Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior
dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus
sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain
demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis, hambatan
pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan pengobatan
akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita
Komplikasi yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses
otak, dan bahkan dapat terjadi kematian. Karena sebagian besar selulitis orbita
Penyebab dan faktor predisposisi selulitis orbita antara lain sinusitis, trauma
okuli, riwayat operasi, dakriosistitis, sisa benda asing di mata dan periorbita, infeksi
gigi (odontogen), tumor orbita atau intraokuler, serta endoftalmitis. Selulitis orbita
karena infeksi gigi (odontogen) merupakan kasus yang sedikit, hanya 2–5% dari
semua kasus selulitis orbita. Sedangkan sinusitis yang disebabkan oleh faktor
odontogen diperkirakan 10–12% dari semua kasus sinusitis. Sumber infeksi dapat
timbul dari semua gigi, terutama premolar dan molar superior. Di Amerika Serikat,
1
peningkatan kasus selulitis orbita pada masyarakat terjadi akibat infeksi S. aureus
Kasus ini biasanya terjadi pasca operasi serta penyebab endogen biasanya
B. Tujuan
syarat untuk mengikuti ujian akhir kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Penyakit
Mata
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi2,5
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang berada
diantara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran sekitar 40
mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7 buah tulang:
1. Os. Frontalis
2. Os. Maxillaris
3. Os. Zygomaticum
4. Os. Sphenoid
5. Os. Palatinum
6. Os. Ethmoid
7. Os. Lacrimalis
Gambar 1. Orbita
3
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:
ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun dinding medial merupakan
salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidales dan merupakan salah satu penyebab
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal. Defek
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian posteromedial
dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat dalam fraktur blowout.
6. Apeks orbita, merupakan bagian posterior orbita dimana keempat dinding orbita
bekonvergensi, memiliki dua orifisium yaitu kanal optikus dan fisura orbital
superior
Pada orbita terdapat suatu membran jaringan ikat yang tipis yang melapisi
berbagai struktur. Membran tersebut terdiri dari fascia bulbi, muscular sheats,
lakrimalis, kantung lakrimalis, arteri oftalmika, nervus III, IV, dan VI, sebagian
menurut lokasi dan derajat keparahan. Salah satu pertanda anatomis dalam
menentukan lokasi penyakit adalah septum orbital. Septum orbital adalah membran
tipis yang berasal dari periosteum orbital dan masuk ke permukaan anterior
4
lempeng tarsal kelopak mata. Septum memisahkan kelopak mata superfisial dari
struktur dalam orbital dan membentuk barier yang mencegah infeksi dari kelopak
ophthalmica, yaitu cabang besar pertama arteri carotis interna bagian intrakranial.
Cabang ini berjalan di bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis
kelopak mata atas; cabang-cabang muskularis ke berbagai otot orbita; arteri ciliaris
posteriorlongus dan brevis; arteri palpebral medial ke kedua kelopak mata; dan
koroid dan bagian-bagian nervus optikus. Kedua arteri ciliaris posterior longa
mendarahi corpus ciliar, beranastomosis satu dengan yang lain dan bersama arteri
ciliaris anterior membentuk circulus arteriosus major iris. Arteri ciliaris anterior
berasal dari cabang-cabang muskularis dan menuju ke musculi recti. Arteri ini
memasok darah ke sclera, episklera, limbus dan konjungtiva, serta ikut membentuk
circulus arterialis major iris. Cabang-cabang arteri ophthalmica yang paling anterior
inferior, yang juga menampung darah dari vena vorticosae, vena ciliaris anterior
dan vena centralis retina. Vena ophthalmica berhubungan dengan sinus cavernosus
5
melalui fissura orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui
fissura orbitalis inferior. Vena ophthalmica superior mula-mula terbentuk dari vena
supraorbitalis dan supratrochlearis serta dari satu cabang vena angularis; ketiga
vena tersebut mengalirkan darah dari kulit di daerah periorbita. Vena ini
membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dan sinus cavernosus sehingga
dapat menimbulkan trombosis sinus cavernosus yang fatal pada infeksi superfisial
di kulit periorbita.
B. Definisi4
Selulitis orbita adalah infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang
septum orbita. kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis bakteri normal yang
hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan infeksi ini biasa berasal dari infeksi dari wajah
secara lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan atau serangga,
C. Etiologi3,4
1. Infeksi eksogen, dapat berasal dari trauma tembus pada mata khususnya
terkait dengan retensi benda asing intraorbital dan kadang- kadang terkait
6
D. Patofisiologi 3
Selulitis orbita disebabkan oleh beberapa jenis bakteri normal yang hidup di
kulit, jamur, sarkoid, dan infeksi ini biasa berasal dari infeksi dari wajah secara
lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan atau serangga, konjungtivitis,
kalazion serta sinusitis paranasal. Infeksi ini terjadi melalui pembuluh darah
(bakterimia) dan melalui trauma terutama bila ada benda asing yang masuk jaringan
orbita.
1. Fisiologi Gejala
samping atau belakang bola mata akan mendorong organ tersebut ke depan, hal
ini disebut dengan proptosis. Penonjolan bola mata adalah tanda utama penyakit
orbita. Proptosis dapat disebabkan lesi- lesi ekspansif yang dapat bersifat jinak
atau ganas, berasal dari tulang, otot, saraf, pembuluh darah, atau jaringan ikat.
Selain itu dapat juga terjadi proptosis tanpa adanya penyakit orbita. Hal ini
menimbulkan cedera kecuali membuat kelopak mata tidak bisa ditutup, akan
ditentukan oleh lokasi massa. Ekspansi di dalam kerucut otot mendorong mata
7
adanya penyakit sistemik misalanya penyakit graves. Istilah eksoftalmos sering
orbita, atau transmisi denyut otak akibat tidak adanya atap orbita superior.
perasat valsava merupakan suatu tanda adanya malformasi vena orbita atau
meningokel. Pada perubahan posisi bola mata, terutama apabila terjadi dengan
cepat, mungkin timbul interferensi mekanis terhadap gerakan bola mata yang
cukup untuk membatasi pergerakan mata dan diplopia. Dapat timbul nyeri
Penglihatan biasanya tidak terpengaruh di awal ekcuali bila lesi berasal dari n.
optikus atau langsung menekan saraf tersebut. Tanda lainnya dapat berupa
edema kelopak mata dan periorbital, diskolorisasi kulit, ptosis, kemosis, dan
injeksi epibulbar. Selain itu dapat juga terjadi perubahan fundus seperti
koroid.
2. Gejala Subjektif :
a) Nyeri
bola mata.
8
c) Konjungtiva kemosis dan merah
Eksudasi dan hiperemi terutama terjadi pada konjungtiva yang bengkak dan
merah
d) Penurunan visus
e) Proptosis
Proptosis terjadi secara mendadak karena bola mata terdorong ke depan oleh
selulitis orbitanya
hambatan pada pergerakan bola mata. Pada infeksi yang hebat, mata tidak
g) Diplopia
h) Panas badan
3. Gejala Objektif :
c) Pada palpasi didapatkan nyeri tekan dan bila terbentuk abses akan ada suatu
fluktuasi
9
d) Pemeriksaan oftalmoskopi, untuk melihat keadaan fundus okuli bila terjadi
F. Pemeriksaan Penunjang4
1. Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan spesimen darah
10
G. Diferrential Diagnosis3,4,7
1. Selulitis Preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi yang umum terjadi pada kelopak mata
dan jaringan lunak periorbital yang menimbulkan eritema kelopak mata akut
dan edema. Selulitis preseptal dan selulitis orbita memiliki manifestasi klinis
yang mungkin mirip, akan tetapi kedua kondisi tersebut harus dibedakan.
11
Gambar 4. Selulitis preseptal mata kiri
2. Pseudotumor orbita
Penyakit ini terjadi lebih lambat dengan gejala klinis yang hampir sama
tetapi lebih ringan. Teraba suatu massa pada palpasi sedangkan pada selulitis
12
3. Oftalmopati tiroid (exoftalmus )
mata atas yang terjadi 90-100% penderita. Tidak teraba fluktuasi atau massa
Gambar 6. Exoftalmus
sinus cavernosus, dalam rongga didasar otak yang mengalir darah yang
kavernosus mungkin terjadi bilateral tetapi pada selulitis orbita hampir selalu
unilateral. Penurunan visus yang hebat terjadi dengan tidak adanya reflek
13
5. Retinoblastoma
tersering usia 2-3 tahun. Sama sama memberi gejala mata yang lebih besar
dari pada satunya, namun ditemukan gejala khas yaitu amaurotic cat’s eye
Gambar 7. Retinoblastoma
H. Penatalaksanaan 2,5
harus diberikan antibiotik untuk mengatasi basil gram negative dan gram positif.
14
Menurut Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Mata,
1. Istirahat penuh
I. Komplikasi4,7
kehilangan fungsi dari struktur vital dapat menetap bahkan setelah pengobatan
meningitis, abses otak dan sindroma fatal toksis streptokokus yang ditandai
orbital menjadi abses subperiosteal dan abses orbita. Abses subperiosteal adalah
15
penumpukan material purulen di dalam jaringan lunak orbital. Secara klinis
dan pus di bawah konjungtiva. Komplikasi lainnya berupa abses parotid atau
J. Prognosa4
tepat dan komplikasi yang dapat timbul pada penderita. Pada umumnya
sanactionam adalah bonam bila respon penderita terhadap antibiotik baik dan
16
BAB III
KESIMPULAN
Selulitis orbita adalah infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang
septum orbita. Selulitis orbita biasanya merupakan infeksi sekunder yang berasal
dari infeksi sinus terutama pada anak. Mikroorganisme penyebabnya selulitis orbita
Penanganan selulitis secara cepat dan tepat sangat dianjurkan guna menghindari
komplikasi dan berkibat pada kematian. Mengingat struktur orbita sangat dekat
dengan otak komplikasi berupa meningitis dan abses otak mungkin terjadi bila
penanganan terhadap proses infeksi tidak tepat. Pemberian antibiotik spektrum luas
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Riyanto, H., Desy, B., Kaloso, H.D., Soebagyo. 2009. Orbital Cellulitis and
2. Tim Revisi PDT. 2006. Dedoman Diagnostik dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Penyakit Mata. Rumah Sakit Dokter Soetomo. Surabaya. Halaman 75-77.
Amerika
Surabaya. Halaman 8
18