Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan kesempatan yang telah
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menulis tugas ini dengan baik tentang Laporan
penerapan Sistem Manajemen K3 dan P2K3, yang kami buat dengan sederhana dan berdasarkan
analisa di lapangan. Tidak lupa kami juga berterima kasih atas bantuan serta kontribusi pihak-
pihak terkait proses pembuatan Laporan.
Kami berharap semoga tujuan laporan kegiatan praktek lapangan ini bisa dijadikan
gambaran tentang pentingnya sebuah perusahaan dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 dan
P2K3 agar kedepan slogan zero accident di semua perusahaan dapat terwujud sehingga prestasi
dan penilaian angka kecelakaan di Indonesia dapat berkurang.
Kami dari kelompok III sangat mengharapkan saran dan kritik agar laporan kegiatan
kami mendapatkan pencerahan dari semua elemen pembaca agar kami dalam melakukan
pembelajaran ini dapat menyempurnakan Laporan ini di kemudian hari.
Kelompok III
1
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………………………….1
Daftar
isi…………………………………………………..….…………...……………………………...2
BAB 1……………………………………………..………………………………………..……..3
BAB 2……………………………..………………………………………………………………5
1. Profi Pertamina..………………………..…………………………………………………5
2. Profil Sumur Tua………………………………………………………….........………….5
3. Sistem Managemen K3………………………………………………………...……….....6
4. Tujuan Pembentukan K3…………………………………………………………………..9
5. Dasar Hukum……………………………..……………………………………………...10
6. Pembentukan…………………………………………………………………………….10
BAB 3 …………………………………………………………………………………………...14
1. Lokasi Observasi…………………………………………….…………………………..14
2. Waktu Observasi………………………………………………………………..……….14
3. Temuan Data... ……………………………………………….…………………………14
BAB 4……………………………………………………………………………………………18
A. Kesimpulan…………………..…………………………………………………………..18
B. Saran…………………………..…………………………………………………………18
Daftar Pustaka…………………………...……………………………………………………….19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegagalan (risk off failures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan,
dan saat kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss).
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan terkonsentrasi di tempat
atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan yang mudah menjadi penyebab
kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-lain), sudah
sewajarnya bila pengelola proyek atau industri mencantumkan masalah keselamatan kerja pada
prioritas pertama.
Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam
penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi fisik, maka perusahan/industri/proyek
umumnya memiliki organisasi atau bidang dengan tugas khusus menangani maslah keselamatan
kerja. Lingkup kerjanya mulai dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi, serta
membuat laporan penerapan di lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan
Kerja yang efektif dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk
mendukung proses perencanaan serta menentukan langkah kebijakan selanjutnya.
Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta membuat
laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja bagi para pekerja
kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta pasar bebas
(AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota termasuk
Indonesia. Beberapa komitmen global baik yang berskala bilateral maupun multilateral telah
mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standar. Standart acuan terhadap berbagai hal
terhadap industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan
dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan
Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka
bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja
juga menjadi tuntutan pasar internasional.
3
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Seperti apakah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu?
2. Apa manfaat Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Untuk mengetahui manfaat system Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4
BAB II
PEMBAHASAN
PT Pertamina EP ASSET 4 Field Cepu adalah salah satu anak perusahaan dari PT Pertamina (
Persero ) yang bergerak di bidang eksplorasi produksi minyak dan gas bumi yang mempunyai
komitmen untuk memberikan kontribusi bagi peningkatan produksi minyak dan gas bumi
nasional. Peran PT Pertamina EP ASSET 4 Field Cepu sebagai patner aktif di blok Cepu dengan
para partner yaitu mobile CEPU Ltd ( MCL) , AMPLOEX PTE Ltd ( Keduanya anak perusahaan
EXXON Mobile Corp. ) dan badan usaha milik daerah untuk melakukan percepatan produksi
migas melalui pendekatan Early Produksen facility, sekaligus meningkatkan produksi melalui
aplikasi teknologi terkini. Kini PT Pertamina EP ASSET 4 Field Cepu telah ditunjuk sebagai
operator lapangan unitisasi Jambaran dan Tiung Biru atas kesepakatan KKKS WK ( Kontraktor
Kontrak Kerjasama Wilayah Kerja) Blok Cepu telah melakukan perjanjian unitisasi aggrement
yang ditanda tangani pada tanggal 14 September 2012
5
penambangan minyak tradisional di kawasan sumur tua Wonocolo di tambah dengan panorama
alam yang memesona menjadi daya tarik tersendiri kawasan ini.
Kegiatan tambang minyak mentah sumur tua Wonocolo ini sudah ada sejak zaman Belanda.
Saat itu pengolahan minyak mentah dilakukan oleh perusahaan minyak Belanda. Namun, setelah
kemerdekaan kegiatan penambangan sumur minyak tua Wonocolo ini dilakaukan oleh penduduk
setempat. Mereka mengambil minyak mentah atau biasa disebut lantung itu dari dalam perut
bumi menggunakan peralatan sederhana yaitu bor yang ditancapkan ke bawah tanah lalu di tarik
menggunakan alat yang memakai mesin diesel. Minyak mentah itu lalu diangkut ke tempat-
tempat penampungan sebelum di jual ke Pertamina.
6
masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk
menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.
Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri kita antara
lain :
a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja.
d. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
e. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan. Perawatan
terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.
Sebagai mana terdapat pada lampiran I PERMENAKER NO:PER.05/ MEN/1996 sebagai
berikut:
3. 1 Komitmen dan Kebijakan
a. Kepemimpinan dan Komitmen
b. Tinjauan Awal K3
c. Kebijakan K3
3.2 Perencanaan
a. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
b. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya
c. Tujuan dan Sasaran
d. Indikator Kinerja
e. Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung
3.3 Penerapan
a. Jaminan Kemampuan SDM Sarana dan Dana
Integrasi
Tanggungjawab dan Tanggung Gugat
Konsultasi, Motyivasi dan Kesadaran
7
Pelatihan dan Kompetensi
8
(Pemerintah) dirasakan kurang membantu promosi terhadap SMK3 dibandingkan
dengan sertifikasi ISO series, OHSAS, KOHSA (korea), yang juga menggunakan badan
sertifikasi swasta.
Dengan banyaknya keuntungan dalam penerapan SMK3 serta standarisasi SMK3 di
Indonesia yang cukup representatif bukankah saatnya bagi Industri Indonesia untuk
melaksanakan SMK3 sesuai PER.05/MEN/1996 baik industri skala kecil, menengah,
hingga besar ? Sehingga bersama-sama menjadi industri yang kompetitif, aman, dan
Efisien dalam menghadapi pasar terbuka.
9
5. DASAR HUKUM
Sebagai dasar hukum pembentukan, susunan, dan tugas Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 10 ayat (1), (2) dengan peraturan pelaksanaannya yaitu :
a. Keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang disempurnakan dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-155/MEN/84.
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
6. PEMBENTUKAN
a. Syarat Pembentukan
Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3..
b. Syarat Keanggotaan
Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri atas
unsur pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya terdiri dari atas ketua,
sekretaris dan anggota.
Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Petugas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di perusahaan.
Ketua P2K3 ialah Pimpinan Perusahaan atau salah satu Pimpinan Perusahaan
yang ditunjuk (khusus untuk kelompok perusahaan/centra industri).
Jumlah dan susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
sebagai berikut :
Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih,
jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 (dua belas) orang terdiri dari 6
(enam) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 6 (enam) orang
mewakili tenaga kerja.
10
Pengusaha yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh) orang sampai 100
(seratus) orang, jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri
dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga)
orang mewakili tenaga kerja.
Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh), dengan tingkat
risiko bahaya sangat berat jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 (enam)
orang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan
dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga kerja.
Kelompok perrusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang 50 (lima
puluh) untuk setiap anggota kelompok, jumlah anggota sekurang-kurangnya
6 (enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan
perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga kerja.
c. Struktur Organisasi
. Suatu organisasi P2K3 dapat mempunyai banyak variasi tergantung pada
besarnya, jenisnya bidang, bentuknya kegiatan dari perusahaan dan sebagainya.
Kepengurusan dari pada organisasi P2K3 terdiri dari seorang Ketua, Wakil Ketua,
seorang atau lebih Sekretaris dan beberapa anggota yang terdiri dari unsur pengusaha dan
pekerja.
o Ketua dijabat oleh salah seorang Pimpinan Perusahaan yang mempunyai
kewenangan dalam menetapkan kebijaksanaan di perusahaan.
o Sekretaris dapat dijabat oleh ahli K3/Petugas K3 (Safety Officer) atau calon yang
dipersiapkan untuk menjadi Petugas K3.
Para anggota terdiri dari wakil unit-unit kerja yang ada dalam perusahaan dan telah
memahami permasalahan K3.
11
o Audit.
Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan lingkungannya
adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan.Secara mendasar Promosi Kesehatan Di Tempat
Kerja adalah perlu melindungi individu (pekerja), lingkungan didalam dan diluar tempat kerja
12
dari bahan-bahan berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang
memperhatikan kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung
terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Lokasi Observasi
Lokasi observasi di lakukan di dua tempat antara lain
a. Sumur Tua Wonocolo
b. PT Pertamina EP ASSET 4 Cepu
2. Waktu Observasi
Di lakukan pada hari minggu tanggal 18 Desember 2016.
3. Temuan Data
14
Tabel Temuan Di Sumur Tua Wonocolo
Box Cover
Cover Mesin Terbakar, Terjepit Patah Tulang Mesin UU UAP 1930 Major
Tersengat. Luka Bakar Terpasang,
Tersiras BBM Terpapar Bahan
Kimia
15
16
TABEL TEMUAN Di PT Pertamina EP ASSET 4 Field Cepu
17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan ;
1. Sumur Tua Wonocolo Explorasi tersebut rata-rata tidak menerapkan SMK3 sesuai PP No 50 tahun 2012, Potensi bahaya
terhadap manusia dan lingkungan mempunyai tingkat resiko sangat tinggi.
Sedangkan informasi di himpun dari paguyuban ekspolorasi konvensional di sumur tua Wonocolo berjumlah 723 titik
pengeboran.
2. PT Pertamina EP ASSET 4 Field Cepu sudah menerapkan SMK3 secara baik dan terstrukstur tetapi di beberapa area masih
banyak ditemukan temuan minor.
B. S A R A N
1. Untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diperlukan adanya manajemen K3.
2. Belum maximalnya pelaksanaan Managemen K3 disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan informasi tentatang manajemen
K3.
3. Perlu peningkatan Promosi Keselamatan Kerja pada setiap Dunia Kerja agar semua orang mementingkan Keselamtan kerja itu
sendiri.
18
DAFTAR PUSTAKA
19