You are on page 1of 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna, tidak


berbau, tidak berasa dan tidak mengiritasi, mudah terbakar dan sangat
beracun. Gas yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna
yang berasal dari material yang berbahan dasar karbon seperti kayu, batu
bara, bahan bakar minyak dan zat-zat organik lainnya. Sumber utama karbon
monoksida pada kasus kematian adalah kebakaran, knalpot mobil, pemanasan
tidak sempurna, dan pembakaran yang tidak sempurna dari produk-produk
terbakar, kendaraan bermotor, alat pemanas, peralatan yang menggunakan
bahan api berasaskan karbon dan nyala api seperti bongkahan arang, tungku
kayu, dan asap dari kereta api, pembakaran gas, serta asap tembakau. Namun
sumber yang paling umum berupa residu pembakaran mesin.

Menurut Eugene dan Bruce (2003) bahwa keracunan gas karbon


monoksida (CO) dapat menyebabkan turunnya kapasitas transportasi oksigen
dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di tingkat seluler.
Keberadaan gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia karena
gas itu akan menggantikan posisi oksigen yang berkaitan dengan
haemoglobin dalam darah. Gas CO akan mengalir ke dalam jantung, otak,
serta organ vital lainnya. Ikatan antara CO dan heamoglobin membentuk
karboksihaemoglobin yang jauh lebih kuat 200 kali dibandingkan dengan
ikatan antara oksigen dan haemoglobin, yang akan berakibatkan sangat fatal
jika dihirup oleh manusia. Claude Bernard pada tahun 1857 menemukan efek
beracun karbon Monoksida yang disebabkan oleh pelepasan ikatan oksigen
dari hemoglobin menjadi bentuk carboxyhaemoglobin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi gas karbon monoksida (CO) ?
2. Apa saja penyebab keracuan gas karbon monoksida (CO) ?

1
3. Apa saja klasifikasi keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
4. Bagaimana patofisiologi keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
5. Bagaimana manifestasi klinis keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
6. Bagaimana penatalaksanaan keracunan gas karbon monoksida (CO) ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gas CO
2. Untuk mengetahui penyebab keracunan gas CO
3. Untuk mengetahui klasifikasi keracunan gas CO
4. Untuk mengetahui patofisiologi keracunan gas CO
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis keracunan gas CO
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan keracunan gas CO

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gas Karbon monoksida (CO)

Gas karbon monoksida adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan
tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen
berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan
kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari
senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon
monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses
pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api
berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun,
CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni
merupakan prekursor banyak senyawa karbon.

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.
Karbon monoksida digunakan untuk mereduksi oskida untuk memperoleh
logam murni dan juga digunakan untuk membantu produksi metanol. Dalam
proses indstri , karbon monoksida digunakan dalam jumlah kecil
(BMZ,1995). Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran material yang
mengadung karbon seperti bensin, gas alam, batu bara , kayu. Karbon
monoksida merupakan produk yang tidak digunakan dalam proses
pembakaran oksigen dibawah jenuh yang melibatkan senyawa karbon.
Sehingga jumlah karbon monoksida yang dihasilkan terutama tergantung dari
perbandingan bahan bakar dan udara serta tingkat pencampuran. Karbon
monoksida dihasilkan terutama dari pembakaran minyak di bahan bakar
kendaraan bermotor ( BMZ,1995).

Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut


peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan

3
oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi
secara metabolis dengan darah (hemoglobin) (Fardani, E., 2014). Ikatan
karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil daripada
ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan
darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital
darah sebagai pengangkut oksigen terganggu (Fardani, E., 2014).

2.2 Penyebab Keracunan CO

Karbon monoksida terbentuk akibat pembakaran bahan bakar tertentu


(mis: solar, batubara, bensin, gas alam) yang tidak sempurna disebabkan oleh
kurangnya oksigen. Sumber utama karbon monoksida adalah gas buang
kendaraan bermotor, asap dari kebakaran, dan asap dari mesin. Selain itu, gas
ini juga muncul dari peralatan memasak yang rusak, pengering pakaian gas,
pemanas, atau tungku kayu bakar. Kurangnya ventilasi akan menambah
peningkatan konsentrasi karbon monoksida di sebuah ruangan.

Edema pulmonum dapat terjadi pada sekitar 10-30% kasus keracunan


akut gas CO. Penyebab yang edema pulmonum yang paling mungkin adalah
hipoksia jaringan,efek toksik gas CO terhadap membran alveoli, kerusakan
miokandium yang dapat menyebabkan kegagalan ventrikel kiri, aspirasi
cairan lambung setelah kehilangan kesadaran dan edema pulmonum
neurogenik. (Soekamto & Perdanakusuma, 2008).

2.3 Klasifikasi Keracunan CO

Menurut Cara Terjadinya

1. Self poisoning terjadi dimana pasien menggunakan obat dengan dosis yang
berlebihan
2. Attempted poisoning terjadi ketika pasien ingin bunuh diri

4
3. Acciedental poisoning terjadi keracunan murni akibat ketidak sengajaan
4. Homicidal poisoning terjadinya keracunan akibat tindakan kriminal atau
sengaja meracuni seseorang.

Menurut Waktu Terjadinya

1. Keracunan Akut (keracunan jenis ini lebih mudah dipahami karena biasanya
terjadi secara mendadak setelah makan atau terkena sesuatu). Gas karbon
monoksida adalah gas beracun. Gejalanya dapat terjadi perlahan-lahan, dan
kerap terjadi secara mendadak cepat. Ini bergantung dari konsetrasi paparan
dan lama paparan. Indikasinya bibir dan kukukuku jari jemari akan berubah
menjadi agak merah. Ini suatu tanda adanya paparan yang melampaui batas
yang bisa diterima. Juga bisa terlihat seseorang yang terpapar mengalami
gejala sakit kepala, pernapasan jadi pendek dan dangkal, pusing, mendesah,
indiges, dan mual. Pada konsetrasi yang tinggi bisa saja terjadi pingsan atau
tidak sadarkan diri dan mungkin berakibat kematian. Gejalanya juga bisa
berupa penglihatan terganggu dan kehilangan ingatan.
2. Keracunan Kronis (keracunan jenis ini sulit dipahami, karenan gejala timbul
perlahan dan lama sesudah pajanan. Gejala akut setelah pemajanan berkali-
kali dalam dosis yang relatif kecil). Kajian klinis menunjukkan adanya
hubungan antara paparan gas karbon monoksida untuk pekerjaan tertentu
seperti petugas pemadam kebakaran, pekerja proyek/foundry dan kejadian
meingkatnya penyakit jantung. Gas karbon moniksida adalah gas toksin
reproduksi. Kajian klinis secara inhalasi terhadap tikus (hamil)
menunjukkan dampak negatif. Melibatkan konsentrasi sekitar 65 ppm/24
jam maka akan menunjukkan gejala atau efek negatif terhadap sistem
reproduksi.

Menurut Organ Tubuh yang Terkena

1. Sistem pernapasan.
2. Sistem sirkulasi.
3. Sistem kardiovaskular.
4. Sistem saraf pusat .
5. Sistem reproduksi.

5
Menurut Jenis Bahan Kimia
1. Alkohol
2. Fenol
3. Logam Berat
4. Organofosfor.

2.4. Patofisiologi Keracunan Gas Co


Gas CO masuk ke paru-paru inhalasi, mengalir ke alveoli, terus masuk
ke aliran darah. Gas CO dengan segera mengikat hemoglobin di tempat yang
sama dengan tempat oksigen mengikat hemoglobin, untuk membentuk
karboksi hemoglobin (COHb) . Ikatan COHb bersifat dapat pulih/reversible.
Mekanisme kerja gas CO di dalam darah Segera bersaing dengan oksigen
untuk mengikat hemoglobin. Kekuatan ikatannya 200-300 kali lebih kuat
dibandingkan oksigen. Akibatnya, oksigen terdesak dan lepas dari
hemoglobin sehingga pasokan oksigen oleh darah ke jaringan tubuh
berkurang, timbul hipoksia jaringan. COHb mencampuri interaksi protein
heme, menyebabkan kurva penguraian HbO2 bergeser kekiri (Haldane
effect). Akibatnya terjadi pengurangan pelepasan oksigen dari darah ke
jaringan tubuh.

Proses terpenting dari keracunan gas CO terhadap sel adalah rusaknya


metabolisme rantai pernafasan mitokonria, menghambat komplek enzim
sitokrom oksidase a3 sehingga oksidasi mitokondria untuk menghasilkan
Adenosine Tri Posfat (ATP) berkurang. Ekskresi gas CO terutama melalui
respirasi, dimetabolisme menjadi karbon dioksida (CO2), tidak lebih dari 1%.
Karbon monoksida tidak mengiritasi tetapi sangat berbahaya (beracun) maka
gas CO dijuluki sebagai “silent killer”(pembunuh diam-diam). Keberadaan
gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia karena gas itu akan
menggantikan posisi oksigen yang berkaitan dengan haemoglobin dalam
darah. Gas CO akan mengalir ke dalam jantung, otak, serta organ vital. Ikatan
antara CO dan heamoglobin membentuk karboksihaemoglobin yang jauh

6
lebih kuat 200 kali dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan
haemoglobin.

Akibat dari pembentukan karboksihaemoglobin sangat fatal. Pertama,


oksigen akan kalah bersaing dengan CO saat berikatan dengan molekul
haemoglobin. Ini berarti kadar oksigen dalam darah akan berkurang. Padahal
seperti diketahui oksigen sangat diperlukan oleh sel-sel dan jaringan tubuh
untuk melakukan fungsi metabolisme. Kedua, gas CO akan menghambat
komplek oksidasi sitokrom. Hal ini menyebabkan respirasi intraseluler
menjadi kurang efektif. Terakhir, CO dapat berikatan secara langsung dengan
sel otot jantung dan tulang. Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara
langsung terhadap sel-sel tersebut, juga menyebabkan gangguan pada sistem
saraf. Bahaya utama terhadap kesehatan adalah mengakibatkan gangguan
pada darah,

Batas pemaparan karbon monoksida yang diperbolehkan oleh OSHA


(Occupational Safety and Health Administration) adalah 35 ppm untuk waktu
8 jam/hari kerja, sedangkan yang diperbolehkan oleh ACGIH TLV-TWV
adalah 25 ppm untuk waktu 8 jam. Kadar yang dianggap langsung berbahaya
terhadap kehidupan atau kesehatan adalah 1500 ppm (0,15%). Paparan dari
1000 ppm (0,1%) selama beberapa menit dapat menyebabkan 50% kejenuhan
dari karboksi hemoglobin dan dapat berakibat fatal. Keracunan gas karbon
monoksida gejala didahului dengan sakit kepala, mual, muntah, rasa lelah,
berkeringat banyak, pyrexia, pernafasan meningkat, confusion, gangguan
penglihatan, kebingungan, hipotensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan
sakit dada mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita nyeri
dada.

Kematian kemungkinan disebabkan karena sukar bernafas dan edema


paru. Kematian akibat keracunan karbon monoksida disebabkan oleh
kurangnya oksigen pada tingkat seluler (seluler hypoxia). Sel darah tidak
hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan atau daya ikat

7
ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah mempunyai
ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari pada oksigen
(O2). Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung
berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan dengan
Haemoglobin (Hb) dalam darah membentuk Karboksihaemoglobin sehingga
oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat
mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu
aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang
menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling
serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel ototjantung,
juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf.

2.5 Manifestasi Klinis Keracunan CO

Misdiagnosis sering terjadi karena beragamnya keluhan dan gejala


pada pasien. Gejala-gejala yang muncul sering mirip dengan gejala penyakit
lain. Pada anamnesa secara spesifik didapatkan riwayat paparan oleh gas CO.
Gejala-gejala yang muncul sering tidak sesuai dengan kadar HbCO dalam
darah. Penderita trauma inhalasi atau penderita luka bakar harus dicurigai
kemungkinan terpapar dan keracunan gas CO. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan takikardi, hipertensi atau hipotensi, hipertermia, takipnea. Pada
kulit biasanya didapatkan wama kulit yang merah seperti buah cherry, bisa
juga didapatkan lesi di kulit berupa eritema dan bula.

Sumber lain mengatakan, Keracunan gas karbon monoksida gejala


didahului dengan sakit kepala, mual, muntah, rasa lelah, berkeringat banyak,
pyrexia, pernafasan meningkat, confusion, gangguan penglihatan,
kebingungan, hipotensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan sakit dada
mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita nyeri dada.
Kematian kemungkinan disebabkan karena sukar bernafas dan edema paru.
Kematian akibat keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya

8
oksigen pada tingkat seluler (seluler hypoxia). Sel darah tidak hanya
mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini
berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah mempunyai ikatan
yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari pada oksigen (O2).
Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung
berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan dengan
Haemoglobin (Hb) dalam darah membentuk Karboksihaemoglobin sehingga
oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat
mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu
aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang
menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling
serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung,
juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf. Gejala-gejala klinis dari
saturasi darah oleh karbon monoksida Konsentrasi CO dalam darah Gejala-
gejala Kurang dari 20% Tidak ada gejala. 20% Nafas menjadi sesak. 30%
Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan sedikit meningkat. 30% – 40%
Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya
koordinasi gerakan. 40% - 50% Kebingungan makin meningkat, setengah
sadar. 60% - 70% Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol faeces dan urin.
70% - 89% Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan
pernafasan.

2.6 Penatalaksanaan dan Penanganan Keracunan CO

Penatalaksanaan perawatan pada penderita keracunan gas karbon


monoksida dapat berupa :

a. Pemindahan Pasien dari Sumber Gas CO

Hal pertama yang harus dilakukan pada penderita keracunana gas


karbon monoksida adalah menjauhkan pasien dari keterpaparan dengan

9
gas karbon monoksida. Sumber gas karbon monoksida juga harus
dijauhkan dari pasien agar gas tidak terus menerus terhirup oleh pasien
yang dapat menyebabkan kadar HbCO dalam darah pasien terus
meningkat.

b. Pemberian Gas Oksigen dan Terapi Hiperbarik

Kasus keracunan gas karbon monoksida harus segera diatasi agar


kadar gas karbon monoksida dalam darah yang dapat menyebabkan
kecacatan bahkan kematian. Pertolongan pertama yang harus dilakukan
pada penderita keracunan gas karbon monoksida adalah dengan
memberikan gas oksigen melalui masker oksigen. Pasien keracunan gas
karbon monoksida juga perlu mendapatkan terapi oksigen 100 % melalui
terapi hiperbarik. Kadar oksigen yang tinggi dapat membuat gas karbon
monoksida memisahkan diri dari hemoglobin. Pemberian terapi hierbarik
terus dilakukan hingga tanda dan gejala keracunan gas karbon monoksida
pada pasien hilang dan kadar HbCO turun hingga di bawah 10%
(Soekamto dan Perdanakusuma, n.d.). Pemberian terapi hiperbarik juga
dapat menanggulangi asidosis yang terjadi sebagai akibat drai keracunan
gas karbon monoksida.

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk mengetahui


gangguan yang terjadi pada pasien keracunan gas karbon monoksida agar
intervensi yang dibuat sesuai. Dengan pemeriksaan laboratorium, perawat
dapat mengetahui apakah klien mengalami asidosis atau tidak, mengetahui
kadar HbCO dalam darah pasien, dan lain sebagainya sehingga perawat
dapat membuat perencanaan keperawatan yang tepat dan benar.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna, tidak


berbau, tidak berasa dan tidak mengiritasi, mudah terbakar dan sangat
beracun. Gas yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna
yang berasal dari material yang berbahan dasar karbon. Karbon monoksida
(CO) apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan
menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat
terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan
darah (hemoglobin) (Fardani, E., 2014). Ikatan karbon monoksida dengan
darah (karboksihemoglobin) lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan
darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih
mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai
pengangkut oksigen terganggu (Fardani, E., 2014).

Penatalaksanaan perawatan pada penderita keracunan gas karbon


monoksida yang pertama pemindahan pasien dari sumber gas CO. Penderita
keracunan gas karbon monoksida segera berikan gas oksigen melalui masker
oksigen. Pasien keracunan gas karbon monoksida juga perlu mendapatkan
terapi oksigen 100 % melalui terapi hiperbarik. Ketiga pemeriksaan
laboratorium, hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui gangguan yang terjadi
pada pasien keracunan gas karbon monoksida agar intervensi yang dibuat
sesuai.

3.2 Saran

11
Saran penulis untuk perawat dan mahasiswa keperawatan Indonesia adalah
harus mengerti betul apa yang dimaksud dengan gas karbon monoksida beserta
bahaya yang ditimbulkannya sehingga para perawat muda mampu untuk
mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh gas karbon monoksida, serta
diharapkan mahasiswa keperawatan mampu mengetahui bagaimana mekanisme
dari keracunan, gejala dan penanganannya, misalnya perawat harus mengerti
pertolongan pertama dalam penanganan keracunan dari gas karbon monoksida,
loggarkan pakaian korban agar bisa bernafas serta usahakan korban mendapatkan
oksigen yang cukup dan pastikan pasien tetap tenang, dan yang paling penting
adalah perawat mampu memberikan edukasi atau pendidikan kepada masyarakat
mengenai bahaya dan pencegahan dari karbon monoksida.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, S.G.,dkk. 1998. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian


Farmakologi FK UI.

Katzung, B.G. 2004. Farmakologi: Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika.

Louise W Kao, Kristine A Nanagas. Carbon Monoxide Poisoning. Emerg


MedClin N Arn22 (2004) 985-1018.

Majid. 8 januari 2011. Racun Gas Karbon Monoksida. Batam..


file:///C:/Users/USER/Downloads/RacunGasKarbonMonoksida.pdf [21
November 2016]

Olson, KR, 2004 Cargbon Monoxide, Poisoning & Drug Overdose, Fourth
edition, Mc. Graw Hill, Singapore.

Soekamto, T. H., & Perdanakusuma, D. (2008). Intoksikasi karbon monoksida.


Journal Airlangga University, 1(1), 1–20.

Tambayong, J. 2002. Farmakologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Tomie Hermawan Soekamto, David Perdanakusuma. Intoksikasi Karbon


Monoksida. 2016 [cited 2016 November 21]. Available from:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-CO%20Intoxication.pdf

13

You might also like