Professional Documents
Culture Documents
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga
kerja dari bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri dipakai setelah usaha
rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work practices) telah maksimum
(Barbara, 2001).Universal precaution merupakan upaya pencegahan penularan
penyakit dari tenaga kesehatan dan sebaliknya, hal ini didasari penyebaran penyakit
infeksius melalui medium cairan tubuh dan darah. Pemakaian alat pelindung diri
merupakan upaya untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja yang optimal.
Kepatuhan penggunaan APD di rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain, motivasi, keterbatasan alat, dan juga sikap dan perilaku dari pekerja itu
sendiri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari
kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Alat Pelindung Diri (APD) perlu sebelumnya
dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan,
(BPP Semester V, 2008) yaitu :
a. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan yang
adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh
tenaga kerja.
b. Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Bentuknya harus cukup menarik.
e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang
dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaanya.
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya.
i. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara observasi masih ada
sebagian pekerja Rumah Sakit Seperti Bidan Perawat dan Dokter yang tidak
menggunakan handscoon atau masker, atau bahkan keduanya saat melakukan
tindakan medis dan keperawatan, misalnya saat memeriksa pasien, pengambilan
sample darah, pemasangan infus dan faktor – faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan pekerja rumah sakit dalam penggunaan alat pelindung diri masih belum
diketahui lebih banyak lagi.
Kepatuhan Pekerja Rumah Sakit dalam penggunaan alat pelindung diri dapat
juga berpengaruh pada penularan penyakit. Pada tenaga kesehatan tentunya akan
semakin bertambah resiko tertular suatu penyakit misalnya penyakit hepatitis, AIDS
jika saja kepatuhan penggunaan alat pelindung diri diabaikan, dikarenakan setiap
harinya tenaga kesehatan selalu mengalami kontak langsung dengan pasien dengan
berbagai macam jenis penyakit. Selain dikarenakan kepatuhan yang bersumber dari
motivasi individu tenaga kesehatan itu sendiri, keterbatasan jumlah alat pelindung
diri yang disediakan oleh rumah sakit juga bisa meningkatkan jumlah resiko seorang
tenaga kesehatan tertular oleh penyakit. Disamping dua faktor lainya, sikap dan
perilaku yang dimiliki oleh masing- masing individu juga akan mempengaruhi tingkat
kepatuhan dalam penggunaan APD. Dampak yang akan muncul dari penggunaan alat
pelindung diri yang tidak sempurna yaitu resiko tertular penyakit akan bertambah dan
juga akan mempengaruhi kualitas tindakan medis dan keperawatan yang diberikan
karena mungkin akan muncul rasa tidak aman saat berada di dekat pasien.
Penyusunan prosedur tetap atau standart operasional prosedur yang mengatur
tentang alat pelindung diri di rumah sakit, akan mengurangi resiko seorang perawat
tertular oleh penyakit sehingga keselamatan kerja perawat akan lebih terjamin dan
pemberian asuhan keperawatan akan lebih bermutu karena dilakukan sesuai standart
operasional yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
HASIL AUDIT KEPATUHAN PEMAKAIAN APD
100
99
98
97
96 Agustus
95 September
Oktober
94
November
93
92
91
90
Medis Non Medis
Dari hasil audit pemakaian APD yang di lakukan di dapat hasil dimana semua
staff baik medis, pekarya kesehatan, unit gizi, dan sanitasi lingkungan sudah mulai
menyadari pentingnya alat pelindung diri tersebut.
Baik itu untuk melindungi diri sendiri agar tidak terinfeksi dari pasien dan
sebaliknya agar pasien tidak terinfeksi oleh petugas kesehatan. Melindungi diri
sendiri agar tidak terkena benda tajam dll.
Hasil akhir yang diharapkan dari meningkatnya kepatuhan pemakaian alat
pelindung diri oleh karyawan Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang adalah
menurunnya angka infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien, staff, berkurangnya
angka kejadian kecelakaan saat bekerja.
Karena kepatuhan pemakaian alat pelindung diri adalah salah satu hal yang
harus dijalankan oleh petugas di rumah sakit, maka meningkatnya kepatuhan petugas
dalam pemakaian alat pelindung diri juga berarti meningkatnya kualitas pelayanan
Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil Audit kepatuhan pemakaian APD yang telah dilakukan
dilakukan serta dari pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Faktor bahaya yang terpapar di tiap unit Rumah Sakit Nasional
Diponegoro Semarang adalah faktor bahaya biologi yang berasal dari
atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit, yang berasal dari pasien.
b. Pemakaian atau penggunaan APD di Rumah Sakit Rumah Sakit Nasional
Diponegoro Semarang sudah mulai terlaksana dengan baik, hal ini
dikarenakan timbulnya kesadaran dari masing masing tenaga kerja.
c. Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan bagi tenaga kerja adalah
tutup kepala, masker, sarung tangan, pakaian kerja, sepatu safety, dan
kacamata safety.
d. Tidak semua APD harus dipakai, tergantung dari jenis pekerjaan dan
tingkat resiko dalam melakukan pekerjaan. Penggunaan peralatan
pelindung diri merupakan usaha terakhir untuk mengurangi resiko secara
maksimal.
B. Saran
a. Perlunya peningkatan pengawasan terhadap penggunaan APD bagi
tenaga kerja.
b. Perlunya peningkatan pengawasan terhadap kondisi APD yang
ditempatkan di instalasi kerja oleh pimpinan bagian masing-masing.
c. Sebisa mungkin dan sedini mungkin, kecelakaan dan potensi kecelakaan
kerja harus dicegah dan dihilangkan, atau setidak-tidaknya dikurangi
dampaknya dengan APD.
BAB III
Salah satu upaya dalam rangka pemberian perlindungan tenaga kerja terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit adalah dengan cara
memberikan APD. Pemberian APD kepada tenaga kerja, merupakan upaya terakhir
apabila upaya rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work practices) telah
maksimum dilakukan. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 3, 9, 12, 14 dinyatakan bahwa dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk
memberikan Alat Pelindung Diri (APD), pengurus diwajibkan menunjukkan dan 4
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang Alat Pelindung Diri (APD), dengan
peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai
Alat Pelindung Diri (APD) harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan dan pengurus
diwajibkan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan secara cuma-
cuma. Jika memperhatikan isi dari undang-undang tersebut maka jelaslah bahwa Alat
Pelindung Diri (APD) dibutuhkan disetiap tempat kerja seperti rumah sakit. Oleh
karena itu keselamatan kerja harus benar-benar di terapkan dalam suatu rumah sakit
atau tempat kerja lainnya dimana di dalamnya tenaga kerja melakukan pekerjaannya.
Bukan hanya pengawasan terhadap mesin, dan peralatan lain saja tetapi yang lebih
penting pada manusianya atau tenaga kerjanya. Hal ini dilakukan karena manusia
adalah faktor yang paling penting dalam suatu proses produksi. Manusia sebagai
tenaga kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang berdampak cacat sampai
meninggal.
Mengetahui
Ketua Komite PPI RSND IPCN RSND