You are on page 1of 29

Jl. Jend. A. Yani No.52 Telp. (0725) 49200, Fax.

(0725) 41928
Kota Metro, Kode Pos 34111

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH METRO


NOMOR : /SK-Dir/RSB-A/XII/2014

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN AMBULANCE
DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH METRO

DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH METRO,

MENIMBANG : Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada


masyarakat dan mengoptimalkan pelaksanaan pelaksanaan
Ambulance diperlukan satu Pedoman Ambulancesebagai
dasar dalam pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dengan
Keputusan Direktur.

MENGINGAT: 1.Undang-undang nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga


Kesehatan.
2. Undang-undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
3. Undang-undang Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
4. Undang-Undang No. 23 tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
6. Kepmekes No. 0152/YanMed/RSKS/1987, tentang
Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik
7. Kepmenkes No 143/Menkes-kesos/SK/II/2001, tentang
Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/Menkes/SK/III/ 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
1
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
159b/Menkes/Per/II/1998 tentang Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

KESATU : Pedoman Pelayanan Ambulandi RSB ASIH sebagaimana tersebut


dalam lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan d i : Metro
Pada Tanggal : Desember 2014
DIREKTUR RS BERSALIN ASIH

dr. RIRIN FEBRINA


NIK.13122011.001

2
Lampiran I : Keputusan Direktur RSB ASIH
Nomor : /SK Dir/RSBA/XII/2014
Tanggal : Desember 2014.

PEDOMAN PELAYANAN AMBULAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata ambulans berasal dari ambulare kata Latin, yang berarti berjalan atau
bergerak. Ambulans pertama khusus digunakan untuk mengangkut pasien ke
fasilitas medis yang dikembangkan di akhir 1700-an di Perancis oleh Dominique-
Jean Larrey, ahli bedah-in-chief di tentara Napoleon.Untuk memberikan bantuan
lebih cepat dan menyediakan transportasi cepat, dirancang kereta yang ditarik
kuda-dikelola oleh petugas medis dan asisten dengan ruang untuk beberapa
pasien dengan tandu.
Kebanyakan ambulans awal yang hanya ditujukan untuk transportasi
pasien. Setelah tim dokter atau kebakaran departemen penyelamatan diterapkan
pertolongan pertama, pasien dimasukkan ke bagian belakang ambulans untuk
naik cepat ke rumah sakit.
Di Amerika Serikat mengalami perubahan dramatis diantaranya banyaknya
standar, tindakan baru menetapkan persyaratan untuk desain ambulans dan
perawatan gawat darurat. Hingga saat ini, ambulans mengalami perkembangan
yang pesat. Dari yang sederhana, BLS (Basic Life Support), sampai ALS
(Advanced Life Support). Ambulans dapat dioperasikan oleh perusahaan swasta,
rumah sakit, pemadam kebakaran, polisi, atau lembaga lain.
Di Indonesia, banyak penderita cedera, keracunan, serangan jantung atau
kegawat-daruratan yang lain yang meninggal di rumah atau dalam perjalanan ke
rumah sakit karena penatalaksanaan yang tidak memadai. Padahal angka
kematian di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit dapat dikurangi jika ada
pelayanan gawat darurat yang dapat segera menghampiri penderita, dan dalam
perjalanan penderita kemudian didampingi oleh paramedik dan ambulans yang
3
memadai. Oleh karena itu masyarakat perlu mengerti fungsi ambulans dan
mudah mendapatkan ambulans.
Harus segera dimaklumi, bahwa pada hakekatnya pelayanan gawat darurat yang
seharusnya pergi ke penderita, dan bukan penderita yang dibawa ke pelayanan
gawat darurat. Ini mengandung konsekuensi, bahwa ambulans yang datang ke
penderita, dan kemudian membawanya ke rumah sakit, haruslah merupakan
suatu “Unit Gawat Darurat berjalan”, sebaiknya dengan perlengkapan gawat
darurat yang lengkap, dan petugas medik yang ber-keterampilan dalam
penanganan gawat darurat.
Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit sampai
sekarang masih dilakukan dengan bermacam-macam kendaraan, hanya
sebagian kecil saja dilakukan dengan ambulan. Dan ambulannya bukan ambulan
yang memenuhi syarat tetapi ambulan biasa. Bila ada bencana dengan
sendirinya para korban akan diangkut dengan segala macam kendaraan tanpa
koordinasi yang baik.

B. Tujuan
1. Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi
kejadian ke tempat tindakan definitif atau ke Rumah Sakit
2. Sebagai kendaraan transport rujukan

C. Ruang Lingkup
1. Panduan ini diterapkan kepada Tim Transfer dan Supir Ambulance yang akan
menjalani suatu prosedur.
2. Pelaksana panduan ini adalah Tim Transfer dan Supir Ambulance yang
bekerja di rumah sakit.

D. Batasan Operasional
Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut
orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis.

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4
2. Undang-undang Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
3. Undang-undang nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
5. Kepmekes No. 0152/YanMed/RSKS/1987, tentang Standarisasi Kendaraan
Pelayanan Medik
6. Kepmenkes No 143/Menkes-kesos/SK/II/2001, tentang Standarisasi
Kendaraan Pelayanan Medik
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/III/ 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
159b/Menkes/Per/II/1998 tentang Rumah Sakit.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Ketenagaan pada Ambulans sebaiknya sudah terlatih Ambulance crew.
Syarat Pengemudi Ambulans :
1. Sehat secara fisik. Tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat
dalam mengoperasikan ambulans, tidak juga kondisi medis yang
mengganggu saat mengemudi.
2. Sehat secara mental. Emosi terkontrol. Mengemudikan ambulans bukanlah
perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan sirine.
3. Bisa mengemudi di bawah tekanan
4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi
tapi jangan terlalu percaya diri dengan menantang resiko.
5. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan
bereaksi berbeda ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan toleransi
kebiasaan buruk pengemudi lain tanpa harus marah.
6. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obat-obatan
terlarang seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin dan
obat
penenang lainnya.
7. Mempunyai Surat Izin mengemudi yang masih berlaku.
8. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
9. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri terhadap
tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk

Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian


ambulans:
1. Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus
menyelesaikan program pelatihannya.
2. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak
mematuhi peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon emergency atau
untuk transportasi pasien darurat. Ketika ambulans tidak dalam respon

6
emergency, maka peraturan yang berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan
non-darurat, juga berlaku untuk ambulans.
3. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak
menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan terutama jika
mengemudikan ambulans dengan ceroboh atau tidak memperdulikan
keselamatan orang lain.
4. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi
menggunakan alat- alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang
diatur oleh peraturan.
5. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan
emergensi untuk:
a. Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau
membahayakan nyawa orang lain.
b. Melewati lampu merah dan tanda berhenti.
c. Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak
membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
d. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah
memberi sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari
hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta benda.
e. Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke
arah
tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.

Pada dasarnya tugas di ambulans adalah lingkaran tugas yang terdiri atas
persiapan – respons - kontrol TKP - akses - penilaian awal keadaan penderita
dan resusitasi – ekstrikasi – evakuasi – transportasi ke rumah sakit yang sesuai,
lalu kembali ke persiapan.
1. Persiapan
Fase persiapan dimulai saat mulai bertugas atau kembali ke rumah sakit
setelah menolong penderita
2. Respons
Pengemudi harus dapat mengemudi dalam berbagai cuaca. Cara mengemudi
harus dengan cara defensif (defensive driving). Rotator selalu dinyalakan,
sirene hanya dalam keadaan terpaksa. Mengemudi tanpa mengikuti protokol,
7
akan mengakibatkan cedera lebih lanjut, baik pada dirisendiri, lingkungan
maupun penderita.
3. Kontrol TKP
Diperlukan pengetahuan mengenai daerah bahaya, harus diketahui cara
parkir, serta kontrol lingkungan.
4. Evakuasi dan transportasi penderita

AGD (Ambulan Gawat Darurat) harus mampu:


1. Berkomunikasi dengan pusat komunikasi, rumah sakit dan ambulans lainnya
2. Melakukan pertolongan pada persalinan
3. Melakukan transportasi pasien dari RS ke RS
4. Mampu menanggulangi gangguan A (airway), B (breathing), C (circulation)
dalam batas-batas Bantuan Hidup Dasar.
5. Juga dilengkapi dengan alat-alat fiksasi, stabilisasi dan transportasi
6. Dilengkapi dengan semua alat/obat untuk semua jenis kegawatdaruratan
medis.

B. Distribusi Ketenagaan
1. 1 (satu) pengemudi berkemampuan sebagai ambulans crew dan
berkomunikasi
2. 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD
3. 1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
Persyaratan Teknis Kendaraan :
1. Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
2. Warna kendaraan : abu-abu
3. Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency,
disamping kanan dan kiri tertulis : Ambulans dan logo RSB ASIH.
4. Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
5. Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
6. Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
7. Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat
8. Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien
9. Ruang penderita cukup luas. Tandu dapat dilipat.
10. Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat
penderita
11. Tempat untuk Tabung Oksigen
12. Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
13. Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yang dapat
digerakan
14. Meja yang dapat dilipat
15. Lemari obat dan peralatan
16. Tersedia peta wilayah dan detailnya
17. Sirine.
18. Lampu rotator warna merah dan biru
19. Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
20. Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia

Sirine
1. Sirene adalah alat peringatan audio.
2. Gunakan sirene dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirene hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirene dapat menambah rasa
9
takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain
cenderung tidak memberikan jalan karena dianggap sebagai
penyalahgunaan.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirene. Adanya bangunan,
pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi
sirene.
4. Selalu waspada terhadap manuver aneh pengemudi lain yang menjadi
panik karena suara sirene.
5. Jangan mengemudikan sirene secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain.
Gunakan klakson.
6. Jangan gunakan sirene untuk menakut-nakuti orang.

Lampu Rotator
1. Lampu isyarat isyarat yang digunakan oleh ambulans adalah berwarna
merah.
2. Lampu depan harus selalu dinyalakan dimanapun dan kapanpun berada.
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada
respon gawat darurat.

Kecepatan Dan Keselamatan


1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
tabrakan.
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti.
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengaman saat ambulans berjalan.

Kendaraan Pengiring Dan Forwarder


1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan karena
jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon pengemudi lain.
2. Tidak merekomendasikan iring-iringan ambulans dengan kendaraan lain
kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.

10
Jalur Alternatif
1. Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus
diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur
alternatif dapat segera dibuat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk dapat segera mencari jalur
alternatif.

Posisi Parkir Di Lokasi Kejadian


1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat, termasuk menentukan
area bahaya dan jalur evakuasi.
2. Ambulans diparkir sekurangnya 30 m dari lokasi kejadian jika ada tanda
bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada
tanda bahaya, ambulans diparkir sekurangnya 15 meter.
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah pengganjal roda.
4. Jika Anda adalah kendaraan penolong yang pertama datang, parkir di
belakang lokasi kejadian (dari arah datang), sehingga lampu peringatan
kita dapat memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda
lain diletakkan.
5. Jika lokasi kejadian telah diamankan, parkirlah di depan lokasi kejadian
untuk mencegah ambulans Anda tertabrak arus lalu lintas dari belakang.
6. Ambulans sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa, harus ada
orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulans memiliki
keterbatasan pandangan ke arah belakang

Tata tertib berkendara


1. Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator yang dihidupkan.
2. Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
3. Sirine dihidupkan, gunakan sirine dengan bijak dan hanya jika perlu.
4. Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan
bebas hambatan.
5. Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut
dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan
keadaan penderita setiap 15 menit.
6. Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
11
Standar Peralatan Ambulance adalah sebagai berikut :
AIRWAY EQUIPMENT
1. Laringoscope
2. Oropharyngeal Airway
3. Nasopharyngeal Airway
4. Endotracheal Tube
5. Mouth Gage
6. Magil Forcep
7. Tounge Spatel
8. Suction Manual
9. Suction Electric
10. Suction Canule
11. Xylocain Jelly

12
BREATHING EQUIPMENT CIRCULATION EQUIPMENT
1. Bag Valve Mask 1. Veno Catheter / IV Catheter
2. Nasal Canule 2. Infuse Set
3. Simple Mask 3. Infusion Fluid
4. Rebreathing Mask 4. Spuit
5. Non Rebreathing Mask 5. Tensimeter
6. Pocket Mask 6. Stetoscope
7. Oxygen Tube 7. Foley Catheter
8. Portable Oxygen Tube 8. Urine Bag
9. Steril Gauge
10. Roll Bandage
11. Trauma Bandage
12. Triangular Bandage
13. Elastic Bandage

EMERGENCY DRUG OTHER


1. Adrenalin / Ephyneprin 1. Bandage Scissor
2. Sulfas Atrophyn 2. Anatomy Pincet
3. Kalmethason 3. Cirurgy Pincet
4. Buscopan 4. Artery Clamp
5. Dextrose 40 % 5. Plester
6. Lasix 6. Pen light
7. Aminophylin 7. Thermometre
8. Cylocard 100 mg 8. Gastrictube / NGT
9. Neurobion 5000 9. Neirbeken
10. Lidocain 2 % 10. Urinal / Pispot
11. Diazepam 11. Handscoon
12. valium 10 mg 12. Masker
13. Nitrogliserin SL

13
Non Medis
1. Brancart
2. Lemari Alkes
3. Meja Instrument
4. Lembar observasi
5. Lembar Informed consent
6. Tempat sampah medis tertutup
7. Alat tulis ( ballpoint hitam, merah, biru )
8. Selimut
9. Lampu tindakan
10. Buku register rujukan
11. Kursi

14
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Petugas Penanggung Jawab


1. Seluruh petugas Rumah Sakit
a) Memahami dan menerapkan prosedur Ambulans
b) Memastikan ambulans dalam kondisi baik ketika digunakan
2. Supir Ambulans yang bertugas
Bertanggung jawab melakukan pemeliharaan Ambulans dan menyesuaikan
kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit
memastikan kebutuhan pasien terpenuhi sesuai dengan kondisinya.
3. Kepala Sub.Bag. Umum
Memastikan kruAmbulans memahami prosedur Ambulans dan
menerapkannya. Menyelidiki semua peralatan dan obat-obatan ambulan
tersedia .
4. Tim Keselamatan RS
a) Memantau dan memastikan Pedoman Ambulans dikelola dengan baik
oleh Kepala Sub.Bag. Umum
b) Menjaga standarisasi dalam menerapkan Pedoman Ambulans.

B. Prosedur Operasional Ambulans


Persiapan Ambulans. Suatu program preventif yang terencana pasti mencakup
perbaikan ambulans secara periodik.
1. Pemeriksaan Ambulans (mesin mati)
Berikut ini adalah langkah-langkah pemeriksaan yang dapat dilakukan ketika
ambulans berada di pangkalan:
a) Periksa seluruh badan ambulans. Cari kerusakan yang dapat
mempengaruhi jalannya pengoperasian yang aman.

15
b) Periksa roda dan ban. Periksa adanya kerusakan atau robeknya pelek
rodadan bagian luar ban. Gunakan alat pengecek/meteran tekanan untuk
memastikan semua ban mengembang dengan tekanan tepat.
c) Periksa spion dan jendela. Cari kaca yang pecah dan longgar dan periksa
apakah ada bagian yang hilang. Pastikan spion bersih dan diposisikan
dengan tepat sehingga didapatkan lapang pandang maksimum.
d) Periksa fungsi setiap pintu dan kunci.
e) Periksa bagian-bagian sistem pendingin. Periksa jumlah freon/bahan
pendingin. Periksa selang pipa sistem pendingin dari kebocoran atau
keretakan.
f) Periksa jumlah cairan kendaraan, termasuk minyak mesin dan pelumas
rem, air aki, dan pelumas setir.
g) Periksa aki. Jika jenisnya aki basah yang bisa diisi ulang, periksa jumlah
cairannya. Jika aki tipenya aki kering, nilai keadaannya dengan memeriksa
portal indikator.
h) Periksa kekencangan hubungan antar kabel dan tanda-tanda korosi.
i) Periksa kebersihan permukaan bagian dalam ambulans termasuk
dashboarddan periksa adanya kerusakan.
j) Periksa fungsi jendela. Pastikan bahwa permukaan dalam setiap jendela
bersih.
k) Tes fungsi klakson
l) Tes fungsi sirine untuk jarak dengar maksimum
m) Periksa sabuk pengaman. Pastikan setiap sabuk tidak rusak. Tarik setiap
sabuk dari gulungannya untuk memastikan bahwa mekanisme retraktor
bekerja dengan baik.
n) Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin sehingga bisa
mengendalikansetir dan pedal dengan optimal.
o) Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali panggilan
dimanapun kejadiannya.

16
2. Pemeriksaan Ambulans (Mesin Menyala)
Nyalakan mesin terlebih dahulu untuk memulai pemeriksaan selanjutnya.
Keluarkan ambulans dari ruangan penyimpanan jika mesin mengeluarkan
asap yang mungkin bias menjadi masalah. Set rem parkir, pindahkan
perseneling ke posisi parkir dan minta rekan Anda mengganjal roda sebelum
melakukan tahapan berikut :
a) Tes fungsi indikator yang terletak di dashboard untuk melihat apakah
lampu indikator dapat menyala dengan baik untuk menunjukkan adanya
kemungkinan masalah yang terjadi pada tekanan oli, suhu mesin, atau
sistemelektrikambulan lainnya.
b) Periksa meteran yang terletak di dashboard untuk pengoperasian
ambulansyang optimal.
c) Tes fungsi rem, injak rem kaki, catat apakah fungsi pedal rem sudah tepat
atau
berlebihan. Periksa tekanan udara rem kaki jika dibutuhkan.
d) Tes fungsi rem parkir (rem tangan). Pindahkan perseneling ke posisi
mengemudi.
Pindahkan kembali perseneling ke posisi parkir segera setelah Anda
memastikan
bahwa rem parkir berfungsi dengan baik.
e) Tes fungsi setir. Putar setir ke berbagai arah.
f) Periksa fungsi alat penyapu kaca (wiper) depan dan alat pencucinya
(washer). Kaca harus bisa disapu bersih setiap kali alat penyapu
digerakkan.
g) Tes fungsi lampu peringatan (warning lights) ambulans. Minta rekan Anda
berjalan mengitari ambulans dan memeriksa fungsi setiap lampu kilat
(flashing light) dan lampu putar (revolving light).
h) Tes fungsi lampu ambulans lainnya. Minta rekan Anda berjalan lagi
mengitari dan memeriksa ambulans. Pada kesempatan ini periksa lampu
depan (sinar jauh dan dekat), nyalakan lampu sinyal/weser (signal light),
lampu kilat perempatan (four way flasher), lampu rem (brake light), lampu
samping (side light) dan lampu belakang (rear light) untuk penerangan
tempat kejadian.

17
i) Periksa fungsi perlengkapan pemanas dan pendingin baik di
kompartemen
pengemudi maupun kompateman pasien. Lakukan juga pemeriksaan alat
isap
(suction) on-board pada kesempatan ini jika mesin sedang menyala.
j) Periksa cairan perseneling.
k) Operasikan perlengkapan komunikasi. Lakukan uji radio portabel dan
demikian pula dengan radio terfikrsir serta alat komunikasi radio telepon
lain.

3. Pemeriksaan Persediaan dan Perlengkapan Kompartemen Pasien


Periksa persediaan dan perlengkapan perawatan serta perlengkapan ”life
support”. Pastikan bahwa telah dilakukan pemeriksaan atas setiap peralatan
yang harusdibawadalam ambulans, dengan mencatat setiap temuan pada
laporan pemeriksaan.
Peralatan tersebut tidak sekedar diidentifikasi, namun harus diperiksa pula
kelengkapan, keadaan, dan fungsinya. Beberapa hal yang perlu dilakukan
pemeriksaan meliputi:
a) Periksa tekanan tabung oksigen.
b) Pompa bidai udara dan periksa apakah ada kebocoran.
c) Pastikan semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan
baik.
d) Periksa juga apakah peralatan penyelamatan berdebu dan berkarat.
e) Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan bahwa setrum
aki berfungsi dengan baik.
f) Untuk perlengkapan khusus, seperti defibrilator eksterna otomatis
(AED) membutuhkan pemeriksaan tambahan.
g) lengkapilah laporan pemeriksaan Anda. Perbaiki segala kekurangan. Ganti
barang- barang yang hilang. Pastikan pengawas Anda mengetahui adanya
kekurangan
yang tidak bisa Anda perbaiki langsung.
h) Di akhir pemeriksaan, bersihkan unit ambulan
untukmengendalikankemungkinan adanya infeksi dan untuk memperbaiki
tampilan.
18
Prosedur Petugas di Dalam Ambulans:
1. Mempersiapkan pelayanan.
2. Melaksanakan serah terima pasien dengan petugas di tempat pelayanan /
lokasi awal ke petugas ambulans.
3. Memindahkan pasien dari tempat /lokasi awal ke ambulans.
4. Mempertahankan kondisi pasien meliputi Airway, Breathing, Circulation agar
tetap stabil selama perjalanan.
5. Melakukan observasi dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi, bila
perlu menghubungi unit IRD yang akan dituju.
6. Melakukan tindakan apabila ada gangguan pada Airway, Breathing,
Circulation.
7. Setelah tiba di tempat tujuan, melakukan serah terima pasien kepada
petugas di tempat tujuan.

ProsedurPelayanan Medis/ Paramedis di Ambulans


 Persiapan Pelayanan
1. Memastikan tempat tersedia dengan menghubungi di rumah sakit yang
dituju dengan cara menelpon.
2. Memastikan kondisi ambulans telah siap untuk pelayanan.
3. Memastikan alat-alat medis dan non medis di ambulans dalam keadaan rapi
dan siap pakai dan melaksanakan checklist daftar tilik peralatan medis dan
non medis di ambulans.
4. Mencatat nama petugas yang berangkat (pada daftar petugas) pada buku
register rujukan.
5. Petugas mencuci tangan.
6. Petugas memakai alat pelindung diri.

 Melakukan Serah Terima Pasien dengan Petugas ditempat Pelayanan/Lokasi


Awal.
1. Petugas mendatangi lokasi, menemui petugas di lokasi pelayanan awal.
2. Memberi salam, menyapa dan memperkenalkan diri sebagai petugas
ambulans.

19
3. Menanyakan/konfirmasi identitas pasien yang akan diangkut dengan
ambulans, meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, diagnosis
sementara.
4. Mencatat instruksi dokter tentang hal-hal yang harus diperhatikan/ diberikan
kepada pasien selama perjalanan.
5. Mencatat jenis dan dosis obat serta alat yang diperlukan selama perjalanan :
a.Adrenalin inj : 10 Amp
b.Efedrin inj : 10 Amp
c. Aminofilin : 10 Amp
d.Dopamin : 10 Amp
e.Atropin : 10 Amp
f. Lidocain : 10 Amp
g. Dexamethason : 10 Amp
6. Mencatat keadaan pasien sebelum berangkat, meliputi diagnosis, tanda vital
( kesadaran, tensi, nadi, suhu, kecepatan respirasi ) dan problem yang
sedang dihadapi ( mencakup problem airway, breathing, circulation ).
7. Meminta surat rujukan ( bila ada ).
8. Menanyakan kondisi umum pasien apakah pasien telah siap dipindahkan ke
ambulans, antara lain :
” Apakah pasien sudah bisa dipindahkan ke ambulans ? ”

 Memindahkan Pasien Ke Ambulans


1. Memastikan kondisi pasien dalam keadaan siap untuk dipindahkan ke
ambulans dengan cara melakukan pemeriksaan A B C
2. Mengambil brancart dari ambulans dan dibawa ke lokasi pasien berada.
3. Memindahkan pasien ke brancart .
4. Memasukkan brancart berisi pasien ke dalam ambulans.
5. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin di dalam ambulans.
6. Petugas mengambil posisi sesuai dengan tugasnya.
7. Sopir duduk di kursi pengemudi .
8. Memposisikan pasien senyaman mungkin sesuai dengan kondisinya.
9. 1 orang paramedis operator alat medis di sebelah kiri pasien (
menyesuaikan kondisi pasien ).

20
 Petugas memberi komando kepada sopir agar ambulans segera berjalan, lampu
rotator dinyalakan, sirene dibunyikan menyesuaikan kondisi jalan.
 Mempertahankan keadaan ABC pasien agar tetap stabil selama perjalanan dan
melakukan tindakan jika terjadi kegawatdaruratan.
 Mencatat semua perubahan yang meliputi kesadaran, vital sign ( nadi,
pernafasan, tekanan darah ) pasien/obat yang diberikan selama perjalanan.
1. Menghitung denyut nadi arteri radialis klien
a. Meminta klien duduk dengan posisi yang nyaman dan rileks dan
meletakan kedua tangan di atas paha.
b. Memberitahukan kepada klien bahwa akan dilakukan penilaian denyut
nadi yang bertujuan untuk menilai apakah terjadi perubahan denyut
nadi.
c. Mencari arteri radialis pada tangan kiri dengan cara menggunakan
tiga jari dan hitung selama 60 detik sekaligus melakukan juga
penilaian terhadap ritme / irama ( reguler / irreguler ) dan kekuatan
denyut nadi (kuat / cukup / lemah).
d. Memberitahukan hasil perhitungan dan mengucapkan terima kasih.
e. Mencatat hasil pada status.
2. Menghitung pernafasan
a. Klien tetap dalam posisi duduk dan memberitahukan kepada klien
bahwa akan dilakukan penghitungan pernafasan untuk mengetahui
apakah klien mengalami sesak nafas / tidak.
b. Meminta klien meletakan tangan kanan ke dinding dada sebelah kiri.
c. Meletakkan arloji ditempat yang mudah dilihat jarum detiknya.
d. Mengamati irama gerakan tangan yang berada di dinding dada
sebelah kiri dan menghitung frekuensi gerakan pernafasan selama 60
detik.
e. Memberitahukan hasil pengukuran, mencatat pada status.
3. Mengukur tekanan darah klien
a. Menyiapkan alat tensimeter dan stetoskop.
1). Memeriksa manset, skrup dan pompa apakah ada kebocoran
atau tidak.

21
2). Memposisikan air raksa pada reservoirnya dan membuka kunci air
raksa pada posisi on, manset dalam keadaan kosong tanpa ada
udara setelah itu tutup skrup pada pompa.
b. Menyiapkan klien
1). Meminta klien untuk diperiksa dengan santai dan posisi kaki tidak
menyilang.
2). Meminta klien untuk membuka lengan baju sampai bahu, sehingga
lengan bebas dari tekanan baju. Bila lengan baju menekan lengan
kiri atas, klien diberi kain penutup bagian atas tubuh dan meminta
klien membuka baju sehingga lengan kiri bebas dari tekanan (
terbuka ).
3). Meletakan tensi meter di atas meja dan mengukur tinggi air raksa
sejajar dengan letak jantung klien. Bila letak jantung lebih rendah
dari batas bawah air raksa, maka klien diberi alas tempat duduk
sehingga batas bawah air raksa sejajar jantung atau bila batas
bawah air raksa lebih rendah dari batas jantung, maka tensi meter
diberi alas agar tingggi air raksa sejajar jantung. Posisi tensi meter
di ambulans biasanya tetap, jadi harus disesuaikan dengan realita
di ambulans. Tidak bisa sama dengan yang di poli.
c. Mengukur tekanan darah
1). Memberitahu pada klien dan atau keluarganya dengan suara
lembut dan ramah bahwa akan dilakukan pengukuran tekanan
darah untuk mengetahui keadaan tekanan darah klien.
2). Meminta klien meletakkan lengan kiri di atas meja.
3). Meraba arteri brachialis lengan kiri yang terletak pada sisi medial
lengan atas (dengan cara meminta klien meluruskan lengan kiri
dengan telapak tangan di atas. Meraba dengan 2 jari tangan
telunjuk dan tengah pada tepi lateral lengan mulai dari kelingking
sampai ke lengan atas, dan meraba denyut arteri brachialis lengan
kiri.
4). Memasang manset pada lengan atas dan meletakkan pipa karet
tepat di atas arteri brachialis ( pada sisi dalam lengan atas ) dan
sisi bawah manset ± 2,5 cm di atas fossa ante cubiti dengan
posisi lengan penderita sedikit fleksi pada siku.
22
5). Menanyakan pada klien apakah manset terlalu ketat / longgar. Bila
terlalu ketat dilonggarkan.
6). Menghubungkan pipa manset dengan pipa tensi meter.
7). Meraba arteri brachialis yang berada di fossa cubiti untuk
menentukan letak stetoskop.
8). Meraba denyut nadi arteri radialis yang berada di pergelangan
tangan dengan 3 jari dilanjutkan dengan memompa pompa tensi
meter secara perlahan-lahn sambil mata menatap naiknya air raksa
dalam tabung tensi meter. Teruskan memompa sampai
dengan arteri radialis tidak teraba tentukan batas air raksa dan
teruskan memompa dengan menambah 30 mm Hg di atas batas
tersebut ( nadi tidak teraba ).
9). Memasang earpiece stetoskop langsung tepat pada lubang
dikedua telinga.
10). Meletakan ujung/corong stetoskop di atasarteri brachialis di fossa
cubiti.
11). Melepaskan klep pompa tensi meter perlahan-lahan ( 2-3 mm per
detik ), mendengarkan denyut arteri brachialis sambil mata sejajar
mengikuti turunnya permukaan air raksa.
12). Memastikan tinggi air raksa saat terdengar perubahan detakan
pertama arteri brachialis ( korotkoff I ) : disebut tekanan Sistole.
13). Melanjutkan, menurunkan air raksa saat terjadi perubahan suara
yang tiba-tiba melemah (korotkoff IV) : disebut tekanan Diastole.
14). Melepas stetoskop dari telinga dan melepas manset dari lengan
ibu
15). Membersihkan earpiece dan bel / diaphragma stetoskop dengan
kapas alkohol.
16). Menutup klep air raksa dan melipat manset serta mengembalikan
manset ke dalam bak tensi meter.
17). Menginformasikan pada klien hasil pengukuran, mencatat pada
kartu status ibu.
18). Menanyakan kepada klien apakah ada yang ingin ditanyakan
tentang hasil tekanan darahnya.

23
 Mencatat keadaan pasien saat tiba di rumah sakit tujuan.
 Sampai di unit IRD, persiapan untuk serah terima pasien kepada petugas IRD,
dengan cara :
1. Petugas ambulans menemui petugas IRD.
2. Memberi salam, menyapa dan memperkenalkan diri sebagai petugas
ambulans.
3. Menyerahkan surat rujukan dan catatan berisi perkembangan kondisi
pasien selama dalam perjalanan.
4. Memastikan keadaan pasien siap dipindahkan .
 Mengeluarkan pasien dengan brancart dari ambulans dan menyerahkan
kepada petugas IRD.
 Memindahkan pasien ke bed IRD kemudian mengembalikan brancart ke
ambulans.

 PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Mencatat nama petugas yang berangkat.
2. Mencatat identitas pasien dan informasi dasar ( diagnosis sementara,
tanda vital, problem pasien ) berdasarkan informasi dari lokasi awal.
3. Mencatat perkembangan kondisi pasien selama perjalanan.
4. Mencatat tindakan yang dilakukan dan obat yang diberikan kepada pasien
selama perjalanan.
5. Menyerahkan catatan rekam medis kepada petugas IRD.

 KEGIATAN PASCA PELAYANAN


1. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan (Lihat SOP Strerilisasi Alat
).
2. Merapikan dan mengembalikan alat medis ke tempat semula.
3. Mengumpulkan dan membuang sampah medis pada tempat sampah
medis.
4. Mengumpulkan dan membuang sampah non medis ke tempat sampah
non medis.
5. Memastikan ambulans siap dipakai kembali
6. Petugas mencuci tangan

24
Kondisi Khusus
a. Penolakan Perawatan
1. Pasien dapat melakukan penolakan dengan kriteria:
a) Sadar
b) Berusia lebih dari 17 tahun dan atau sudah menikah
2. Selain kriteria di atas, penolakan hanya dapat dilakukan oleh keluarga
terdekat
3. Pasien/keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakitnya,
tindakan yang harus dilakukan dan risikonya serta risiko tidak dilakukan
tindakan
4. Inform consent harus didokumentasikan dengan benar
b. Perawatan Atau Transportasi Minor
1. Minor adalah orang yang berusia kurang dari 18 tahun dan atau belum
menikah
2. Inform consent harus dilakukan oleh orang tua atau wali
3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera bersifat
mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa
persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus diberitahu. Situasi ini harus
dicatat dengan baik
4. Jika orang tua atau wali menolak tindakan dan kondisinya tidak
mengancam jiwa, mereka harus dijelaskan dan diyakinkan tentang
kemungkinan yang akan terjadi. Jika tetap menolak, bantuan perawatan
dan transportasi harus dihentikan. Kejadian ini harus didokumentasikan
5. Jika orang tua arau wali tidak ada di tempat kejadian, perawatan dan
transportasi dapat dilakukan dengan pemberitahuan kepada pihak
keamanan (Polisi).
c. Kematian Yang Belum Dipastikan
1. Jika timbul kondisi DOA (death on arrival) atau kematian yang belum
ditetapkan, tindakan resusitasi harus terus dilakukan
2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik,
termasuk waktu, tempat dan nama kru yang ada

25
BAB V
PENUTUP

Dengan telah tersusunnya Pedoman Pelayanan Ambulans RSB ASIH ini,


harapan kami semoga dapat dijadikan sebagai pegangan bagi petugas Ambulans.
Untuk petugas diluar Ambulans diharapkan buku ini bisa membantu mengenal
Prosedur Ambulans RSB ASIH secara singkat.

26
PEDOMAN PELAYANAN AMBULANCE

RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH METRO


TAHUN 2014

27
DAFTAR ISI

SK Direktur RS Bersalin Asih Tentang PedomanPelayanan Ambulans

BABI Pendahuluan
BAB III Standar Fasilitas
BAB IV Tata Laksana
BAB V Penutup

28
DAFTAR ISI

Halaman
SK Pemberlakuan Pedoman 1
BAB I Pendahuluan 3
BAB II Standar Ketenagaan 6
BAB III Standar Fasilitas 9
BAB IV Tata Laksana 15
BAB V Penutup 26

29

You might also like