You are on page 1of 5

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Kota Malang terletak di koordinat 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan.
Kota dengan luas area sebesar 252.10 Km2 (97.34 sq mi) ini memiliki populasi penduduk sebesar
857.891 dengan kepadatan penduduk 3,400/Km2 (8,800/sq mi), menempati posisi 17 kota dengan
kepadatan penduduk terbesar di Indonesia. Secara administratif, Kota Malang terbagi menjadi 5
Kecamatan yaitu Kecamatan Kedungkandang, Sukun, Klojen, Blimbing dan Lowokwaru (Wikipedia,
2017).
Sebagian besar wilayah Kota Malang merupakan dataran tinggi dengan relative kemiringan 15% di
daerah tanah andosol yang terletak di Kecamatan Lowokwaru. Untuk jenis tanah, Kota Malang
memiliki 4 jenis tanah yaitu Alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6,930,267 Ha, Mediteran coklat
dengan luas 1.225.160 Ha, Asosiasi latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha
dan Asosiasi andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765,160 Ha.
Pertumbuhan penduduk Kota Malang setiap tahunnya bertambah 1,58% (Surya, 2016). Belum lagi
ditambah dengan jumlah warga pendatang yang tiap tahunnya semakin bertambah. Jika ditotal warga
asli Kota Malang dengan Pendatang mencapai 1,2 juta.

Kota Malang merupakan kota kedua terbesar setelah Kota Surabaya di Provinsi Jawa Timur.
Penggunaan lahan di wilayah ini berupa hutan belukar yang menempati bagian barat, utara, dan
timur. Tanah persawahan menempati bagian selatan yang merupakan pedataran, tanah perkebunan,
dan selebihnya merupakan tanah permukiman penduduk perkotaan dan pedesaan. Penggunaan
lahan dipengaruhi oleh kondisi medan dan jenis tanah yang berada di wilayah tersebut.
Secara administratif, Kota Malang terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Kedungkadang,
Kecamatan Klojen. Kecamatan Blimbing, Kecamatan Lowokwaru, dan Kecamatan Sukun serta 57
kelurahan. Sedangkan secara geografis wilayah Kota Malang berada antara 07°46'48" - 08°46'42"
Lintang Selatan dan 112°31'42" - 112°48'48" Bujur Timur, dengan luas wilayah ±11.006 Ha dengan
batas wilayah utara, selatan, timur dan barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang.

PENGERTIAN/DEFINISI
Peremajaan kota merupakan suatu konsep dan strategi pembangunan kota untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan mengantisipasi proses ekologi perubahan keruangan serta perkembangan dan
pertumbuhan penduduk yang disertai berkembangnya kegiatan usaha yang akan mempunyai akibat pada
perubahan sosial, ekonomi dan fisik yang kemudian menuntut kebutuhan ruang. Peremajaan kawasan
perkotaan adalah penataan kembali area terbangun bagian kawasan perkotaan yang mengalami degradasi
kualitas lingkungan, degradasi fungsi kawasan, dan/atau penyesuaian bagian kawasan perkotaan terhadap
rencana pembangunan kawasan perkotaan (Permendagri No. 1 Tahun 2008). Sedangkan menurut UU No
24 tahun 1992, peremajaan kota merupakan upaya perawatan kembali suatu wilayah dengan mengganti
sebagian atau seluruh unsur-unsur lama dengan unsur-unsur baru dengan tujuan untuk meningkatkan
vitalitas dan kualitas lingkungan sehingga kawasan tersebut memberikan konstribusi yang lebih baik bagi
kota secara keseluruhan.
Peremajaan lingkungan permukiman di kota merupakan proses penataan kembali kawasan kumuh
perkotaan agar dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai ruang kegiatan masyarakatnya. Proses tersebut
terutama diterapkan pada kawasan permukiman yang dihuni oleh kelompok masyarakat kota
berpenghasilan rendah (Cipta Karya, 1996:III-6). Lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan
lengkap dengan sarana dan prasarana kebutuhan hidup sehari-hari serta merupakan bagian dari suatu kota
(Dirjend Cipta Karya PU, IAP, 1997:60).

REVIEW KEBIJAKAN
Dalam membuat sebuah evaluasi ataupun pengembangan, maka perlu ditinjau pula dalam hal
kebijakannya. Berikut adalah beberapa kebijakan yang digunakan:
PU No. 20/PRT/M/2007
Permen PU 20/PRT/M/2007 membahas tentang SKL Berikut adalah review mengenai pedoman
analisis aspek fisik dasar dan lingkungan :
Analisis kemampuan lahan terdiri dari 9 satuan kemampuan lahan (SKL) yaitu SKL Morfologi, SKL
Kemudahan Dikerjakan, SKL Kestabilan lereng, SKL Kestabilan Pondasi, SKL Ketersediaan Air, SKL
Drainase, SKL Erosi, SKL Pembuangan Limbah, dan SKL Bencana Alam. Adapun penjelasan
mengenai analisis kemampuan lahan adalah sebagai berikut :
No. SKL Pengertian
1 Morfologi Tujuannya untuk memilah
bentuk bentang
alam/morfologipada
wilayah dan/atau kawasan
perencanaan yang mampu
untuk dikembangkan
sesuai dengan fungsinya.
2 Kemudahan Dikerjakan Tujuannya untuk
mengetahui tingkat
kemudahan lahan pada
suatu kawasan untuk
digali/dimatangkan dalam
proses pembangunan atau
pengembangan.

3 Kestabilan Lereng Tujuannya untuk


mengetahui tingkat
kemantapan lereng di
wilayah pengembangan
dalam menerima beban.
4 Kestablian Pondasi Tujuannya untuk
mengetahui tingkat
kemampuan lahan untuk
mendukung bangunan
berat dalam
pengembangan perkotaan,
serta jenis‐jenis pondasi
yang sesuai untuk masing‐
masing tingkatan.
5 Ketersediaan Air Tujuannya untuk
mengetahui tingkat
ketersediaan air dan
kemampuan penyediaan
air pada masing‐masing
tingkatan, guna
pengembangan kawasan.
6 Drainase Tujuannya untuk
mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam
mengalirkan air hujan
secara alami, sehingga
kemungkinan genangan
baik bersifat lokal maupun
meluas dapat dihindari.
7 Erosi Tujuannya untuk
mengetahui daerah‐daerah
yang mengalami
keterkikisan tanah,
sehingga dapat diketahui
tingkat ketahanan lahan
terhadap erosi serta
antispasi dampaknya pada
daerah yang lebih hilir.
8 Pembuangan Limbah Tujuannya untuk
mengetahui mengetahui
daerah‐daerah yang
mampu untuk ditempati
sebagai lokasi
penampungan akhir dan
pengeolahan limbah, baik
limbah padat maupun cair.
SKL pembuangan limbah
adalah tingkatan untuk
memperlihatkan wilayah
tersebut cocok atau tidak
sebagai lokasi
pembuangan.
9 Bencana Alam Tujuannya untuk
mengetahui mengetahui
daerah‐daerah yang
mampu untuk ditempati
sebagai lokasi
penampungan akhir dan
pengeolahan limbah, baik
limbah padat maupun cair.
SKL pembuangan limbah
adalah tingkatan untuk
memperlihatkan wilayah
tersebut cocok atau tidak
sebagai lokasi
pembuangan.

Berdasarkan hasil analisa kemampuan lahan nantinya akan terbentuk 5 kawasan dengan nilai
lahan, diantaranya;
a. Kawasan Kemampuan Lahan sangat rendah dengan arahan pengembangan sebagai kawasan
lindung atau kawasan resapan air,
b. Kawasan Kemampuan Lahan rendah dengan arahan pengembangan kawasan penyangga,
kawasan lindung, atau kawasan resapan air.
c. Kawasan Kemampuan Lahan sedang memiliki arahan pengembangan sebagai kawasan
terbangun dengan kegiatan tertentu (kawasan perumahan).
d. Kawasan Kemampuan Lahan agak tinggi dengan arahan pengembangan kawasan terbangun
dengan berbagai kegiatan (perumahan), dan
e. Kawasan kemampuan Lahan sangat tinggi dengan arahan pengembangan daerah terbangun
diatas empat lantai untuk berbagai kegiatan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007


Peraturan tersebut membahas tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Untuk
mengetahui kriteria kawasan budidaya perlu dilakukan pula analisis kesesuaian lahan. Kriteria
dalam melakukan analisis kesesuaian lahan ini berupa;

1. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0-25%)


2. Tersedia sumber air.
3. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi)
4. Drainase baik sampai sedang
5. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran
pengairan/rel kereta api/ dan daerah aman penerbangan
6. Tidak berada pada kawasan lindung
7. Tidak terletak pada kawasan budidaya penyangga (pertanian, kebun, dll)
8. Menghindari sawah irigasi teknis.

2.2.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993


Peraturan tersebut membahas tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Dalam penulisan ini, hanya diperlukan kebijakan mengenai
garis sempadan sungai untuk melengkapi data yang diperlukan dalam analisis kesesuaian lahan.
1. Garis Sempadan Sungai

Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari, sungai bertanggul di luar kawasan
perkotaan, sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, sungai tidak bertanggul di luar
kawasan perkotaan, sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.
Tabel 2. Kriteria Garis Sempadan Sungai

Garis Sempadan Sungai Bertanggul Garis Sempadan Sungai tak Bertanggul


Di luar Di kawasan Perkotaan
Kawasan Perkotaan
Di luar kawasan Sungai besar yaitu Kedalaman sungaitidak
perkotaan ditetapkan sungai yang mempunyai lebih dari 3 (tiga) meter,
sekurang-kurangnya 5 daerah pengaliran sungai garis sempadan ditetapkan
meter di sebelah luar seluas 500 km2 atau lebih. sekurangnya 10 meter
sepanjang kakitanggul. Sungai kecil yaitu dihitung dari tepi sungai
Di dalam kawasan sungai yang mempunyai pada waktu ditetapkan.
perkotaan ditetapkan daerah pengaliran sungai Kedalaman sungai tidak
sekurang-kurangnya 3 seluas kurang dari 500 m2. lebih dari 3 meter sampai
meter di sebelah luar dengan 20 meter, garis
sepanjang kaki tanggul. sempadan dan ditetapkan
sekurang-kurangnya 15
meter dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan
Kedalaman sungai
maksimum lebih dari 20
meter, garis sempadan
ditetapkan sekurangnya 30
meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu yang
ditetapkan

You might also like