You are on page 1of 9

JOM Vol. 2 No.

2, Oktober 2015

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI


TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI PRIMER
Rindang Azhari Rezky1, Yesi Hasneli 2, Oswati Hasanah 3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email : rangbatusangka@gmail.com

Abstract
The objective of this study was to identify the effect of foot reflexology theraphy on the blood pressure in patients with
primary hypertension. This study used quasy experiment design with non-equivalent control group approach. This study
was conducted at Puskesmas Lima Puluh with 30 people as the sample which was divided into 15 people experiment
group and 15 people control group. The experiment group was given foot reflexology massage theraphy of 15 minutes a
day for three days consecutively. A digital sphygmomanometer and observation sheet were used as the measurement
instruments. The analyses used were univariate analysis to observe the frequency and bivariate analysis with Dependent
T-test and Independent T-test. The result of the study showed a decrease of 6,29 mmHg on the experiment group patients
systolic blood pressure and a decrease of 3,44 mmHg on the diastolic blood pressure. The result of statistical test
indicated a significant decrease on the experiment group with p value 0,000 (p<0,05). The result of this study indicates
that foot reflexology massage theraphy can lower patients blood pressure even though the patients are still under
hypertension category.

PENDAHULUAN hipertensi. Prevalensi hipertensi dunia


Hipertensi atau penyakit tekanan darah mencapai 29.2% pada laki-laki dan 24.8%
tinggi merupakan suatu gangguan pada pada perempuan (WHO, 2013). Prevalensi
pembuluh darah yang mengakibatkan hipertensi ini akan terus meningkat dan
penurunan suplai oksigen dan nutrisi diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29 %
(Pudiastuti, 2013). Hipertensi juga sering orang dewasa di seluruh dunia menderita
diartikan sebagai suatu keadaan dimana hipertensi (Kemenkes RI, 2013). Di Indonesia
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg sendiri, survey Kesehatan Rumah Tangga
dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 Departemen Kesehatan RI 2013 menyebutkan
mmHg (Muttaqin, 2009). sekitar 16-31% dari populasi masyarakat
Hipetensi dapat dibedakan menjadi Indonesia di berbagai provinsi menderita
dua kelompok, yaitu hipertensi primer dan hipertensi (Riskesdas RI, 2013).
sekunder. 90% dari semua kasus hipertensi Berdasarkan data Dinas Kesehatan
adalah primer. Tidak ada penyebab yang jelas Kota Pekanbaru (2014) hipertensi primer
tentang hipertensi primer, namun ada (esensial) termasuk sepuluh besar kasus
beberapa teori yang menunjukkan bahwa penyakit terbanyak di Pekanbaru yaitu
faktor genetik dan perubahan hormon bisa menduduki urutan ke dua terbesar setelah
menjadi fakor pendukung. Hipertensi Infeksi Saluran Nafas bagian Atas Akut
sekunder merupakan hipertensi yang lainnya (ISPA). Jumlah kasus pada tahun
diakibatkan oleh penyakit tertentu (Baradero, 2013 adalah 20.005 kasus dengan angka
Dayrit & Siswadi, 2008). kejadian pada perempuan lebih tinggi dari
Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki. Jumlah ini terus meningkat
setiap tahunnya. WHO pada tahun 2013, setiap tahun. Pada tahun 2011 tercatat
menyebutkan bahwa di dunia terdapat 17.000 sebanyak 19.229 kasus dan pada tahun 2012
orang per tahun meninggal akibat penyakit 19.878 kasus.
kardiovaskuler dimana 9.400 orang Tingginya angka prevalensi hipertensi
diantaranya disebabkan oleh komplikasi dari setiap tahun menunjukkan bahwa hipertensi
1454
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

memerlukan penatalaksanaan yang benar. teknik menekan dan menahan. Rangsangan-


Menurut Wirakusumah (2012), pengobatan rangsangan berupa tekanan pada tangan dan
hipertensi dapat dilakukan secara kaki dapat memancarkan gelombang-
farmakologis dan non farmakologis. gelombang relaksasi ke seluruh tubuh
Pengobatan farmakologis merupakan (Wahyuni, 2014).
pengobatan dengan menggunakan obat-obatan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
yang dapat membantu menurunkan serta oleh Wahyuni (2014), massage ekstremitas
menstabilkan tekanan darah. Pengobatan dengan aroma terapi lavender berpengaruh
farmakologis memiliki efek samping yaitu terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dapat memperburuk keadaan penyakit atau dengan hipertensi. Hasil penelitian ini
efek fatal lainnya. Hal ini dikarenakan respon diperkuat oleh Nugroho (2012), menunjukkan
terhadap suatu jenis obat pada setiap orang bahwa pijat refleksi kaki lebih efektif
berbeda. Efek samping yang mungkin timbul dibanding hipnoterapi dalam menurunkan
adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual tekanan darah. Penelitian lain yang dilakukan
(Susilo & Wulandari, 2011). Salah satu oleh Natalia (2013), senam kaki diabetik
alternatif yang tepat untuk menurunkan dengan tempurung kelapa dapat
tekanan darah tanpa ketergantungan obat dan meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien
efek samping adalah dengan menggunakan DM tipe 2. Hasil penelitian ini juga diperkuat
non farmakologis (Kowalski, 2010). oleh Hasneli, Oktaviah, dan Darmilis (2014),
Pengobatan non farmakologis dapat senam kaki “TEMPURA” efektif dalam
digunakan sebagai pelengkap untuk meningkatkan sirkulasi darah dan sensitivitas
mendapatkan efek pengobatan pada saat obat kaki pada pasien diabetes.
anti hipertensi diberikan (Dalimartha, Studi Pendahuluan dilakukan pada
Purnama, Sutarina, Mahendra & Darmawan, tanggal 12 Januari 2015 di Puskesmas Lima
2008). Pengobatan non farmakologis yang Puluh melalui wawancara terhadap 7 orang
dapat dilakukan pada penderita hipertensi penderita hipertensi. Hasil wawancara
meliputi: teknik mengurangi stres, penurunan menunjukkan bahwa 5 orang penderita
berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan hipertensi belum mengetahui pijat refleksi
tembakau, olahraga atau latihan, relaksasi, dapat menurunkan tekanan darah, dan sisanya
dan akupresur merupakan intervensi yang pernah melakukan pijat refleksi lalu kemudian
bisa dilakukan pada terapi hipertensi berhenti. Berdasarkan penjelasan di atas,
(Muttaqin, 2009). Intervensi lain yang dapat peneliti ingin mengetahui apakah pijat refleksi
dilakukan untuk menurunkan hipertensi dapat menurunkan tekanan darah pada
adalah pijat refleksi (Kumar, 2009). penderita hipertensi. Peneliti sangat tertarik
Pijat refleksi adalah suatu praktik untuk meneliti “Pengaruh terapi pijat refleksi
memijat titik-titik tertentu pada tangan dan kaki terhadap tekanan darah pada penderita
kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan hipertensi primer”.
sudah tidak perlu diragukan lagi. Salah satu
khasiatnya yang paling populer adalah untuk TUJUAN PENELITIAN
mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat Tujuan penelitian ini adalah
lainnya adalah mencegah berbagai penyakit, mengetahui pengaruh terapi pijat refleksi kaki
meningkatkan daya tahan tubuh, membantu terhadap tekanan darah pada penderita
mengatasi stress, meringankan gejala migrain, hipertensi primer.
membantu penyembuhan penyakit kronis, dan
mengurangi ketergantungan terhadap obat- MANFAAT PENELITIAN
obatan (Wahyuni, 2014). Teknik-teknik dasar Hasil penelitian ini diharapkan
yang sering dipakai dalam pijat refleksi menjadi sumber informasi dalam
diantaranya: teknik merambatkan ibu jari, pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
memutar tangan dan kaki pada satu titik, serta tentang penerapan terapi pijat refleksi kaki
1455
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

dalam bidang kesehatan yaitu sebagai salah 1. Analisa Univariat


satu alternatif terapi komplementer untuk Tabel 1
menurunkan tekanan darah pada penderita Distribusi Karakteristik Responden
hipertensi primer. Eksperi
Kontrol
Karak- men Jumlah
(n=15)
teristik (n=15)
METODOLOGI PENELITIAN n % n % n %
Penelitian ini menggunakan desain Usia:
penelitian quasy eksperiment dengan Dewasa
pendekatan non-equivalent control group Akhir 4 26,7 - - 4 13,3
yang melibatkan dua kelompok, yaitu 36-45
Lansia Awal
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 4 26,7 10 66,7 14 46,7
46-55
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Lansia Akhir
Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru dengan 7 46,6 5 33,3 12 40,0
56-65
jumlah sampel sebanyak 30 responden. Jenis
Pengambilan sampel menggunakan purposive Kelamin:
sampling sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu Laki-laki 3 20,0 2 13,3 5 16,7
Perempuan 12 80,0 13 86,7 25 83,3
pasien yang menderita hipertensi primer, Pendidikan:
berusia 30-65 tahun, mempunyai tekanan a.Tidak
darah ≥ 140/90 mmHg , mengonsumsi obat Sekolah - - 1 6,7 1 3,3
hipertensi, tidak memiliki luka pada telapak b.SD 1 6,7 3 20,0 4 13,3
kaki misalnya luka bakar, luka gangren, dan c.SMP 5 33,3 6 40,0 11 36,7
d.SMA 5 33,3 4 26,7 9 30,0
tumor. e.PT 4 26,7 1 6,7 5 16,7
Tekanan darah sistolik dan diastolik
yang digunakan merupakan hasil pengukuran Status
tekanan darah sebanyak satu kali setiap hari Peker
selama tiga hari. Rata-rata akhir tekanan jaan:
Bekerja 7 46,7 4 26,7 11 36,7
darah sistolik dan diastolik diperoleh dari Tidak 8 53,3 11 73,3 19 63,3
hasil tekanan darah sistolik dan diastolik hari Bekerja
pertama hingga hari ketiga dibagi tiga. Suku:
Analisa data yang digunakan yaitu analisa Minang 5 33,3 2 13,3 7 23,3
univariat menggunakan frekuensi dan analisa Jawa 3 20,0 2 13,3 5 16,7
Melayu 3 20,0 6 40,0 9 30,0
bivariat menggunakan uji Dependent T Test Batak 4 26,7 5 33,3 9 30,0
dan uji Independent T Test untuk melihat Total 15 100, 15 100, 30 100,
pengaruh dari terapi terhadap penurunan 0 0 0
tekanan darah. Tabel 1 menunjukkan bahwa
mayoritas penderita hipertensi primer dalam
HASIL PENELITIAN penelitian ini berada pada rentang usia 46-55
Hasil penelitian yang telah dilakukan tahun yaitu sebanyak 46,7% (14 orang),
pada tanggal 31 Maret 2015 sampai 25 Mei perempuan 83,3% (25 orang), sebagian besar
2015 dengan melibatkan 30 responden yang berpendidikan SMP 36,7% (11 orang), tidak
terdiri dari 15 orang sebagai kelompok bekerja 63,3% (19 orang), dan merupakan
eksperimen dan 15 orang sebagai kelompok Suku Melayu dan Batak 60% (18 orang).
kontrol adalah sebagai berikut:

1456
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

Tabel 2 2. Analisa Bivariat


Distribusi Rata-Rata Tekanan Darah Tabel 3
Sistolik dan Diastolik sebelum dan Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik
sesudah Intervensi pada Kelompok dan Diastolik sesudah Intervensi pada
Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variab N Me SD Min Max p Mean
Vari
el an value Mean SD Perbed p value
Abel
Ekspe aan
rimen Sistol
Pre 158, 4,40 153, 170, 0,523 Ekspe 152,37 5,07
Sistol 15 66 67 33 rimen 157,08 4,07
-4,71 0,009
Pre 94, 2,09 91, 99, 0,478 Kon
Diastol 17 33 67 trol
Kon Diastol
trol Ekspe 90.73 3,05 0,012
Pre 159, 2,50 155, 166, 0,523 rimen 93,82 3,23
-3,08
Sistol 15 51 33 33 Kon
Pre 94, 2,94 91, 99, 0,478 Trol
Diastol 62 33 00 Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji
Ekspe statistik Independent T Test didapatkan mean
rimen 152, 5,07 145, 162,
Post 37 3,23 67 00
tekanan darah sistolik post test kelompok
Sistol 15 90, 86, 96, eksperimen adalah 152,37 mmHg sedangkan
Post 73 33 67 mean post test pada kelompok kontrol lebih
Diastol tinggi yaitu 157,08 mmHg. Tabel 8 juga
Kon menunjukkan mean tekanan darah diastolik
trol 157, 4,07 151, 166,
Post 08 3,23 33 33
post test pada kelompok eksperimen yaitu
Sistol 15 93, 89, 101, 90,73 mmHg sedangkan post test kelompok
Post 82 67 33 kontrol adalah 93,82 mmHg. Hasil uji statistik
Diastol pada mean tekanan darah sistol diperoleh p
Tabel 2 menunjukkan rata-rata tekanan value 0,009 (p<α) dan mean tekanan darah
darah sistolik dan diastolik pada kelompok diastol diperoleh p value 0,012 (p<α). Hal ini
eksperimen sebelum intervensi adalah 158,66 menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi pijat
mmHg dan 94,17 mmHg dengan standar refleksi terhadap tekanan darah pada
deviasi 4,40 dan 2,09. Sedangkan pada penderita hipertensi primer.
kelompok kontrol rata-rata tekanan darah
sistolik dan diastoliknya adalah 159,51 Tabel 4
mmHg dan 94,62 mmHg dengan standar Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Sistolik
deviasi 2,50 dan 2,94.. Hasil uji homogenitas dan Diastolik sebelum dan sesudah Intervensi
menggunakan uji t independent terhadap pada Kelompok Eksperimen
tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum Mean
Tekanan
intervensi pada kedua kelompok didapatkan Mean Perbe SD p value
Darah
nilai p value 0,523 dan 0,478 (p>0,05). daan
Kelompok
Ekspe
Rimen
a. Sistolik
Pre test 158,66 4,40
6,29 0,000
Post test 152,37 5,07
b.Diastolik
Pre test 94,17 2,09
3,44 0,000
Post test 90,73 3,05

1457
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

Berdasarkan tabel 4, terdapat PEMBAHASAN


perbedaan antara mean tekanan darah sistolik 1.Karakteristik Penderita Hipertensi
dan diastolik pada kelompok eksperimen. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Pada kelompok eksperimen terjadi penurunan pada penderita hipertensi di Puskesmas Lima
mean tekanan darah sistolik yaitu dari 158,66 Puluh didapatkan bahwa sebagian besar
mmHg menjadi 152,37 mmHg dengan selisih penderita hipertensi berdasarkan usia berada
sebesar 6,29 mmHg. Tekanan darah diastolik pada kategori lansia awal (46-55 tahun)
pada kelompok eksperimen juga mengalami sebanyak 46,7%. Hasil penelitian Anggraini,
penurunan yaitu sebesar 3,44 mmHg. Waren, Situmorang, Asputra, dan Siahaan
Berdasarkan uji Dependent T Test pada (2009) juga menyatakan hal yang sama bahwa
kelompok eksperimen diperoleh p value 0,000 penderita hipertensi paling banyak berada
(p<α), hasil ini berarti bahwa ada perbedaan pada rentang umur >45 tahun yaitu sebanyak
yang signifikan antara mean tekanan darah 89,1%. Umur >45 tahun beresiko 17,726 kali
sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah lebih besar menderita hipertensi dibandingkan
intervensi. umur <45 tahun (Irza, 2009).
Penambahan usia menyebabkan
Tabel 5 terjadinya perubahan hormonal dan
Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Sistolik perubahan pada vaskular. Elastisitas
dan Diastolik sebelum dan sesudah Intervensi pembuluh darah arteri juga semakin
pada Kelompok Kontrol berkurang dan menjadi kaku. Keadaan ini
Tekanan
Mean dapat menyebabkan arteri tidak dapat
Mean Perbe SD p value mengembang saat jantung memompa darah
Darah
daan
sehingga darah yang mengalir menjadi tidak
Kelompok
Kontrol lancar (Widharto, 2007).
a. Sistolik Mayoritas jenis kelamin responden
Pre test 159,57
2,42
2,50
0,031 dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu
Post test 157,08 4,07 sebanyak 25 orang (83,3%). Hasil penelitian
b. Diastolik
ini didukung oleh Almi (2014) yang
Pre test 94,62 0,97 2,94
0,263 menyatakan bahwa hipertensi dominan terjadi
Post test 93,82 3,23
Berdasarkan tabel 5, terdapat pada perempuan yaitu sebesar 71,1%.
perbedaan antara mean tekanan darah sistolik Perempuan lebih cenderung menderita
pada kelompok kontrol. Pada kelompok hipertensi salah satu pencetusnya adalah
kontrol terjadi penurunan mean tekanan darah proses menopouse yang merupakan pengaruh
sistolik yaitu dari 159,57 mmHg menjadi dari hormon estrogen. Menurut Sherwood
157,08 mmHg dengan selisih sebesar 2,42 (2011) pada masa menopouse menyebabkan
mmHg. Tekanan darah diastolik pada kontrol aliran darah menjadi tidak stabil yang
kelompok kontrol naik sebesar 0,97 mmHg mengakibatkan penurunan HDL dan
dari 94,62 mmHg menjadi 93,82 mmHg. peningkatan LDL. Namun hal ini
Berdasarkan uji Dependent T Test pada bertentangan dengan teori Dalimartha et all
kelompok kontrol diperoleh p value sistol (2008) yang menyatakan bahwa hipertensi
0,031 (p<α). Dapat disimpulkan bahwa ada lebih mudah menyerang laki-laki.
perbedaan yang signifikan antara mean Sebagian besar pendidikan responden
tekanan darah sistolik pre test dan post test dalam penelitian ini adalah SMP yaitu sebesar
pada kelompok kontrol. Sedangkan untuk p 36,7%. Hal ini sejalan dengan hasil Riskesdas
value diastol adalah 0,263 (p>α ). Ini berarti (2007) yang menyatakan bahwa hipertensi
tidak ada perbedaan yang signifikan antara cenderung tinggi pada pendidikan rendah dan
mean tekanan darah diastol pre test dan post menurun sesuai dengan peningkatan
test pada kelompok kontrol. pendidikan. Penelitian lain yang dilakukan
Rahajeng dan Tuminah (2009) di Pusat
1458
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan 2.Pengaruh Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Penelitian Kesehatan Depkes RI yang Tekanan Darah Pada Penderita
menyatakan bahwa penyakit hipertensi lebih Hipertensi Primer
tinggi pada responden yang berpendidikan
tamatan SD (28,7%) dengan OR sebesar Penelitian ini dilakukan pada 30
1,33. Tingkat pendidikan seseorang responden yang dibagi kedalam 2 kelompok,
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
menerima informasi dan mengolahnya kontrol. Kelompok eksperimen diberikan
sebelum menjadi perilaku yang baik maupun terapi pijat refleksi kaki 3 hari berturut-turut
buruk sehingga berdampak terhadap status selama 15 menit sedangkan kelompok kontrol
kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). tidak diberikan perlakuan. Peneliti
Penelitian terhadap 30 orang penderita menggunakan alat pijat refleksi APIYU II
hipertensi menunjukkan bahwa mayoritas yang dirancang oleh Hasneli (2015).
responden tidak bekerja (IRT) dan memasuki Pemijatan dilakukan pada titik-titik refleksi di
masa pensiun yaitu sebanyak 19 orang telapak kaki untuk menurunkan tekanan
(63,3%) sedangkan responden yang bekerja darah.
sebanyak 11 orang (36,7%). Hasil penelitian Pada kedua kelompok tekanan darah
ini sejalan dengan penelitian Anggara dan sistolik dan diastolik dihitung dengan
Prayitno (2013) yang menyatakan bahwa ada menggunakan alat sphygmomanometer
hubungan antara pekerjaan dengan tekanan digital. Penelitian dilakukan pada jam yang
darah (p=0,000) dengan jumlah responden sama, dimana peneliti telah menentukan
yang tidak bekerja dan menderita hipertensi rentang waktu pengambilan data untuk setiap
sebesar 62,5%. responden yaitu dari jam 15.00 – 17.00 WIB.
Pekerjaan berpengaruh kepada Hasil uji Independent T Test mean
aktivitas fisik seseorang. Berdasarkan tekanan darah sistol sesudah intervensi pada
penelitian epidemiologi terbukti bahwa ada kelompok eksperimen dan kontrol yang tidak
keterkaitan antara aktivitas kurang aktif dan diintervensi menunjukkan nilai p value 0,009,
hipertensi (Dalimartha et all., 2008). dan mean tekanan darah diastol sesudah
Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko intervensi pada kelompok eksperimen dan
kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif kontrol yang tidak diintervensi menunjukkan
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut p value 0,012, berarti nilai p value < α (0,05),
jantung yang lebih tinggi sehingga otot artinya H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa
jantungnya harus bekerja lebih keras pada ada pengaruh terapi pijat refleksi kaki
setiap kontraksi (Mannan.H, Wahidudin, terhadap tekanan darah pada penderita
Rismayanti, 2012). hipertensi primer. Menurut asumsi peneliti,
Mayoritas suku responden dalam hal ini mungkin disebabkan oleh penderita
penelitian ini adalah suku Melayu dan suku hipertensi yang menjadi responden kooperatif
Batak masing-masing sebesar 30%. Peneliti selama diberikan intervensi serta didukung
tidak menemukan penelitian terkait yang oleh lingkungan dan suasanan yang nyaman
membahas hubungan antara suku dengan sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai
kejadian hipertensi. Dalam penelitian ini dengan yang diinginkan.
mayoritas responden adalah masyarakat Berdasarkan hasil dari uji Dependent
dengan suku Melayu dan suku Batak karena T Test pada kelompok eksperimen diperoleh
di lokasi penelitian dua suku ini merupakan mean tekanan darah sistol sebelum diberikan
mayoritas terbesar setelah suku Jawa dan terapi pijat refleksi kaki pada kelompok
Minang. eksperimen 158,66 mmHg dengan standar
deviasi 4,40 dan sesudah diberikan terapi pijat
refleksi kaki mean tekanan darah sistol
mengalami penurunan sebesar 6,29 mmHg
1459
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

menjadi 152,37 mmHg dengan standar terbukti melalui penelitian yang dilakukan
deviasi 5,07. Hasil lain diperoleh mean Nugroho (2012) menyimpulkan bahwa pijat
tekanan darah diastol sebelum diberikan refleksi kaki bisa menurunkan tekanan darah
terapi pijat refleksi adalah 94,17 mmHg sistolik dan diastolik pada pasien dengan
dengan standar deviasi 2,09 dan sesudah hipertensi.
diberikan pijat refleksi kaki, mean tekanan Sementara itu, hasil uji Dependent T
darah diastol juga mengalami penurunan Test pada kelompok kontrol yang tidak
sebesar 3,44 mmHg menjadi 90.73 mmHg diberikan intervensi diperoleh mean tekanan
Hasil uji Dependent T Test diperoleh p value darah sistol pre test 159,51 mmHg dengan
tekanan darah sistol dan diastol 0,000 standar deviasi 2,50 dan nilai post test 157,08
(p<0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang mmHg dengan standar deviasi 4,07. Hasil p
signifikan antara mean tekanan darah sistol value diperoleh 0,031 (p<0,05). Sedangkan
dan diastol pada kelompok eksperimen pada tekanan darah diastol diperoleh mean
sebelum dan sesudah diberikan pijat refleksi tekanan darah pre test adalah 94,62 mmHg
kaki. dengan standar deviasi 2,99 dan nilai post test
Penelitian yang dilakukan Nugroho 93,82 mmHg dengan standar deviasi 3,23.
(2012) dengan judul “Pengaruh Pijat Refleksi Hasil p value diperoleh 0.263 (p>0.05), ini
Kaki dan Hipnoterapi Terhadap Tekanan berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
Darah Pada Pasien Hipertensi” didapatkan antara mean tekanan darah diastol pada
hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan kelompok kontrol sebelum dan sesudah
tekanan darah sistol sebesar 23,5 mmHg dan diberikan pijat refleksi kaki.
diastol sebesar 8,42 mmHg. Penelitian lain Sesuai dengan penelitian Moeini, Givi,
oleh Zunaidi, Nurhayati, dan Prihatin (2014) Ghasempour, dan Sadeghi (2011) yang
didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan
menurunkan tekanan darah sistol sebesar 13,8 yang signifikan antara tekanan sistolik dan
mmHg dan diastol 13,3 mmHg. diastolik sebelum dan sesudah diberikan
Setelah dilakukan terapi pijat refleksi intervensi pada kelompok kontrol. Hal ini
kaki didapatkan beberapa orang responden dikarenakan pada hipertensi primer biasanya
mengatakan badan lebih ringan dan sakit terjadi peningkatan tekanan darah yang
kepala berkurang. Pendapat ini didukung oleh konstan sehingga diperlukan usaha untuk
Wijayakusuma (2006) yang menyatakan mengontrolnya.
bahwa pijat refleksi kaki dapat memberikan
rangsangan relaksasi yang mampu PENUTUP
memperlancar aliran darah dan cairan tubuh Kesimpulan
pada bagian-bagian tubuh yang berhubungan Setelah dilakukan penelitian tentang
dengan titik syaraf kaki yang dipijat. Sirkulasi pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap
darah yang lancar akan memberikan efek tekanan darah pada penderita hipertensi
relaksasi sehingga tubuh mengalami kondisi primer didapatkan hasil yang menunjukkan
seimbang. bahwa sebagian besar umur yang menderita
Menurut Tarigan (2009), salah satu hipertensi berada rentang 46-55 tahun
cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah (46,7%), mayoritas berjenis kelamin
adalah dengan terapi pijat. Sejumlah studi perempuan (83,3%), paling banyak
telah menunjukkan bahwa terapi pijat yang berpendidikan SMP (36,7%) , sebagian besar
dilakukan secara teratur bisa menurunkan tidak bekerja (63,3%) dan mayoritas
tekanan darah sistolik dan diastolik, merupakan Suku Melayu (30%) dan Suku
menurunkan kadar hormon stress cortisol, Batak (30%).
menurunkan sumber depresi dan kecemasan, Hasil uji statistik pada kelompok
sehingga tekanan darah akan terus turun dan eksperimen dengan menggunakan uji
fungsi tubuh semakin membaik. Hal ini Dependent T Test diperoleh p value sistol
1460
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

0,000 dan p value diastol 0,000 (p<0,05). UCAPAN TERIMAKASIH


Hal ini berarti terdapat pengaruh terapi pijat
Terimakasih kepada Universitas Riau melalui
refleksi kaki terhadap tekanan darah pada
Lembaga Penelitian Universitas Riau serta
penderita hipertensi. Peneliti kemudian
Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
membandingkan hasil post test antara
memberikan kesempatan untuk dapat
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
mempublikasikan skripsi ini.
dengan menggunakan uji Independent T Test
diperoleh hasil nilai p value sistol 0,009 dan 1
Rindang Azhari Rezky: Mahasiswa
diastol 0,012 (p<0,05). Hasil ini membuktikan
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
terdapat perbedaan antara mean post test
Riau, Indonesia
antara tekanan darah kelompok eksperimen 2
Yesi Hasneli N, S.Kp, MNS: Dosen Bidang
dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini
Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah
pijat refleksi dapat menurunkan tekanan
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
darah, namun reponden masih dalam kategori
Riau, Indonesia
hipertensi. 3
Oswati Hasanah, M.Kep., Sp.Kep.An:
Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan Anak
Saran
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Riau, Indonesia
terapi pijat refleksi kaki dapat memberikan
informasi bagi pendidikan keperawatan dan
dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan DAFTAR PUSTAKA
bahan praktek laboratorium serta menjadi Anggara, F. H. D., & Prayitno, N. (2013).
salah satu terapi alternatif atau komplementer Faktor-faktor yang berhubungan
di komunitas dalam penatalaksanaan dengan tekanan darah di Puskesmas
hipertensi. Telaga Murni, Cikarang Barat tahun
Bagi Puskesmas hasil penelitian 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5 (2),
diharapkan memberikan kontribusi dan 20-25. Diperoleh dari tanggal 26 April
masukan bagi Puskesmas untuk dapat 2015 dari
menggunakan hasil penelitian ini sebagai http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/artike
salah satu terapi alternatif dalam pengobatan l%204.%20vol%205%20no%201_feb
hipertensi, serta dapat memperhatikan y.pdf
kembali cara penanganan hipertensi. Anggraini, A. D., Waren, A., Situmorang, E.,
Bagi masyarakat terutama responden Asputra, H., & Siahaan, S. S. (2009).
sebaiknya menggunakan terapi ini sebagai Faktor-faktor yang berhubungan
terapi non farmakologis untuk menurunkan dengan kejadian hipertensi pada
tekanan darah secara efisien dan efektif. pasien yang berobat di poliklinik
Selain itu, masyarakat diharapkan mencoba dewasa Puskesmas Bangkinang
pengobatan alami sebagai pilihan pengobatan periode Januari - Juni 2008.
atau komplementer dalam mengatasi Diperoleh tanggal 13 Mei 2015 dari
hipertensi sebelum menggunakan obat-obat http://yayanakhar.wordpress.com.
medis.\ Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y.
Bagi Penelitian Selanjutnya (2008). Klien gangguan
diharapkan penelitian ini dapat dijadikan kardiovaskuler: seri asuhan
sebagai evidence based dan tambahan judul keperawatan. Jakarta: EGC.
untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut
Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N.,
tentang manfaat lain dari terapi pijat refleksi
Mahendra, B., & Darmawan, R.
kaki seperti pijat refleksi untuk menurunkan
(2008). Care your self hipertensi.
kadar gula darah, mengatasi nyeri, dan
Depok: Penebar Plus.
gangguan tidur.
1461
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

Dinkes Kota Pekanbaru. (2014). Rekapan Nugroho, I. A., Asrin, & Sarwono. (2012,
sepuluh penyakit terbanyak Kota Juni). Efektivitas pijat refleksi kaki
Pekanbaru. dan hipnoterapi terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
Hasneli, Y., Oktaviah, D., & Darmilis. Jurnal Ilmiah Kesehatan
(2014). TEMPURA (Coconut Shells) Keperawatan, 8(2). Diperoleh tanggal
as a foot exercise therapy on blood 13 Desember 2014 dari
circulation and sensitivity foot for http://www.academia.edu/8373947/Jst
diabetic patients. RIAU International ikesmuhgo-gdl-irmawand-1365-2-
Nursing Conference (hal. 58). hal_57-3
Pekanbaru: School of Nursing
University of Riau. Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-penyakit
Hasneli, Y (2015). Wawancara personal mematikan. Yogyakarta: Nuha
tentang alat pijat kayu (APIYU II). Medika.

Irza, S. (2009). Analisis faktor resiko Riskesdas. (2013). Badan penelitian dan
hipertensi pada masyarakat Nagori pengembangan kesehatan kementrian
Bungo Tanjung Sumatra Barat. kesehatan RI tahun 2013. Diperoleh
Skripsi: Universitas Sumatra Utara. tanggal 10 November 2014 dari
Diperoleh tanggal 14 Mei 2015 dari http://www.riskesdas.litbang.depkes.g
http:repository.usu.ac.id/bitsream/123 o.id/download/Laporan
456789/14464/1/09E02696.pdf _riskesdas_2011.pdf.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi manusia sel
Kowalski, R. E. (2010). Terapi ke sistem. Jakarta: EGC.
hipertensi:program 8 minggu
menurunkan tekanan darah tinggi dan Tarigan. (2009). Sehat dengan terapi pijat.
mengurangi risiko serangan jantung Diperoleh pada tanggal 24 April 2015
dan stroke secara alami. Bandung: dari http://www.mediaindonesia.com
Penerbit Qanita.
Wahyuni, I. S. (2014). Skripsi:Pengaruh
Kumar, V. (2009). Pijat refleksi. Jakarta: BIP massage ekstrimitas dengan aroma
Kelompok Gramedia. terapi lavender terhadap penurunan
Moeini M., Givi, M., Ghasempour, Z., tekanan darah pada lansia di
Sadeghi M. (2011). The effect of Kelurahan Grendeng Purwokerto.
massage therapy on blood pressure of Purwokerto: Universitas Jenderal
women with pre-hypertension. Iranian Sudirman. Diperoleh pada tanggal 20
Journal of Nursing and Midwifery November 2014 dari
Research (IJNMR), 16 (1), 61-70. http://keperawatan.unsoed.ac.idsites/d
Diperoleh tanggal 27 November 2014 efault/files/INDAH/
dari %20SETYA%20WAHYUNI.pdf
http://en.journals.sid.ir/ViewPaper.asp Wahyuni, S. (2014). Pijat refleksi untuk
x?ID=206539. kesehatan. Jakarta Timur: Dunia
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Sehat.
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Widharto. (2007). Bahaya hipertensi. Jakarta
. (2010). Promosi kesehatan Selatan: Sunda Kelapa Pustaka
dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka WHO. (2013). A Global Brief Hypertension:
Cipta. Silent Killer, Global Public Health
Disease. Switzerland: WHO Press.

1462

You might also like