Professional Documents
Culture Documents
INTERACTIONAL MODEL
Di susun oleh :
A D I WA R D A N A (1502089)
ANI LAILA W (1502091)
A N N I S A N AWA N G (
E R LY PA R YA N T I (1502102)
FEBRIANA ENDAR (1502103)
I N TA N AY U A (1502105)
NOVI YULIANTI (150211 6)
S I T I J U WA R I YA H (
T YA S R A H M AWAT I (
S T I K E S M U H A M M A D I YA H K L AT E N
P R O D I D I I I K E P E R AWATA N
TA H U N A J A R A N 2 0 1 8
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dalam kesempatan imi kami dapat
Maksud dan tujuan saya menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kep
erawatan Keluarga. Kami menyadrai bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan tidak lepas dari kekurangan , karena kurangnya pengetahuan dan referensi yang kami
dapatkan , sehingga kami memerlukan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penyusunan makalah berikutnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini berarti bahwa untuk mempertahankan
keberadaan harus disokong oleh usaha manusia lain disekitarnya. Hal ini juga berarti
bahwa untuk mempertahankan keberadaannya maka manusia harus hidup dalam
kelompok-kelompok yang terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Keluarga
merupakan faktor yang menentukan nasib dari pada anggotanya. Bila menghadapi
masalah, maka lembaga – lembaga akan berusaha meyelesaikan dengan upaya dan sarana
yang teresedia di keluarga tersebut, tetapi bila kemampuannya tidak memadai maka akan
mencari bantuan dari seorang ahli (Friedman, 1998).
Terapi Keluarga adalah istilah yang luas yang diberikan kepada berbagai metode
untuk bekerja dengan keluarga dengan berbagai masalah biopsikososial. Tetapi keluarga
merupakan intervensi psychotherapeutic yang berfokus pada sistem keluarga sebagai
suatu unit. Tetapi keluarga cenderung untuk melihat masalah individu dalam konteks
lingkungan, khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal. Teori
terapi keluarga berdasarkan kenyataan bahwa manusia bukan mahluk yang terisolir, dia
adalah anggota dari kelompok sosial yang terlibat aksi dan reaksi. Masalah yang terjadi
pada individu berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara individu dan keluaraganya.
Pada prinsipnya terapi keluarga akan mengekslpoitasi interaksi pasien dalam konteks
kehidupannya yang bermakna yaitu dengan mengamati hubungan pasien dengan
keluarganya (Carr, 2006).
Komunikasi ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, komunikasi adalah alat
vital manusia, yang tanpanya manusia akan kehilangan fungsinya sebagai makhluk
sosial. Namun, di sisi lain, komunikasi juga sering menjadi sumber pertentangan,
konflik dan tragedi kemanusiaan. Oleh karena itu, dibutuhkan pola komunikasi
yang tepat, sehingga komunikasi tidak menjadi bumerang bagi umat manusia. Dalam
konteks ini, pikiran Virginia Satir, seorang terapis untuk masalah keluarga, layak untuk
dicermati. Satir mengelompokkan komunikator menjadi lima kategori, yaitu Placater,
suka menyalahkan, Komputer (Super-Wajar), distraktor, dan menyamaratakan
(kommunikator interpersonal). Empat kelompok pertama adalah komunikator yang
mengarah pada komunikasi yang tidak kongruen. Keempat kelompok ini hanya
akan menimbulkan konflik dalam keluarga saat mereka berkomunikasi. Kelompok yang
terakhir adalah komunikator kongruen: menyamaratakan berkomunikasi dalam suasana
kesetaraan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep terapi keluarga ?
2. Bagaimana model konseptual virgina satir pada terapi keluarga ?
C. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui konsep terapi keluarga dan model konseptual virgina satir
dalam terapi keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
Kontesk topic
Terkait dengan empat elemen tersebut, Satir mengkategorikan komunikator ke dalam
lima kategori, yaitu pertama, Placating Communicatoratau Placater.
Komunikator ini adalah jenis komunikator yang tidak mau mengecewakan, tidak
mau berdebat dan tidak ingin melahirkan konflik dengan lawan
bicara/komunikan Untuk itu, dia selalu ingin menyenangkan lawan bicaranya saat
berkomunikasi dengan cara menyetujui apapun yang dituntut atau diinginkan oleh
lawan bicaranya meskipun harus mengabaikan kepentingan dan keinginan dirinya
sendiri. Atau bahkan seringkali seorang placater menyampaikan permintaan maaf
atas kesalahan yang tidak dilakukannya. Ada banyak sebab mengapa orang
menjadi placater. Salah satu yang paling utama adalah rasa inferioritas. Seorang
istri yang seringkali ditinggal pergi keluyuranpada malam hari oleh suaminya
cenderung akan mendiamkan atau menerima saja alasan apapun yang dikatakan oleh
suaminya karena posisinya yang inferior di hadapan suaminya. Baginya, akan
lebih baik diam atau mengatakan sesuatu yang menunjukkan bahwa dia memaklumi
tindakan suaminya dari pada mempertanyakan alasan tindakan suaminya yang
pada akhirnya akan berujung pada pertengkaran dan konflik rumah tangga. Kedua,
Blaming Communicator atau Blamer. Seorang Blamer mengabaikan orang lain saat
berkomunikasi. Dia selalu menganggap dirinya benar. Masalah yang ada di
dalam keluarga merupakan kesalahan salah seorang anggota keluarga yang lain.
Komunikator jenis ini akan selalu berbicara dengan nada memerintah dan
menyalahkan. Apapun yang terjadi di dalam rumah tangga haruslah sesuai dengan
perintah atau aturan yang dibuatnya. Sikap ini dibentuk oleh perasaan superioritas
sang komunikator atas komunikan. Orang tua cenderung menjadi blamer karena
superioritasnya atas anak. Suami atau istri yang merasa lebih superior karena
latar belakang pendidikan, latar belakang keluarga asal ataupun karena status
pekerjaan, cenderung akan menjadi blamer kepada pasangannya. Ketiga, Computing
Communicator atau Computer. Jenis ini biasa juga disebut sebagai super reasonable
atau super rational communicator. Dia mengabaikan elemen diri sendiri, orang lain
dan juga konteks.Bagi komunikator jenis ini, semua hal harus ideal, sesuai
dengan“teori”pakemnya dan tidak boleh menyimpang sama sekali. Keempat,
distracting communicator atau distracter. Komunikator jenis ini mengabaikan
keempat elemen tersebut di atas. Komunikator jenis ini seringkali tidak fokus pada
topik yang sedang dibicarakan saat berada pada posisi panik, tertekan atau
merasa bersalah Dia suka mengganti topik pembicaraan untuk menghindar dari
masalah yang hendak dibicarakan. Dengan begitu, dia berharap topik pembicaraan
segera berganti dan masalah yang ada terlupakan. Keempat jenis komunikator
tersebut merupakan sumber masalah di dalam keluarga. Placater, meskipun
mampu menghindarkan munculnya konflik di dalam keluarga, namun menyimpan
potensi berbahaya di balik sikap tersebut. Sebuah keluarga yang beranggotakan
orang-orang dengan tipe placater akan kesulitan mencapai sebuah keputusan
dengan cepat, karena masing-masing saling menunggu keputusan orang lain.
Sebaliknya, bila salah satu bertipe placater dan yang lain bertipe blamer, maka sikap
selalu mengalah pada diri placater tersebut justru akan semakin memperkuat
kecenderungan berkuasa dan keinginan untuk selalu menang dan dipatuhi pada
diri blamer. Pola komunikasi ini berpotensi memunculkan konflik lebih besar
bila sang placater, pada akhirnya, tidak tahan untuk terus mengalah.Tipe blamer
selalu ingin menang dan dipenuhi keinginannya serta menimpakan kesalahan
dan tanggung-jawab kepada orang lain. Saat dua orang blamer saling
berkomunikasi, hampir mustahil untuk dapat mencapai sebuah kesepakatan yang
menyenangkan masing-masing pihak, karena masing-masing berkecenderungan
bertahan pada pendapat masing-masing dan tidak mau mengalah untuk mencapai
kesepakatan. Begitu juga, sebagaimana disebutkan di paragraf sebelumnya, bila
seorang blamer berhadapan dengan seorang placater, kecenderungan untuk semakin
berkuasa dan dipenuhi keinginannya pada diri sang blamer akan terus meningkat.
Sebaliknya, dibutuhkan pula tingkat kesabaran yang semakin tinggi pada diri sang
placater untuk menghadapi keinginan sang blamer yang semakin meningkat. Pola
semacam ini akan berujung pada konflik yang sangat besar saat batas kesabaran sang
placater sudah melampaui ambang tertingginya.Melihat potensi konflik tersebut,
maka dibutuhkan sebuah pola komunikasi yang moderat. Sebuah pola
komunikasi di mana masing-masing komunikator mampu mengungkapkan
keinginan dan harapannya terhadap komunikan tanpa harus menjadi blamer dan,
sebaliknya, komunikan juga mampu mendengar, memahami dan berusaha
memenuhi keinginan komunikator tanpa menjadi placater. Yang dibutuhkan
adalah winwin communication Pola komunikasi semacam itu bisa dilakukan oleh
jenis komunikator kelima dalam kategorisasi Satir, yaitu interpersonal
communicator atau leveler komunikator jenis ini adalah komunikator yang
memperhatikan keempat elemen di atas. Dalam berkomunikasi, dia berupaya
menempatkan dirinya dan lawan bicaranya dalam posisi yang setara atau satu level:
tidak merasa superior ataupun inferior dibandingkan komunikan. Sehingga
kedua orang yang terlibat di dalam komunikasi tersebut tidak selalu bersikap
mengalah layaknya seorang placater dan tidak juga selalu merasa benar sebagaimana
seorang blamer. Dengan demikian, kesepakatan dan keputusan tentang sesuatu akan
lebih mudah dicapai. Selain itu, seorang leveler juga selalu memperhatikan
konteks komunikasi tersebut dilakukan dengan memilih waktu dan tempat yang
tepat untuk membicarakan masalah yang hendak dikomunikasikan dan juga fokus
pada topik komunikasi. Menurut Satir jenis komunikator semacam inilah yang akan
mampu membawa kedamaian dan keharmonisan yang sesungguhnya di dalam sebuah
keluarga.
Menurut Virginia Satir (1972) kesehatan interaksi keluarga bergantung pada
kemampuan untuk saling berbagi perasaan, kebutuhan, dan pola perilaku antar
anggota keluarga. Komunikasi sehari-hari akan membantu anggota keluarga untuk
mengenali diri mereka sendiri, ini bisa ditemui pada keluarga yang sehat dan saling
menyayangi. Percaya diri dan nilai diri setiap anggota keluarga dapat ditingkatkan
dengan komunikasi. Keluarga yang sehat merupakn keluarga yang aktif dalam
mencari tau hal-hal yang diberikan masyarakat, saling percaya diri, dan penuh
harapan. Keluarga berorientasi pada realitas dan berfungsi dalam pertumbuhan
anggotanya. Semua anggota keluarga mematuhi semua aturan yang ada dikeluarga
dan semua anggota membina ikatan dengan masyarakat melalui berbagai kelompok.
Keluarga yang sehat menurut Model Satir terdiri dari 4 konsep yaitu nilai diri, aturan,
komunikasi, dan masyarakat. Penunjukkan tingginya penghargaan dan nilai diri
anggota keluarga dan unit keluarga melalui perilaku kejujuran, memperlihatkan
integritas, tanggungjawab, cinta, dan persahabatan. Perilaku diatas berasal dari setiap
individu dan terdapat rasa percaya pada semua anggota keluarga. Keluarga yang sehat
setiap anggotanya menerima kelemahan dan kekuatan yang mereka miliki dan
kekuatan serta kelemahan yang dimiliki anggota keluarga yang lain. anggota keluarga
yang memiliki nilai diri rendah akan membangun dinding ketidakpercayaan,
kesendirian dan isolasi. Anggota keluarga yang memiliki nilai diri rendah takut jika
orang lain akan membohongi, melangkahi atau memperdayai dirinya. Ketakutan yang
dimilki anggota keluarga dengan nilai diri rendah akan mengakibatkan terbentuknya
interaksi keluarga yang tidak sehat.
Hubungan antara anggota keluarga dipengaruhi oleh komunikasi secara langsung.
Komunikasi langsung dapat dilakukan dengan berbagai pola yaitu gerakan tubuh,
intonasi suara, postur, dan kata-kata yang diucapkan. Keluarga yang sehat memiliki
komunikasi yang jelas, jujur, dan terbuka. Anggota keluarga menghargai ucapan
anggota keluarga yang lain dan mendukung kegiatan yang dilakukan anggota
keluarga yang lain secara fisik ataupun verbal. Anggota keluarga juga menerima dan
mendorong semua kebutuhan dan perasaan anggota keluarga lain secara terbuka dan
jujur. Keluarga yang tidak sehat akan memberikan pesan ambigu atau tidak
memperhatikan komunikasi dari anggota keluarga yang lain yang mengakibatkan
adanya ketidakpercayaan serta nilai diri yang rendah sesama anggota keluarga.
Setiap keluarga pasti memiliki aturan yang telah dibuat dan dipatuhi bersama
serta bisa secara eksplisit atau implisit. Ada asumsi yang tidak selalu benar dari setiap
keluarga bahwa setiap orang akan mengetahui adan memahami aturan yang ada
dikeluarga. Ada banyak aturan yang dalam keluarga. Aturan-aturan yang ada bisa
menentuakn tindakan yang sesuai, memadu cara pengungkapan perasaan, dan
membentu mencapai serta menghambat tujuan. Aturan yang ada tidak semuanya
modern tapi ada beberapa hal yang tidak jelas, tidak sesuai dan ketinggalan zaman.
Keluarga yang sehat semua anggota mengetahui semua aturan yang ada sehingga
mendorong adanya diskusi antar anggota keluarga. Keluarga yang tidak sehat
mempunyai aturan implisit yang membatasi keinginan anggota keluarga dan tidak
fleksibel sehingga pertumbuhan anggota keluarga terhambat.
Ikatan anggota dan unit keluarga dengan masyarakat dilakukan melalui
pertemanan dan organisasi. Sekolah, kelompok politik, klub-klub, lembaga
keagamaan dan kelompok rekreasi merupakan cakupan dari ikatan keorganisasian.
Ikatan antara teman bisa terbentuk karena adanya minat yang sama. Ikatan ini akan
membuat anggota keluarga dan keluarga terlibat akif dalam komunitas dan menjalin
hubungan sosial dengan dunia luar. Keluarga yang sehat berkeyakinan masyarakat
memberikan kontribusi yang banyak pada anggota keluarga dan kelompok yang
anggota pilih memilki interaksi yang positif. Keluarga yang sehat yakin kalau
masyarakat memberikan pilihan dan perubahan pada anggota keluarga serta
memberikan pertumbuhan dan perkembangan. Keluarga yang tidak tidak percaya
kepada orang lain dan takut terkena nilai-nilai orang lain. Keluarga tidak sehat
menghindari untuk terlibat berorganisasi dan memilih tetap terisolasi serta tidak
menerima pengalaman di luar rumah.
Model Keluarga Interaksi Satir terbatas karena hanya meengedepankan 4 konsep
psikologis utama dan tidak mencakup struktur keluarga, tingkat perkembangan
keluarga, dan fungsi keluarga. Model Keluarga Interaksi Satir bisa diimplikasikan
pada setiap tipe keluarga, tetapi diperlukan adanya model tambahan untuk melakukan
pendekatan komprehensif dalam pelaksanaan proses keperawatan.
Contoh dari model virgina satir untuk memperjelas :
Suatu contoh dari suatu awal sesi suatu keluarga bersama dengan Virginia Satir
dapat memperjelas. Keluarga terdiri dari seorang laki-laki dan Mary dan anak-
anak mereka, Johnny (16) dan Patty (7). Orang tua telah mencari bantuan
untuk kelakuan buruk sang pemuda di sekolah. Dalam posisi ini di dalam
wawancara itu Satir telah menemukan Johnny itu berpikir bahwa keluarga sedang
mengadakan suatu perjalanan, sedang Patty berpikir mereka akan menemui
seseorang untuk memperbicangkan tentang keluarga. Satir bertanya pada anak
anak di mana mereka mendapat gagasan mereka itu :
Patty : ibu mengatakan kami akan memperbicangkan tentang permasalahan keluarga
Therapist: Bagaimana dengan Bapak? Apa ia menceritakan kepada kamu hal yang
sama?
P : Tidak ada
T : Apa yang telah Bapak katakan?
P : Ia berkata kita akan mengadakan suatu perjalanan
T : ok. jadi kamu mendapat beberapa informasi dari ibu dan beberapa informasi
lagi dari
Bapak. Bagaimana dengan kamu, Johnny: Di mana kamu mendapatkan informasi
mu?
Johnny : Aku tidak ingat
T : Kamu tidak ingat siapa yang menceritakan kepada kamu?
Mother : Aku tidak berpikir aku berkata apapun kepadanya. Ia tidak di
sekitar saat itu, aku mengira
T : Bagaimana denganmu Bapak? Ada yang Anda katakan ke Johnny?
Father : Tidak ada, aku pikir Mary yang telah menceritakan kepada dia
T : ( ke Johnny) baik, kemudian, bagaimana kamu bisa ingat jika tidak
ada apapun dikatakan
J : Patty mengatakan kita akan menemui seorang nyonya untuk
membicarakan tentang keluarga.
T : ok. jadi Kamu Dapat informasi mu dari saudari mu, sedangkan Patty
mendapat info dari Ibu dan Bapak.
( Therapist melanjutkan, menanyakan pada anak-anak bagaimana mereka
menangani perbedaan
pesan dari kedsua orang tuanya. Dia kemudian bertanya pada orang tua
perkataan apa yang
mereka ingat.
T : Bagaimana dengan itu, Ibu? Adalah kamu dan Bapak sama -sama
bekerja ke luar apa yang kamu akan ceritakan kepada anak-anak?
M : beginilah, aku berpikir ini adalah satu masalah kami. Ia mengerjakan
hal -hal dengan mereka dan aku lakukan hal yang lain
F : Aku berpikir ini adalah suatu hal yang tak penting untuk dicemaskan
T : Tentu saja ini penting. Akan tetapi kita justru dapat mengguna kan itu,
untuk lihat bagaimana pesan berseberangan dalam keluarga. Salah satu hal
penting dalam keluarga adalah bagaimana anggota keluarga berkomunikasi
dengan jelas sehingga pesan mereka tersampaikan. Kita harus lihat bagaimana
Ibu dan Bapak dapat bersama sedemikian sehingga Johnny dan Patty dapat
mendapat pesan jelas.( segera, dia menambahkan;)
T : kemudian, Aku akan menceritakan kepada kamu mengapa Ibu dan Bapak
sudah kemari. Mereka kemari sebab mereka tak bahagia dalam keluarga dan
mereka ingin membuat rencana sedemikian rupa sehingga semua anggota
keluarga dapat mendapat lebih kesenangan dari kehidupan berkeluarga.
Dalam peristiwa ini secara ringkas kita lihat Satir memperkenalkan
keluarga ke konsep komunikasi, selagi menyelidiki pemahaman therapy mereka.
Dalam tekniknya, masing-masing anggota didukung untuk berbicara atas
nama dirinya dan untuk membuat posisi nya dikenal; therapist boleh
menyela jika seseorang usaha untuk menghadirkan pandangan yang lain. Begitu,
dia membantu perkembangan suatu perasaan berharga dan kejelasan pada setiap
orang.
BAB III
KESIMPULAN
Virginia Satir adalah salah satu pemimpim dalam perkembangan terapi keluarga. Dalam
teorinya Satir menyadari dalam mengembangkan pola hubungan di keluarga dibutuhkan
kongruensi komunikasi.
Satir menggaris bawahi pentingnya kongruensi dalam semua komunikasi yang secara langsung
melibatkan emosi.
Satir percaya bahwa setiap hubungan didasari oleh kepercayaan, dan jika kepercayaan itu tidak
ada atau terancam, maka akan menimbulkan stress. Ketika stress individu akan mengembangkan
pola pertahanan diri yang akan menjadi dasar dari pola komunikasinya.
DAFTAR PUSTAKA