You are on page 1of 35

Modul Praktikum Patologi Klinik

Program Studi Farmasi


STIKES Prima Husada Indonesia

MODUL PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA HUSADA INDONESIA
BABELAN – BEKASI
2013
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
petun juknya sehingga Modul Praktikum Patologi Klinik ini dapat diselesaikan. Penuntun
praktikum ini disusun guna memberikan petunjuk dan pegangan bagi para mahasiswa farmasi
yang akan melaksanakan praktikum patologi klinik.

Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan mungkin masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran guna
perbaikan Penuntun Praktikum Patologi Klinik, dan nantinya untuk dapat lebih
menyempurnakan di kemudian hari.

Semoga Penutuntun Praktikum Patologi Klinik ini dapat bermanfaat adanya.

Bekasi, 26 September 2013

Tim Penyusun
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………………………… iii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………………………….. iv
1 Praktikum Urinalisis …….………………………………………………………………………………………… 1
2 Praktikum Hematologi …………………………………………………………………………………………… 15
3 Praktikum Pemeriksaan Nilai Hematokrit ………………………………………………………………. 23
4 Praktikum Hitung Leukosit …………………………………………………………………………………….. 28
5 Praktikum Pemeriksaan Hitung Eritrosit ………………………………………………………………… 34
6 Praktikum Pemeriksaan Hitung Trombosit …………………………………………………………….. 40
7 Praktikum Pemeriksaan Kadar Trigliserida Darah …………………………………………………… 44
8 Praktikum Pemeriksaan Kadar LDL Kolesterol Darah ……………………………………………… 48
9 Praktikum Pemeriksaan Kadar Gula Darah …………………………………………………………….. 55
10 Praktikum Pemeriksaan SGOT dan SGPT ……………………………………………………………….. 60
11 Praktikum Cairan Elektrolit ……………………………………………………………………………………. 65
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

URINALISIS

Urinalisis merupakan pemeriksaan rutin pada penderita sebagai salah satu sarana untuk
menegakkan diagnosis dan mengikuti perjalanan penyakit atau pengobatan suatu penyakit.

Tujuan pemeriksaan urin:

1. Mendeteksi gangguan endokrin & kelainan metabolism.


2. Mendeteksi kelainan organ :
a. Kelainan hati (hepatitis) : bilirubin & urobilinogenuria meningkat
b. Saluran empedu : ekskresiurobilinogenuria menurun
c. Pancreas : Glukosuria
d. Hemolisis intravascular : hemoglobinuria meningkat
e. Hemolisis ekstravascular : ekskresi urobilinogenuria meningkat.

Pemeriksaan urin terdiri dari 3 tahap yaitu :

1. Tahap prainstrtumentasi : persiapan pasien, pengambilan urin, persiapan reagen, &


wadah yang akan dipakai & pengiriman bahan.
2. Tahap instrumentasi : pemeriksaan urin & prosedurnya
3. Tahap pascainstrumentasi : system pelaporan hasil pemeriksaan.

Pengambilan urin sebagai berikut :

1. Wadah urin
Bersih, kering, bermulut besar & mempunyai penutup, kemudian wadah mempunyai
label berisi nama pasien, tanggal pengambilan bahan serta asalnya.
2. Cara pengambilan urin
a. Urin aliran tengah / miostream
 Urin yang ditampung setelah penderita mengeluarkan sedikit urinnya, urin
selanjutnya ditampung & sebelum habis berkemih air seni dikeluarkan di luar
penampung.
 Untuk pemeriksaan sedimen pada biakan urin
 Wanita haid dengan cara membersihkan genitalia eksterna dengan sabun & air
b. Katerisasi
 Bila pasien tidak dapat berkemih sendiri
 Resiko tinggi infeksi saluran kemih.
c. Aspirasi supra pubik (SPP)
 Untuk pemeriksaan biakan urin & sitologi
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

 Caranya : pasien minum ± 1 liter air & tidak boleh miksi agar kandung kemih
penuh kemudian dilakukan a – antisepsis di atas simpisis pubis (semprit 10 –
20 ml) ditusuk kira-kira di atas kandung kemih.
d. Kandung kemih / urine bag
Pada bayi, anak-anak yang tidak tahu kapan berkemih.

Jenis Sampel Urin :


1. Urin sewaktu : urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan dengan khusus.
Cukup baik untuk pemeriksaan urin rutin.
2. Urin pagi : urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setalh bangun tidur.
Urin ini baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, test kehamilan dan
bakteriologi.
3. Urin post prandial : urin yang dikeluarkan 1-5 sampai 3 jam setelah makan. Baik untuk
pemeriksaan terhadap glukosuria.
4. Urin 24 jam : urin yang dikumpulkan selama 24 jam ditampung dalam suatu wadah
untuk keperluan analisa yang lebih teliti dan menafsirkan proses-proses metabolic dalam
tubuh serta tes kliren ureum kreatinin.
5. Urin 4 porsi : untuk pasien diabetes mellitus (melihat adanya glukosa yang dikeluarkan
dari santapan satu hingga santapan berikutnya), misalnya :
 Porsi I : urin jam 06 – 12
 Porsi II : urin jam 12 – 18
 Porsi III : urin jam 18 – 22
 Porsi IV : urin jam 22 – 06
6. Urin sore : urin sore hari untuk pemeriksaan urobilinogen

Memilih urin sebaiknya disesuaikan dengan anjuran pemeriksaan dan ditampung pada
wadah urin. Wadah urin sebaiknya bersih, kering, bermulut lebar, dapat ditutup rapat dan
diberi label. Label berisikian nama pasien, tanggal dan bangsal.

Pemeriksaan Urin Rutin

Merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan pada penderita dan dianggap dasar
untuk pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan ini meliputi :

1. Makroskopis : warna, volume, kejernihan dan bau.


2. Pemeriksaan kimia : pH, protein, glukosa, bilirubin, nitrit, enzim (leukosit esterase).
3. Mikroskopis : sedimen (silinder, epitel, leukosit, eritrosit, Kristal, bakteri, ragi & organism
lain).
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Pemeriksaan Makroskopis Urin

1. Jumlah urin
Mengukur jemlah urin bermanfaat untuk menentukan adanya gangguan faal ginjal, dan
kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Salah satu pengukuran jumlah urin dengan
dilakukan urin 24 jam. Jumlah urin setiap orang berbeda tergantung factor umur, berat
badan, makanan dan minuman, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Jumlah
urin 24 jam normalantara 800 – 1300 ml orang dewasa.
 Poliuria : jumlah urin 24 jam > 2000 ml
Penderita diabetes mellitus, diabetes insipidus, terapi diuretic, intake cairan
berlebihan & minuman tertentu : alcohol & kopi.
 Oliguria : jumlah urin < 500 ml/24jam
 Anuria : kegagalan pembentukan urin (<300ml/24jam)
 Nocturia : jumlah urinmalam hari > 500 ml, BJ < 1,018
2. W arna urin
Memeperhatikan warna urin bermakna karena kadang-kadang didapat kelainan yang
berarti untuk klinik. Warna urin diuji pada tebal lapisan 7 – 10 cm dengan cahaya
tembus ; tindakan itu dapat dilakukan dengan mengisi tabung reaksi sampai ¼ penuh
dan ditinjau dalam setiap serong. Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya
diuresis, makin besar dieresis makin muda warna urin itu. Perubahan warna urin
disebabkan oleh obat-obatan, makanan dan penyakit.
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Beberapa penyebab warna urin :

No Warna Normal Abnormal Obat & diagnostika


1 Kuning Urobilin Bilirubin Santonin, PSP,
Riboflavin, zat warna
permen
2 Hijau Indikan Kuman-kuman Metilen blue, Evan’s
Ps. Aeroginosa, blue
B. Pyosianeus
3 Merah Uroeritrin Hb, porfirin, Zat-zat berwarna
porfobilin merah pada urin
alkali : santonin,
BSP, PSP, amidoprin
4 Coklat Urobilin Bilirubin,
hematin,
porfobilin
5 Coklat tua/hitam Indikan Darah, melanin, Derivate fenol
alkapton argyrols
6 Seperti susu Fosfat & urat Pus, chylus,
membesar getah prostat
protein yang
membeku

3. Kejernihan
Urin yang baru dikemihkan berwarna jernih.
Kekeruhan urin terjadi :
a. Sejak dikeluarkan
No Sebab Tes
1 Fosfat-fosfat oleh karena - Hilang bila diberi asam asetat encer
makan banyak karbobat - Sediaan banyak mengandung Kristal
fosfat
2 Bakteri – bakteri - Tidak hilang dengan filtrasi atau
pemusingan
- Sediaan banyak mengandung bakteri,
sel epitel, leukosit
3 Unsure-unsur sedimen dalam - Sediaan banyak mengandung eritrosit
jumlah besar : - Sediaan banyak mengandung leukosit
a. Eritrosit – eritrosit - Sediaan mengandung epitel
b. Leukosit – leukosit
c. Sel – sel epitel
4 Chylus Sedimen
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

b. Setelah dibiarkan
No Sebab Tes
1 Fosfat – fosfat amorf Hilang bila diberi asam asetat encer
2 Bakteri dapat berasal dari wadah Kalau bakteri bakteri berasal dari
yang kotor badan maka sedimen mengandung
bakteri + unsur – unsur sedimen

4. Berat jenis
Penetapan berat jenis urin biasanya cukup teliti dengan menggunakan urinometer.Berat
jenis sangat erat hubungannya dengan dieresis,makin besar diuresis, makin rendah
berat jenis dan sebaliknya. Berat jenis urin 24 jam berkisar antara 1003-1030 tergantung
dari produksi urin, komposisi urin, fungsi pemekatan ginjal. Tingginya berat jenis itu
memberi kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal.
5. Derajat keasamaan (pH urin)
Penetapan reaksi atau pH tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring. Akan
tetapi pada gangguan keseimbangan asam basa penetapan itu dapat member kesan
tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai penetapan jumlah asam yang
diekskresikan dalam waktu tertentu, jumlah ion NH4 dan sebagainya.
Urin asam mengubah warna kertas lakmus yang biru menjadi merah. Urin lindi
mengubah kertas lakmus merah menjadi biru, jika kemudian urin itu disebabkan oleh
amoniak, warna biru hilang lagi jika kertas itu dipanasi sedikit-sedikit sampai kering. Urin
netral praktis tidak mengubah warna kertas lakmus, baik yang merah maupun yang biru.

Pengawet Urin
Sebaiknya urin diperiksa dalam keadaan segar. Urin yang tidak langsung diperiksa akan
mengalami perubahan susunan oleh kuman-kuman. Untuk mengurangi perubahan
tersebut sebaiknya urin disimpan pada suhu 4 ͦ C / di lemari es dalam wadah tertutup
dan bila perlu diberi zat pengawet.
Contoh pengawet urin :
a. Toluena, banyak dipakai untuk mengawetkan glukosa, aseton dan asam amino
asetat (benda keton). Digunakan untuk urin 24 jam.
b. Thymol (sama seperti toluena)
c. Formaldehid khusus untuk pengawet sedimen (1-2 ml) untuk urin 24 jam.
d. Asam sulfat pekat sebagai pengawet kalsium, nitrogen dan zat anorganik lainnya
pada penetapan kuantitatif zat-zat tersebut.
e. Natrium karbonat sebagai pengawet urobilinogen dalam 24 jam.
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Pemeriksaan porfirinuria tidak boleh diberi pengawet, bila ingin disimpan masukkan
dalam lemari es.

Praktikum Pemeriksaan Makroskopis Urin

1. Warna
Warna urin tergantung pada diuresis dan dapat menunjukan adanya kelainan yang
berarti untuk klinis.
Alat & bahan :
- Urin
- Tabung reaksi
Produser :
 Isilah tabung reaksi dengan urin sampai 2/3 penuh dan perhatikan warna urin
pada sikap miring.
 Warna dinyatakan dengan : tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning,
kuning campur merah, hijau, coklat dan seperti susu.

2. Kejernihan
Alat & bahan :
- Urin
- Tabung reaksi
Prosedur :
 Istilah tabung reaksi dengan urin sampai 2/3 penuh dan perhatikan kejernihan
urin pada sikap miring ke artah cahaya.
 Kejernihan dinyatakan dengan : jernih, agak keruh dan sanagt keruh.

3. Bau urin
Bau urin bukan merupakan pemeriksaan penyaring, tapi bila ada bau abnormal
harap dilaporkan.
Harus dibedakan : - bau yang dari semula ada
- Bau yang timbul dari urin tanpa pengawet

Bau yang berlainan :

- Amoniak (karena infeksi kandung kemih sehingga terjadi perombakan ureum


oleh bakteri dalam kandung kemih)
- Bau busuk : pada keganasan
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Hasil Praktikum Makroskopis Urin

Tujuan praktikum : ……………………………………

Tanggal pemeriksaan : ……………………………………

Sampel urin : ……………………………………

No Nama mahasiswa Uji warna Kejernihan Bau urin


1
2
3
4
5
6

Pembahasan

Kesimpulan
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Praktikum Pemeriksaan Kimia Urin

1. Praktikum Reaksi & pH Urin


- Dipakai urin segar
- Reaksi & pH urin berarti dalam pemeriksaan penyaring, tetapi penetapan ini dapat
memberikan kesan adanya :
 Gangguan keseimbangan asam basa
 Petunjuk ke arah etiologi infeksi saluran kemih E. coli menyebakan urin asam dan
proteus menyebabkan urin lindi (merubah ureum jadi amoniak)

Prosedur :

Pakailah kertas lakmus biru dan merah yang dibasahi dengan urin yang kan diperiksa lalu
tunggu 1 menit, lihat perubahan warna yang terjadi.

- Lakmus biru menjadi merah urin asam


- Lakmus merah menjadi biru urin lindi
- pH urin normal : 4,6 – 8,5
- pH urin 24 jam : 6,2
2. Praktikum Pemeriksan Reduksi Urin (Glukosa)
Pemeriksaan terhadap zat – zat pereduksi dalam urin termasuk pemeriksaan
penyaring. Diantara banyak reagen yang dipakai untuk menyatakan adanya reduksi,
reagen yang banyak mengandung garam cupri yang banyak dipakai.
Untuk memeriksan adanya glukosa dalam urin antara lain :
1. Reduksi : Pereaksi Benedict, Fehling, Nylander
Prinsip : gula dalam urin akan mereduksi ion cupri jadi cupro oksida (kuning – merah)
Hasil : + / Positif untuk glukosa dan gula lain (galaktosa, pentose, fruktosa dan lain-
lain)

Alat dan bahan :


- Wadah / penampung urin yang bersih dan kering
- Tabung reaksi, penjepit tabung, rak tabung.
- Reagen Benedict, api Bunsen & pipet tetes.
Prosedur :
1. 5 ml reagen Benedict dimasukkan dalam tabung reaksi
2. Tambah 5-8 tetes urin (jangan lebih)
3. Panaskan tabung dan isinya sampai mendidih sambil digoyang-goyangkan
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

4. Angkat, goyangkan dan baca hasilnya.


Penilaian:
Tanda Keterangan
- Tetap biru jernih
+ Hijau kekuning-kuningan dan keruh
++ Kuning keruh
+++ Jingga atau warna lumpur
++++ Merah keruh

2. Enzimatik
carik celup atau reagen pita/carik celup yang mengandung enzim glukosa oksidase.
Hasil : spesifik terhadap glukosa
Alat dan bahan :
- Wadah/penampung urin yang bersih atau kering
- Tabung reaksi
- Carik celup

Prosedur tes carik celup :

1. Urin dimasukkan ke urin reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh


2. Masukkan carik celup sampai terendam dalam urin
3. Angkat carik celup
4. Bandingkan warna dalam pita carik celup dengan warna standar pada botol

3. Pemeriksaan berat jenis urin


penetapan BJ dapat dilakukan dengan :
- Urinometer
- Piknometer (lebih teliti)
- Carik celup (lebih umum dipakai)

BJ urin berhubungan erat dengan dieresis dapat memberi kesan tentang ekatnya
urin.

 BJ urin tinggi berarti dieresis menurun dan sebaliknya


 BJ urin 24 jam pada ornag normal : 1,016-1,022
 BJ urin sewaktu pada orang normal : 1,003-1,030
 Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan reduksi urin dan protein
negative hal ini menunjukjan faal pemekatan ginjal baik
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

 Bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria


 Bila jumlah urin sedikit, maka urin diencerkan dengan akuades (1:1), selanjutnya
angka terakhir pembacaan dikaluikan 2
 Bila urin sangat sedikit maka BJ urin dapat ditentukan dengan alat refraktometer

Prosedur pemeriksaan BJ urin:

1. Tuang urin ke dalam gelas ukur sampai 2/3 volumenya, busa dibuang dengan
sepotong kertas saring
2. Masukkan urinometer yang sesuai ke dalam gelas ukur, putar urinometer supaya
tidak menempel pada dinding gelas.
3. Baca BJ urin dengan memperhatikan skala yang tertera pada urinometer.

4. Pemeriksaan Protein Urin

Cara semikuantitatif : - Asam sulfo salisilat 20 %


- Pemanasan dengan asam asetat 6 %
- Carik celup

Prosedur :

1. 2 tabung reaksi masing-masing diisi 2 ml urin


2. Tabung pertama diberi 8 tetes larutan asam sulfo salisilat 20 % lalu kocok dan
bandingkan kedua tabung tersebut

Hasil :

 Kedua tabung jernih tes terhadap protein


 Tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua maka tabung pertama dinyalakan
diatas api sampaiu mendidih kemudian didinginkan
Bila hasilnya tetap keruh tes protein +/positif
Bila kekeruhan hilang pada pemanasan dan keruh setelah dingin protein
bence jones + (biasanya pada penderita meiloma multiple)

Untuk menguji kekeruhan :

Dipakai cahaya berpantul dengan latar belakang hitam


Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Tes dengan asam sulfo salisilat sangat pekat, tetapi tidak bersifat spesifik. Apabila
hasil tes tersebut negatif, tidak perlu lagi memikirkan kemungkinan adanya protein
atau zat-zat lain yang ikut mengendap pada tes itu

Penilaian:

Tanda Keterangan
- Tidak ada kekeruhan
+ Kekeruhan ringan tanpa butir-butir
Kadar protein 0,01-0,05 %
++ Tampak butir-butir dan keruh
Kadar protein 0,05-0,2 %
+++ Kekeruhan berkeping-keping
Kadar protein 0,2-0,5 %
++++ Sangat keruh, berkeping-keping besar, bergumpal atau
memadat kadar protein >0,5 %
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Hasil Praktikum Kimia Urin


Tujuan Praktikum :
Tgl Pemeriksaan :
Sampel Urin :

NO MAHASISWA BJ Uji Tes Carik Celup Uji protein


(piknometer) Benedict (asam sulfo
Glukosa Protein pH salisilat
20%)
1
2
3
4
5

Pembahasan
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

LEMBAR EVALUASI URIN


1. Bagaimana proses pembentukan urin?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Jelaskan apakah makna dari silakukannya pemeriksaan urin?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Jika seseorang penderita DM (Diabetes Melitus) lebih baik dianjurkan untuk
melakukan urin pemeriksaan apa? Dan apa alas an utama mengapa dalam urinnya
ternyata terdapat kadar glukosa tinggi?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Jelaskan organ yang berperan dalam gangguan keseimbangan asam basa?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
5. Apa yang anda ketahui tentang protein bence jones?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

HEMATOLOGI
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah dan keadaan-keadaan yang
mempengaruhi darah..
Fungsi darah :
1. Respirasi : mengangkut O2 dari paru-paru kejaringan dan CO2 dari jaringan ke
paru-paru
2. Nutrisi : mengangkut zat makanan yang diserap usus.
3. Ekskresi : mengangkut sisa metabolism ke ranal, paru dan kulit yang dibuang
4. Mempertahankan keseimbangan asam basa dan cairan
5. Mengatur suhu tubuh dengan pembagian panas yang merata
6. Mempertahankan tubuh terhadap infeksi (leukosit)
7. Transport hormon dan bahan-bahan metabolit
8. Berperan dalam pembekuan darah
Bila darah dibiarkan membeku akan terbentuk :
 Bekuan darah (sel-sel darah dan benag fibrin)
 Serum (plasma tanpa fibrinogen)

Cara memperoleh darah lengkap dapat dari vena/kapiler


a. Darah kapiler : jumlah darah lengkap sedikit
Darah kapiler hasilnya lebih rendah dari pada vena
Orang dewasa pada ujung jari tangan 2,3,4 atau tepi daun telinga.
Bayi/anak kecil : ibu jari kaki atau tumit
Hal-hal yang harus diperhatikan :
 Tindakan aseptis dan sterilitas alat
 Alat penusuk harus taja, pipih dan mudah dibersihkan
 Tusukan harus tegak lurus garis kulit dan cukup dalam
b. Darah vena : Jumlah darah lengkap banyak
Orang dewasa vena antekubiti (vena cephalica, vena basilica media)
Jika tidak bisa melalui pembuluh-pembuluh darah dilengan bawah, pergelangan
tangan, punggung tangan dan pergelangan kaki.
Bayi : vena jugularis superficialis, sinus sagitalis superior
Hal-hal yang harus diperhatikan :
 Asepsis dan sterilitas alat yang dipakai
 Vena yang diupilih cukup besar dapat diraba dan dilihat
 Jangan sampai terjadi hemolisis dengan cara :
1. Alat-alat yang dipakai harus kering
2. Jarum cukup besar dan tidak macet
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

3. Jarum dilepas pada waktu memindahkan darah kepenampung dan darah


dialirkan perlahan-lahan kepenampung.
 Jangan sampai terjadi hemokonsentrasi dengan cara tidak terlalu lama
membendung dan bendungan jangan terlalu keras
 Jangan sampai terjadi bekuan dalam semprit karena bekerja terlalu lama.

Pemeriksaan harus segera dilakukan. Darah dengan antikoagulan EDTA


tidak boleh dismpan lama-lama.
No Jenis pemeriksaan Harus diperiksa dalam kurang dari
1 Hb Stabil
2 Leukosit 2 jam
3 Eritrosit 6 jam
4 Trombosit 1 jam
5 Hematokrit 6 jam
6 Laju Endap Darah (LED) 2 jam
7 Retikulosit 6 jam
8 Sediaan apus 1 jam

Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium klinik yang


terdiri dari :

1. Darah lengkap
 Kadar hemoglobin
 Laju Endap Darah (LED)
 Hitung leukosit
 Hitung eritrosit
 Hitung trombosit
 Hematokrit
2. Lemak Darah
 Trigliserida
 Kolestrol total, HDL & LDL
3. Karbohidrat
 Glukosa darah

Untuk pemeriksaan tersebut, perlu diperhatikan beberapa hal penting seperti :

 Persiapan penderita
 Cara pengambilan bahan
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

 Pengiriman bahan

Kesalahan yang terjadi pada hal-hal tersebut diatas dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Kegunaan pemeriksaan hematologi adalah :

1. Menetapkan diagnosis suatu penyakit


2. Membantu diagnosis suatu penyakit
3. Untuk follow up suatu penyakit
4. Menetapkan terapi suatu penyakit
5. Untuk menetapkan prognose dari suatu penyakit
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin (Hb) adalah suatu protein yang kaya akan zat besi sehingga menyebabkan
warna darah merah. Oleh karena itu hemoglobin dinamakan juga zat warna darah.
Hemoglobin memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan-jaringan
tubuh
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan-jaringan
tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke
paru-paru untuk dibuang.

Penetapan kadar hemoglobin (Hb) meliputi:

a. Cara fisika : membandingkan berat jenis darah terhadap berat jenis CuSO 4
b. Cara kimia : mengukur kadar besi Hb secara langsung
c. Cara kolorimetrik
1. Visual (sahli) : berdasarkan pembentukan hematin asam dibandingkan dengan
standart warna (kesalahan 10%)
2. Cyanmet-Hb : pembentukan cyanmet-Hb (Hb direaksikan dengan larutan drabkin
K-ferisianto / KCN )

Pemeriksaan Kadar Hemoglobin dengan METODA SAHLI

Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering
dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara sahli. Cara sahli
kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya
karboksihemoglobin, methemoglobin dan sufahemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan
hemoglobin cara sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya
±10%.

Prinsipnya sama dengan metoda kertas lakmus, yaitu membandingkan warna secara visual,
tetapi memerlukan peralatan dan pereaksi tertentu. Berbeda dengan metoda
sianmethemoglobin, peralatan yang digunakan sangat sederhana, ringan, sehingga
memungkinkan dibawa kelapangan, dan tidak tergantung pada listrik maupun baterai.

Kira-kira 5 tetes HCL 0,1 N dimasukkan ke dalam tabung khusus yang disebut tabung
hemometer. Darah yang akan diuji dimasukkan ke dalam tabung sahli. Campuran 0,1 N HCl
dengan darah yang akan membentuk Acid hematin yang berwarna coklat kekuningan. Warna
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

yang terbentuk ini disamakan dengan warna standar pada tabung di sebelahnya dengan
penambahan aquadest sedikit demi sedikit. Bila sudah sama maka kadar Hb dapat ditentukan.
Kadar Hb dinyatakan dalam Gram/dl.

HCl dipakai dalam metode sahli karena berdasarkan percobaan dan penelitian. 0,1 N HCl
dapat membentuk Acid hematin yang memberikan warna kuning kecoklatan. HCl ini tergolong
suatu asam yang kuat (pH yang rendah) yang sama kuatnya dengan H2SO4 / asam sulfat (air aki
mobil). Didalam lambung manusia juga asam lambung atau asam klorida / HCl yang membantu
pencernaan makanan dan mempunyai daya mematikan bakteri.

Gambar 1. Haemometer Sahli


Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Praktikum Penetapan kadar Haemoglobin

Cara Sahli (Hematin asam)

Alat dan bahan :

 Kapas, alkohol
 Lanset steril
 Hemoglobinometer (hemometer)

Prosedur :
1. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N atau sampai angka 2 padang tabung sahli
2. Untuk mengambil darah kapiler : bersihkan jari yang akan ditusuk dengan kapas akohol,
biarkan kering lagi, pegang jari dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3. Kemudian tusuk denagn lanset steril dengan cepat, arahnya tegak lurus dengan garis-
garis sidik jari.
4. Tusukan harus cukup dalam supaya tak perlu memeras darahnya karena akan terjadi
pengenceran dan menyebabkan kesalahan.
5. Tetesan pertama dibuang dengan memakai segumpal kapas kering. Tetes darah
berikutnya diletakkan pada kaca objek.
6. Hisap darah pada objek glass tadi dengan pipet sahli sampai garis tanda 0,02 ml / 20 µl
pada pipet.
7. Alirkan darah segera ke dalam dasar tabung sampai bersih dan jangan ada darah yang
tertingga di pipet sahi.
8. Campurkan sampai darah dan asam jadi coklat (hemoglobin diubah hematin asam).
9. Tambah aquadest tetes demi tetes sambil diaduk sampai warnanya sama dengan
standard.
10. Persamaan warna harus dicapai dalam 3 – 5 menit.
11. Tabung yang menghadap kita adalah yang garis-garis atau skalanya tidak terlihat.
12. Nilai normal laki – laki 13 -16 g/dl, wanita 12 - 14 g/dl.
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Hasil Praktikum Kadar Hemoglobin

Tujuan praktikum : ...................................................


Tanggal pemeriksaan : ...................................................

No. Nama mahasiswa Kadar Hb

Pembahasan :

Kesimpuan :

Nilai & Paraf


Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

LEMBAR EVALUASI HEMATOLOGI

1. Sebutkan perbedaan darah kapiler dengan vena ?


........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan pada pengambilan darah kapiler serta
kemungkinan kesaahan-kesalahan apa saja yang mungkin terjadi pada pengambilan
darah kapiler ?
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
3. Mengapa pemeriksaan Hb pentinguntuk dilakukan ?
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
4. Tuliskan reaksi pembentukan hematin asam pada metode sahli ?
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
5. Jika kadar Hb lebih dari niai normal, keadaan apa yang terjadi pada tubuh manusia ?
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................

Nilai & Paraf


Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

PEMERIKSAAN NILAI HEMATOKRIT

Hematokrit (Ht) adalah presentase tingginya eritrosit dalam plasma, yang ditentukan
setelah darah disentrifuse dalam suatu tabung. Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit
dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan
dengan darah vena atau darah kapiler.
Pemeriksaan nilai hematokrit digunakan untuk menentukan anemia dan nilai rata-rata
eritrosit. Penetapan hematokrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata ± 2
%. Pada orang yang bermukim di gunung, nilainya bisa naik sampai 44-45%, juga pada pecandu
alkohol dan pada pasien tumor ginjal tertentu (akibat produksi Eritropoietin berlebihan). Nilai
lebih rendah dari normal ditemukan pada pasien anemia dan gangguan ginjal tertentu juga
pada wanita hamil. Hematokrtit pada pagi hari bernilai 5% lebih tinggi daripada siang hari, maka
pengontrolan pada peserta omba sepeda selalu diadakan pada pagi hari. Nilai hematokritnya
tidak boleh melebihi 50%.

Penetapan Ht Makrometoda (wintrobe) Mikrometoda


Alat Tabung wintrobe - Pipet kapiler dilapisi
heparin
- Tanpa antikoagulan
Kecepatan pemusingan 3000 rpm 16000 rpm
Lama pemusingan 30 menit 3 – 5 menit
Azas Darah dengan antikoagulan Darah dengan antikoagulan
isotonik dalam tabung dipusing isotonik dalam tabung
selama 30 menit denga dipusing selama 5 menit
kecepatan 3000 rpm sehingga dengan kecepatan 16000 rpm
eritrosit dipadatkan membuat dipadatkan membuat kolom
kolom di bagian bawah dari di bagian bawah dari tabung.
tabung. Tingginya kolom Tingginya kolom
mencerminkan nilai hematokrit. mencerminkan nilai
hematokrit.
Yang dinilai - Ht
- Buffycoat (endapan leukosit & trombosit)
- Indeks ikterus (warna plasma yang dibandingkan dengan
Kalium bikromat standar)

Ht = Tinggi kolom eritrosit X 100% = .......................... %


Tinggi koom darah
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Nilai normal :
 Pada pria 40 – 48 % dan untuk wanita 37 – 43 %.
 Buffycoat o,5 – 1 mm
 Indeks ikterus 4 – 7 satuan

Keuntungan cara hematokrit :


 Dapat dipakai untuk memeriksa Ht bayi dan anak-anak
 Darah yang dipakai sedikit

Kerugian cara hematokrit :


 Tidak dapat menilai Buffycoat dan indeks ikterus

Beberapa sumber kesalahan :


 Kesalahan sampel darah
 Tidak memakai jumlah antikoagulans yang sesuai dengan jumlah darah yang
dipakai.
 Tabung hematokrit tidak bersih dan kering
 Tidak cukup waktunya memutar tabung hematokrit itu.
 Pembacaan yang tidak tepat
 Memakai darah wintrobe’s oxolate yang disimpan lebih dari 3 jam
 Tidak mencampurkan darah di dalamnya sewaktu dan mengisi tabung.
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Praktikum Penetapan Nilai Hematokrit

A. Makrohematokrit (Demonstrasi)

Alat & bahan :

 Tabung Wintrobe
 Larutan standar kalium bikromat

Prosedur :

1. Tabung wintrobe diisi dengan darah oksalat (heparin) sampai tanda 100.
2. Masukkan tabung ke sentrifuse dan putar seama 30 menit, kecepatan 3000 rpm.
3. Baca hasil dengan memperhatikan :
a. Warna plasma diatas : warna kuning itu dapat dibandingkan dengan larutan k-
bikromat dan intensitasnya disebut dengan satuan. Satu satuan sesuai dengan
warna k-bikromat 1:10000.
b. Tebalnya lapisan putih diatas sel-se darah merah yang tersusun dari leukosit dan
trombosit (Buffycoat).
c. Volume sel-sel darah merah atau Ht.
B. Mikrohematokrit
Alat dan bahan :
 Tabung kapiler dengan atau tanpa antikoagulan
 Grafik untuk membaca hasil
 Lem khusus atau perekat
Prosedur :
1. Isilah tabung kapiler dengan darah. Tutup salah satu ujungnya dengan perekat.
2. Masukkan ke dalam sentrifuse hematokrit dimana lem ke arah luar.
3. Putar selama 3 – 5 menit, kecepatan 16000 rpm.
4. Baca nilai hematokrit dengan menggunakan grafik khusus.
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Hasil Praktikum Nilai Hematokrit

Tujuan praktikum : .........................................

Tanggal pemeriksaan : .........................................

No. Nama mahasiswa Makrohematokrit Mikrohematokrit

Pembahasan :

Kesimpulan :

Nilai & Paraf


Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Pemeriksaan Hitung Leukosit

Leukosit (sel darah putih) rupanya bening dan tak berwarna, bentuknya lebih besar dari
sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Daam setiap milimeter kubik darah terdapat
6000 – 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Fungsi sel darah putih adalah sebagai serdadu
tubuh yaitu untuk membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam tubuh
jaringan RES (sistem retikulo endote), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe;
dan sebagai pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa terus ke pembuluh darah.

Hitung leukosit
Terdapat 2 cara untuk mneghitung leukosit dalam darah tepi. Yang pertama adalah cara
manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop. Cara kedua adalah cara
semi automatik dengan memakai alat elektronik. Cara kedua ini lebih unggul dari cara pertama
karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya kebih
kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara pertama kesalahannya sampai ± 10%.
Keburukan kedua cara adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh reagen
karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini. Jumlah leukosit
dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain. Pada bayi baru lahir
jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 – 30.000/µl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12
jam yaitu antara 13.000 – 38.000/ µl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan
pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 – 11.000/ µl. Pada keadaan basa
jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 – 10.000/ µl. Jumlah leukosit
meningkat setelah meakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/ µl.
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis.
Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik
dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksimal, partus dan
haid. Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari masing-masing
jenis sel, disebut balanced leukocytosis. Keadaan ini jarang terjadi dan dapat dijumpai pada
homokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai adalah leukositosis yang disebabkan peningkatan
dari salah satu jenis leukosit sehingga timbul istilah neurophilic leukocytosis atau netrofilia.,
lymphocytic leukocytosis atau limfositosis, eusinofilia dan basofilia. Leukositosis yang patologik
selalu diikuti oleh peningkatan absout dari salah satu atau lebih jenis leukosit. Leukopenia
adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/ µl darah. Karena pada hitung jenis
leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi presentasinya hampir selalu leukopenia
disebabkan oleh netropenia.
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Sel yang dihitung :


 Semua sel dalam 4 bidang besar pada sudut kamar hitung dan diihat dengan perbesaran
10X.
 Sel yang menyinggung garis batas kiri dan atas.
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Praktikum Hitung Leukosit

Alat dan reagen :


 Pipet thoma leukosit
 Lanset steril
 Kamar hitung Improved Neubauer
 Reagen Turk
 Kapas alkohol 70%
 Mikroskop

Prosedur :
1. Darah dihisap dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5.kelebihan darah pada ujung pipet
dibersihkan.
2. Hisap reagen turk sampai tanda 11 (1 m dalam 10ml) pada pipet (pengenceran 20x), lalu
buat homogen dengan mengocok pipet selama 3 menit.
3. Kamar hitung yang sudah disiapkan diisi dengan darah + Turk (perbaikan caranya
mengisi kamar hitung).
4. Biarkan seama 3 menit lalu lihat di bawah mikroskop pembesaran 40x.

Perhitungan :
Jumlah leukosit (/µl darah) = n x Fp
Vb
Vb = 4 x P x L x T
= 4 x 1 x 1 x 0,1
= 0,4 µL

Fp = 10
Voume leukosit yang diambil
n = Jumlah leukosit (sel darah putih) yang dihitung pada kamar hitung
Fp = Faktor pengenceran
Vb = volume bidang yang dihitung
Nilai normal : Wanita : Pria (5000-10000 / µL darah)
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

Hasil Praktikum Hitung Leukosit

Tujuan praktikum : ...............................................

Tgl pemeriksaan : ...............................................

No Nama Mahasiswa Kadar Leukosit

Perhitungan dan pembahasan

Kesimpulan

Nilai & Paraf


Modul Praktikum Patologi Klinik
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia

LEMBAR EVALUASI LEUKOSIT

1. Apa yang dimaksud dengan leukopenia dan leukositosis ?


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
2. Sebutkan jenis – jenis leukosit !
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
3. Jelaskan fungsi – fungsi leukosit ?
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
4. Sebutkan dan jelaskan beberapa keainan leukosit !
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................

Nilai & Paraf

You might also like