You are on page 1of 20

MODUL RADIOLOGI

LAPORAN PRESENTASI HASIL PERAWATAN


TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR RADIOGRAFI EKSTRAORAL
PANORAMIK

Diajukan oleh:
HAFIIZH NUR PERWIRA
J530155026
Periode 3

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radiologi merupakan cabang ilmu mengenai diagnosis dan perawtan
suatu penyakit dengan menggunakan sinar X, termasuk didalamnya mengenai
film radiografi dan pemeriksaan visual atas struktur tubuh pada layar
fluorosensi atau mempertunjukkan struktur tubuh tertentu melalui pemasukan
bahan kimia yang radio-opak sebelum dilakukan pemeriksaan radiologisnya.
Sedangkan radiografi diartikan sebagai suatu metode pembuatan catatan
fotografi berbagai bagian tubuh dengan menggunakan sinar X. Radiografi
utamanya digunakan sebagai penunjang dalam penegakan diagnosis dan
rencana perawatan.
Radiologi dalam kedokteran gigi memegang peranan penting dalam
menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil
perawatan untuk melihat keadaan gigi secara utuh. Radiologi dalam
kedokteran gigi terbagi atas radiografi intra oral dan ekstra oral.
Radiografi intraoral dikelompokkan kedalam 3 kategori, yaitu
proyeksi periapikal, sayap gigit atau bite wing dan oklusal. Proyeksi
periapikal memperlihatkan gambaran suatu gigi beserta jaringan disekitarnya
sedangkan proyeksi sayap gigit memperlihatkan beberapa mahkota gigi dan
mahkota gigi antagonis serta krista alveolarnya. Proyeksi sayap gigit juga
digunakan sebagai penunjang dalam pendteksian karies interproksimal dini
sebelum terlihat secara klinis, mendeteksi karies sekunder di bawha tumpatan,
evaluasi jaringan periodontal, perubahan tulang krista alveolar dan
mendeteksi kalkulus interproksimal. Proyeksi oklusal merupakan proyeksi
yang menunjukkan gambaran lengkung gigi yang relatif luas seperti palatum,
dasra mulut dan sebagian struktur lateral. Proyeksi ini dapat digunaan pada
pasien yang kesulitan membuka mulut cukup lebar.
Radiografi ekstra oral terbagi atas panoramik, oblique lateral,
posteroanterior jaw dan reverse-Town. Salah satu jenis proyeksi yang sering
digunakan adalah panoramik. Proyeksi panoramik memperlihatkan gambaran
mandibula dan maksila secara lebih luas.
Penguasaan teknik atau cara untuk mendapatkan hasil yang optimal
dan interpretasi atau cara menafsirkan radiogram yang telah dibuat
merupakan dua aspek penting dalam mempelajari radiologi. Secara umum,
gambaran yang didapatkan pada radiografi adalah radio-lusen dan radiopak.
Pada gambar radiografi, radio lusen digambarkan sebagai area dengan warna
gelap yang mengartikanbahwa area tersebut lolos dari sinar X, sedangkan
radiopak menunjukkan gambaran yang sebaliknya yaitu area berwarna putih.
Hal ini menandakan bahwa area tersebut tidak dapat dilewati sinar X.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Radiologi Oral
a. Paparan dalam Pengambilan Gambar Radiografi
Mencegah munculnya efek deterministik dan mengurangi
munculnya efek stokastik pada saat dilakukannya pemeriksaan radiologi
dengan cara meminimalisir paparan pada personel pekerja radiografi dan
pasien selama pemeriksaan radiografi merupakan tujuan utama dari suatu
kesehatan fisik. Efek deterministik diartikan sebagai sebua efek somatik
yang dapat meningkat keparahannya ketika batas dosis radiasi telah
tercapai. Efek ini, yang merupakan akibat dari sejumlah besar radiasi,
dapat muncul setlah beberapa bulan atau tahun paska paparan. Contoh dari
efek deterministik misalnya katarak, eritema kulit, fibrosis serta
pertumbuhan dan perkembangan abnormal yang diakibatkan oleh adanya
paparan pada uterus. Sedangkan efek stokastik diartikan sebagai suatu efek
yang kemungkinan akibat paparan suatu dosis radiasi tanpa adanya suatu
batasan yang dicapai. Efek stokastik enggambarkan suatu respon yang bisa
muncul atau bisa juga tidak, tergantung dari faktor resiko tiap individu.
Efek ini memiliki kemungkinan untuk terjadi pada paparan dosis rendah.
Contoh dari efek ini misalnya kanker dan kelainan genetik.
b. Dosis maksimal untuk Pekerja Radiologi
Batas dosis ditetapkan sebagai tolak ukur yang digunakan untuk
mencegah terjadinya efek stokastik seekonomis mungkin, utamanya bagi
pekerja radiologi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari semua
paparan radiasi yang tidak perlu. Batas minimal paparan dalam setahun
yang ditoleransi adalah 50 mSv untuk paparan seluruh tubuh. Sehingga,
rata-rata dosis efektif tahunan tiap individu adalah 1.56mSv atau 3% dari
batasan tahunan.Sedangkan dosis maksimal untuk pekerja radiologi yang
terkena paparan pada saat mengoperasikan peralatan x-ray dental adalah
kurang dari 0,2 mSv atau sebesar 0,4% dari dosis maksimal tahunan untuk
seluruh tubuh. Dosis maksimal ini tidak berlaku bagi pasien yang
menerima perawatan radiologi dental maupun radilogi medis.
c. Dosis maksimal dan Paparan untuk Pasien
Dosis pasien dalam radiologi diartikan sebagai batasan dari
sejumlah radiasi yang diterima oleh sebuah organ yang menjadi target.
Salah satu pengukuran yang paling umum adalah pengukuran paparan kulit
dan permukaan. Pengukuran ini digunakan untuk mengkalkulasi dosis yang
diterima sebuah organ yang berada di titik pengukuran atau terletak di
dekat titik pengukuran. Organ yang memiliki radiosensitivitas adalah
sumsum tulang, kelenjar tiroid dan gonad. Rerata aktivasi sumsum tulang
merupakan jenis pengukuran yang sangat penting karena sumsum tulang
merupakan organ target yang diyakini menjadi penyebab terjadinya
leukimia yang diinduksi oleh radiasi. Perhatian utama juga dilakukan pada
paparan kelenjar tiroid. Hal ini dikarenakan tiroid merupakan kelenjar
dengan resiko tertinggi mengalami kanker akibat induksi radiasi.Sedangkan
paparan gonad perlu dibatasi oleh dosis karena dicurigai memicu respon
secara genetik oleh paparan x-ray.
Rerata dosis aktif sumsum tulang didefinisikan sebagai dosis
tertentu suatu jaringan terkait dengan resiko efek stokastik yaitu leukimia.
Rerata aktif sumsum tulang dari pengambilan gambar radiografi intra-oral
seluruh mulut yang diambil pada paparan 21 film dengan kolimasi
melingkar adalah 0,142 mSv, sedangkan paparan dengan kolimasi persegi
hanya sebesar 0.06 mSv. Paparan radiografi panoramik adalah sebesar 0.01
mSv tiap filmnya atau sekitra sepertiga dari besarnya paparan yang
diterima dari satu pengambilan gambaran radiografi rongga dada.
Paparan yang diterima kelenjar tiroid pada pengambilan gambar
radiologi rongga mulut cukup rendah. Pada pengambilan 21 film dari
pemeriksaan lengkap rongga mulut menghasilkan dosis paparan sebesar
0.94 mGy atau seperenam dari dosis pengambilan gambar tulang leher.
Sedangkan besarnya dosis tiroid pada pengambilan gambar radiografi
panoramik adalah sebesar 0.074 mGy atau setara dengan 1% dari dosis
pemeriksaan pada tulang leher. Hal ini disebabkan karena pada
pemeriksaan tulang leher, kelenjar tiroid hampir berada di pusat bidang
radiasi, sedangkan pada pemeriksaan yang lain, kelenjar tiroid hanya
terkena percikan radiasinya.
Dosis paparan tertinggi yang diterima oleh gonad berasa dari
pemeriksaan pada abdomen, sedangkan pada pemeriksaan kepala, leher dan
ekstremitas, dosis yang diterima gonad merupakan yang terendah. Sebagai
contohnya, radiasi pada ginjal, ureter dan empedu memberikan paparan
sebesar 1.07 mGy pada laki-laki dan 0.08 mGy pada perempuan,
sedangkan pada pemeriksaan tengkorak hanya sebesar 0.05 mGy baik pada
laki-laki maupun perempuan. X-Ray dental hanya memeberikan paparan
sebesar 0.01 mGy yang artinya hanya berkontribusi sebesar 0.03% dari
rerata paparan tahunan secara keseluruhan.
d. Resiko
Resiko utama dari radiografi rongga mulut adalah kanker yang
diinduksi radiasi. Resiko dari sebuah kanker pada manusia dapat terinduksi
sebagai akibat dari paparan radiasi dosis rendah sangat sulit diperkirakan.

B. Radiografi Ekstra Oral


Pada pemeriksaan radiografi ekstraoral, sumber sinar X dan image
receptor (film atau sensor elektronik) ditempatkan diluar mulut pasien.
Pemeriksaan ekstraoral ini meliputi proyeksi lateral sefalometri dari bidang
sagital atau median, proyeksi submentovertex dari bidang transversal atau
horizontal; proyeksi Waters, posteroanterior sefalometrik dan reverse-Towne
dari bidang koronal atau frontal dan proyeksi lateral oblique dari badan
mandibula dan ramus, serta panoramik.

E. Radiografi Panoramik
1. Definisi
Panoramic imaging atau pantomography merupakan sebuah teknik
pengambilan gambar radiografi yan menghasilkan sebuah gambaran
tunggal tomografi dari struktur fasial yang meliputi seluruh lengkung gigi
maksila dandibula serta struktur pendukungnya.
2. Indikasi
Gambaran panoramik sangat berguna untuk mendiagnosis suatu
masalah yang memerlukan pandangan rahang secara luas, misalnya pada
evaluasi trauma, melihat lokasi molar ketiga, mengevaluasi penyakit yang
luas, mengevaluasi lesi yang dicurigai luas, meliat perkembangan gigi
(utamanya periode gigi bercampur), sisa akar dan fragmen gigi pada pasien
edentulous dan melihat anomali pertumbuhan. Panoramik juga dapat
diindikasikan bagi pasien yang tidak dapat diperiksa dengan radiografi
intraoral.
3. Keunggulan
Keunggulan dari pengambilan gambar panoramik adalah
terambilnya gambaran tulang fasial dan gigi yang luas, dosis radiasi yang
diterima pasien rendah, pemeriksaannya cenderung nyaman karena film
diletakkan diluar rongga mulut, dapat digunakan pad apasien yang
kesulitan membuka mulut, waktu pengambilan gambarnya singkat yaitu
sekitar 3-4 menit termasuk waktu yang diperlukan untuk memposisikan
pasien dan pemaparannya, serta dapat digunakan sebagai sarana edukasi
pasien dan presentasi kasus.
4. Interpretasi
a. Mandibula
Area anatomik utama yang tampak pada gambaran mandibula meliputi
prossesus kondilus dan sendi temporomandibula, kanalis mandibularis,
prosessus koronoideus, ramus mandibula, badan dan sudut mandibula,
sekstan anterior, foramen mentale, gigi geligi dan jaringan pendukung.
1. Normalnya, tepi kortikal di keseluruhan bagian tulang kecuali area
yang bergigi adalah halus, tanpa step dan memiliki ketebalan
simetris. Kondilus berada agak ke anteroinferior. TMJ hanya dapat
dilihat apabila terdapat perubahan anatomis kondilus dan fossa
glenoida.
2. Bayangan struktur lain dapat muncul pada gambaran ramus
mandibula misalnya seperti bayangan faringeal terutama ketika
pasien pasien tidak dapat menghembuskan udara dan menempatkan
lidah ke palatum selama pemaparan, gambaran dinding posterior
nasofaring, vertebra servikal terutama pada pasien yang mengalami
lordosis atau osteoporosis parah, daun telinga dan perhiasan telinga,
palatum lunak dan uvula, dorsum lidah serta ghost shadow sisi
mandibula yang berlawanan.
b. Regio Midfasial
Bagian midfasial merupakan gabungan kompleks tulang, rongga udara
dan jaringan lunak yang muncul dalam gambaran radiografi panoramik.
Tulang yang biasanya tampak pada gambaran radiografi panoramik di
area midfasial adalah tempotal, zygoma, mandibula, frontal, maksila,
spenoida, etmoid, vomer, nasal, turbinate dan palatum.
c. Maksila
Area yang tampak di bagian maksila adalah:
1. Bidang kortikal maksila termasuk bidang posterior dan alveolar
ridge
2. Fissurea pterygomaxillaris
3. Sinus maksilaris
4. Komples zygoma termasuk didalamnya yaitu orbital rims inferior
dan lateral, prosessus zygomatik, dan lengkung zygomatik anterior.
5. Rongga nasal dan conchae
6. TMJ
7. Gigi geligi maksila dan alveolus pendukung.
Gambaran radiografi panoramik dengan bayangan opak pada midline yang
merupakan bayangan vertebra servikalis

Gambaran radiografi panoramik dengan bayangan opak daun telinga (11) dan
vertebra servikalis (12)
Keterangan : 1. Kondilus; 2. Artikular eminensia; 3. Prosesus koronoideus yang
menumpuk di lengkung zygomatik; 4. Dinding posterior sinus maksilaris; 5.
Dinding posterior prosesus zygomatik; 6. Palatum keras; 7. Septum nasal; 8.
Ujung hidung; 9. Dorsum lidah; 10. Hyoid yang menumpuk pada tepi inferior
mandibula; 11. Tepi inferior sinus maksilaris; 12. Gambaran vertebra servikalis;
13 Tepi medial sinus maksilaris; 14. Canalis infraorbita; 15. Infraorbital rim; 16.
Fissura pterygomaxillaris; 17. Tepi anterior pterygoid; 18. Lateral pterygoid yang
menumpuk di palatum lunak dan prosessus mandibularis; 19. Daun telinga; 20.
Tepi inferior kanalis mandibula; 21. Foramen mentale; 22 Dinding posterior
nasofaring; 23. Tepi inferior mandibula yang menumpuk dari sisi yang
berlawanan; 24. Palatum lunak yang menumpuk di atas foramen mandibula.
BAB III
LAPORAN KASUS

1. DATA PASIEN
Nama Lengkap : Malik Al-Hakim
Alamat : Pulosari, Rt 05/06, Kebakkramat, Karanganyar
Tanggal Lahir : 10 September 2006
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam

DATA MEDIK UMUM


Golongan Darah :-
Alergi : Tidak ada
Penyakit Sistemik : Tidak ada

2. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
CC :
Pasien datang bersama dengan orang tua untuk memeriksakan beberapa gigi
belakang yang berlubang
PI :
 Pasien belum pernah melakukan tindakan apapun pada giginya tersebut.
 Menurut keterangan pasien dan keterangan orang tua pasien merasakan
giginya tersebut berlubang sejak 5 bulan yang lalu
 Pasien risih dengan giginya yang berlubang karena sering tersangkut
sisa makanan
PMH :
 Menurut keterangan orang tuanya, pasien tidak dicurigai memiliki
riwayat penyakit sistemik
 Menurut keterangan orang tuanya, pasien tidak dicurigai memiliki
riwayat alergi (obat, makanan, cuaca)
 Menurut keterangan orang tuanya, pasien belum pernah dirawat inap di
rumah sakit
 Menurut keterangan orang tuanya, pasien tidak sedang mengonsumsi
obat-obatan
PDH :
 Menurut keterangan orang tuanya, pasien belum pernah melakukan
perawatan apapun ke dokter gigi
FH :
Umum : Ayah : Tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu : Tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
Gigi : Ayah : Belum pernah ada keluhan
Ibu : Belum pernah ada keluhan
SH :
 Pasien merupakan seorang pelajar SD
 Pasien tinggal di lingkungan yang bersih
 Pasien memiliki tingkat sosial ekonomi menengah
 Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi satu kali sehari yakni pagi
hari saat mandi

3. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Vital Sign
Tekanan Darah : 115/75 mmHg (Normal)
Nadi : 60 x/menit
Pernafasan : 15 x/menit
Suhu : Afebris
Tinggi Badan : 120 cm
Berat Badan : 30 kg
Pemeriksaan Ekstra Oral
NEURO- KELENJAR KELENJAR TULANG
FASIAL TMJ
MUSKULAR LUDAH LIMFE RAHANG
DEFORMITAS TAK TAK TAK TAK TAK TAK
NYERI TAK TAK TAK TAK TAK TAK
TUMOR TAK TAK TAK TAK TAK TAK
GANGGUAN
TAK TAK TAK TAK TAK TAK
FUNGSI

Pemeriksaan Intra Oral


Mukosa bibir : TAK
Mukosa pipi : TAK
Dasar Mulut : TAK
Lidah : TAK
Gingiva : TAK
Orofaring : TAK
Oklusi : Normal Bite
Torus Palatinus : Tidak ada
Torus Mandibula : Tidak ada
Palatum : Sedang
Supernumerary : Tidak ada
Diastema : Tidak ada
Gigi Anomali : Tidak ada
Gigi Tiruan : Tidak ada
Oral Hygiene (PHP-M) : 23 (sedang)
ELEMEN RINGKASAN HASIL DIAGNOSIS / RENCANA
PEMERIKSAAN DIFFERENTIAL PERAWATAN
DIAGNOSIS
16 Terdapat pit dan fisur Pit Fisur retentif Fissure Sealant
yang dalam
26 Terdapat pit dan fisur Pit Fisur retentif Fissure Sealant
yang dalam
65 Terdapat kavitas pada Karies Email Restorasi SIK
permukaan oklusal kavitas kelas I
dengan kedalaman G.V Black
email
36 Terdapat kavitas pada Karies Email Restorasi RK
permukaan oklusal kavitas kelas I
dengan kedalaman G.V Black
email
75 Terdapat kavitas pada Pupitis irreversible - pulpektomi
bagian oklusal dengan - SSC
kedalaman pulpa
Sondasi + Palpasi -
Perkusi - tes vitalitas +
85 Terdapat kavitas pada Karies Email Restorasi SIK
permukaan oklusal kavitas kelas I
dengan kedalaman G.V Black
email
46 Terdapat kavitas pada Karies Email Restorasi SIK
permukaan oklusal kavitas kelas I
dengan kedalaman G.V Black
email
I. DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN
A. PEMBAHASAN
Radiografi panoramik memberikan gambaran yang luas terhadap
rahang atas dan bawah serta struktur pendukung disekitarnya. Dengan
kondisi rongga mulut pasien seperti pada tabel diatas, maka akan
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pengambilan radiografi
panoramik untuk melihat keadaan rahang pasien secara menyeluruh. Hal
ini lebih efektif dilakukan dibandingkan dengan pengambilan gambar
radiografi intraoral lengkap untuk setiap gigi geligi yang akan di periksa.
Selain itu, pengambilan gambar radiografi dengan cara ini juga cenderung
lebih minimal besar paparan sinar X yang diterima pasien dibandingkan
dengan intra oral lengkap.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Apron
2. Alat Radiografi Panoramik dengan komponen utama:
a. Tube Head
b. Kaset dan Kaset carrier
c. Perlengkapan untuk memposisikan pasien ( Hand grip, sinar
penanda atau ligt beam marker dan bite block)
Bahan:
1. Handscoon dan masker
2. Film

C. TAHAPAN PERAWATAN
1. Persiapan Alat
a. Mempersiapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital yang
telah dimasukkan ke dalam tempatnya.
b. Collimation harus diatur sesuai dengan ukuran yang diinginkan
c. Besarnya tembakan sinar antara 70-10 kV dan 4-12 mA.
d. Menghidupkan alat untuk memastikan bahwa alat dapat bekerja
dengan baik.
2. Persiapan Pasien
a. Untuk mendapatkan gambaran panoramik yang baik, operator
mempersiapkan posisi pasien dan posisi kepala pasien secara hati-
hati terhadap image layer (film).
b. Pasien diminta untuk melepaskan seluruh dental appliances seperti
gigi tiruan atau alat ortho lepasan, melepas anting, kalung, jepit
rambut dan semua benda berbahan logam pada area kepala dan
leher.
c. Pasien diinstruksikan untuk memposisikan gigi edge to edge dengan
dibantu bite block dan memposisikan dagu di tempat dagu.
d. Pasien diminta memakai apron pelindung dan memastikan pada
bagian leher tidak ada yang menghalangi pergerakan alat saat
mengelilingi kepala.
e. Pasien diinstruksikan untuk menelan ludah dan meletakkan lidah ke
langit-langit mulut serta tidak bergerak sampai alat berhenti
berputar. Hal ini akan menaikkan bagian dorsum lidah ke palatum
keras, mengeliminasi udara dan menyediakan visialisasi yang
optimal dari bagian apikal gigi-gigi rahang atas.
f. Menginstruksikan kepada pasien untuk bernafas normal dan tidak
bernafas terlalu dalam selama proses penyinaran.
3. Persiapan Operator
a. Operator memakai pakaian pelindung
b. Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari
sumber sinar X ketika dilakukan penyinaran
c. Memperhatikan pasien selama penyinaran untuk memastikan bahwa
pasien tidak bergerak
4. Proses penyinaran
a. Menginstruksikan pasien untuk melihat lurus ke depan dengan dibantu
sinar penanda dan tidak bergerak selama prosedur pengambilan
gambar dilakukan.
b. Tube head akan bergerak di area belakang kepala pasien, sedangkan
kaset carrier bergerak di depan wajah pasien.
5. Operator mematikan alat setelah digunakan dan mengambil film untuk
diproses.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
16
4 14 17
13 15
2 4
3 5 6 7
1 5

18 22
11 8
24

19
23 20
9

10 21
12

Keterangan : 1. Kondilus; 2. Artikular eminensia; 3. Prosesus koronoideus yang menumpuk di


lengkung zygomatik; 4. Dinding posterior sinus maksilaris; 5. Dinding posterior prosesus
zygomatik; 6. Palatum keras; 7. Septum nasal; 8. Ujung hidung; 9. Dorsum lidah; 10. Hyoid yang
menumpuk pada tepi inferior mandibula; 11. Tepi inferior sinus maksilaris; 12. Gambaran vertebra
servikalis; 13 Tepi medial sinus maksilaris; 14. Canalis infraorbita; 15. Infraorbital rim; 16.
Fissura pterygomaxillaris; 17. Tepi anterior pterygoid; 18. Lateral pterygoid yang menumpuk di
palatum lunak dan prosessus mandibularis; 19. Daun telinga; 20. Tepi inferior kanalis mandibula;
21. Foramen mentale; 22 Dinding posterior nasofaring; 23. Tepi inferior mandibula yang
menumpuk dari sisi yang berlawanan; 24. Palatum lunak yang menumpuk diatas foramen
mandibula
Interpretasi:
A. Tampak gambaran sinus maksilaris
B. Tampak gambaran rongga hidung
C. Tampak gambaran tulang nasal
D. Tampak gambaran kondilus
E. Tampak gambaran foramen mentale di kedua sisi rahang
F. Gigi geligi:
Terdapat gambaran gigi geligi yang terdapat didalam rongga mulut yang sudah
erupsi , yaitu gigi 16,55,54,12,11,21,22,23,64,65,26,36,65,33,32,31,41,42,43,85,
dan 46. Serta dalah gambaran radiograf didapatkan gambaran benih gigi yang
belum erupsi anatra lain 17,15,14,13,24,25,27,37,35,34,44,45,47. Tidak terlihat
adanya benih gigi molar ketiga di keempat regio.
Pada gambaran radiografi elemen gigi geligi pada gigi 16 dan 26 pertumbuhan
akar gigi belum menutup dengan sempurna, gigi 55,54,64,65,75,85 telah mengalami
resobrsi pada bagian akar. Serta gigi 75 terdapat kavitas dengan kedalaman pulpa dan
akar telah mengalami resorbsi
Tampak gambaran mandibula yang halus dan tanpa step.
DAFTAR PUSTAKA

Bakar, A., 2012, Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2, Quantum, Yogyakarta


Farman, A.G., 2007, Panoramic Radiology: Seminars on Maxillofacial Imaging
and Interpretation, Springler-Verlag, Berlin, Germany.
Mitchell, L., Mitchell, D.A., McCaul, L., 2015, Kedokteran Gigi Klinik Edisi 5,
EGC, Jakarta.
Harty, F.J., Ogston R., 2012, Kamus Kedokteran Gigi, EGC, Jakarta
White, S.C., Pharoah, M.J., 2000, Oral Radiology: Principles and Interpretation
4th Edition, Mosby.Inc, Missouri, Printed in USA.
White, S.C., Pharoah, M.J., 2004, Oral Radiology: Principles and Interpretation
5th Edition, Mosby.Inc, Printed in China
Whaites, E., Cawson, R.A., 2003, Essential of Dental Radiography and
Radiology, Elsevier, Printed in China.

You might also like