kuman ini snagat berat.

2.1.3. Patofsiologi

Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar


mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah
dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi
menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan
mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal
kuning kehijauan.
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3
stadium:
1. Infiltratif
2. Supuratif atau purulenta
3. Konvalesen (penyembuhan)

2
Stadium Infiltratif.
Berlangsung 34 hari, ditemukan kelopak dan konjungtiva yang
kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku
sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal
superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan menebal. Pada orang
dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol. Pada orang
dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda-
tanda infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan
biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada
umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya
kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.
Stadium supuratif atau purulenta
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra
masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang. Blefarospasme masih
ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus. Pada bayi biasanya mengenai
kedua mata dengan dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang
merupakan kondensi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra
dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak. Oleh karena itu
harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata
pemeriksa.
Stadium Konvalesen (penyembuhan)
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra
sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Konjungtiva
bulbi terdapat injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik. Sekret jauh
berkurang. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat Bila tidak
diobati, biasanya tidak tercapai stadium III, tanpa penyulit, meskipun ada yang
mengatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan spontan.

3
Klasifikasi menurut umur

1. Kurang dari 3 hari : Oftalmia gonoroika neonatorum


2. Lebih dari 3 hari : Oftalmia gonoroika infantum
3. Anak kecil : Oftalmia gonoroika yuvenilis
4. Orang dewasa : Oftalmia gonoroika adultum

2.1.4. Manifesti Klinis

Pada bayi dan anak ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning
kental, sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan
purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat
pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik,
dan tebal.
Pada orang dewasa gambaran klinis meskipun mirip dengan oftalmia
neonatorum tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang
tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih
menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar. Konjungtiva bulbi
superior paling sering mengalami infeksi karena pada konjungtiva bulbi
superior tertutup oleh palpebra dan suhunya sama dengan suhu tubuh yang
mengakibatkan bakteri akan lebih mudah berkembang biak. Pada orang dewasa
infeksi ini dapat terjadi berminggu-minggu.

2.1.5. Diagnosis
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan
sekret dengan pewarnaan Metilen Biru yang akan menunjukkan Diplokok di
dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif

4
intra dan ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan
coklat.

2.1.6. Penatalaksanaan

Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram negatif diplokok


batang intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore.

Pasien dirawat dan diberi antibiotik sistemik dan dapat juga diberikan
secara topikal. Pada pasien yang resisten terhadap penisillin dapat
diberikan cefriakson. Ceftriakson merupakan golongan sefalosporin
generasi 3. Konjungtivitis gonokokus tanpa ulkus kornea diberikan
injeksi ceftriakson 1g intramuskular. Pasien dengan ulkus kornea
diobati dengan intravena ceftriakson 1g setiap 12 jam untuk 3 hari.
Salep eritromisin, basitranin, gentamisin, dan ciprofloksasin
direkomendasikan untk terapi topikal.
Irigasi normal salin setiap 30-60 menit untuk membuang debris, sel
inflamasi dan protease.
Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang
dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.

2.1.7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi adalah tukak kornea marginal terutama bagian
atas, yang dimulai dengan infiltrat, kemudian menjadi ulkus. Bisa terjadi pada
stadium 1 dan 2, dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukan sekret
yang banyak. Sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra
superior, ditambah lagi kuman gonokok mempunyai enzim proteolitik yang
merusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan
keratitis tanpa didahului kerusakan epitel kornea

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas SH, editor. In: Ilmu penyakit mata : mata merah dengan pengihatan

normal. 3rd ed. Jakarta, Balai Penerbit FKUI; 2005. p. 116-45

2. Voughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum (General

Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000. 103-5.

You might also like