Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Preseptor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Infeksi komunitas adalah infeksi yang didapat dari semua fasilitas umum
selain fasilitas kesehatan karena adanya kontak dengan agen infeksi3.
Infeksi rumah sakit adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang dirawat di
rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan yang muncul setelah 72 jam atau
lebih pascaperawatan .
Berdasarkan kriteria Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
(2005) bahwa infeksi rumah sakit (70,5%) lebih tinggi dari komunitas (29,5%)
Penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7%
dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang bersal dari Eropa, Timur tengah, Asia
tenggara, dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi rumah sakit dan untuk asia
tenggara sebanyak 10,0%.
Hasil Kultur
Dari 219 spesimen pasien PICU yang telah di kultur didapatkan hasil
kultur darah sekitar 15 (14%) spesimen dari 107 spesimen, kultur urin 23
(29.9%) spesimen, kultur sekret ETT 33 (94.3%) spesimen dengan biakan
positif seperti yang disajikan pada gambar 2.
Dari 15 spesimen (14%) kultur darah yang positif yang disajikan pada
gambar 2 didapatkan distribusi bakteri terbanyak adalah Staphylococcus aureus
(3.7%), Enterococcus aeroginosa (2.8%) dan Acinetobacter calcoaciticus (1.9%) .
Distribusi bakteri hasil kultur darah selengkapnya disajikan pada Tabel 4
Dari 23 spesimen (29.9%) kultur urin yang positif yang disajikan pada
gambar 2 didapatkan distribusi bakteri terbanyak adalah Klebsiella Pneumonia
(9.1%), Escherichia coli (7.8%) dan Enterococcus faecalis (3.9%). Distribusi
bakteri hasil kultur urin selengkapnya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Bakteri Hasil Kultur Urin
Dari 33 spesimen (94.3%) dari kultur sekret ETT positif yang disajikan
pada grafik 1 didapatkan distribusi bakteri terbanyak adalah Acinetobacter
calcoaciticus (34.3%) dan Pseudomonas aeruginosa (20%). Distribusi bakteri
berdasarkan hasil kultur sekret ETT selengkapnya disajikan pada Tabel 6.
Gram Positif
Staphylococcus aureus 0 7 (9.9%)
Staphylococcus 0 2 (2.8%)
epidermidis
Streptococcus bovis 0 3 (4.2%)
Streptococcus viridians 0 4 (5.6%)
Enterococcus faecalis 0 3 (4.2%)
Cirrodiversus 0 1 (1.4%)
Gram Negatif
Acinetobacter 1 (1.4%) 15 (21.1%)
calcoaceticus
Pseudomonas 0 9 (12.7%)
aeroginosa
Pseudomonas Rettgeri 0 1 (1.4%)
Klebsiella pneumonia 0 12 (16.9%)
Escherichia coli 2 (2.8%) 4 (5.7%)
Enterobacter aeroginosa 0 5 (7.0%)
Enterobacter 0 1 (1.4%)
agglomerans
Enterobacter cloaceae 0 1 (1.4%)
2.1.4 Bakteri Gram positif dan Gram negatif
a. Gambaran umum
Hal itu disebabkan karena bakteri gram positif dan gram negatif mempunyai
dinding sel yang berbeda susunan kimianya. Dinding sel bakteri gram negatif
lebih rumit susunanya dari pada bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram
positif hanya tersusun dari satu lapisan saja, yaitu lapisan peptidoglikan yang
relatif tebal. Sedangkan dinding sel bakteri gram negatif mempunyai dua lapisan
dinding sel, yaitu : lapisan luar yang tersusun dari lipopolisakarida dan protein,
dan lapisan dalam yang tersusun dari peptidoglikan tetapi lebih tipis dari pada
lapisan peptidoglikan pada bakteri gram positif. ( Timotius, KH, 1982 )
b. Identifikasi Bakteri
a. Pemeriksaan mikroskopis
b) Agar darah
1) Gama hemolisis: tidak terjadi lisis sel darah merah, tidak adanya
perubahan medium di sekitar koloni.
2) Alfa hemolisis: terjadi lisis sel darah merah dengan reduksi hemoglobin
menjadi methemoglobin menghasilkan lingkaran kehijauan sekitar
pertumbuhan bakteri.
3) Beta hemolisis: terjadi lisis sel darah merah dilengkapi kerusakan dan
penggunaan hemoglobin oleh mikroorganisme yang menghasilkan zona
bening sekeliling koloni.
c) Agar McConkey
Menghambat pengaruh kristal ungu terhadap pertumbuhan bakteri gram
positif, selanjutnya bakteri gram-negatif yang dapat diisolasi. Medium
dilengkapi dengan karbohidrat (laktosa), garam empedu, dan “neutral red”
sebagai pH indikator yang mampu membedakan bakteri enterik sebagai dasar
kemampuannya untuk memfermentasi laktosa.
3) Uji biokimia
Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah positif, hal ini terlihat adanya
penyebaranyang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini
menunjukan adanyapergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti
bahwa bakteri ini memilikiflagella. Dari uji juga terlihat adawarna hitam,
yang berarti bakteri ini menghasilkan hidrogen sulfat (H2S).
2. TSIA
3. Simmon sitrat
Berdasarkan ciri-ciri susunan dinding sel pada bakteri Gram positif dan Gram
negatif maka akan tampak perbedaan-perbedaan relatif antara kedua bakteri
tersebut,yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan ciri-ciri dinding sel bakteri gram positif dan gram negatif
Ciri Gram Positif Gram Negatif
- Struktur - Tebal (15-80 nm) - Tipis (10-15 nm)
dinding sel - Berlapis tuggal (mono) - Berlapis tiga
(multi)
- Komposisi - Kandungan lipid rendah (1- - Kandungan
dinding sel 4%) lipid tinggi
- Peptidoglikan ada sebagai (11-22%)
lapisan tunggal, komponen - Peptidoglikan
utama merupakan lebih ada di dalam
dari 50% berat kering pada lapisan kaku
beberapa sel bakteri sebelah dalam,
jumlahnya
- Ada asam tekoat sedikit,
merupakan
sekitar 10%
berat kering
- Tidak ada asam
tekoat
b. Staphylococcus Epidermidis
Merupakan suatu golongan bakteri yang menunjukkan sifat – sifat yang
mendekati fungi / bakteri. Memiliki beberapak karakteristik antara lain : bakteri
fakultatif, koagulase negatif, katalasr positif, gram positif, berbentuk kokus dan
berdiameter 0,5 – 1,5 µm. Infeksi Staphylococcus epidermidis dapat terjadi karena
bakteri ini membentuk biofilm pad aalat – alat medis di rumah sakit dan menulari
orang – orang di lingkungan rumah sakit.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : S. Epidermidis
Staphylococcus epidermidis adalah bakteri Gram-positif, dan salah satu
dari lebih dari 40 spesies yang termasuk genus Staphylococcus. Ini adalah bagian
dari flora manusia normal, biasanya flora kulit, dan kurang umum flora
mukosa.Meskipun S . epidermidis biasanya tidak patogen, pasien dengan sistem
kekebalan tubuh berada pada risiko mengembangkan infeksi.
C.Sterptococcus Bovis
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : S. bovis
d. Streptococcus Viridans
Streptococcus viridans mencakup S.mitis, S.mutans, S.salivarius,
S.sanguis: Streptococcus golongan ini merupakan anggota flora normal yang
paling umum pada saluran pernapasan bagian atas dan berperan penting untuk
menjaga keadaan normal selaput mukosa disitu. Bakteri ini dapat mencapai aliran
darah akibat suatu trauma dan menyebabkan endokarditis pada katub jantung yang
abnormal. Beberapa S.viridans (misalnya S.mutans) mensintesis polisakarida
besar seperti dekstran atau levan dari sukrosa dan menjadi faktor penting pada
pembentukan karies gigi, halitosis dan berbagai penyakit periodontal. S.mutans
dapat membentuk koloni yang melekat dengan erat pada permukaan gigi dan lebih
esidurik daripada dengan streptococcus yang lain.
e. Enterococcus Faecalis
Diklasifikasikan dalam kingdom Bacteria, Filum Firmicutes, Famili
Enterococcaceae, Genus Enterococcus, Spesies Enterococcus Faecalis. Habitat
bakteri ini adalah di saluran pencernaan, salurna kemih dan juga dapat bekoloni di
rongga mulut manusia. Enterobacter faecalis merupakan bakteri yang tidak
membentuk spora, fakultatif anaerob, kokus gram positif dan tidak menghasilkan
reaksi katalase dengan hidrogen peroksida. Bakteri ini membentuk ovoid dengan
diameter 0,5 - 1 µm dan terdiri dari rantai pendek, berpasangan atau bahkan
tunggal.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas Aeroginosa
b. Klebsiella Pneumonia
c. Eschericia coli
Morfologi : kuman ini berbentuk batang pendek gemuk berukuran 2,4m x 0,4.
sampai 0,7m, gram negatif tak bersimpai bergerak aktif. Dan tidak berspora. Sifat-
sifat biakan : bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan tumbuh pada perbenihan
biasa. Suhu optimum pertumbuhan adalah 37o C. Daya tahan : kuman ini dapat
tahan berbulan-bulan pada tanah dan dalam air. Kuman ini juga peka terhadap
tetrasiklin. ( Satish, G, 1990 )
d. Enterobacter Aeroginosa
Merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil, memiliki flagel
yang membantu pergerakan bakteri. Dapat memfermentasikan glukosa,
laktosa, maltosa dan manosa.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Enterobacter
Spesies : Enterobacter Aerogenes
e. Enterobacter Agglomerans
Merupakan bakteri gram negatif yang bersifat motil, bakteri ini
tergolong opportunistik dan komersial pada manusia dan hewan.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Enterobacter
Spesies : Enterobacter Agglomerans
f. Enterobacter Cloacae
Merupakan kuman geram negatif berbentuk batang dari golongan
Enterobacteriaceae. Bakteri ini hidup dengan suhu lingkyungan mesofilik
pada suhu 370 C.infeksi yang sering ditimbulkan oleh bakteri ini antara lain,
infeksi kulit, bakteremia, dan jaringan kulit, infeksi sistem pernapasan bagian
bawah, infeksi saluran kemih, infeksi intraabdominal, osteomyelitis, infeksi
mata, endokarditis, dan septik arthritis.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Enterobacter
Spesies : Enterobacter Cloacae
g. Pseudomonas
Morfologi : batang Gram negatif, ukuran 0,5-1,0 x 3,0-4,0m. Umunya
mempunyai flagel polar tetapi kadang-kadang kurang atau sama dengan 2 – 3
flagel. Bila tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir
polisakarida ekstraseluler.
Sifat-sifat biakan : merupakan organisme aerob, tetapi bakteri ini dapat
mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh secara
anaerob. Menghasilkan pigmen piosianin dan fluoresen.
Daya tahan : Pseudomonas lebih resisten terhadap desinfektan dari pada
bakteri lain. Bakteri ini senang berada dalam suasana lembab. Kebanyakan
antibiotika atau antimikroba tidak efektif terhadap bakteri ini. ( Staf Pengajar
FKUI, 1993 )
2.1.5 Infeksi terbanyak di RS Dr.M.Hoesin
Antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos
(cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 yang
menggambarkan senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Istilah ini berganti setelah
ditemukannya antibiotik. Penggunaan kata antimikroba cenderung mengarah
ke semua jenis mikroba seperti anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti
virus, dll.3
1
b. Klasifikasi Antibiotik
2
Dari masing-masing golongan terdapat mekanisme kerja, farmakokintetik,
farmakodinamik, serta aktivitas antimikroba yang berbeda-beda. Perbedaan ini
menyebabkan perbedaan kegunaan dalam klinik dan perbedaan mekanisme
terjadinya resistensi masing-masing golongan obat.4
3
e. Mikroba yang mengubah enzim tetapi masih dapat melakukan fungsi
metaboliknya dan hanya sedikit dipengaruhi obat.
Resistensi silang terjadi dari satu jenis antibiotik ke jenis yang lain. Misalnya
suatu mikroba resisten terhadap suatu jenis antibiotik menyebabkan mikroba
tersebut dapat resisten juga terhadap jenis antibiotik lain. Reaksi silang ini dapat
terjadi pada jenis-jenis yang berhubungan sacara kimia maupun tidak.5
Dari 15 antibiotik yang telah diujikan terhadap bakteri gram positif dan
gram negatif didapatkan hasil bahwa Enterobacter faecalis hanya sensitif terhadap
ampicillin (66.7%), Pseudomonas rettgeri sensitif terhadap cefotaxime (100%) dan
ceftriaxone (100%).
Bakteri gram positif (100%)dan negatif (77.8%-100%) kecuali Acinetobacter
calcoaceticus sensitif terhadap amikacin. Pseudomonas spp dan Enterobacter spp
sensitif terhadap gentamicin (100%), chloramphenicol (100%) dan ciprofloxacin
(77.8%-100%).
Bakteri gram positif sensitive terhadap vancomycin (75%-100%).
Escherichia coli sensitif terhadap fosfomycin (100%). Staphylococcus spp (75%),
Pseudomonas spp (66.7%-100%) dan Enterobacter spp (100%) sensitif terhadap
levofloxacin.
Bakteri gram negatif sensitif terhadap meropenem (66.7%-100%).
Pseudomonas spp dan Enterobacter spp sensitif terhadap cefipime (100%).
Pseudomonas spp, Escherichia coli dan Enterobacter sensitif terhadap sulbactam
(66.7%-100%).
4
5
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari 219 pasien PICU yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan distribusi
diagnosis tertinggi adalah bronkopneumonia (33.3%), meningitis (15.5%),
ensefalitis 33 (15.1%). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan di PICU dengan infeksi terbanyak bronkopneumonia
(30.4%) dan meningitis (11.6%) serta hasil penelitian Khan di PICU Pakistan
yang menyatakan bahwa diagnosis tertinggi adalah bronkopneumonia dan
meningitis3.Pada periode Januari-Juni 2013 di PICU didapatkan pasien yang
mendapatkan infeksi rumah sakit (HAI) 95.8% dengan persentase bakteri
terbanyak Acinetobacter calcoaceticus (22.5%). Berdasarkan kriteria CDC bahwa
infeksi rumah sakit (70,5%) lebih tinggi dari komunitas (29,5%). Beberapa studi
lain melaporkan prevalensi infeksi rumah sakit antara 5-10% lebih tinggi dari
infeksi komunitas5.
Berdasarkan hasil kultur yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Klinik didapatkan hasil kultur darah (14%), kultur urin (29.9%), kultur sekret
ETT 94.3%) dengan bakteri bakteri terbanyak adalah Staphylococcus aureus
(3.7%), kultur urin adalah Klebsiella Pneumonia (9.1%), kultur sekret ETT
adalah Acinetobacter calcoaciticus (34.3%).
Terapi antibiotik empirik tertinggi yang digunakan di PICU saat
pengambilan spesimen kultur adalah ampicillin (53.4%), ceftriaxone (31.1%) dan
meropenem (7.3%). Dari 15 antibiotik yang telah diujikan menunjukkan bakteri
gram negatif sensitif terhadap vancoyicin (100%), gram positif sensitif terhadap
meropenem (66.7%-100%). Bakteri gram positif dan negatif di PICU sensitif
terhadap amikacin (100%). Hal ini sesuai dengan penelitian Afriyan (2009)
menunjukkan bahwa amikacin (42.8%-100%) cukup sensitif dan vancomicyn
(100%) memiliki sensitifitas tinggi sehingga vancomicin diletakkan sebagai
antibiotik lini terakhir pada pasien PICU.
6
DAFTAR PUSTAKA
8
18. Wang L, Chen RF, Liu JW, Yu HR, Kuo HC, and Yang KD.. Implications
of Dynamic Changes among Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), Membrane
TNF Receptor, and Soluble TNF Receptor Levels in Regard to the
Severity of Dengue Infection. Am. J. Trop. Med. Hyg.
2007; 77(2): 297–302
19. Chakravarti A, Kumaria R. Circulating Levels of Tumour Necrosis Factor-α
& Interferon-γ in patients with Dengue & Dengue Haemorrhagic Fever
During an Outbreak. Indian J Med Res. 2006; 123:
25-30
20. Nguyen TH, Lei HY, Nguyen TL, Lin YS, Huang KJ, Le BL, Lin CF, Yeh
TM, Do QH, Vu TQ, Chen LC, Huang JH, Lam TM, Liu CC, Halstead SB.
Dengue Hemorrhagic Fever in Infants: A Study of Clinical and Cytokine
Profiles. J Infect Dis. 2004 Jan 15; 189(2): 221-32.