You are on page 1of 3

1.

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
a. Optimalisasi perfusi jaringan dan organ vital
b. Mencegah dan memperbaiki kelainan metabolik yang timbul sebagai akibat
hipoperfusi jaringan.
Tatalaksana :
a. Bebaskan jalan nafas, berikan oksigen kalau perlu bisa diberikan ventilatory
support.
b. Pasang akses vaskuler secepatnya ( dalam 60-90 detik) untuk resusitasi cairan,
berikan cairan secepatnya. Hampir pada setiap jenis syok terjadi hipovolemi baik
absolut atau relatif sehingga terjadi penurunan preload. Karena itu terapi cairan
pada syok sangat penting. Terapi syok paling tepat adalah pemberian cairan
dengan cepat dan agresif yaitu pemberian kristaloid atau koloid 20 ml/kgbb dalam
10-15 menit secara intravena. Pemberian cairan ini dapat 2-3 kali, kalau masih
belum berhasil bisa diberi plasma atau darah. Pada syok yang berat atau sepsis
pemberian cairan bisa mencapai > 60 ml/kgbb dalam 1 jam pertama. Bila
resusitasi sudah mencapai 2-3 kali dimana jumlah cairan yang diberikan sudah
mencapai 40-60 % dari volume darah yang telah diberikan tapi belum ada respon
yang adekuat, maka dilakukan tindakan intubasi dan bantuan ventilasi. Evaluasi
hasil analisis gas darah dan koreksi asidosis metabolik yang terjadi bila pH < 7,15.
Bila masih tetap hipotensi atau nadi tidak teraba sebaiknya dipasang kateter vena
sentral untuk pemberian resusitasi dan pemantauan status cairan tubuh. Evaluasi
kembali kenaikan CVP setelah pemberian cairan secara berhati-hati.
c. Inotropik
Inotropik mempunyai efek kontraktilitas dan efek terhadap pembuluh darah yang
bervariasi terhadap tahanan vaskuler, sebagian menyebabkan vasokonstriksi
(epinefrin, norepinefrin) sebagian lainnya menyebabkan vasodilatsi (dopaamine,
dobutamine, melrinon). Meskipun banyak digunakan tetap harus diingat bahwa
penggunaan yang tidak tepat bisa memperjelek keadaan karena penggunaan
initropik dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard yang dapat
memperberat fungsi miokard dengan perfusi yang sudah terbatas. Efek
vasokontriksi juga akan memperberat iskemia dan akan memperjelek perfusi orgn-
organ perifer. Indikasi pemberian inotropik adalah syok kardiogenik dan renjatan
refrakter terhadap pemberian cairan.
Obat-obat inotropik :
1) Dopamin
Mempunyai efek campuran yaitu sebagai inotropik dan vasodilatasi dan organ
pada dosis rendah ( 2-5 g/kgbb/menit). Pada dosis 5-10 g/kgbb/menit
meningkatkan kontraktilitas miokard dan curah jantung dan meningkatkan
konduksi jantung ( meningkatkan rate ). Pada dosis >10-20 g/kgbb/menit
mempunyai efek terhadap reseptor alpha agonis sehingga dapat menyebabkan
vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah sentral.

2) Epinefrin
Mempunyai efek terhadap reseptor alpha dan beta, meningkatkan
kontraktilitas otot jantung dan menyebabkan vasokonstriksi perifer, ini akan
meningkatkan tekanan darah sentral tapi aliran darah perifer berkurang. Dosis
0,1 g/kgbb/menit Iv, bisa ditingkatkan secara bertahap sampai efek yang
diharapkan, pada kasus-kasus berat bisa sampai mencapai 2-3 g/kgbb/menit.
3) Dobutamin
Efek utama adalah beta 1 agonis yaitu meningkatkan kntraktilitas miokard.
juga mempunyai sedikit efek beta 2 agonis yaitu vasodilatsi sehingga bisa
menurunkan resistensi vaskuler dan after load dan memperbaiki fungsi
jantung, karena itu dobutamin sangat cocok pada renjatan kardiogenik. Dosis 5
g/kgbb/menit IV , dapat ditingkatkan bertahap sampai mencapai 20
g/kgbb/menit
4) Norepinefrin
Terutama mempunyai efek alpha agonis (menyebabkan vasokonstriksi) dan
sedikit efek beta 1 agonis. Dosis 0,1 g/kgbb/menit IV dosis dapat ditingkatkan
sampai efek yang diharapkan tercapai.
5) Phosphodiesterase Inhibitor ( melrinon, amrinon)
Bekerjanya dengan cara meningkatkan c AMP sehingga dapat meningkatkan
level kalsium intrasel yang pada akhirnya akan memperbaiki kontraktilitas
otot jantung dan vasodilatsi perifer. Bermanfaat pada renjatan dengan volume
intravaskuler cukup, tapi kontraktilitas otot jantung dan perfusi jelek. Dosis
melrinon : 25-50 g/kgbb/menit dalam 10 menit dilanjutkan 0,375-0,75
g/kgbb/menit
6) Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid pada syok masih merupakan kontroversi.
Kortikosteroid hanya diberikan pada renjatan berat yang resisten terhadap
katekolamin dan kecurigaan adanya insufisiensi adrenal atau pada anak
dengan penyakit yang mendapat steroid dalam waktu yang lama atau pada
anak yang menderita kelainan hipofise atau adrenal. Walaupun penggunaannya
masih dalam perdebatan, dari penelitian –penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa pemberian kortikosteroid pada renjatan memberikan
hasil yang cukup baik. Kortikosteroid yang diberikan adalah hidrokortison
dosis tinggi yaitu 25 kali dosis stres. Dosis hidrokortison untuk renjatan adalah
50 mg/mgkbb/ Iv bolus dilanjutkan dengan dosis yang sama dalam 24 jam secr
continous infussion. Kortikosteroid pada syok dapat memperbaiki fungsi
sirkulasi melalui:
a) Bekerja sebagai adrenergic blocking agent sehingga bisa menurunkan
tahanan perifer.
b) Mencegah aktivasi komplemen dan proses koagulasi
c) Mencegah pengeluaran mediator vasoaktif
d) Mempunyai efek inotrofik

Menstabilisasi dinding sel dan membran lisosom

You might also like