Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
Menurut International Diabetes Federation (IDF) 2015 jumlah penderita
diabetes mellitus tipe dua meningkat di beberapa negara. Menurut estimasi IDF tahun
2015, sekitar 415 juta orang dewasa menderita diabetes. Pada tahun 2040 ini akan
meningkat menjadi 642 juta. Satu dalam dua (46%) orang penderita diabetes tidak
terdiagnosa. Diabetes menyebabkan 5 juta kematian pada tahun 2015 dan setiap enam
detik seseorang meninggal karena diabetes. Selain itu, diabetes menyebabkan
pengeluaran kesehatan sebesar USD 673 miliar pada tahun 2015 dan 12% dari total
pengeluaran digunakan untuk orang dewasa. Data IDF tahun 2015 menunjukkan bahwa
jumlah pasien diabetes melitus di Indonesia sekitar 10 juta orang, sedangkan pada tahun
2040 diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 16 juta orang.
Prevalensi diabetes militus menurut Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa
proporsi diabetes di Indonesia pada tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat
dibandingkan tahun 2007. Proporsi diabetes melitus di Indonesia sebesar 6,9 %,
toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 29,9% dan glukosa darah puasa (GDP)
terganggu sebesar 36,6%. Proporsi penduduk di pedesaan yang menderita diabetes
melitus hampir sama dengan penduduk di perkotaan. Prevalensi diabetes melitus
meningkat dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013) (Lind, Odén, Fahlén, &
Eliasson, 2009 and Fauci et al, 2008)
Penyakit diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai penyulit menahun, seperti penyakit serebrovaskular,
penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, gangguan pada mata,
ginjal dan syaraf. Penyandang diabetes mellitus mempunyai risiko 2 kali lebih besar
untuk mengalami penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak, 5 kali
lebih mudah menderita ulkus/gangren, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal
terminal, dan 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina daripada
pasien non diabetes. Usaha untuk menyembuhkan kembali menjadi normal sangat sulit
jika sudah terjadi penyulit, karena kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap.
Usaha pengelolaan pencegahan diperlukan lebih dini untuk mengatasi penyulit tersebut
dan diharapkan akan sangat bermanfaat untuk menghindari terjadinya berbagai hal yang
tidak menguntungkan (Riskesdas, 2013).
Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi, dan
tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai peran yang penting,
sehingga perlu mendapatkan edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai
perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM. Pemahaman yang
baik akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam upaya
penatalaksanaan DM guna mencapai hasil yang lebih baik (Perkeni, 2015).
Penatalaksanaan pasien diabetes mellitus dikenal sebagai empat pilar penting dalam
mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah terapi
nutrisi, aktifitas fisik, farmakologi, dan edukasi (Lind, Odén, Fahlén, & Eliasson, 2009).
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah penyuluhan 1 x 60 menit, klien dan keluarga diharapkan dapat
mengetahui 4 pilar penatalaksanaan DM tipe 2 (edukasi, pola makan,
olahraga dan farmakologi).
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demontrasi selama 1 x 60
menit, klien dan keluarga dapat memahami apa yang telah di sampaikan
dengan kriteria hasil:
a. Klien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian DM tipe 2 dengan
benar
b. Klien dan keluarga menyebutkan penyebab terjadinya DM tipe 2 dengan
benar
c. Klien dan keluarga dapat menjelaskan tanda dan gejala DM tipe 2
dengan benar
d. Klien dan keluarga menjelaskan cara menjaga pola makan bagi penderita
DM tipe 2 dengan benar
e. Klien dan keluarga dapat menjelaskan olahraga apa saja yang dapat
dilakukan oleh penderita DM tipe 2 dengan benar
f. Klien dan keluarga dapat menjelaskan obat-obat apa saja untuk penderita
DM tipe 2 dengan benar
B. SASARAN
Klien penderita DM tipe 2 dan keluarganya sebanyak 20 orang.
C. GARIS-GARIS MATERI
1. Pengertian DM tipe 2
2. Penyebab DM tipe 2
3. Tanda dan gejala DM tipe 2
4. Pola makan DM tipe 2
5. Olahraga DM tipe 2
6. Farmakologi DM tipe 2
D. METODE PENYULUHAN
Memaparkan topik mengenai DM tipe 2 melalui ceramah kepada masyarakat
dengan menampilkan power point presentation (ppt), membagikan booklet berisi
informasi DM tipe 2 dan tanya jawab dengan masyarakat mengenai diabetes
melitus.
E. MEDIA PENYULUHAN
Menggunakan booklet dan power point presentation (ppt)
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
2. Peserta
2. Menjelaskan isi materi
mendengarkan dan
a. Memberikan
memperhatikan
penjelaskan
secara seksama
pengertian DM tipe
2
b. Memberikan
penjelasan
mengenai penyebab
terjadinya DM tipe
2
c. Memberikan
penjelasan tanda
dan gejala DM tipe
2 10.05-
2. Isi d. Memberikan 10.45
penjelasan tentang WIB
bagaimana cara
mengatur pola
makan pada
penderita DM tipe 2
e. Memberikan
penjelasan tentang
bagaimana cara
olahraga yang baik
pada penderita DM
tipe 2
f. Memberikan
penjelasan tentang
obat-obat apa saja
untuk penderita DM
tipe 2
3. Memberikan
3. Peserta bertanya
kesempatan peserta
kepada penyuluh
untuk bertanya
4. Mengevaluasi secara
4. Peserta menjawab
verbal pada peserta
pertanyaan yang
penkes
dilontarkan
1. Menyampaikan hasil 1. Peserta
10.45-
kegiatan memperhatikan
3. Penutup 11.00
WIB
2. Mengakhiri kegiatan 2. Peserta menjawab
dengan salam salam
G. SETTING TEMPAT
Layar
MEJA
Ket :
: Peserta
: Penyuluh
: Moderator
: Observer dan notulen
: Fasilitator
H. URAIAN TUGAS
1. Penyaji : Winni Gianita Eldi
a. Memberikan penyuluhan kepada peserta tentang DM tipe 2
2. Moderator : Msy Hartina Ulfa
a. Membuka acara
b. Menyampaikan susunan acara
c. Menyampaikan tujuan pertemuan
d. Mengatur ketepatan waktu
e. Menutup acara
3. Observer dan notulen: Marta Sari
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mengingatkan moderator dan fasilitator jika ada penyimpangan
c. Memberikan masukkan atau laporan dari hasil kegiatan
d. Membuat catatan penting yang terjadi selama acara
e. Bertanggungjawab mendokumentasikan seluruh kegiatan dan
membacakan hasil.
4. Fasilitator : Dina Aprimilda dan Wulandari
a. Membagikan booklet kepada peserta
b. Mengingatkan partisipasi dan keaktifan peserta pertemuan
I. EVALUASI
1. Evaluasi stuktur
a. SAP sudah siap satu hari sebelum dilaksanakan kegiatan
b. Alat dan tempat siap
c. Perencanaan pendidikan kesehatan yang sesuai dan tepat
d. Peserta yang hadir 80% dari yang diundang
e. Mahasiswa yang hadir 100% dan anggota kelompok menjalankan tugas
sesuai dengan job description
2. Evaluasi Proses
a. Peserta aktif dan antusias selama kegiatan penyuluhan
b. Alat atau media berfungsi dengan baik
c. Waktu sesuai dengan alokasi
d. Mahasiswa terlibat aktif sesuai dengan perannya
3. Evaluasi Hasil
a. Pengetahuan peserta tentang DM tipe 2 meningkat
b. 80% peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyuluh dengan benar
Lampiran Materi
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (Perkeni, 2015). Menurut American Diabetes Association (ADA)
2015, DM adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin
yang progresif. DM merupakan sekelompok gangguan metabolik dengan gejala umum
hiperglikemia. Terdapat beberapa tipe diabetes yang merupakan akibat dari interaksi
kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan (Fauci et al, 2008).
DM merupakan sebuah penyakit, di mana kondisi kadar glukosa di dalam darah
melebihi batas normal. Hal ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh
pankreas dan merupakan zat utama yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
kadar gula darah dalam tubuh agar tetap dalam kondisi seimbang. Insulin berfungsi
sebagai alat yang membantu gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Mahdiana, 2010).
Penyakit DM merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan
terus menerus dari tahun ke tahun. Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai
dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan
sekresi insulin, dan resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikemia yang berlangsung
lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan kerusakan gangguan fungsi,
kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah lainnya (Suastika et al., 2011).
DM ditandai oleh hiperglikemia kronis. Penderita DM akan ditemukan dengan
berbagai gejala, seperti poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), dan
polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan. Hiperglikemia dapat tidak
terdeteksi karena penyakit DM tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) dan sering
disebut sebagai pembunuh
manusia secara diam-diam (silent killer) dan menyebabkan kerusakan vaskular sebelum
penyakit ini terdeteksi. DM dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan
metabolik yang menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan mikrovaskular
(Gibney, Margetts, Kearney, & Arab, 2008).
2. Etiologi
Ada dua kategori etiopatologik DM, yaitu DM Tipe 1 dan Tipe 2.
A. Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1)
DMT1 disebabkan oleh defisiensi insulin. Gambaran sentral adalah
insulinopenia. Reseptor insulin pada umumnya normal, bahkan mungkin kualitas dan
efektivitasnya lebih baik (up-regulated), tetapi tanpa insulin, maka glukosa tidak dapat
masuk ke intraseluler. Kausa DMT1 meliputi yang berikut
1. Destruksi otoimun. Adanya tipe HLA tertentu dan koinsidensi dengan penyakit
otoimun mendukung mekanisme patofisiologik DMT1.
2. Mediasi-virus. Diduga mekanismenya terjadi secara tidak langsung. Antibodi yang
ditujukan menyerang virus (biasanya paramyxovirus), bereaksi dengan dan
menyebabkan kerusakan sel B-pankreas.
3. Pankreatitis berulang. Pankreatitis rekuren akan menyebabkan kerusakan pada
eksokrin dan endokrin pankreas.
B. Faktor Risiko
a. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
- Obesitas (berat badan lebih)
- Kurangnya aktivitas fisik
- Hipertensi
- Dislipidemia (peningkatan kadar lemak darah)
- Diet tidak sehat dan tidak seimbang
- Merokok
- Konsumsi alkohol
b. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
- Ras dan etnik
- Umur (>65 tahun)
- Jenis kelamin
- Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
- Riwayat melahirkan bayi dengan BB >4000 gram
- Riwayat lahir dengan BBLR <2500 gram
Cara lain dalam melakukan perawatan kaki, antara lain sebagai berikut :
1. Jangan berjalan tanpa alas kaki, baik di dalam maupun di luar rumah.
2. Usahakan kaki selalu dalam keadaan hangat dan kering. Untuk itu gunakan kaos
kaki atau stocking dari bahan katun dan sepatu dengan bahan kulit. Jangan lupa
untuk mengganti kaos kaki atau stocking setiap hari.
3. Jangan memakai sepatu atau kaos kaki yang kekecilan (terlalu sempit) dan
periksa sepatu setiap hari sebelum dipakai, pastikan tidak ada kerikil atau benda
kecil lain di dalam sepatu yang dapat melukai kaki.
4. Saat kaki terasa dingin, gunakan kaos kaki. Jangan merendam atau mengompres
kaki dengan panas, dan jangan gunakan botol panas atau peralatan listrik karena
respon kaki terhadap rasa panas sudah berkurang sehingga tidak terasa bila kaki
sampai melepuh.
5. Jangan menggunakan pisau atau silet untuk mengurangi kapalan.
6. Jangan menggunakan obat-obat tanpa anjuran dokter untuk menghilangkan
mata ikan.
7. Jangan membiarkan luka sekecil apapun pada kaki, segera obati dan periksakan
kedokter.
F. Komplikasi
- Hipoglikemia
Adalah kadar glukosa darah yang abnormal rendah terjadi kalau kadar
glukosa turun di bawah 50-60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau
karena aktivitas fisik yang berat.
a. Hipoglikemia ringan : tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan, rasa
lapar
b. Hipoglikemia sedang : sakit kepala, vertigo, penurunan daya ingat,
perubahan emosional, penglihatan ganda, perilaku yang tidak rasional,
perasaan ingin pingsan.
c. Hipoglikemia berat : disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan
dari tidur, kehilangan kesadaran.
- Diabetes ketoasidosis
Hiperglikemia pada ketoasidosis akan menimbulkan poliuria dan
polidipsia (peningkatan rasa haus). Di samping itu, pasien dapat
mengalami penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala, hipotensi
ortostatik, anoreksia, mual, muntah, dan nyeri abdomen.
G. Penanganan komplikasi
a. Hipoglikemia
Penanganan harus segera diberikan bila terjadi hipoglikemi. Rekomendasi
biasanya berupa pemberian 10-15 gram gula yang bekerja cepat per oral :
- 2-4 tablet glukosa yang dibeli di apotek
- 4-6 ons sari buah apel atau teh manis
- 6-10 butir permen khusus atau permen manis lainnya
- 2-3 sendok teh sirup atau madu
Untuk penanganan hipoglikemia berat bagi pasien yang tidak sadarkan diri,
tidak mampu menelan atau menolak terapi dapat diberikan suntikan preparat
glucagon 1 mg secara subkutan atau intramuscular.
b. Diabetes ketoasidosis
Terapi diarahkan kepada perbaikan tiga permasalahan utama : dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis. Untuk dehidrasi dapat diberikan larutan
saline 0,9% dengan keepatan sangat tinggi (0,5-1 L/jam) selama 2-3 jam.
Masalah elektrolit utama selama terapi adalah kalium yang menurun
sehingga perlu pemberian kalium lewat infuse meskipun konsentrasi kalium
dalam plasma normal. Asidosis yang terjadi pada diabetes ketoasidosis dapat
diatasi dengan pemberian insulin.
c. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotic
Terapi cairan dengan pemberian larutan NaCl 0,9 % atau 0,45%, kalium
ditambahkan ke dalam cairan infuse.
2. Total Lemak
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10%
energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 – 70% total energi
dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat. Anjuran persentase energi dari lemak
tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa, lipid, dan berat badan yang diinginkan.
Untuk individu yang mempunyai kadar lipid normal dan dapat mempertahankan berat
badan yang memadai (dan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak
dan remaja) dapat dianjurkan tidak lebih dari 30% asupan energi dari lemak total dan <
10% energy dari lemak jenuh. Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah
20 – 25% energi.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet
dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total dari lemaj jenuh, tidak lebih dari 30%
energi dari lemak total dan kandungan kolesterol 200 mg/hari. Apabila peningkatan
trigliserida dan VLDL merupakan masalah utama, pendekatan yang mungkin
menguntungkan selain menurunkan berat badan dan peningkatan aktivitas adalah
peningkatan sedang asupan
lemak tidak jenuh tunggal 20% energi dengan < 10% masing energi masing-masing dari
lemak jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan asupan karbohidrat lebih rendah.
3. Lemak Jenuh dan Kolesterol
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol adalah untuk
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10% asupan energi
sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan kolesterol makanan hendaknya
dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
4. Karbohidrat dan Pemanis
Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total karbohidrat dari
pada jenisnya. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik menyerupai
roti, nasi dan kentang. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon
glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang
dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang
dengan diabetes di Indonesia adalah 60 – 70% energi.
5. Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan
diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa harus
diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan
menambahkannya pada perencanaan makan.
6. Pemanis
a. Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan
kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat
memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun
demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah besar (20% energi) yang
potensial merugikan pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya
menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk orang dengan diabetes.
b. Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang menghasilkan
respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan
pemanis tersebut secra berlebihan dapat mempunyai pengaruh laxatif.
b. Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima
sebagai pemanis pada semua penderita DM.
7. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 – 35 gr serat makanan dari
berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 g/hari
dengan mengutamakan serat larut.
8. Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu
tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai
sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
Prinsip Perencanaan Makan Orang Dengan Diabetes Di Indonesia
a. Kebutuhan Kalori.
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mepertahankan berat badan ideal
komposisi energi adalah 60 – 70% dari karbohidrat, 10 - 15% dari protein dan
20 – 25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan orang dengan diabetes. Diantaranya adalah dengan
memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30
kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor
yaitu jenis kelamin, umur, aktifikasi, kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan
berat badan. Cara lain adalah seperti tabel 1. Sedangkan cara yang lebih
gampang lagi adalah dengan pegangan kasar, yaitu untuk pasien kurus 2300 –
2500 kalori, normal 1700 – 2100 kalori dan gemuk 1300 - 1500 kalori.
Kalori/kg BB ideal
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
atau bagi mereka yang berumur lebih dari 40 tahun, rumus dimodifikasi menjadi:
Berat badan ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg.
Sedangkan menurut Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
yaitu berat badan (kg) TB2 sebagai berikut :
Berat ideal : BMI 21 untuk wanita
BMI 22,5 untuk pria
b. Gula
Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada keadaan tertentu,
misalnya pasien dengan diet rendah protein dan yang mendapat makanan cair,
gula boleh diberikan untuk mencukupi kebutuhan kalori, dalam jumlah terbatas.
Penggunaaan gula sedikit dalam bumbu diperbolehkan sehingga memungkinkan
pasien dapat makan makanan keluarga. Penggunaaan gula untuk minuman dapat
diberikan sesuai petunjuk bila diperlukan.
c. Standard Diet Diabetes Mellitus
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa kebutuhan
bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk Penukar (P).
Berdasarkan pola makan pasien dan daftar bahan makanan penukar, dapat
disusun menu makanan sehari-hari.
d. Daftar Makanan Penukar
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan
ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein,
lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai
nilai gizi yang kurang lebih sama .
1. Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan interval
waktu sekitar 3 jam.
2. Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah dan
indeks kekenyangan yang tinggi, seperti kolang-kaling, cincau, agar-agar,
rumput laut, pisang rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan lainnya, sayuran
rendah kalori dan buah-buahan yang tidak manis (apel, belimbing, jambu) serta
alpukat.
3. Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan, khususnya pada pagi hari
dan gantikan dengan minuman yang berserat dari kelompok sayuran yang
rendah kalori seperti blender tomat, ketimun, dan labu siam yang sudah direbus.
4. Sertakan rebusan buncis dan sayuran lain yang dapat membantu mengendalikan
glukosa darah dalam menu sayuran sedikitnya dua kali sehari. Buncis, bawang
dan beberapa sayuran lunak lain (pare, terong, gambas, labu siam) dianggap
dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah karena kandungan
seratnya.
5. Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti havermout kacang hijau,
jagung rebus, atau roti bekatul (whole wheat bread) setiap hari.
6. Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi (sebaiknya nasi beras merah/beras
tumbuk), kentang, roti (sebaiknya roti bekatul/whole wheat bread) dan jagung.
Jangan menggabungkan dua atau lebih makanan pokok seperti nasi dengan lauk
mi goring dan perkedel kentang ( karena ketiganya memiliki indeks glisemik
yang tinggi).
7. Hindari penambahan gula pasir pada minuman (kopi, teh) dan makanan sereal.
8. Makanan camilan dan minuman bebas gula yang tersedia di pasaran.
Penyandang diabetes yang gemar memasak dapat membuat kue-kue basah
seperti wafel yang terdiri atas tepung gandum utuh, havermout, putih telur, susu
skim dan sedikit buah-buahan dengan aroma yang mengundang selera misalnya
pisang, stroberi, nanas.
9. Biasakan membuang lemak/gaji dari daging sebelum memasaknya. Kurangi
konsumsi daging merah yang dapat diganti dengan daging putih seperti daging
ayam atau ikan.
10. Gunakan minyak goreng dalam jumloah terbatas (kurang lebih setengah sendok
makan untuk sekali makan). Biasakan memasak dengan cara menumis, merebus,
memepes, memanggang serta menanak, dan hindari kebiasaan menggoreng
makanan dengan banyak minyak.
11. Biasakan makan makanan vegetarian pada waktu santap malam.
12. Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat diganti
dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu skim, dan minyak
diganti dengan saus apel. Untuk menu yang memmerlukan kecap, gunakan
kecap diet dalam jumlah terbatas.
13. Nasihat diet lainnya dapt dimintakan dari ahli gizi/diet.
14. Biasakan berjalan sedikitnya 3 kali seminggu selama >30 menit.
Syarat diet:
3. Aktifitas
a. Manfaat olahraga bagi penyandang diabetes melitus:
1) Menurunkan kadar gula darah
2) Mencegah kegemukan
3) Menurunkan lemak darah (kolesterol)
4) Mencegah tekanan darah tinggi
5) Mengurangi resiko penyakit jantung koroner
6) Meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan kerja. (Nabyl, 2009)
b. Prinsip
Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga secara umum,
yaitu memenuhi hal berikut ini (F.I.T.T) :
Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan secara teratur
Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60 % - 70% MHR
Time (durasi) : 30 – 60 menit
Tipe (jenis) : olahraga endurance (aerobic) unuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda.
(Ilyas(2009), dalam Soegondo, hal 76)
c. Jenis
Jenis olah raga yang baik untuk pengidap DM adalah olah raga yang
memperbaiki kesegaran jasmani. Oleh karena itu harus dipilih jenis olah raga
yang memperbaiki semua komponen kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi
ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh, keseimbangan, ketangkasan, tenaga dan
kecepatan.
Contoh jenis-jenis olah raga yang di anjurkan utuk penderita DM, adalah :
1) Jogging
2) Senam aerobic
3) Bersepeda
4) Berenang
5) Jalan santai
6) Senam kesehatan jasmani (SKJ)
Jenis olah raga yang tersebut di atas adalah olah raga yang bersifat :
1) Continuous
Latihan yang diberikan harus berkesinambungan, dilakukan terus menerus
tanpa berhenti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit
pengidap melakukan jogging tanpa istirahat.
2) Rhythmical
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi
dan relaksasi secara teratur. Contoh : latihan ritmis adalah jalan kaki,
jogging, berenang, bersepeda, mendayung.
3) Intensity
Latihan olah raga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan
lambat. Misalnya, jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan.
Dengan kegiatan yang bergantian pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa
menghentikan latihan sama sekali.
4) Progressive
Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang
lebih berat, secara bertahap. Jadi beban latihan olah raga dinaikan sedikit
demi sedikit sesuai dengan pencapaian latihan sebelumnya.
5) Endurance
Latihan daya tahan tubuh memperbaiki system kardiovaskuler. Oleh karena
itu sebelum ikut program latihan olah raga, terhadap pengidap harus
dilakukan pemeriksaan kardiovaskuler (Ilyas(2009), dalam Soegondo)
3) Pendinginan (cooling-down)
Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat
yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot, pusing, sesudah berolah raga.
Lama pendinginan kurang lebih 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati
denyut nadi istirahat.
4) Peregangan (stretching)
Untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang.
Adriono, G., Wang, D., Octavianus, C. & Congdon, N. (2011). Use of Eye Care Services
Among Diabetic Patients in Urban Indonesia. Arch Ophthalmol, 129, 930-5.
American Diabetes Association. (2010). Diabetic Retinopathy. Available at:
http://care.diabetesjournals.org/content/25/suppl_1/s90.full.pdf.
American Diabetes Association. (2015). Classification and Diagnosis of Diabetes.
Diabetes Care; Vol 38(Suppl. 1): S8-16
Azrimaidaliza. 2011. Studi Literatur: Asupan Gizi dan Penyakit Diabetes Mellitus.
Universitas Andalas
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen
Kesehatan RI. (2008). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Diabetes Mellitus. Jakarta.
Fauci, AS., et al., (2008). Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA:
The Mc Graw-Hill Companies, Inc. 2008; pp.338.
Fatimah, R. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Artikel Review. Vol 4 No.2. Tersedia dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/615/619
Garg, S. & Davis, R. M. (2009). Diabetic Retinopathy Screening Update. Clinical
Diabetes, 27, 140
Gibney, M.J., Margetts, B.M., Kearney, J.M., dan Arab, L. (2008). Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 408.
Hidayat, Anas Rahmad & Nurhayati, Isnani. (2014). Perawatan Kaki Pada Penderita
Diabetes Militus Di Rumah. Jurnal Permata Indonesia. 5(2), 49-54
Hiswani. Studi Literatur: Peranan Gizi dalam Diabetes Mellitus. FK Universitas
Sumatra Utara
International Diabetes Federation. (2015). About Diabetes. [diakses tanggal 14
September 2017]. Tersedia dari https://www.idf.org/about-diabetes/what-is-
diabetes.
International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas. 7th edition. [diakses
tanggal 14 September 2017]. Tersedia dari http://www.diabetesatlas.org/across-
the-globe.html
KEMENKES RI Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik. 2011. Diet Diabetes
Mellitus
Kristyawan, Firdaus. 2016. Jurnal: Nutrisi Diet Untuk Diabetes Mellitus. Malang:
Universitas Brawijaya.
Mahdiana, R. (2010). Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini. Yogyakarta : Tora Book.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2015). Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. hlm.4-10, 15-29.
Riyadi, Sujono. (2011). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Smeltzer, Suzzane C. & Bare, Brenda G. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Suastika, K. (2011). Tanya Jawab Seputar Obesitas dan Diabetes. Denpasar: Udayana
University Press
Sugiarto, RB. (2012). Kepatuhan Kontrol Dengan Tingkat Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus di Rumah Sakit Baptis Kediri. Stikes;5(2):213–22.