You are on page 1of 12

KEHIDUPAN MASYARAKAT ZAMAN PRAAKSARA

Nama: Hanif Ramadhan


Kelas: X Mipa 2
Absen: 20
Daftar Isi
1. Pembagian Zaman Praaksara

a. Zaman Batu....................................................................................... 1

b. Zaman Perunggu............................................................................... 7

2.Corak kehiidupan Masyarakat Praaksara

a. Pola Kehidupan................................................................................. 8

b. Mata Pencaharian.............................................................................. 8

c. Sistem Kepercayaan.......................................................................... 10

3.Perkembangan Teknologi Zaman Praaksara

a. Kebudayaan Gandong....................................................................... 10

b. Kebudayaan Pacitan.......................................................................... 11

c. Kebudayaan Kjokenmodinger........................................................... 11

d. Kebudayaan Abris Sous Rouche....................................................... 11


1. Pembagian zaman praaksara
A.Zaman Batu

Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia terbuat
dari batu, meskipun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang.
Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, maka zaman batu dibedakan lagi menjadi
tiga periode:
a. Zaman Batu Tua (Zaman Palaeolithikum)
Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari
sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan
makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu
bercocok tanam.
 Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
1.Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)
2. Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)

 Alat-alat yang dihasilkan antara lain:


kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang
binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas
makanan)
b. Zaman Batu Tengah (Zaman Mesolithikum)
1. Ciri zaman Mesolithikum:
o Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
o Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih
merupakan alat-alat batu kasar.
o Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger
(sampah dapur)
o Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek
(hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang
dibelah.
o Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Flores.
o Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa
Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata
panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.
2. Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
o Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
o Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
o Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)
3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua—Melanosoid
c. Zaman Batu Muda (Zaman Neolithikum)
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia
sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
4. Pakaian dari kulit kayu
5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-
Indocina)
d. Zaman Batu Besar (Zaman Megalithikum)
Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum,
antara lain:
a. Menhir:
1. Tugu batu atau tiang batu yang terbuat dari batu tunggal dan ditempatkan pada
suatu tempat tertentu
2. Berfungsi sebagai tempat pemujaan Roh nenek moyang dan tanda peringatan orang
yang telah meninggal dunia.
3. Ditemukan di Sumatra, Sulawesi Tengah, Kalimantan.
b. Dolmen:
1. Meja batu tempat untuk meletakkan sesaji yang akan dipersembahkan kepada roh
nenekmoyang.
2. Di bawah dolmen biasanya terdapat kubur batu
3. Ditemukan di Sumatra Barat, Sumbawa.
c. Sarkofagus:
1. Peti jenazah yang terbuat dari batu utuh (batu tunggal)
2. Sarkofagus yang ditemukan di Bali sampai sekarang tetap dianggap keramat dan
memiliki kekuatan magis oleh masyarakat setempat
d. Kubur batu:
1. Peti jenazah yang terdiri dari lempengan batu pipih
2. Ditemukan di daerah kuningan Jawa Barat
e. Punden berundak:
1. Bangunan suci tempat memuja roh nenek moyang yang dibuat dengan bentuk
bertingkat-tingkat.
2. Ditemukan di daerah Lebak Cibedug, Banten
f. Waruga:
1. Kubur batu yang berbentuk kubus dan terbuat dari batu utuh.
2. Ditemukan di Sulawesi Tengah dan Utara

g. Arca:
1. Patung yang menggambarkan manusia maupun binatang
2. Binatang yang dibuat arca antara lain kerbau, gajah, kera
3. Ditemukan di Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur.
A. Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina
(pusat kebudayaan) ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah
dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :

a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di


Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
b. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin.
Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
c. Bejana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor
(Jawa Barat)
2. Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara
A. Pola Hunian

Dalam buku Indonesia Dalam Arus Sejarah, Jilid I diterangkan tentang pola hunian
manusia purba yang memperlihatkan dua karakter khas hunian purba yaitu, kedekatan
dengan sumber air dan kehidupan di alam terbuka. Pola hunian itu dapat dilihat dari letak
geografis situs-situs serta kondisi lingkungannya.

Beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian seperti itu adalah situs-situs purba di
sepanjang aliran Bengawan Solo (Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi, dan
Ngandong) merupakan contoh-contoh dari adanya kecenderungan manusia purba
menghuni lingkungan di pinggir sungai.

B. Mata Pencaharian
1. Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)
Corak kehidupan masyarakat praaksara diawali dengan masa berburu dan meramu
(food gathering). Manusia kala itu bertahan hidup dengan mengandalkan ketersediaan
makanan dari alam seutuhnya. Oleh karena itu, mereka hidup berpindah pindah
(nomaden).

Pola kehidupan nomaden manusia purba dilakukan karena alasan berkurangnya binatang
buruan dan umbi-umbian di daerah yang ditinggali, musim kemarau membuat binatang
buruan berpindah tempat, serta karena mereka ingin menemukan daerah yang bisa
mencukupi kebutuhan hidupnya kembali. Manusia pada masa berburu dan meramu hidup
mengembara dengan menjadikan goa goa sebagai hunian keluarganya. Sebagian lain ada
pula yang tinggal di daerah pantai. Hal ini didasari oleh penemuan beberapa artefak
seperti kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, alat serpih, dan
alat-alat dari tulang lainnya pada daerah-daerah tersebut. Kendati demikian alat-alat
tersebut terbilang masih sangat sederhana dan kasar.

2. Masa Bercocok Tanam (Food Producing)

Masa berburu dan meramu kemudian mulai ditinggalkan karena dirasa kurang efekif.
Mereka mulai hidup menetap dan menanam tanaman untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya sendiri. Bila tanah yang ditanami sudah tidak subur lagi, barulah mereka
berpindah untuk mencari lahan baru untuk ditanami.

Pada masa bercocok tanam, manusia purba sudah mengenal beberapa alat dengan
teknologi sederhana seperti mata panah, gerabah, beliung persegi, kapak lonjong,
perhiasan, serta bangunan megalitikum keagamaan seperti menhir, dolmen, punden
berundak, sarkofagus, kubur batu, waruga, arca.

3. Masa Pertanian

Corak kehidupan masyarakat praaksara mulai berubah kembali setelah


ditemukannya tanaman padi. Setelah penemuan tersebut, sistem pertanian
semakin tertata dan berkembang. Mereka pun mulai memelihara binatang ternak
untuk memenuhi kebutuhannya akan daging.

Pada masa pertanian, manusia purba mulai mengenal beragam ilmu pengetahuan. Sistem
sosial kemasyarakatan juga berkembang dengan baik dengan didirikannya hunian bagi
rumah mereka sendiri. Bahasa mulai dikenal dan digunakan sebagai alat komunikasi.
Selain itu, mereka juga mengenal adanya kepercayaan dan ilmu perbintangan.
Hasil budaya masyarakat praaksara pada masa pertanian sudah cukup halus dan modern
dengan ditemukannya berbagai perkakas seperti kapak persegi, kapak lonjong, nekara,
gerabah, kapak perunggu, serta benda-benda megalitik lainnya.

4. Masa Perundagian

Masa perundagian atau masa pertukangan adalah masa dimana corak kehidupan
masyarakat praaksara ditandai dengan adanya teknologi pembuatan berbagai perkakas
untuk menunjang kehidupan. Masa perundagian dilatarbelakangi oleh jumlah penduduk
yang semakin bertambah, pengalaman dari kegiatan pertanian, serta perkembangan
kemampuan akal.
Pada masa ini, manusia purba mulai mengenal dan dapat memperkirakan gejala alam,
sistem sosial yang tertata, cara melebur bijih logam. Oleh karena itu, pada masa ini kita
dapat menemukan berbagai peninggalan perkakas yang terbuat dari besi, perunggu, dan
logam jenis lainnya.
C. Sistem Kepercayaan
Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, kepercayaan asli merupakan bentuk
kerohanian yang khas dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kepercayaan asli
sering disebut dengan agama asli atau religi. beberapa kepercayaan di Indonesia,
diantaranya animisme, dinamisme dan totemisme.

 Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Awal


munculnya kepercayaan animisme ini didasari oleh berbagai pengalaman dari
masyarakat yang bersangkutan. Misalnya pada daerah di sekitar tempat tinggal
terdapat sebuah batu besar.

Masyarakat yang melewati batu besar tersebut mendengar keganjilan seperti suara
minta tolong, memanggil namanya, dan lain-lain. Namun begitu dilihat mereka tidak
menemukan adanya orang atau apapun.

 Dinamisme adalah suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua benda


mempunyai kekuatan gaib, misalnya gunung, batu, dan api. Bahkan benda-benda
buatan manusia seperti patung, tombak, jimat dan lain sebagainya.

 Totemisme merupakan keyakinan bahwa binatang tertentu merupakan nenek


moyang suatu masyarakat atau orang tertentu. Binatang yang dianggap nenek
moyang antara masyarakat yang satu dengan lainnya berbeda-beda. Biasanya
binatang nenek moyang tersebut disucikan, tidak boleh diburu dan dimakan, kecuali
untuk upacara tertentu.

3. Perkembangan Teknologi Zaman Praaksara


A. Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong berkembang di daerah Ngandong dan juga Sidorejo, dekat
Ngawi. Di daerah ini banyak ditemukan alat-alat dari batu dan juga alat-alat dari tulang.
Alat-alat dari tulang ini berasal dari tulang binatang dan tanduk rusa yang diperkirakan
digunakan sebagai penusuk atau belati. Selain itu, ditemukan juga alat-alat seperti
tombak yang bergerigi. Di Sangiran juga ditemukan alat-alat dari batu, bentuknya indah
seperti kalsedon. Alat-alat ini sering disebut dengan flake. Sebaran artefak dan peralatan
paleolitik cukup luas sejak dari daerah-daerah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali,
Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Halmahera.
B. Kebudayaan Pacitan

Kebudayaan ini berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. von Koeningwald dalam
penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan beberapa hasil teknologi bebatuan atau
alat-alat dari batu di Sungai Baksoka dekat Punung. Alat batu itu masih kasar, dan bentuk
ujungnya agak runcing, tergantung kegunaannya. Alat batu ini sering disebut dengan
kapak genggam atau kapak perimbas. Kapak ini digunakan untuk menusuk binatang atau
menggali tanah saat mencari umbi-umbian. Di samping kapak perimbas, di Pacitan juga
ditemukan alat batu yang disebut dengan chopper sebagai alat penetak. Di Pacitan juga
ditemukan alat-alat serpih.

C. Kebudayaan Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding
dapat diartikan sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan
budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan
kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh
sampai Medan. Dengan kjokkenmoddinger ini dapat memberi informasi bahwa manusia
purba zaman Mesolitikum umumnya bertempat tinggal di tepi pantai.

Pada tahun 1925 Von Stein Callenfals melakukan penelitian di bukit kerang itu dan
menemukan jenis kapak genggam (chopper) yang berbeda dari chopper yang ada di
zaman Paleolitikum. Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang di pantai Sumatra
Timur ini diberi nama pebble atau lebih dikenal dengan Kapak Sumatra. Kapak jenis
pebble ini terbuat dari batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi
bagian dalam dikerjakan sesuai dengan keperluannya. Di samping kapak jenis pebble
juga ditemukan jenis kapak pendek dan jenis batu pipisan (batu-batu alat penggiling). Di
Jawa batu pipisan ini umumnya untuk menumbuk dan menghaluskan jamu.

D. Kebudayaan Abris Sous Roche

Kebudayaan abris sous roche merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-gua.
Hal ini mengindikasikan bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di gua-
gua. Kebudayaan ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenfels di Gua
Lawa dekat Sampung, Ponorogo. Penelitian dilakukan tahun 1928 sampai 1931.
Beberapa hasil teknologi bebatuan yang ditemukan misalnya ujung panah, flakke, batu
penggilingan. Juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris
sous roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah
Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.
Daftar Pustaka
http://rangraha.blogspot.co.id/2016/02/zaman-batu-dan-peninggalannya_3.html
http://maarifuru-ic.blogspot.co.id/2015/01/zaman-batu-dan-zaman-logam-beserta.html
http://www.ipsmudah.com/2017/03/corak-kehidupan-masyarakat-praaksara.html
http://www.kuttabku.com/2016/12/corak-dan-pola-hunian-kehidupan-masyarakat-pada-
zaman-praaksara-atau-zaman-manusia-purba.html
http://www.sejarah-negara.com/2014/09/sistem-kepercayaan-masyarakat-praaksara.html
http://hoethealth.blogspot.co.id/2015/09/perkembangan-teknologi-masa-praaksara.html

You might also like