Professional Documents
Culture Documents
Di susun oleh :
Pinrakati (C12116714)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
Kasus:Setelah pensiun di rumah sakit militer, Ns. Malika diminta untuk membantu
mengembangkan RS Ardelia yang merupakan rumah sakit swasta yang baru di kota
rumah sakit militer diperhitungkan sebagai alasan diajaknya ns. Malika bekerjasama dengan RS
Ardelia. Setelah memimpin sebagai kepala bidang keperawatan yang baru selama kurang lebih 3
minggu, ns. Malika merasakan semangat kerja perawatnya rendah. Beberapa kepala ruangan
menunjukkan sikap tidak puas dan agresif. Ns Malika lalu melakukan investigasi dan menanyai
beberapa sumber yang dapat ia percaya. Hasilnya cukup mengagetkannya, semangat dan kinerja
perawat memang tampak menurun semenjak ia menjadi kepala bidang di RS Ardelia. Setelah
mencaritahu lebih mendalam, Ns. Malika mendapatkan informasi bahwa para perawat dan
utamanya kepala ruangan tidak senang dengan caranya mengambil keputusan sendiri tanpa
mendiskusikannya dengan perawat, kepala ruangan ataupun bidang lainnya. Ia lalu berkata
dalam hati “di RS militer semua keputusan saya buat sendiri, dan semua bawahan saya memang
Pertanyaan
1. Gaya kepemimpinan apa yang digunakan oleh Ns. Malika ? Apa alasannya? Bagaimana
keuntungan dan kelemahannya ? Bandingkan motivasi bawahan Ns. Malika sekarang dan
1. Gaya yang digunakan ners. Malika adalah gaya kepemimpinan otoriter, dengan Alasan
dari kasus diatas didapatkan beberapa ciri kepemimpinan yang terdapat dalam gaya
- kepala ruangan tidak senang dengan caranya mengambil keputusan sendiri tanpa
- di RS militer semua keputusan saya buat sendiri, dan semua bawahan saya
Keuntungan dari gaya kepemimpinan otoriter antara lain bagi kinerja kelompok
kerja, serta memberikan perasaan aman bagi anggotanya, produktivitas tinggi dan
berguna dalam kondisi krisis misalnya pada pasien yang membutuhkan CPR
kelemahannya antara lain dapat menurunkan kreatifitas diri dan otonomi, kepatuhan
yang bersifat kaku, rasa tidak puas akan kinerja, produktivitas bisa tinggi jika diawasi
senang dengan gaya kepemimpinan ners. Malika tetapi pada rs. Adelia kinerja
bawahan ners Malika cenderung menurun dikarenakan bahwa para perawat dan
utamanya kepala ruangan tidak senang dengan caranya mengambil keputusan sendiri
- produktivitas bisa tinggi jika diawasi terus menerus, tetapi menurun jika
pengawasannya berkurang.
Ditempat kami bekerja, perawat pelaksana melaporkan kepada kepala ruangannya tentang
jadwal dinas dimana pada satu shift perawat yang bertugas kurang jumlahnya yang
seharusnya 3 sampai 4 orang, perawat mengharapkan ada solusi dari kepala ruangan tetapi
tidak ada solusi, kemudian kepala ruangan tersebut tidak bisa mengambil keputusan jika ada
masalah yang terjadi, beliau tidak pernah melakukan evaluasi melalui rapat ruangan setiap
bulannya.
Dari situasi diatas diketahui gaya yang dipakai adalah gaya leissez-feire karena ciri dari gaya
menganggap semua akan berjalan baik-baik saja, tidak pernah merumuskan tujuan dengan
jelas, tidak pernah mengambil keputusan, tidak ada evaluasi perkembangan kelompok.
Keuntungannya antara lain gaya ini juga dapat menghasilkan kreatifitas dan produktifitas
yang lebih jika didukung oleh anggota kelompok memiliki motivasi yang tinggi dan mampu
mengarahkan diri sendiri. Sedangkan kelemahan dari gaya kepemimpinan leissez-feire antara
D. Saran untuk gaya kepemimpinan pada situasi tersebut. Sebaiknya partisipatif karena Gaya ini
didapatkan dari gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis. dalam
hal ini, manajer menyajikan analisa data dan mengusulkan tindakan kepada para anggota
kelompok, meminta kritikan dan komentar mereka. Dengan menimbang jawaban bawahan
atas usulannya, kepala Ruangan selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan
kelompok. Pemimpin memberi kebebasan kepada bawahannya dalam mengemukakan
pendapat dan bertindak dalam batas tertentu namun tanggungjawab berada dalam tangan
pemimpin.