Professional Documents
Culture Documents
LONG CASE
ABSES PSOAS
Oleh:
Natalia Maedy, S. Ked
1308012045
Pembimbing
Dr. Amrul Marpaung, Sp.B
BAB I
PENDAHULUAN
pus pada organ retroperitoneal yang melibatkan muskulus iliopsoas. Pertama kali
ditemukan oleh Mynter pada tahun 1881 yang dinamakan psoitis. Abses iliopsoas dapat
terjadi melalui 2 cara, yaitu akibat penyebaran infeksi oleh organ disekitar otot iliopsoas
atau secara hematogen dari sumber infeksi yang mengandung banyak vaskularisasi pada
otot.1,2
Muskulus psoas memiliki vaskularisasi yang kaya sehingga diyakini sebagai salah
satu predisposisi terhadap penyebaran hematogen dari daerah terinfeksi. Abses psoas juga
dapat sebagai infeksi sekunder dari keadaan patologis organ sekitar, contohya organ
Abses ini jarang terjadi khususnya pada negara barat dengan insidensi 0,4 per
100.000 angka kejadian di U.K. Walaupun demikian, abses iliopsoas menjadi masalah
ditemukan, abses iliopsoas dikenali sebagai komplikasi dari tuberkulosis spinal. Dengan
Abses iliopoas adalah fenomena klinis yang jarang. Pemeriksaan radiologi modern
seperti USG, CT-Scan, dan MRI dapat mendiagnosis abses ini secara cepat dan tepat.
Abses Iliopsoas harus ditatalaksana dengan management yang tepat sehingga dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abses adalah infeksi akut yang terlokalisir pada rongga yang berdinding tebal,
terjadi sebagai akumulasi dari pus dalam suatu rongga patologis yang dapat terjadi di
bagian tubuh manapun sebagai reaksi pertahan tubuh terhadap benda asing. Abses
2.2 Anatomi
mediastinum posterior hingga sendi panggul. Kompartmen ini berisi muskulus psoas
major, muskulus psoas minor, dan muskulus iliaca, yang berfungsi sebagai otot flexor
utama panggul dan batang tubuh. Muskulus psoas major adalah otot berbentuk panjang
yang terletak di sisi regio lumbal kolumna vertebral dan bibir pelvis minor.
Origo otot ini berasal dari batas lateral vertebra T12 sampai L5. Otot ini berjalan
inguinalis dan berakhir sebagai tendon di depan kapsul sendi panggul. Tendon ini
memiliki hampir seluruh fibrosa muskulus iliaca dan memiliki insersi di trochanter minor
os femoralis.2,8,9,10
Muskulus iliaca berawal dari dari fossa iliaca superior dan juga memasuki paha
tendon iliopsoas terutama eminensia iliopubica dan kemudian ke daerah kecil di femoral
shaft dibawah trochanter minor. Permukaan otot diselubungi oleh fascia psoas yang kuat,
dimulai dari vertebra lumbal ke eminensia iliopubica. Di balik fascia inilah abses
manusia.2,8,9
Vaskularisasi psoas mayor berasal dari arteri L4 ipsilateral dan aliran balik
melalui vena lumbalis. Iliaca menerima suplai arteri dari arteri femoralis sirkumfleksi
medial dan cabang iliaca dari arteri iliolumbar, cabang posterior pertama arteri iliaca
interna.8,9,10,11
Muskulus psoas mayor dan iliaca terkadang dianggap sebagai satu otot yang
dinamakan iliopsoas. Otot ini dipersarafi oleh cabang L2, L3, dan L4. Fungsi otot ini
Muskulus psoas terletak sangat dekat dengan beberapa organ seperti kolon
sigmoid, appendiks, jejenum, ureter, aorta abdominalis, renal, pakreas, spinal, dan nodus
limfe iliaca. Oleh karena itu, infeksi dari organ-orang ini dapat menyebar ke muskulus
iliopsoas. Suplai darah yang berlimpah pada otot ini juga diyakini sebagai predisposisi
2.3 Etiologi
Abses iliopsoas dapat diklasifikasi menjadi primer dan sekunder, tergantung dari
kehadiran ada atau tidaknya penyakit yang mendasari. Abses iliopsoas primer terjadi
kemungkinan akibat penyebaran secara hematogenik akibat dari proses infeksi yang
terjadi dari sumber tertentu di dalam tubuh. Penyakit-penyakit yang dapat menjadi
penyebab terjadinya abses iliopsoas primer diklasifikasi pada table 1. Sedangkan, abses
iliopsoas sekunder terjadi akibat penyebaran infeksi oleh organ yang berada di dekat dan
sekitar otot iliopsoas. Penyebab abses iliopsoas sekunder yang paling umum terjadi
Pasien yang pernah menjalani prosedur operasi di regio lumbal, panggul, maupun
kasus di United Kingdom. Dalam 367 kasus, Ricci et al mencatat berbagai macam
perbedaan etiologi dari seluruh dunia. Di Asia dan Africa, lebih dari 99% abses iliopsoas
merupakan abses primer, dimana pada Eropa hanya 17% dan di Amerika Utara sekitar
61%. Abses iliopsoas sering terjadi pada pasien muda dibanding pasien lansia.
Dilaporkan juga bahwa keadaan ini lebih umum dialami oleh pria dibanding wanita.1,3,4
Penelitian lain dilakukan oleh Bresee et al yang meneliti 142 kasus pasien anak
dengan abses iliopsoas. Ia menemukan sebanyak 57% abses terjadi pada bagian kanan,
40% bagian kiri, dan 3% abses terjadi pada keduanya atau bilateral. Angka mortalitas
pada abses iliopsoas primer lebih rendah (2,4%) dibandingkan dengan abses iliopsoas
sekunder (19%). Ricci et al mengatakan bahwa pasien dengan abses iliopsoas yang tidak
aureus sebanyak lebih dari 88%. Sedangkan abses iliopsoas sekunder disebabkan oleh
umum di negara barat, tapi sangat umum di negara berkembang. Bakteri penyebab lain
antara lain: Proteus sp., Pasteurella multocida, Bacteroides sp., Clostridium sp., Yersinia
Presentasi klinis abses iliopsoas sering bervariasi dan tidak spesifik. Trias klinis
pada kondisi ini dimana demam, nyeri punggung dan tungkai hanya terjadi pada 30%
pasien. Dikarenakan muskulus psoas dipersarafi oleh L2, L3, dan L4, nyeri dapat
menyebar hingga panggul dan paha. Gejala lain antara lain nyeri abdomen samar,
Gejala Klinis
Nyeri punggung/panggul
Nyeri abdominal samar
Demam
Lemas
Malaise
Penurunan berat badan
Benjolan di selangkangan
Tabel 3. Gejala klinis yang sering terjadi
Pemeriksaan fisik yang rutin sangat penting untuk penegakkan diagnosa pada
penyakit ini. Diagnosa dapat ditegakkan jika pasien diminta untuk memposisikan diri
dengan posisi paling nyaman. Posisi ini adalah posisi supine dengan lutut cukup fleksi
dan panggul agak rotasi eksternal. Ada tanda-tanda jelas untuk memperoleh diagnosa
pasien dengan abses iliopsoas, walaupun sangat tidak spesifik pada konsisi ini. Prinsip
dari tes ini adalah muskulus psoas sebagai fleksor utama panggul.5,10
tangannya di bagian proksimal ipsilateral lutut pasien dan pasien diminta untuk
mengangkat paha melawan tangan pemeriksa. Tindakan ini akan menyebabkan kontraksi
otot psoas dan menimbulkan nyeri. Kedua, posisikan pasien berbaring dalam posisi
normal. Hiperekstensi pada panggul yang terinfeksi akan menyebabkan nyeri otot psoas
yang teregang. Namun, pemeriksaan ini juga dapat menghasilkan hasil yang positif pada
penderita appendisitis dimana sama-sama terdapat inflamasi pada otot iliopsoas namun
pembengkakan tanpa rasa nyeri dibawah ligamentum inguinalis. Hal ini akan sulit
dibedakan dengan hernia femoralis atau nodus limfatikus inguinal yang membesar. Pada
9
keadaan abses iliopsoas, massa/benjolan yang membesar di daerah inguinal ini akan
Abses iliopsoas sekunder Karena Chron’s disease dapat menekan ureter dan
menyebabkan hidronefrosis. Tumor yang berasal dari organ dalam rongga pelvis atau
regio lumbalis juga dapat tumbuh menyerupai abses iliopsoas. Abses iliopsoas yang besar
dapat muncul bersamaan dengan deep vein thrombosis (DVT). Penyebab thrombosis
peningkatan CRP, anemia, dan peningkatan Laju Endap Darah (LED). Pada pemeriksaan
kultur darah dapat ditemukan organisme penyebab abses. Pemeriksaan radiologis awal
antara lain radiografi pada renal, ureter, dan vesica urinaria (BNO), dapat pula digunakan
radiologi tidak begitu spesifik ataupun sensitif dan tidak banyak membantu untuk
mendiagnosa abses iliopsoas. Terkadang, abses yang berbentuk gas dapat terlihat sebagai
samping radiasi, dan mudah digunakan. Namun, pemeriksaan ini sangat operator
dependent. Abses iliopsoas dapat terdiagnosa dengan USG hanya pada 60% kasus.
10
Rongga retroperitoneal sulit untuk dilihat secara ultrasonic dan dapat dikaburkan oleh gas
usus.13,14
Gambar 4. Hasil CT-Scan Abdomen dan Pelvis menunjukkan abses psoas kanan
definitive dan merupakan gold standard untuk pasien dengan keadaan abses iliopsoas.
CT-scan dapat berguna untuk menentukan batas abses, walaupun tidak dapat dibedakan
antara abses atau hematoma. Namun, CT-Scan dapat memberikan gambaran negatif palsu
efektif dibandingkan dengan CT-Scan karena tingkat spesifitas dan sensitifitas yang
sangat tinggi untuk membedakan berbagai soft tissue dan kemampuannya untuk
11
memperlihatkan abses dinding dan struktur disekitarnya tanpa memerlukan media kontras
intravena. MRI retroperitoneal dapat digunakan untuk mendiagnosa Crohn’s disease dan
2.6 Penatalaksanaan
drainasi abses. Pengetahuan yang adekuat terkait organisme penyebab abses dapat
menjadi panduan untuk memilih terapi antibiotik berdasarkan hasil kultur bakteri yang
dilakukan. Kultur bakteri dilakukan dengan sampel cairan abses dan dilakukan uji
kepekaan untuk melihat sensitifas antibiotik terhadap bakteri. Pada pasien yang diduga
dahulu sebelum hasil kultur keluar. Pada abses iliopsoas sekunder, pasien dapat diberikan
aminoglikosa.12,13,14
Drainase abses dapat dilakukan secara drainase perkutan dengan bantuan CT-scan
lebih tidak invasif dan telah menjadi teknik drainase pilihan. Mueller et al melaporkan
aplikasi PCD pertama pada abses iliopsoas di tahun 1984. Pada sebuah studi dari 22
pasien dimana 20 pasien mengalami abses iliopsoas primer dan 2 pasien mengalami abses
pasien. Prosedur ini juga memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang rendah.14,15
pembekuan darah;
operasi.
Pada pasien dengan Crohn’s disease, dilakukannya tindakan operasi tunggal untuk
mendrainase abses dan reseksi usus diperlukan. Terkadang, PCD dapat berguna sebagai
terapi inisial untuk memperbaiki kondisi pasien sebelum operasi dilakukan. Pemberian
Diverticulitis: Biasanya pada sisi sebelah kiri. Manifestasi klinis berupa rasa nyeri di
area serupa, tapi jarang memberikan gangguan saraf sensoris di akar L1-L3
Appendicitis: terjadi pada keadaan yang sama dengan abses psoas. Namun dapat
dibedakan dengan melihat riwayat migrating pain dan McBurney’s sign yang positif.
Walaupun demikian, “psoas sign” dapat terjadi baik pada apendisitis maupun abses
psoas.
Muscle strain: biasanya dikarenakan trauma otot pada pasien. Pola radiaton pain
yang terlihat pada abses psoas biasanya tidak ada. Pada keadaan ini juga tidak ada
gejala sistemik.
menyebabkan nyeri tembak ke paha anterior dan lateral karena kompresi dari nervus
Sciatica: nyeri punggung akibat iritasi nervus lumbal atau sacral yang menyebar ke
13
posterior atau lateral paha, lutut, atau tungkai. Dan juga, dapat meliputi dorsal kaki,
jari kaki I atau II dan III (L5), atau plantar kaki dan jari kaki ke IV dan V (S1)
membuat tidak terlihat seperti abses iliopsoas. Keadaan parestesi di sepanjang nyeri
menyebar ke selangkangan bersamaan dengan mual dan muntah yang menjadi gejala
umum. Demam dan malaise jarang terjadi kecuali bila terdapat infeksi renal yang
berhubungan.
Primary Ewing sarcoma: jarang berasal dari kolumna spinalis namun karena Ewing
sarcoma adalah tumor tulang yang sangat agresif dengan proliferasi yang tinggi dan
juga invasif, gejala klinik yang muncul dan pemeriksaan radiologi yang ada dapat
Septic Arthritis of Hip: baik abses iliopsoas maupun septic arthritis of hip dapat
timbul dengan gejala lemas dan nyeri pinggul. Nyeri abdominal lebih mengarah ke
diagnose abses iliopsoas, namun nyeri alih ke paha dan punggung dapat terjadi pada
rupture menunjukkan onset yang berbahaya, nyeri abdomen samar, atau nyeri
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Tn. HR
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Ojek
Masuk Rumah Sakit sejak 4 Desember 2017
3.2 Anamnesis
Tanda-tanda vital :
– RR : 24x/menit
– Suhu : 37 ºC
Pulmo :
Abdomen :
- P : timpani
Ekstremitas
– Movement : dbn
16
USG
3.5 Assessment
3.6 Planning
Terapi OAT
3.7 Follow Up
5 Desember 2017
S: Nyeri pada panggul kanan dan perut kanan bagian bawah, BAB mencret.
- N: 65x/menit
- S: 37,8°C
- RR: 24x/menit
- Ceftriaxone 2x 1 gr (iv)
6 Desember 2017
S: Nyeri pada panggul kanan dan perut kanan bagian bawah, BAB mencret, Demam
- N: 92x/menit
- S: 38,0°C
- RR: 24x/menit
-NT (+) pada perut kanan bawah, BU (+) kesan menurun, teraba massa.
- Ceftriaxone 2x 1 gr (iv)
7 Desember 2017
19
S: Nyeri pada panggul kanan dan perut kanan bagian bawah, BAB mencret, Demam
- N: 92x/menit
- S: 38,0°C
- RR: 24x/menit
-NT (+) pada perut kanan bawah, BU (+) kesan menurun, teraba massa.
P: - Ct-Scan Abdomen
- Ceftriaxone 2x 1 gr (iv)
8 Desember 2017
S: Nyeri pada panggul kanan dan perut kanan bagian bawah, BAB mencret, Demam
- N: 92x/menit
20
- S: 38,4°C
- RR: 24x/menit
-NT (+) pada perut kanan bawah, BU (+) kesan menurun, teraba massa.
- Ceftriaxone 2x 1 gr (iv)
9 Desember 2017
S: keluar nanah dari skrotum kanan, nyeri pada panggul kanan dan perut kanan
bagian bawah serta punggung bagian kanan, BAB mencret, Demam (+), setiap sore
- N: 92x/menit
- S: 38,4°C
- RR: 24x/menit
-NT (+) pada perut kanan bawah, BU (+) kesan menurun, teraba massa
- Ceftriaxone 2x 1 gr (iv)
10 Desember 2017
S: Pasien mengeluh masih merasa nyeri pada perut kanan bawah dan dam pada
punggung kanan, keluar nanah dari skrotum kanan, BAB mencret, nyeri BAK (+).
- N: 96x/menit
- S: 37,2°C
- RR: 20x/menit
-NT (+) pada perut kanan bawah dan lumbal dextra, BU (+) kesan menurun
- Ceftriaxone 2x 1 gr (iv)
o Basofil: 0,5%
11 Desember 2017
S: Pasien mengeluh masih merasa nyeri pada perut kanan bawah dan dam pada
punggung kanan, keluar nanah dari skrotum kanan, BAB mencret, Demam (+), setiap
- N: 104x/menit
- S: 38,0°C
- RR: 20x/menit
-NT (+) pada perut kanan bawah dan lumbal dextra, BU (+) kesan menurun
Laboratorium:
12 Desember 2017
S: Pasien mengeluh masih merasa nyeri pada perut kanan bawah dan dam pada
punggung kanan, keluar nanah dari skrotum kanan, BAB mencret, Demam (+), setiap
- N: 88x/menit
- S: 37,8°C
- RR: 20x/menit
25
-NT (+) pada perut kanan bawah dan lumbal dextra, BU (+) kesan menurun.
13 Desember 2017
S: Pasien mengeluh masih merasa nyeri pada perut kanan bawah dan dam pada
punggung kanan, keluar nanah dari skrotum kanan, BAB mencret, Demam (+), setiap
- N: 80x/menit
- S: 38,5°C
- RR: 20x/menit
-NT (+) pada perut kanan bawah dan lumbal dextra, BU (+) kesan menurun.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Yadav R.P., Agrawal C.S., Andhikary S., Kumar M., Regmi R., Amatya R., Gupta
R.K. 2007. Iliopsoas abscess: analysis and perspective from an endemic region of
Eastern Nepal. Kathmandu University Medical Journal. 5(4):497-500
2. Bagul N.B., Abeysekara A.M.S. 2008. Primary psoas abscess due to Streptococcus
milleri. Ann Clin Microbiol Antimicrobials. 7:7
3. Ricci M.A., Rose F.B., Meyer K.K. 1986. Pyogenic psoas abscess: worldwide
variations in etiology. World J Surg. 10:834-843
4. Bartolo D.C., Ebbs S.R., Cooper M.J. 1987. Psoas abscess in Bristol: a 10 year review.
International Journal Colorectal Disease. 2:72-6
5. Todkar M. 2005. Case report: psoas abscess – unusual etiology of groin pain.
MedGenMed. 7(3):10.
6. Lopez N.V., Ramos J.M., Meseguer V., et al. 2009. Microbiology and outcome of
iliopsoas abscess in 124 pasien. Medicine. 88(2): 120-30
7. Bresee J.S., Edward M.S. 1990. Psoas abscess in children. Pediatric Infection Disease
Journal. 9:201-206
8. Elliott C. 2013. Paediatric iliopsoas abscess: a case report. Australasian Journal of
Ultrasound in Medicine. 16(4):198-201
9. Mallick I.H., Thoufeeq M.H., Rajendran T.P. 2004. Iliopsoas abscesses. BMJ Journal.
80:459-462
10. Ozgur C., Ozayar A., Uzun T., Tuna Y. 2012. Psoas abscess due to appendicitis; case
report and review of the literature. Journal of Clinical and Analytical Medicine. 3(3):
344-346
11. Shields D., Robinson P., Crowley T.P. 2012. Iliopsoas abscess – a review and update
on the literature. International Journal of Surgery. 10(2012):466-469
12. Singal R., Mittal A., Gupta S., Naredi B., Singh M. 2013. Giant primary psoas
abscess: masquerading peritonitis-for diagnosis and treatment. Acta Medica
Indonesiana. 45(2): 136-140
13. Tabrizan P., Nguyen S., Greenstein A., Rajhbeharrysingh U., Divino C.M. 2009.
Management and treatment of iliopsoas abscess. The Journal of The American
28