Professional Documents
Culture Documents
Biasanya bakteri berkembang biak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut
atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Bila bakteri sampai ke hidung, maka hidung
akan berair. Peradangan bisa menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring) dan
menyebabkan pembengkakan sehingga saluran udara menyempit dan terjadi gangguan
pernafasan.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun
makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri
melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan bisa
menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf.
Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini banyak bergantung pada efek eksotoksin
yang diproduksi. Toksin menghambat pembuatan protein sel sehingga sel mati. Nekrosis
jaringan pada tempat menempelnya kuman akan menunjang perkembang-biakan kuman dan
produksi toksin selanjutnya, serta pembentukan membran yang melekat erat pada dasarnya.
Basil hidup dan berkembang biak pada traktus respiratorius bagian atas, terlebih bila
terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus dan lain-lain. Tetapi walaupun jarang, basil
dapat pula hidup pada daerah vulva, telinga dan kulit.
Pada tempat ini basil membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.
Pseudomembran dapat timbul lokal atau kemudian menyebar dari faring atau tonsil ke laring
dan seluruh traktus respiratorius bagian atas sehingga menimbulkan gejala yang lebih berat.
Kelenjar getah bening sekitarnya akan mengalami hiperplasia dan mengandung toksin.
Penatalaksanaan Difteri
Pengobatan Umum (Buku kuliah ilmu kesehatan anak FKUI, 1999) :
1. Anti Diphteri Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000U/hari selam 2 hari berturut-turut,
dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata.
2. Antibiotika, penicillin prokain 50.000U/kgBB/hari sampai 3 hari bebas panas. Pada
penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari,
dibagi 4 dosis.
3. Kortikosteroid, dimaksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang
sangat berbahaya. Dapat diberikan prednisone 2mg/kgBB/hari selama 3 minggu yang
kemudian dihentikan secara bertahap
Menurut Ngastiyah (1997), : Penatalaksanaan keperawatan pada pasien difteri yaitu
pasien dirawat dikamar isolasi yang tertutup. Petugas harus memakai skort (celemek) dan
masker yang harus diganti tiap pergantian tugas atau bila kotor. Harus disediakan pula
perlengkapan cuci tangan, desinfektan sabun, lap atau handuk yang kering. Juga tempat untuk
merendam alat makan yang diisi dengan desinfektan.
Auskultasi :
Dada : Terdengar ronchi dan wheezing/tidak
Abdomen : Terdengar bising usus/tidak
Perkusi :
Perut : Ada kembung/tidak
Reflek patella kanan/kiri positif/tidak
2. Diagnosa Keperawatan
Dari beberapa data yang di dapatka pada pasien difteri, kami menyimpulkan diagnosa
yang dapat muncul yaitu :
1. Pola nafas napas tidak efektif b/d edema laring.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
3. Nyeri akut b/d proses inflamasi.
Sumber : (Diagnosa Keperawatan : defiisi dan klasifikasi 2009-2011/editor, T.
Heather Herdman ; ahli bahasa, Made Surmawati, Dwi Widiatri, Estu Tiar ; editor edisi
bahasa Indonesia, Monica Ester, – Jakarta : EGC, 2010 ).
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
Dx Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Sumber : ( Buku saku diagnosa dengan intervensi NIC dan criteria hasil NOC/ Judith M.
Wilkinson : ahli bahasa, Widyawati.. [et al.] : editor edisi Bahasa Indonesia, Eny Meiliya,
Monica Ester. – Ed. 7. – Jakarta : EGC, 2006.)
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
Setelah di lakukan implementasi, maka evaluasi kita kepada pasien yaitu :
1. Pola nafas pasien kembali normal, dan pasien tidak mengalami dypnea lagi
2. Nutrisi pasien dapat terpenuhi, dan berat badan dapat bertambah
3. Nyeri yang di alami pasien dapat berkurang, dan juga bisa nyerinya akan hilang