You are on page 1of 19

MAKALAH

FISIOLOGI LATIHAN

KONTROL NEUROMUSCULAR TERHADAP GERAK


SERTA
ADAPTASI NEUROMUSCULAR TERHADAP LATIHAN

O
L
E
H

KELOMPOK III
DINDA BATHARI ANA DARA
FITRAENI KUSUMAH
GISMAN LAADAM
HASMANIAR
MIRANDA
NOVITA WULANSARI
NURUL PRATIWI
RAHMADHANI BASIR
RESKI AMALIAH RAHMAN
WAHYU ALAMSYAH

JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullilah, kami dari kelompok tiga dapat menyelesaikan

tugas kelompok yang diberikan kepada kami untuk membuat makalah dari mata

kuliah Fisiologi Latihan, dengan judul materi “Kontrol Neuromuscular Terhadap

Gerak serta Adaptasi Neuromuscular Terhadap Latihan”.

Maka dari itu, makalah ini sangat penting untuk dikaji sehingga

Mahasiswa khususnya pada Jurusan FISIOTERAPI dapat memahami dan

memudahkan untuk mengetahui materi tentang Neuromuscular pada Gerak dan

Latihan, dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang

kesehatan.

Sehingga kami dari kelompok III, sangat menyadari bahwa makalah yang

kami selesaikan ini, masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami

sangat membutuhkan kritikan dan saran membangun dari pembaca.

Terima kasih,Wassalam.

Makassar, Maret 2015

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... ..................

DAFTAR ISI ..... ...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .... .......................................................................


B. RUMUSAN MASALAH .... ................................................................... .
C. TUJUAN.. ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. NEUROMUSCULAR ... ........................................................................


B. KONTROL NEUROMUSCULAR TERHADAP GERAKAN ... ......
C. ADAPTASI NEUROMUSCULAR TERHADAP LATIHAN ...........
D. PERUBAHAN PADA NEUROMUSCULAR ... ..................................
E. KELAINAN PADA NEUROMUSCULAR SAAT LATIHAN . ........

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN .. ...................................................................................
B. SARAN ... ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .. ................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otot dan saraf tidak bisa dipisahkan dengan sistem gerakan.
Neuromuscular merupakan penyebab adanya gerakan. Gerakan adalah suatu
perubahan tempat atau perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dengan
sebuah titik referensinya (titik orientasi). Kontraksi otot berlangsung cepat bila
menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak dan di bawah
pengaruh saraf sadar.
Menurut Sugiarto, “Latihan olahraga yang dilakukan secara baik, teratur,
progesif, dan tepat dosis akan menyebabkan peningkatan sistem adaptasi
tubuh” (Bawono, 2008: 103). Adaptasi fisiologis merupakan bentuk reaksi
yang terjadi dalam tubuh untuk mempertahankan homeostatis tubuh saat
menghadapi tekanan latihan.
Ada empat bentuk adaptasi yang nampak dalam mempertahankan proses
homeostatis tubuh, meliputi adaptasi neuromuscular, adaptasi metabolisme,
adaptasi kardiorespiratori, dan adaptasi otot skelet. Selain empat bentuk
adaptasi tersebut, kelelahan otot merupakan salah bentuk mempertahankan
homeostatis tubuh.
Aktivitas otot yang dilakukan berkali-kali akan menyebabkan bertambah
besarnya otot skelet. Karena latihan, otot membesar sampai batas
maksimumnya. Hipertropi otot biasanya diikuti oleh makin banyaknya kapiler
yang aktif di dalam otot. Daya otot adalah hasil dari kekuatan kali kecepatan
kontraksi. Jadi peningkatan daya otot maksimal adalah hasil dari kenaikan dua
unsur yaitu kenaikan kekuatan dan kenaikan kecepatan.
Untuk lebih jelasnya, pada makalah ini akan diuraikan lebih detailnya
mengenai terminologi neuromuscular, peran neuromuscular dalam mengontrol
gerakan, adaptasi neuromuscular terhadap latihan, dampak dari latihan dan
gerakan terhadap neuromuscular, serta perubahan yang terjadi pada
neuromuscular.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan neuromuscular?
2. Bagaimana peran neuromuscular dalam mengontrol gerakan?
3. Bagaimana adaptasi neuromuscular terhadap latihan?
4. Perubahan apa saja yang terjadi pada neuromuscular ?
5. Kelainan apa saja yang dapat ditimbulkan pada neuromuscular saat
latihan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian neuromuscular
2. Mengetahui peran neuromuscular dalam mengontrol gerakan
3. Mengetahui cara adaptasi neuromuscular terhadap latihan
4. Mengetahui perubahan yang terjadi pada neuromuscular
BAB II
PEMBAHASAN

A. Neuromuscular
Dalam tubuh manusia, ada sel sel yang disebut sel peka rangsang. Sel yang
di beri rangsangan yang adekuat mampu menimbulkan terjadinya potensial
aksi. Sel-sel tersebut adalah sel otot dan sel saraf.
1. Pengertian neuromuscular
Ujung-ujung saraf membuat hubungan yang dinamakan hubungan saraf-
otot atau Neuromuskular, dengan serabut-serabut otot kira-kira pada
pertengahan serabut, sehingga potensial aksi dalam serabut berjalan dalam
dua arah.
2. Susunan neuromuscular
a. Upper motor neuron (UMN)
UMN merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang menyalurkan
impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-inti motorik di
saraf cranial di batang otak atau kornuanterior. Berdasarkan perbedaan
anatomic dan fisiologik kelompok UMN di bagi dalam susunan
pyramidal yang terdiri dari traktus kortikospinal dan traktus
kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya untuk gerakan-gerakan
otot kepala dan leher, sedangkan traktus kortikospinal fungsinya untuk
gerakan-gerakan otot tubuh dan anggota gerak.
b. Lower motor neuron (LMN)
LMN merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang berasal dari
batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan ke berbagai otot
dalam tubuh seseorang. Dari otak medulla spinalis turun ke bawah
kira-kira di tengah pungung dan dilindungi oleh cairan jernih yaitu
cairan serebrospinal. Medula spinalis terdiri dari berjuta-juta saraf
yang mentransmisikan informasi elektrik dari dan ke ekstremitas,
badan, organ-organ tubuh dan kembali ke otak. Otak dan medulla
spinalis merupakan SSP yang menghubungkan saraf-saraf medulla
spinalis ke tubuh adalah SST. Medula spinallis terdiri dari traktus
ascenden (yang membawqa informasi di tubuh menuju ke otak seperti
rangsangan raba, suhu, nyeri dan gerak posisi) dan traktus descenden
(yang membawa informasi dari otak ke angota gerak dan mengontrol
fungsi tubuh).
3. Sel saraf
Susunan sel saraf manusia mengandung neorun dan sel glia. Neuron terdiri
dari dendrit (penerima rangsang), Soma (perikarion, tubuh sel yang
berfungsi untuk menyediakan bahan makanan untuk hidup sel), dan akson
(penghantar impuls). Neuron (kompleks bangunan dasar susunan saraf)
telah disusun dari sel neuroefektor primitive yang berespon terhadap
berbagai rangsangan dengan berkontraksi.
Sistem saraf tersusun oleh sel-sel saraf atau neuron. Neuron inilah yang
berperan dalam menghantarkan impuls (rangsangan). Sebuah sel saraf
terdiri tiga bagian utama yaitu badan sel, dendrit dan neurit (akson).

a. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf.
Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson. Badan sel saraf mengandung inti sel dan
sitoplasma. Inti sel berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf
(neuron). Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi
sebagai penyedia energi untuk membawa rangsangan.

b. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang.
Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.

c. Neurit (akson)
Neurit berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel
saraf lain. Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut
selubung myelin yang terdiri atas perluasan membran sel Schwann.
Selubung ini berfungsi untuk isolator dan pemberi makan sel saraf.
Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh selubung mielin. Bagian
ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya
rangsangan.
Antara neuron satu dengan neuron satu dengan neuron berikutnya tidak
bersambungan secara langsung tetapi membentuk celah yang sangat
sempit. Celah antara ujung neurit suatu neuron dengan dendrit neuron lain
tersebut dinamakan sinapsis. Pada bagian sinapsis inilah suatu zat kimia
yang disebut neurotransmiter (misalnya asetilkolin) menyeberang untuk
membawa impuls dari ujung neurit suatu neuron ke dendrit neuron
berikutnya.
- Macam-macam Neuron (Sel Saraf)
a. Saraf sensorik
Saraf sensorik adalah saraf yang membawa rangsangan (impuls) dari
reseptor (indra) ke saraf pusat(otak dan sumsum tulang belakang).
b. Saraf motorik
Saraf motorik adalah saraf yang membawa rangsangan (impuls) dari
saraf pusat susunan saraf ke efektor (otot dan kelenjar).
c. Saraf konektor
Saraf konektor adalah saraf yang menghubungkan rangsangan
(impuls) dari saraf sensorik ke saraf motorik.
- Macam-macam Gerak
Gerakan merupakan salah satu cara tubuh dalam mengagapi
rangsangan. Berdasarkan jalannya rangsangan (impuls) gerakan
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena
disengaja atau disadari. Pada gerak sadar ini, gerakan tubuh
dikoordinasi oleh otak. Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra)
disampaikan ke otak melalui neuron sensorik. Di otak rangsangan tadi
diartikan dan diputuskan apa yang akan dilakukan. Kemudian otak
mengirimkan perintah ke efektor melalui neuron motorik. Otot (efektor)
bergerak melaksanakan perintah otak. Contoh gerak sadar misalnya :
menulis, membuka payung, mengambil makanan atau berjalan.
Skema gerak sadar :

Rangsangan(Impuls) --> Reseptor(Indra) --> Saraf sensorik

--> Otak --> Saraf motorik --> Efektor (Otot)

b. Gerak Refleks (Tak Sadar)


Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari.
Impuls yang menyebabkan gerakan ini tidak melewati otak namun
hanya sampai sumsum tulang belakang. Gerak refleks misalnya terjadi
saat kita mengangkat kaki karena menginjak benda runcing, gerakan
tangan saat tidak sengaja menjatuhkan buku, gerakan saat menghindari
tabrakan dan lain sebagainya.
Skema gerak refleks :

Rangsangan(Impuls) --> Reseptor(Indra) --> Saraf sensorik

--> Sumsum Tulang Belakang --> Saraf motorik --> Efektor (Otot)
4. Sel otot
Sel-sel otot (seperti neuron) dapat dirangsang secara kimia, secara listrik
dan secara mekanik untuk menimbulkan suatu potensial aksi yang
dihantarkan sepanjang membran selnya. Ia mengandung protein kontraktil
dan (berbeda dari neuron) ia mempunyai mekanisme kontraktil yang
diaktifasi oleh potensial aksi. Pada umumnya, otot terbagi atas 3 yaitu otot
rangka, otot jantung dan otot polos.
- Otot Polos
1. Struktur sel otot polos
O t o t polos t e r s u s u n t e r s e b a r d a n b e r b e n t u k l e m b a r a n .
S e l o t o t p o l o s b e r b e n t u k gelendong dengan kedua ujungnya
meruncing dan inti selnya terletak di tengah. Ototpolos tersusun atas
miofilamen halus dan miofilamen kasar.
2. Fungsi sel otot polos
Karena otot polos bekerja di luar kesadaran, biasanya otot polos ada di
organ-organpenting, seperti organ pencernaan, pernafasan, reproduksi,
serta organ-organ lainnyakecuali jantung. Otot polos yang mengatur
kontraksi dari kerja organ-organ ini.

- Otot Jantung
a. Struktur otot jantung
Otot jantung berbentuk seperti otot lurik tetapi bentuknya tidak
silindris, tetapibercabang. Namun letak inti selnya di tengah. Sama
halnya dengan otot lurik, otot jantung juga tersusun atas serabut-
serabut sel otot dan terdiri dari miofilamen tebaldan tipis, hanya saja
susunannya tidak teratur seperti otot lurik.
b. Fungsi otot jantung
Otot ini bekerja di luar kesadaran dan hanya terdapat di miokardium
jantung. Ototjantung ini hanya berfungsi mengatur kontraksi kerja
jantung.

- Otot Rangka (Otot Lurik)


a. Struktur sel otot rangka
Sel otot rangka berbentuk silinder, berinti banyak dan
letaknya di tepi, dan berukuran besar. Setiap otot rangka
yang utuh disusun oleh sel-sel otot atau serat-serat otot.
Setiap serat otot tersusun atas miofibril-miofibril.
b. Fungsi sel otot rangka
Otot lurik berada menempel di seluruh rangka dan
bekerja sesuai kesadaran. Selainmengatur gerak pada tulang,
otot lurik juga disebut sebagai alat gerak aktif.
Bagian-Bagian Otot Rangka
1. Sarkolema
Membran sel dari selaput otot.Terdiri dari membran sel yang disebut
membran plasma & sebuah lapisan luar yang terdiri dari 1 lapisan tipis
mengandung kolagen
2. Miofibril
Merupakan bulatan-bulatan kecil pada potongan melintang mengandung
1500 FM,3000 FA yang merupakan molekul protein polimer besar untuk
kontraksi otot
Memiliki 2 filamen:
 Filamen Tebal yang dibentuk oleh myosin
 Filamen Tipis yang dibentuK oleh aktin, tropomiosin & troponin
3. Sarkoplasma
Miofibril-miofibril terpendam dalam serat otot di dalam suatu matriks
4. Retikulum Sarkoplasmik
Sarkoplasma yang terdapat pada retikulum endoplasma yang terdapat
dalam serat otot.

B. Kontrol Neuromuscular Terhadap Gerakan


Gerak merupakan suatu perubahan tempat atau perpindahan posisi dari
titik orientasinya (referensi). Gerak terjadi karena adanya saraf dan otot yang
bekerja pada tubuh saat beraktifitas baik motorik maupun sensorik.
Aktivitas motorik somatik sangat bergantung pada pola dan kecepatan
lepas muatan saraf motorik spinalis dan saraf homolog yang terdapat di
nukleus motorik saraf kranialis. Saraf ini, yang merupakan jalur terakhir ke
otot rangka, yang dibawa oleh impuls dari berbagai jalur. Banyak masukan
menuju ke setiap neuron motorik spinalis berasal dari segmen spinal yang
sama. Berbagai masukan supra segmental juga bertemu di sel saraf ini, yaitu
dari segmen spinal lain, batang otak, dan korteks serebrum. Sebagian masukan
ini berakhir langsung ke saraf motorik, tetapi banyak yang efeknya dilanjutkan
melalui neuron antara ( interneuron ) atau melalui sistem saraf efferen γ ke
kumparan otot dan kembali melalui serat afferent Ia ke medulla spinalis.
Aktifitas terintegrasi dari tingkat spinal, medulla oblongata, otak tengah dan
korteks inilah yang mengatur postur tubuh dan memungkinkan terjadinya
gerakan terkoordinasi.
Masukan-masukan yang bertemu di neuron motorik mengatur tiga fungsi
yang berbeda : menimbulkan aktivitas volunter, menyesuaikan postur tubuh
untuk menghasilkan landasan yang kuat bagi gerakan, dan mengkoordinasikan
kerja berbagai otot agar gerakan yang timbul mulus dan tepat. Pola aktivitas
volunter direncanakan di otak, lalu perintahnya dikirim ke otot terutama
melalui sistem kortikospinalis dan kortikobulbaris. Postur tubuh secara terus
menerus disesuaikan, tidak saja sebelum tetapi juga sewaktu melakukan
gerakan oleh sistem pengatur postur. Gerakan diperhalus dan dikoordinasikan
oleh serebellum bagian medial dan intermedial (spinoserebellum) dan
hubungan-hubungannya. Ganglia basal dan serebelum bagian lateral
(neoserebelum) merupakan bagian dari sirkuit umpan balik ke korteks
pramotorik dan motorik yang berkaitan dengan peencanaan dan pengaturan
gerakan volunter.
Keluaran motorik terdiri atas dua jenis, yaitu refleksif , dan volunter
(dikendalikan oleh kemauan). Beberapa pakar membagi lagi respons refleksif
dengan respon ritmik seperti menelan, mengunyah, menggaruk dan berjalan,
terutama yang bersifat involunter.
Masih banyak yang belum diketahui tentang kontrol gerakan volunter.
Untuk menggerakkan sebuah anggota badan, otak harus merencanakan
gerakan, menyusun gerakan yang sesuai di berbagai sendi pada saat yang
sama, dan menyesuaikan gerakan dengan membandingkan rencana dengan
kinerja. Sistem motorik akan bekerja secara maksimal apabila gerakan di
ulang-ulang (learning by doing), hal ini melibatkan plastisitas sinaps.
Perintah untuk gerakan volunter berasal dari daerah assosiasi korteks.
Gerakan direncanakan di korteks. Gerakan direncanakan di korteks serta di
ganglia basal dan bagian lateral dari hemisfer serebelum, yang ditandai oleh
peningkatan aktivitas listrik sebelum gerakan. Ganglia basal serta serebelum
menyalurkan informasi ke korteks pramotorik dan motorik melalui talamus.
Perintah motorik dari korteks motorik sebagian besar dipancarkan melalui
traktus kortikospinalis ke medula spinalis dan sebagian lagi melalui traktus
kortikobulbaris yang sesuai ke neuron motorik di batang otak. Namun jalur ini
dan beberapa hubungan langsung dari korteks motorik berakhir di nukleus-
nukleus batang otak dan medula spinalis, dan jalur ini dapat juga
memperantarai gerakan volunter. Gerakan menimbulkan perubahan input
sensorik dari indra dan otot,tendon,sendi serta kulit. Informasi umpan balik
ini, yang menyesuaikan dan mengatur gerakan, dipancarkan secara langsung
ke korteks motorik dan ke spinoserebelum. Spinoserebelum akhirnya
berproyeksi ke batang otak. Jalur batang otak utama yang berperan dalam
postur dan koordinasi adalah traktur rubrospinalis, retikulospinalis,
tektospinalis, dan vestibulospinalis serta neuron-neuron di batang otak.
Serat jalur kortikospinalis lateral membentuk piramid di medula
oblongata, jalur kortikospinalis itu disebut sebagai aistem piramidalis. Batang
otak desendens dan jalur spinal lainnya yang tidak melewati piramida, tapi
berperan dalam kontrol postur disebut sistem ekstrapiramidalis.
Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling
menggelincir satu sama lain. Akibatnya zona H dan pita I memendek,
sehingga sarkomer pun juga memendek. Dalam otot terdapat zat yang sangat
peka terhadap rangsang disebut asetilkolin. Otot yang terangsang
menyebabkan asetilkolin terurai membentuk miogen yang merangsang
pembentukan aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi sehingga
otot yang melekat pada tulang bergerak.
Jika otot dirangsang berulang-ulang secara teratur dengan interval waktu
yang cukup, otot akan berelaksasi sempurna di antara 2 kontraksi. Namun jika
jarak rangsang singkat, otot tidak berelaksasi melainkan akan berkontraksi
maksimum atau disebut tonus. Jika otot terus-menerus berkontraksi, disebut
tetanus.
Saat berkontraksi, otot membutuhkan energi dan oksigen. Oksigen
diberikan oleh darah, sedangkan energi diperoleh dari penguraian ATP
(adenosin trifosfat) dan kreatinfosfat. ATP terurai menjadi ADP (adenosin
difosfat) + Energi. Selanjutnya, ADP terurai menjadi AMP (adenosin
monofosfat) + Energi. Kreatinfosfat terurai menjadi kreatin + fosfat + energi.
Energi ini semua digunakan untuk kontraksi otot. Pemecahan zat-zat akan
menghasilkan energi untuk kontraksi otot berlangsung dalam keadaan anaerob
sehingga fase kontraksi disebut juga fase anaerob. Energi yang membentuk
ATP berasal dari penguraian gula otot atau glikogen yang tidak larut.
Glikogen dilarutkan menjadi laktasidogen (pembentuk asam laktat) dan
diubah menjadi glukosa (gula darah) + asam laktat. Glukosa akan dioksidasi
menghasilkan energi dan melepaskan CO2 dan H2O.

C. Adaptasi Neuromuscular Terhadap Latihan


Fisiologi olahraga (exercise physiology) adalah penggambaran dan penjelasan
perubahan fungsi tubuh manusia sewaktu melakukan olahraga, baik perubahan
akut maupun kronis. Meningkatkan kemampuan fungsional hanya dapat
dilakukan dengan benar, baik, efisien danaman bila pelatih memiliki
pengetahuan tentang mekanisme kerja dan mekanisme respons
organ-organ tubuh terhadap latihan pembebanan dan latihan
keterampilan.
Menurut Sugiarto, “ketika tubuh melakukan latihan fisik yang merupakan
suatu bentuk stressor fisik dapat menyebabkan gangguan homeostatik, dan
tubuh akan memberikan tanggapan berupa mekanisme umpan balik negatif” (
Bawono, 2008: 103).
Tanggapan tersebut berupa:
a. Respon “jawab sewaktu’’ adalah perubahan fungsi organ tubuh yang
bersifat sementara dan berlangsung tiba-tiba, sebagai akibat dari aktivitas
fisik. Perubahan fungsi ini akan segera hilang dengan segera dan kembali
normal setelah aktivitas dihentikan.
b. Adaptasi “ jawab lambat adalah perubahan struktur atau fungsi organ-
organ tubuh yang sifatnya lebih menetap karena latihan fisik yang lebih
dilakukan dengan teratur dalam periode waktu tertentu (Vaananen dalam
Bawono, 2008: 103).
“Reaksi adaptasi hanya akan timbul apabila beban latihan yang diberikan
intensitasnya cukup memadai dan berlangsung cukup lama” (Vaananen
dalam Bawono, 2008). Jadi latihan harus dilakukan dalam training zone dan
durasi latihan dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Menurut Supriadi,
“chronic training adalah latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
sampai beberapa hari atau sampai beberapa bulan (Training)” (Bawono,
2008:103). “ Perubahan yang terjadi karena training disebut dengan
adaptasi, salah satu bentuk adaptasi otot skelet pada olahraga, diantaranya
terjadinya hipertropi otot, kelelahan otot ” (Tjaliek, 1992: 45).
Efek fisiologis daripada latihan olahraga yang teratur dan kontinyu
digambarkan pada adaptasi sistem neuromuscular, adaptasi sistem
kardiovaskuler, adaptasi sistem respirasi, adaptasi sistem metabolisme,
adaptasi sel-sel jaringan serta adaptasi morfologis. Tapi, untuk pembahasan
materi, dibatasi hanya pada adaptasi neuromuscular.

Aktivitas otot yang dilakukan berkali-kali akan menyebabkan bertambah


besarnya otot skelet. Keadaan ini bukan karena terbentuknya serabut-serabut
otot baru, tetapi disebabkan karena menjadi aktifnya serabut otot yang tadinya
berada di dalam keadaan tidak aktif. Karena latihan, otot membesar sampai
batas maksimumnya. Hipertropi otot biasanya diikuti oleh makin banyaknya
kapiler yang aktif di dalam otot. Daya otot adalah hasil dari kekuatan kali
kecepatan kontraksi. Jadi peningkatan daya otot maksimal adalah hasil dari
kenaikan dua unsur yaitu kenaikan kekuatan dan kenaikan kecepatan.

Bertambahnya kekuatan otot relatif lebih nyata dibandingkan dengan


membesarnya volume otot; misalnya kekuatan dapat menjadi 3 kali lebih
besar tanpa perubahan volume otot. Peningkatan kekuatan sebagai hasil dari
latihan otot dikarenakan penambahan luas penampang otot serta kenaikan
curahan saraf (nerve discharge) kepada otot.

Peranan saraf dalam perubahan-perubahan ini cukup besar. Di depan telah


dikemukakan bahwa curahan saraf kepada otot meningkatkan, kecuali itu
transmisi impuls saraf ke motor unit juga diperbaiki, sehingga sebuah impuls
akan menghasilkan kontraksi serentak dari lebih banyak serabut otot. Dengan
demikian kualitas kontraksi otot meningkat.
Kontraksi statis dan dinamis yang tidak perlu segera bisa dilenyapkan,
relaksasi yang lebih sempurna daripada otot-otot antagonist bisa dicapai,
gerakan-gerakan menjadi lebih sederhana dan lebih otomatis karena reflex
menggantikan sebagian gerakan-gerakan yang menurut kehendak.

Untuk satu pekerjaan tertentu, terdapat penurunan energy yang diperlukan,


yang mana dapat mencapai ¼ daripada sebelumnya. Juga kecepatan yang
paling ekonomi untuk gerakan berulang-ulang biasa dicapai dengan latihan.

Hasil dari latihan neuromuscular telah ditunjukkan dengan melalui


penyelidikan electromyography sebagai berikut :

1. Flodorov mencatat bahwa pada subyek yang terlatih mempunyai


periode latent yang lebih pendek.

2. Basmajian melaporkan bahwa orang-orang terlatih mempunyai


keuntungan control yang lebih baik daripada motor units. Dan inilah yang
menjadi dasar perbedaan ketangkasan masing-masing orang.

D. Perubahan Pada Neuromuscular


 Perubahan pada neuromuscular
1. Hipertropi
Kapasitas strength suatu otot berkaitan langsung dengan ukuran diameter
serabut otot. Diameter serabut otot berkaitan dengan besarnya otot.
Kekuatan otot berkembang/meningkat, ukuran serabut otot dapat
meningkat disebut hipertropi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya Hipertropi adalah :
1. Meningkatnya jumlah protein dalam serabut otot
2. Meningkatnya kepadatan pembuluh kapiler
3. Perubahan biokimia dalam serabut otot.
Ketika strength otot meningkat maka yang mengalami peningkatan
ukuran serabut otot adalah otot tipe II (fast-twitch), dimana otot tipe II
merupakan sumber utama hipertropi. Diharapkan juga terjadi
peningkatan jumlah serabut otot dinamakan hiperplasia, peningkatan ini
dapat disebabkan oleh pemisahan serabut longitudinal otot, hal ini telah
diobservasi pada percobaan binatang yang diberikan latihan tahanan
yang berat tetapi belum diobservasi pada manusia.
Banyaknya motor unit
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi kapasitas otot dalam
peningkatan strength adalah meningkatnya sejumlah motor unit selama
latihan. Lebih banyak jumlah motor unit yang mengirimkan impuls
maka lebih besar gaya output yang dihasilkan. Sebagian besar
peningkatan awal dari strength akibat dari motor learning yang
dihasilkan adaptasi neural seperti perolehan jumlah motor unit yang
banyak dan sinkronisasi motor unit, telah ditunjukkan bahwa strength
dapat meningkat tanpa terjadi hipertropi. Jadi, pada fase awal program
terapi latihan tahanan secara tepat akan menghasilkan perolehan jumlah
motor unit yang lebih besar dari hipertropi.
Perubahan strength pada jaringan nonkontraktil
Program terapi latihan secara progresif dapat juga memperbaiki strength
jaringan non-kontraktil (tulang, tendon dan ligamen). Peningkatan
strength pada otot menyebabkan adaptasi dari jaringan nonkontraktil
dimana jaringan nonkontraktil juga mengalami peningkatan strength.
Petunjuk untuk perkembangan/peningkatan strength
Prinsip overload (beban yang berlebihan), untuk meningkatkan strength,
beban yang melampaui kapasitas metabolik otot harus digunakan selama
latihan, menghasilkan hipertropi dan perolehan jumlah motor unit.
Kapasitas otot untuk menghasilkan ketegangan yang besar secara utama
dapat dicapai dengan latihan intensitas tinggi (melawan beban yang
berat) dan jumlah repetisi yang relatif rendah. Variasi dari tipe/jenis dan
struktur program terapi latihan untuk tujuan strength digunakan tipe
latihan resisted exercise, hold rilex dan contract relax.
2. Hiperplasia
Menurut Claudius, “Sel-sel otot tidak mampu membelah secara mitosis,
tetapi bukti-bukti eksperimental mengisyaratkan bahwa serat yang
membesar dapat terputus menjadi dua di tengahnya, sehingga terjadi
peningkatan jumlah serat (splitting)”. “Perubahan-perubahan adaptif
yang terjadi di otot rangka secara bertahap berbalik ke keadaan semula
dalam ... beberapa bulan apabila program latihan teratur yang
menimbulkan perubahan itu dihentikan” (Claudius, 2009: 3). Hiperplasia
merupakan bertambahnya jumlah dari serabut otot akibat proses
pembelahan. Pada otot manusia belum ditemukan bukti, bahwa
pembebanan latihan fisik dapat terjadi hiperplasia, kalaupun terjadi
jumlahnya sangat sedikit (Guyton dan Hall dalam Pardjiono, 2008: 114).
Jadi mekanisme terjadinya hiperplasia otot skelet sangat jarang terjadi
dibandingkan dengan mekanisme hipertropi otots kelet. Kedua
mekanisme tersebut juga bergantung pada prinsip-prinsip latihan yang
dilakukan.
3. Kelelahan Otot
Setiap otot berkontraksi akan terjadi asam laktat. Makin tinggi intensitas
latihan makin banyak asam laktat yang terbentuk dan untuk mengurangi
asam laktat diperlukan oksidasi. Bila O2 yang masuk kedalam otot
relatif sedikit bila dibanding dengan kebutuhan proses oksidasi, dapat
dipastikan makin lama jumlah asam laktat akan bertambah banyak.
Kadar asam laktat dalam otot mencapai 0,3%-0.6%, maka otot tak dapat
bereaksi lagi terhadap rangsang, sehingga otot tersebut dapat dikatakan
leleh total. “Bertambah banyaknya asam laktat ini dapat menghalangi
rangsang yang dibawa oleh saraf menuju otot, sehingga tidak semua
rangsang sampai pada otot dan otot akan berkurang kekuatannya”. “
Dengan demikian seseorang yang mempunyai kemampuan mengambil
O2 yang baik saat latihan, ia tidak mudah lelah”. “Apabila seseorang
mengalami kelelahan akibat latihan, kemudian istirahat, maka setelah
beberapa waktu ia akan pulih dengan ditandai kekuatan otot yang lebih
besar. Keadaan ini dikenal dengan recovery. Jadi recovery adalah proses
pemulihan kekuatan otot, bukan pemulihan tenaga.
Proses recovery dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Otot yang lelah karena kada rasam laktat tinggi akibat latihan dengan
intensitas tinggi.
b. Kalau otot terus digunakan untuk latihan dan pemasukan O2 relatif
sedikit, maka makin lama kadar asam laktat semakin tingi sehingga
menghalangi saraf dan kekuatan semaikin lama makin menurun.
c. Dengan istirahat maka produksi asam laktat dan dio otot tak selalu
ada proses oksidasi sehingga kadar asam laktat makin kecil, kemudian
blokir terhadap rangsang hilang atau berkurang.
d. Setelah beristirahat kekuatan otot akan pulih kembali (Tjaliek, 1992:
77-79).

E. Kelainan pada neuromuscular saat latihan


1. Cedera achilles tendonitis
Cedera ini dengan mudah diketahui apabila tendo ditekan akan terasa
sakit. Rasa sakit akan terasa lebih pada pagi hari, bisa juga saat akhir
atau mulai latihan. Tendo Achilles mudah mengalami cedera apabila
peregangan pada otot betis tidak cukup dilakukan atau bahkan tak
melakukan sama sekali. Dapat juga karena otot betis terlalu kaku,
banyak lari, mendapat beban latihan berat dan kecepatan tinggi.
Pertolongan pertama pada cedera ini adalah dengan istirahat, gosoklah
bagian yang sakit dengan es dan akan obat-obat anti inflamasi. Jangan
latihan kecepatan dulu dan kurangi intensitas latihan (Sumosarjuno,
1996: 178).
2. Cedera strain
“Cedera lain otot skelet akibat latihan olahraga adalah strain atau
pegel-pegel, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Cedera ini
disebabkan oleh latihan yang berlebihan pada otot tertentu”
(Aminudin, 2009: 1).
3. Miogelosis
“Banyak atlet yang mengeluh bahwa otot-ototnya, terutama di
punggung menjadi keras di beberapa tempat, hal ini terjadi akibat
latihan olahraga yang cukup intensif dan terus-menerus”. “Keluhan ini
disebut dengan miogelosis ... Ada dua macam tipe miogelosis, yakni
yang berbentuk bulat dan memanjang”. “Penyebab miogelosis belum
begitu jelas, namun diduga akibat beban latihan beban lebih terhadap
otot yang bersangkutan” (Sumosarjuno, 1990: 140).
4. Kram otot skelet
“Aktifitas [saat] keadaan otot tidak siap dapat mengakibatkan
ketegangan berlebihan yang tidak dapat dikendalikan ... otot, atau
sering disebut dengan kram otot”. “Kram otot umumnya terjadi pada
saat mendekati akhir latihan, kontraksi otot ringan mula-mula
berkembang saat awal latihan, yang bertambah berat saat seseorang
mengalami kelelahan dan berkurang jika kerja otot berkurang”. Kram
otot akan meningkat jika panjang otot dalam keadaan sangat
memendek. Otot yang mengalami kram akan tampak sangat tegang,
bergerak-gerak di bagian tengahnya. Kram otot diduga disebabkan
oleh ketidakseimbangan mineral dalam tubuh, khususnya natrium.
Keadaan kekurangan cairan dan kelelahan otot juga dipercaya dapat
menyebabkan kram otot. Dengan demikian pencegahan kram otot
adalah menjaga kondisi tubuh secara umum jika hendak berlatih,
mempertahankan nutrisi, perhatikan pemulihan kondisi tubuh jika
setelah berlatih berat (Nani, 2009: 4).
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dalam tubuh manusia, ada sel sel yang disebut sel peka rangsang. Sel
yang di beri rangsangan yang adekuat mampu menimbulkan terjadinya
potensial aksi. Sel-sel tersebut adalah sel otot dan sel saraf. Ujung-ujung
saraf membuat hubungan yang dinamakan hubungan saraf-otot atau
Neuromuskular, dengan serabut-serabut otot kira-kira pada pertengahan
serabut, sehingga potensial aksi dalam serabut berjalan dalam dua arah.
Aktivitas motorik somatik sangat bergantung pada pola dan kecepatan
lepas muatan saraf motorik spinalis dan saraf homolog yang terdapat di
nukleus motorik saraf kranialis. Saraf ini, yang merupakan jalur terakhir ke
otot rangka, yang dibawa oleh impuls dari berbagai jalur.
Aktivitas otot yang dilakukan berkali-kali akan menyebabkan
bertambah besarnya otot skelet. Keadaan ini bukan karena terbentuknya
serabut-serabut otot baru, tetapi disebabkan karena menjadi aktifnya
serabut otot yang tadinya berada di dalam keadaan tidak aktif. Karena
latihan, otot membesar sampai batas maksimumnya.
Neuromuscular juga mengalami perubahan saat latihan. Perubahan
tersebut yaitu hipertropi dan hyperplasia serta terjadinya kelelahan otot.

B. SARAN
- Dimohon pada para pembaca untuk memberikan kritikannya yang
bersifat membangun agar pembuatan makalah kedepannya lebih baih
dari yang kami buat
- Saran–saran pembaca juga sangat diperlukan dalam pembuatan
makalah yang lebih baik kedepan karena mengingat kita adalah
makhluk tuhan yang jauh dari batas kesempurnaan. Dan apabila dari
makalah kami ada kesalahan mohon dimaklumi karena sebagai
manusia biasa, kita tidak luput dari khilaf.
DAFTAR PUSTAKA

http://andibrilinunm.blogspot.com/2011/04/definisi-otot-rangka-dan-
pengaruh.html

Aminudin. 2009. Cedera Otot Pada Olahraga Futsal.Http://mediascastore.com.


diakses pada tanggal 9 Maret 2015 jam 16.40.

Badudu. Sutan, Mohamad. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Cahyani, N. 2006. Pengaruh latihan terhadap kerja otot rangka. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Claudius. 2009. Pengertian Fisiologi Olahraga.


http://ikorsportscience.blogspot.com. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015 jam
17.00.

Nani. 2009. Kram Otot Pada Olahraga. http://Nani.Kramp-otot-pada-


olahraga.html./. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015 jam 17.00.

Pardjiono, 2008. Hipertropi otot skelet pada olahraga. Jurnal ilmu


keolahragaan.5(2):111-119.

Roger. 2009. Prinsip umum berolahraga.


http://twdroger.blogspot.com/2009/10/prinsip -mum-or.html. diakses pada
tanggal 9 Maret 2015 jam 17.15.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Drs.%20Rumpis%20Agus%20
Sudarko,%20MS./FaalOlahraga%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf.
Diakses pada tanggal 9 Maret 2015 jam 18.00.

Media Belajar Online: Sistem Saraf (Koordinasi) pada Manusia. Diakses pada
tanggal 9 Maret 2015 jam 20.00.

You might also like