Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Elsa Fitria Apriani 1506777133
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Pelepasan Obat yang
berjudul ‘Sonoforesis pada Sistem Pelepasan Obat Transdermal’. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat nilai mata kuliah Sistem Pelepasan Obat Program Magister
Ilmu Kefarmasian Universitas Indonesia. Makalah ini berisi uraian tentang anatomi dan
fisiologi kulit, sistem pelepasan obat transdermal dan sonoforesis pada sistem pelepasan obat
transdermal.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
sebab itu, bila ada saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah
diberikan selama penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, pemberian obat melalui kulit atau disebut juga transdermal mengalami
kemajuan. Tujuan utama dari pengembangan sistem pelepasan obat secara transdermal
adalah untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan pemberian obat dan memberikan
kenyamanan lebih bagi pasien. Sistem pelepasan obat secara transdermal memiliki beberapa
keuntungan jika dibandingkan dengan sediaan konvensional, diantaranya dapat mencegah
metabolisme lintas pertama dan untuk obat yang tidak sesuai bila diberikan melalui saluran
cerna.
Meskipun sediaan transdermal memiliki banyak keuntungan, akan tetapi tidak
banyak obat yang dapat diberikan melalui rute tersebut. Selain itu, kebanyakan obat
mengalami transport yang sangat lambat ketika melewati kulit dan waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai steady state menjadi lama. Berbagai strategi telah dilakukan untuk
meningkatkan penetrasi kulit mulai dari menggunakan agen kimia peningkat penetrasi, cara
fisika, hingga modifikasi gugus fungsi obat agar dapat menembus kulit, khususnya lapisan
stratum korneum. Pada makalah ini, akan dibahas salah satu cara meningkatkan penetrasi
obat melalui kulit dengan metode fisika, yaitu sonoforesis. Metode sonoforesis
menggunakan gelombang ultrasonik untuk meningkatkan penetrasi obat melalui kulit.
Metode ini sudah digunakan di pasaran dan cukup efektif untuk meningkatkan penetrasi
obat melalui kulit
B. PERUMUSAN MASALAH
Makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sonoforesis?
2. Bagaimanakah mekanisme sonoforesis dalam sistem pelepasan obat transdermal?
3. Apa saja yang mempengaruhi teknik sonoforesis?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
pembaca mengenai “Sonoforesis pada Sediaan Pelepasan Obat Transdermal” yang dapat
digunakan sebagai teknik pelepasan obat serta sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi
pada mata kuliah Sistem Pelepasan Obat.
D. METODE PENULISAN
Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu metode studi
pustaka. Informasi-informasi yang ada dalam makalah ini penulis dapatkan dari beberapa
buku teks, jurnal, dan literatur-literatur lain mengenai Sonoforesis.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini penulis susun dalam lima bab yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan
pustaka, sonoforesis dan penutup. Pada bab pertama, penulis menjelaskan latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan
makalah. Pada bab kedua, penulis menguraikan tentang anatomi dan fisiologi kulit serta
sistem pelepasan obat transdermal. Pada bab ketiga, penulis menguraikan tentang definisi
sonoforesis, gelombang ultrasonik, efek biologi dari sonoforesis, mekanisme sonoforesis,
faktor yang mempengaruhi sonoforesis, hubungan sinergis sonoforesis dan enhancer
transdermal lainnya, perbaikan kulit setelah penggunaan sonoforesis dan aplikasi
sonoforesis. Pada bab empat, penulis menguraikan penggunaan sonoforesis pada
transdermal. Pada bab lima, penulis membuat kesimpulan isi makalah. Akhirnya, penulis
menyajikan daftar pustaka sebagai bahan referensi penulis dalam penyusunan makalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Epidermis
Epidemis merupakan lapisan terluar dari kulit. Epidermis terdiri dari lapisan
squamous epithelium. Epidermis dapat dibagi menjadi lima lapisan, yaitu :
a) Stratum Korneum
Stratum korneum merupakan lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa
lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah
menjadi keratin (zat tanduk). Stratum korneum ini merupakan suatu barrier terhadap
UV, mekanis dan juga hidrasi.
2. Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis. Lapisan
dermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis
dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar
dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis,
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya
yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang
misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental
asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk
ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur
dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip
kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah
mengembang serta lebih elastis.
A. DEFINISI SONOFORESIS
Sonoforesis telah banyak digunakan untuk pelepasan obat melalui transdermal.
Penggunaan gelombang ultrasonik sebagai peningkat penetrasi pertama kali muncul tahun
1954 dimana Fellinger dan Schmidt melaporkan bahwa mereka telah berhasil melakukan
pengobatan poliartritis menggunakan salep hidrokortison dengan sonoforesis. Penelitian
yang dilakukan oleh Fellinger dan Schmidt menunjukkan bahwa penggunaan hidrokortison
yang dikombinasi dengan sonoforesis memberikan efek pelepasan yang lebih baik.
Semenjak saat itu, penggunaan sonoforesis dalam pelepasan obat transdermal mulai
berkembang dan banyak diteliti (Mitragotri and Kost, 2008).
Gelombang ini dikarakterisasi oleh dua parameter utama yaitu frekuensi dan
amplitudo. Amplitudo ultrasonik digambarkan sebagai tekanan gelombang puncak (dalam
Pascal) atau intensitas (W/cm2) (Pahade et al, 2010). Intensitas mendefinisikan jumlah
energi yang disampaikan oleh gelombang ultrasonik saat melewati situs pengiriman obat
tertentu (Meidan, 2003).
Pada teknik sonoforesis, obat yang diinginkan dilarutkan dalam pelarut dan
diaplikasikan pada kulit. Sonoforesis diaplikasikan dengan menghubungkan transducer
dengan kulit melalui suatu medium untuk memastiikan bahwa terjadi kontak yang baik
antara transducer dengan kulit. Medium yang digunakan dapat berupa pelarut yang
digunakan untuk melarutkan obat atau dapat juga menggunakan medium gel untuk
sonoforesis yang telah tersedia di pasaran seperti Aquasonic, Polar, NJ (Pahade et al, 2010).
Kavitasi dapat terjadi di dalam maupun di luar kulit. Kavitasi dapat terjadi di dalam
jaringan biologis yang terpapar gelombang ultrasonik yang disebabkan adanya inti gas
dalam jumlah besar yang terdapat secara alami di dalam jaringan biologi. Inti tersebut
merupakan kantung udara yang terjerap baik di dalam struktur intraseluler maupun
ekstraseluler. Kavitasi di dalam stratum korneum dapat terjadi di keratinosit atau daerah
lipid, ataupun keduanya. Akan tetapi karena efek ultrasonik pada transpor transdermal
sangat bergantung pada kandungan udara yang terlarut dalam cairan di sekelilingnya, dan
sebagian besar air di stratum korneum ada di keratinosit, maka kavitasi paling utama
terjadi di keratinosit
Gambar 13. Kavitasi di dalam kulit
2. Efek termal
Gelombang ultrasonik tidak melewati jaringan dengan efisiensi 100%. Selama
proses perambatannya, sebagian gelombang ultrasonik akan dihamburkan dan sebagian
lagi diabsorpsi oleh jaringan sehingga terjadi peredaman gelombang yang dipancarkan.
Energi yang hilang dikonversi menjadi panas sementara sisanya berpenetrasi dan
merambat melalui medium. Absorpsi ultrasonik meningkatkan suhu medium. Bahan
yang memiliki koefisien absorpsi ultrasonik lebih tinggi akan mengalami efek termal
akut. Kuantitas panas yang diabsorpsi tergantung pada karakteristik jaringan yang
diiradiasi dan jumlah energi ultrasonik yang melewatinya (Meidan, 2003). Jaringan
dengan kandungan protein yang tinggi menyerap energi lebih mudah dibandingkan
dengan jaringan dengan kandungan lemak yang lebih tinggi. Peningkatan suhu dapat
meningkatkan permeabilitas kulit dengan cara: meningkatkan energi kinetik dan
difusivitas senyawa obat, mendilatasi titik masuk pada kulit (misalnya folikel rambut dan
kelenjar keringat), memfasilitasi absorpsi obat, dan meningkatkan sirkulasi darah pada
area tempat aplikasi.
H. APLIKASI SONOFORESIS
Transdermal drug delivery
Pengobatan glaukoma dan infeksi kornea
Nail drug delivery
Pengobatan berbagai jenis cedera olahraga
Terapi kecantikan kulit
Hormone delivery
Low frequency ultrasonic gene delivery
A. PENDAHULUAN
Penelitian ini dilakukan oleh Basson (2005) untuk mengetahui efek dari teknik
sonoforesis terhadap permeasi obat diklofenak. Diklofenak merupakan obat golongan
NSAID yang digunakan sebagai anti inflamasi. Banyak obat diklofenak yang diberikan
secara transdermal yang tidak dapat berpenetrasi secara optimum. Sehingga dalam
penelitian ini akan dilihat efek dari teknik sonoforesis terhadap permeabilitas obat
diklofenak dan kadar obat diklofenak dalam darah.
Sejumlah diklofenak (0.05 ml ~ 0.05 mg) diaplikasikan pada daerah kulit terpapar dan
transducer ditempatkan diatas gel. Gel ini juga bertindak sebagai medium kontak.
Sonoforesis dilakukan dengan intensitas 2 W/cm2 dan frekuensi 3 MHz selama 10 menit
menggunakan sonikator Sonopuls 590®. Spesimen kontrol yang tidak terpapar
sonoforesis tetap dilakukan pengujian permeabilitas. Spesimen kontrol juga tetap
diberikan diklofenak.
Gel ditutup dengan Teflon disk dan 0.5 ml PBS. PBS pada suhu 37oC dipompa melalui
acceptor chamber pada kecepatan 1.5 ml/jam dan dikumpulkan dengan fraction collector
setiap 2 jam selama 24 jam. Specimen kontrol dan yang telah disonikasi dilakukan
replikasi dan fraksi dikumpulkan setiap 20 menit selama 4 jam. Kadar diklofenak dalam
acceptor chamber dihitung dengan analisis HPLC.
5. Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan adalah uji t-test dengan taraf kepercayaan 95 %.
Gambar 18. Nilai fluks rata-rata diklofenak pada spesimen kontrol dan
spesimen yang disonikasi
Gambar 19. Konsentrasi diklofenak dalam darah antara spesimen kontrol dan
spesimen yang disonikasi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sonoforesis adalah teknik yang secara eksponensial meningkatkan absorpsi obat
melalui epidermis, dermis dan kulit pelengkap.
2. Sonoforesis terjadi karena gelombang ultrasonik menstimulasi getaran mikro melalui
epidermis kulit dan meningkatan energi kinetik molekul obat.
3. Sonoforesis bekerja dengan cara ketika gelombang ultrasonik dipancarkan pada
frekuensi tertentu, gelombang ini akan merusak membran lipid bilayer sehingga
menciptakan lubang di kulit dan memungkinkan obat untuk masuk ke dalam kulit.
4. Berdasarkan rentang frekuensi yang digunakan, sonoforesis dibagi menjadi tiga yaitu
sonoforesis frekuensi tinggi, sonoforesis frekuensi sedang dan sonoforesis frekuensi
rendah.
5. Mekanisme sonoforesis terbagi menjadi 3 yaitu kavitasi, efek termal dan mekanisme
yang terkait konveksi.
6. Frekuensi, intensitas dan mode penggunaan sonoforesis merupakan faktor yang
mempengaruhi penetrasi obat dalam penggunaan sonoforesis.
7. Penggunaan sonoforesis hanya merusak kulit sementara. Setelah beberapa jam
penggunaan, permeabilitas kulit akan kembali seperti semula.
DAFTAR PUSTAKA
Basson, E., 2005, Effect of Ultrasound on Transdermal Permeation of Diclofenac and The
Temperature Effects on Human Skin, Tygerberg : Stellenbosch University.
Bhowmik, D., Pusupoleti, K.R., Duraivel, S., Kumar, K.P.S., 2013, Recent Approaches in
Transdermal Drug Delivery System, The Pharma Journal, Volume 2 No. 3.
Chien, Y.W., 1991, Transdermal Drug Delivery and Delivery System, Novel Drug Delivery
System Second Edition, Taylor & Francis Publishing Services Ltd.
Dhamecha, D.L., Rathi, A.A., Saifee, M., Lahoti, S.R., Dehghan, M.H.G., 2009, Drug Vehicle
Based Approaches of Penetration Enhancement, International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Science, Volume 1 No. 1.
Escobar-Chavez, J.J., Rodríguez-Cruz, I.M., Domínguez-Delgado, C.L., 2012, Chemical and
Physical Enhancers for Transdermal Drug Delivery, Pharmacology, Croatia : InTech.
Gaikwad, A.K., 2013, Transdermal Drug Delivery System : Formulation Aspects and
Evaluation, Journal of Pharmaceutical Sciences, Volume 1 No. 1.
Hadgraft, J., 2008, Dermal and Transdermal Delivery, Modified Release Drug Delivery
Technology, CRC Press.
Latheeshjlal, L., Phanitejaswini, P., Soujanya, Y., Swapna, U., Sarika, V., Moulika, G., 2011,
Transdermal Drug Delivery System : An Overview, International Journal of PharmTech
Research, Volume 3 No. 4.
Le, L., Kost, J., Mitragotri, S., 2000, Combined effect of low-frequency ultrasound and
iontophoresis: applications for transdermal heparin delivery, Pharmaceutical Research,
Volume 17 No. 9, 1151–1154.
Lee, Y.F., Liu, H.N., 2002, The antinociceptive effect of transdermal EMLA delivery using
sonophoresis, Dermatol sinica, Volume 20, 280- 285.
Meidan, V., 2003, Sonophoresis: Ultrasound- Enhanced Transdermal Drug Delivery,
Transdermal Drug Delivery, Second Edition, New York : Marcel Dekker Inc.
Mitragotri, S., Blankenschtein, D., Langer, R., 1995, A mechanistic study of ultrasonically-
enhanced transdermal drug delivery, Journal of Pharmaceutical Science, Volume 84 No.
6, 694-706.
Mitragotri, S., and Kost, J., 2008, Ultrasound-Mediated Transdermal Drug Delivery, Modified
Release Drug Delivery Technology, CRC Press.
Nanda, S., Saroha, K., Sharma, B., 2011, Sonophoresis: An Eminent Advancement For
Transdermal Drug Delivery System, International Journal of Pharmacy and Technology,
Volume 3 No. 3, 1285-1307.
Pahade, A., Jadhav, V.M., Kadam, V.J., 2010, Sonophoresis : An Overview, International
Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, Volume 3 No. 2.
Sharma, A., Saini, S., Rana, A.C., 2013, Transdermal Drug Delivery System : A Review,
International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences, Volume
4 No. 1.
Tezel, A., Sanders, A., Tuchscherer, J., Mitragotri, S., 2001, Synergistic effect of low-
frequency ultrasound and surfactant on skin permeability, Journal of Pharmaceutical
Sciences, Volume 91 No. 1, 91– 100.