Professional Documents
Culture Documents
1. PENGERTIAN
2. ETIOLOGI
Hampir semua (95%) kasus IDDM terjadi karena kombinasi genetik dan
faktor lingkungan. Interaksi ini menyebabkan terjadinya destruksi autoimun pada sel
beta pulau-pulau Langerhans. Defisiensi insulin baru terjadi saat 90% sel beta sudah
mengalami destruksi.
3. MANIFESTASIKLINIK
4. PATOFISIOLOGI
Secara umum di dunia terdapat 15 kasus per 100.000 individu pertahun yang
menderita DM tipe 1. Tiga dari 1000 anak akan menderita IDDM pada umur 20
tahun nantinya. Insiden DM tipe 1 pada anak-anak di dunia tentunya berbeda.
Terdapat 0.61 kasus per 100.000 anak di Cina, hingga 41.4 kasus per 100.000 anak
di Finlandia. Angka ini sangat bervariasi, terutama tergantung pada lingkungan
tempat tinggal. Ada kecenderungan semakin jauh dari khatulistiwa, angka
kejadiannya akan semakin tinggi. Meski belum ditemukan angka kejadian IDDM di
Indonesia, namun angkanya cenderung lebih rendah dibanding di negaranegara
eropa.
Secara umum insiden IDDM akan meningkat sejak bayi hingga mendekati
pubertas, namun semakin kecil setelah pubertas. Terdapat dua puncak masa kejadian
IDDM yang paling tinggi, yakni usia 4-6 tahun serta usia 10-14 tahun. Kadang-
kadang IDDM juga dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan, meskipun
kejadiannya sangat langka. Diagnosis yang telat tentunya akan menimbulkan
kematian dini. Gejala bayi dengan IDDM ialah napkin rash, malaise yang tidak jelas
penyebabnya, penurunan berat badan, senantiasa haus, muntah, dan dehidrasi.
5. KOMPLIKASI
Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada
tingkat lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis.
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan
kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan
kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren
dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar
gula darah buruk.
6. PEMERIKSAANDIAGNOSTIK
Tidak diperlukan pemeriksaan radiologi secara rutin, yang lebih berperan ialah
pemeriksaan lab. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) dan Glukosa Darah
Puasa (GDP) paling sering dilakukan. Batasnya 200 mg/dl (11 mmol/l) untuk GDS
dan 120 mg/ml (7 mmol/l) untuk GDP. Selain darah, glukosa urin dapat menunjang
diagnosis dan keton urin dapat menjadi petanda Ketoasidosis Diabetik (KAD),
meskipun keton urin normal ditemukan pada orang yang lapar dan puasa. Ketonuria
dapat menjadi marker jika terdapat defisiensi insulin dan gejala klinis yang
menunjang KAD.
Profil lipid juga sebaiknya dikerjakan. Albumin urin (albumin excretion rate)
dapat dites untuk mmantau terjadinya mikroalbuminuria, petanda dini nefropati DM.
7. PANATALAKSANAAN MEDIS
Diet untuk anak dengan IDDM merupakan komponen yang sangat esensial.
Tujuan diet pada IDDM ialah menyeimbangkan asupan makanan dengan dosis
insulin dan aktivitas dengan cara menjaga kadar glukosa dalam rentang normal.
Sebaiknya dapat diperkirakan jumlah karbohidrat yang dikandung dalam suatu
makanan terutama bagi yang menggunakan insulin kerja cepat secara injeksi atau
pompa ketika makan. Karbohidrat kompleks (mis. Sereal) dapat dikonsumsi sebelum
tidur untuk mencegah terjadinya hipoglikemia nokturnal, terutama bagi yang
mengkonsumsi insulin dua kali sehari.
Terdapat tiga golongan insulin secara klinis, yakni short-acting (mis. Regular,
soluble, lispro, aspart, glulisine), medium dan intermediate-acting (isophane, lente,
dentemir), serta lon-acting (ultralente, glargine). (Baca Terapi Insulin untuk Praktek
Sehari-hari). Selain insulin, obat-obatan lain yang perlu diwaspadai mengurangi efek
hipoglikemik insulin ialah asetazolamid, ARV, asparaginase, fenitoin, isoniazid,
diltiazem, diuretik, kortikosteroid, tiasid, estrogen tiroid, kalsitonin, kontrasepsi oral,
diazoxide, dobutamin, fenotiazin, siklofosfamid, litium karbonat, epinefrin, morfin,
dan niasin.