Professional Documents
Culture Documents
“Padi Organik”
7. Deti Aisah
BOGOR
2017
1
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih, yang
telah membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam membuat laporan ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi perbaikan laporan ini agar menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.
Penulis
i
ii
Daftar Isi
iii
iv
Daftar Gambar
v
Daftar Lampiran
Gambar 5. Penanaman....................................................................................................106
vi
Daftar Tabel
1
BAB I PENDAHULUAN
2
berkelanjutan dengan kebijakan program nasional serta mengembalikan sumber daya
yang hilang, dimana salah satunya merupakan menjaga kelestarian daratan, maka sudah
seyogyanya untuk menjaga kelestarian lahan pertanian yang merupakan sumber makanan
pokok masyaraka, maka satu-satunya alternatif untuk mengembalikan kelestarian lahan
pertanian adalah dengan pertanian organik, yaitu pertanian yang kembali ke alam, tanpa
menggunakan pupuk kimia ataupun pestisida. Pertanian yang bebas dari substansi kimia
yang mampu merusak lingkungan serta merusak kesehatan. Solusi masalah yang dapat
diambil dengan kegiatan pengembangan pertanian organik padi yaitu meningkatkan
kualitas serta kuantitas dari segala aspek kehidupan baik itu sosial, ekonomi, juga segi
lingkungan itu sendiri. Ketentuan mengenai kaidah-kaidah pertanian organik yang
diterapkan di Indonesia adalah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia untuk Sistem
Pangan Organik yaitu SNI Nomor 6729 Tahun 2002 yang diikuti oleh Permentan Nomor
64 Tahun 2013.
Pertanian organik sebenarnya bukan hal yang baru, termasuk budidaya tanaman
padi. Sudah sejak dahulu nenek moyang kita membudidayakan padi tanpa bahan kimia
yang saat ini di istilahkan pertanian organik. Namun, kini beras organik dikatakan
sebagai hal baru setelah puluhan tahun belakangan ini padi hanya dibudidayakan secara
non-organik.
Pengaplikasian pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan pada pembudidayaan
padi no-organik, maka berasnya pun menganduing residu pestisida. Padahal residu ini
sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, bahkan pembudidayaan non-organik itupun
mengancam kelestarian lingkungan.
Ditinjau dari perhitungan ekonomis, pertanian non-organik makin tidak dapat di
pertanggungjawabkan karena harga sarana produksi pertanian sudah makin mahal.
Akibatnya hasil akhir berupa keuntungan petani pun semakin kecil atau bahkan merugi.
Kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan sudah mendorong
masayarakat pertanian untuk kembali kesistem pertanian organik, karena produk yang
diharapkan bebas residu pestisida dan pupuk kimia. Selain ramah lingkungan, biaya
untuk pertanian organikpun sangat rendah karena pupuk dan pestisida yang digunakan
berasal dari alam sekitar petani. Bila dibeli harganya pun relative murah.
Walaupun banyak keuntungan membudidayakan padi secara organik, masih banyak
petani yang tidak tahu caranya, maka melalui tulisan ini kiranya dapat menjadi bahan
informasi kepada petani agar terwujud budidaya padi secara organik.
3
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas praktik mata kuliah sistem pertanian organik
(SPO).
2. Untuk membina mahasiswa STPP Bogor supaya mau dan mampu melaksanakan
budidaya atau bercocok tanam padi secara organik.
3. Menumbuhkan jiwa pertanian bagi mahasiswa STPP Bogor yang cinta akan
lingkungan.
4. Menuntut mahasiswa STPP Bogor supaya berani terjun kelapangan (sawah),
sehingga timbul rasa tidak takut kotor.
1.3 Kegunaan
1. Menambah wawasan bagi mahasiswa STPP Bogor khususnya dan pihak lain yang
terkait pada umumnya.
2. Menambah pengalaman bagi mahasiswa STPP Bogor dibidang pertanian,
khususnya pada tanaman padi yang dibudidayakan secara organik.
3. Mahasiswa STPP Bogor mampu melaksanakan budidaya tanaman padi secara
organik dari mulai pengolahan tanah sampai dengan pascapanen.
4. Mahasiswa STPP Bogor menjadi berani kotor untuk terjun secara langsung ke
lapangan.
5. Laporan praktikum ini dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan pembelajaran
bagi mahasiswa STPP Bogor khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya
terkait dengan proses budidaya tanaman padi secara organik.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
mengecewakan dikemudian hari. Sistem pertanian organik mempunyai kelebihan antara
lain:
tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia, sehinggatidak menimbulkan pencem
aran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak
mengandung racun; tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan
tanaman non-organik; dan harga jual produk tanaman organik lebih mahal.
Sedangkan kekurangan dari sistem pertanian organik antara lain: kebutuhan
tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit karena
pada umumnya pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan secara manual
sehingga apabila menggunakan pestisida alami, maka perlu dibuat sendiri karena
pestisida ini belum ada di pasaran; dan penampilan fisik tanaman organik kurang bagus
(misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan
tanaman yang dipelihara secara non-organik Sehingga, dalam bercocok tanam perlu
diperhatikan seperti varietas, teknologi bercocok tanam hingga aspek – aspek produksi
pertanian lainnya.
Dengan demikian, pertanian organik merupakan suatu teknologi yang
pada penerapannya kita menyesuaikan dengan lingkungan, agar ekosistem tetap
berjalan seperti apa adanya secara alami tanpa harus memutuskan salah satu mata rantai
makhluk hidup. Lahan yang digunakan untuk produksi pertanian organik harus bebas
dari bahan kimia sintetis (pupuk dan pestisida). Terdapat dua pilihan lahan: (1) lahan
pertanian yang baru dibuka atau, (2) lahan pertanian intensif yang telah dikonversi
menjadi lahan pertanian organik. Lama masa konversi tergantung sejarah penggunaan
lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal
dari bahan-bahan organik seperti pangkasan daun tanaman, kotoran ternak, sisa tanaman,
dan sampah organik yang telah dikomposkan.
6
tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi
secara alamiah sebagaimana yang terjadi pada tanah rawa-rawa, maupun penggenangan
itu disengaja sebagaimana yang terjadi pada tanah-tanahsawah.
Tanaman padi itu dapat tumbuh ditanah daratan atau tanah kering, asalkan
curahan hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air (Andoko, 2002). Padi tumbuh
baik di daerah “tropis” maupun “sub tropis”, ketersediaan air yang mampu menggenangi
lahan tempat penanaman sangat penting. Tanaman padi cocok untuk dibudidayakan di
daerah pantai sampai ketinggian 2400 meter diatas permukaan laut, mulai dari posisi 530
lintang utara sampai 35 s.d. 400 lintang selatan. Sebelum tahun 1965, padi diusahakan
secara konvensional. Padi ditanam di ladang atau sawah tadah hujan dengan pemeliharan
yang sederhana. Varietas padi yang ditanam adalah varietas lokal, berumur panjang,
anakan sedikit, daya hasil rendah, dan umumnya di tanam hanya sekali dalam
setahun.Varietas padi pada periode ini antara lain, BB-5, PB-8, Pelita I-1, Pelita I-2,
PB26, PB-28, dan si ampat (Istiyastuti dan Yanuharso, 1996). Tahap demi tahap, varietas
padi semakin diperbaiki melalui perintisan berbagai upaya.
Semula, perbaikan varietas padi hanya ditujukan untuk memperoleh hasil yang
tinggi, tetapi sekarang disempurnakan dengan kualitas nasi yang sesuai dengan
permintaan masyarakat. Pengenalan varietas-varietas dari Pusat Penelitian Padi
Internasional (Internasional Rice Research Institute, IRRI) di Filipina dan dari pusat
penelitian dalam negeri terus dilakukan agar sesuai dengan iklim dan kebutuhan
masyarakat Indonesia. Varietas tersebut diantaranya, PB-34, PB-32, PB-38, Cisadane,
Cimandiri, PB-42, Krueng Aceh, Bogowonto, PB-64, dan PB-68 (Istiyastuti dan
Yanuharso, 1996).Padi merupakan tanaman yang produksinya menempati urutan ketiga
setelah gandum dan jagung. Padi termasuk kedalam keluarga serealia. Klasifikasi botani
tanaman padi adalah sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza Sativa
7
Menurut Istiyastuti dan Yanuharso (1996), tanaman padi terdiri dari bagian-
bagian yaitu akar, batang, daun, bagian reproduksi, dan buah padi. Berikut penjelasan
bagian-bagian tersebut.
2.2.1 Akar
Padi memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang padi dapat
mencapai kedalaman 50 Cm s.d. 60 Cm. Akar tunggang padi rata-rata hanya mencapai
kedalaman sekitar 25 Cm. Akar padi baik akar tunggang maupun akar serabut bercabang-
cabang. Cabang pertama tumbuh baik pada induk akar pada jarak yang agak jauh dan
panjang-panjang. Susunan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah. Pada tanah
kering, akar cabang tingkat pertama biasanya panjang, akar serabutnya pendek-pendek,
sebaliknya bila pada tanah basah akar tunggangnya pendek-pendek, sedangkan akar
serabutnya panjang-panjang (Istiyastuti dan Yanuharso, 1996).
2.2.2 Batang
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan
yang lainnya dipisah oleh sesuatu buku. Ruas batang padi di dalamnya beringga dan
bentuknya bulat. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek. Ruas-ruas yang
terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini praktis tidak dapat
dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri. Adanya perbedaan tinggi dari suatu
varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh
baik, maka tinggi tanaman padi sawah biasanya 80 s.d. 120 cm.
2.2.3 Daun
Daun terdiri atas helai daun yang berbentuk memanjang seperti pita dan pelepah
daun yang menyelubungi batang. Pada perbatasan antara helai duan dan upih terdapat
lidah daun. Panjang dan lebar dari helai daun tergantung kepada varietas padi yang
ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas bisaanya merupakan daun
terpanjang. Daun bendera mempunyai panjang daun terpendek dan dengan lebar daun
yang terbesar.
2.2.4 Reproduksi
Adapun bagian reproduksi secara generatif terdiri atas malai dan bunga padi,
berikut penjelasan bagian reproduksi tersebut.
a) Malai Suatu malai terdiri dari sekumpulan bunga-bunga padi (spikelet) yang
timbul dari buku paling atas. Ruas buku terakhir dari batang merupakan
sumbuutama dari malai, sedangkan butir-butir nya terdapat pada cabang-cabang
pertama maupun cabang-cabang kedua.
8
b) Bunga padi Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan
bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari
ada enam buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta
mempunyai kandung serbuk. Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari
(anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua
organ seksual ini umumnya siap bereproduksi dalam waktu yang bersamaan.
Kepala sari kadangkadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak.
Mekanisme reproduksi tanaman padi ialah penyerbukan sendiri,karena 95% atau
lebih serbuk sarimembuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan
terjadi,zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot
berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm. Pada akhir
perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian endosperm.
Bagi tanaman muda, padi dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
2.2.5 Buah padi
Sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan
buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai
penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian-bagian lain membentuk
sekam (kulit gabah). Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagianbagian paling luar disebut
epicarpium, bagian tengah disebut mesocarpium dan bagian dalam disebut endocarpium.
Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang mengandung zat tepung dan sebagian
ditempati oleh embriyo (lembaga) yang terletak dibagian sentral yakni dibagian lemma.
Pada lembaga terdapat daun lembaga dan akarlembaga. Endosperm umumnya terdiri dari
zat tepung yang diliputi oleh selaput protein. Endosperm juga mengandung zat gula,
lemak, serta zat-zat anorgani
9
Menurut Kustiawan (1997) dalam kolokiumkpmipb.wordpress.com, konversi
lahan berarti alih fungsi atau mutasinya lahan secara umum menyangkut trnsformasi
dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu pengunaan ke pengunaan lainnya.
Menurut Agus (2004) konversi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja
oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Kita ketahui bahwa percetakan
sawah dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya konversi lahan tersebut sulit
dihindari dan terjadi setelah system produksi pada lahan sawah tersebut berjalan dengan
baik. Konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah
penduduk serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada dasarnya merupakan
hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya konversi lahan menjadi masalah karena
terjadi di atas lahan pertanian yang masih produktif.
Menurut Irawan (2005) Konnversi lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat
adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan pertanian dengan non pertanian. Sedangkan
persaingan dalam pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena
ekonomi dan sosial yaitu : a) keterbatasan sumberdaya lahan, b) pertumbuhan penduduk,
dan c) pertumbuhan ekonomi.
Irawan (2005) mengemukakan bahwa konversi tanah lebih besar terjadi pada
tanah sawah dibandingkan dengan tanah kering karena dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu pertama, pembangunan kegiatan non pertanian seperti kompleks perumahan,
pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan pada tanah sawah
yang lebih datar dibandingkan dengan tanah kering.Kedua, akibat pembangunan masa
lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk padi maka infrastruktur ekonomi
lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah kering. Ketiga, daerah
persawahan secara umum lebih mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang
relatif padat penduduk dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di
wilayah perbukitan dan pegunungan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konversi lahan adalah
berubahnya pengunaan lahan dari pengunaan semula, misalnya dari lahan pertanian
dikonversikan menjadi permukiman, dari hutan dikonversikan menjadi lahan pertanian,
perkebunan atau yang lainnya.
10
informasi dari seseorang kepada orang lain. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk
mempengaruhi dan/ atau mengubah informasi yang dimiliki serta tingkah laku orang
yang menerima pesan tersebut.Menurut Anderson, komunikasi merupakan proses yang
dinamis. Proses ini secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku.
11
dikendalikan melalui pengukuran kinerja produk, membandingkan dengan standar dan
spesifikasi produk, serta melakukan tindakan koreksi bilamana terdapat penyimpangan.
Penjaminan mutu pangan organik, merupakan tindakan penyesuaian dengan
regulasi SNI 6729:2010 tentang sistem pangan organik. Strategi penjamian mutu: 1)
penetapan standar sebagai pedoman penjaminan mutu pangan/produk organik, 2) adanya
komitmen untuk menjalankan, sehingga perlunya pemahaman standar sebagai ilmu
pengetahuan, 3) menjalankan mekanisme kerja penjaminan mutu dan 4) peningkatan
mutu berkelanjutan untuk memperoleh pengakuan di dalam maupun di luar negeri.
Sistem jaminan mutu untuk pangan berorientasi pada: ISO (SNI ISO 2200:2009
tentang sistem manajemen keamanan pangan – persyaratan untuk organisasi dalam rantai
pangan), GAP/GFP (good agricultural practice/good farming practice), GHP (good
handling practice), GMP (good manufacturing practice), HACCP (Hazard Analysis and
Critical Control Point (HACCP) atau dikenal dengan analisis bahaya dan penentuan titik
kritis, merupakan upaya yang dilakukan untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan
penyebaran bahaya yang terkandung dalam bahan pangan. Dewasa ini di berapa negara
telah menerapkan HACCP, sebagai acuan atau standar internasional untuk pengawasan
mutu dan keamanan pangan. Penjaminan mutu artinya menjamin kesesuaian dengan
standar/pedoman sebagai ketetapan yang berlaku. Penjaminan mutu, pada prinsipnya
menggunakan metode yang sama dengan pengendalian mutu.
Pada konsep penjaminan mutu, pemeriksaan dan pengujian tidak hanya dilakukan
di akhir proses saja, tetapi dilakukan sejak dari awal proses. Konsep tersebut
memungkinkan untuk dilakukannya deteksi lebih dini dari kemungkinan yang timbul (di
awal, pertengahan maupun akhir proses). Pada konsep penjaminan mutu apabila dari
hasil pemeriksaan dan pengujian ditemukan masalah, maka tindakan koreksi atau
perbaikan, serta analisa terhadap akar penyebab permasalahan. Hasil analisa dapat
digunakan sebagai dasar daritindakan pencegahan agar masalah tersebut tidak terulang
lagi. Pengendalian mutu adalah teknik dan kegiatan operasional untuk memenuhi
persyaratan mutu. Pengendalian mutu pada dasarnya merupakan sistem verifikasi yang
berkaitan dengan akhir proses produksi. Hasil pemeriksaan hanya memutuskan apakah
produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi telah sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan.
12
2.6 Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami
daripada bahan pembenah buatan/sintesis. Pada umumnya pupuk organik mengandung
hara makro N.P.K yang cukup untuk pertumbuhan tanaman serta mengandung hara
mikro sesuai dengan kebutuhan tanaman. Disamping itu pupuk organik juga mencegah
terjadinya erosi (Rachman Sutanto, 2002).
13
setelah terbunuh maka residunya cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan
terbebas dari residu sehingga tanaman aman untuk dikonsumsi. Subiyakto Sudarmo
(2005: 11-12) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau
mengganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu
dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal.
14
2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logis
dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja ini sebaiknya tidak
terlalu berat juga tidak terlalu ringan.
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan
harmonis.
1. Pembagian kerja.
2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah.
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokkan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen
1. Bentuk piramid. Bentuk yang paling banyak digunakan karena sederhana, jelas
dan mudah dimengerti.
2. Bentuk vertikal. Bentuk yang agak menyerupai bentuk piramid dalam hal
pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagan vertikal berwujud tegak
sepenuhnya.
3. Bentuk horizontal. Bagan ini digambarkan secara mendatar, aliran wewenang
dan tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan.
4. Bentuk lingkaran. Bagan ini menekankan pada hubungan antara satu jabatan
dengan jabatan lain.
15
16
BAB III HASIL
Anda diminta oleh sebuah kelompok tani, untuk mendampingi mereka karena akan
menerapkan sistem pertanian organik. Rencananya tanaman yang akan diterapkan sistem
pertanian organik adalah tanaman hortikultura semusim. Kelompok tersebut akan mulai
menerapkan sistem pertanian organikMulai tanggal 1 Januari 2016
Beberapa kondisi kelompok ini sesuai informasi dari ketua kelompok antara lain :
Lahan anggota kelompok terpencar di beberapa wilayah Desa
Tingkat pendidikan anggota kelompok bervariasi dari SD sampai dengan SMA.
Semua anggota kelompok tani ini awam perihal sistem pertanian organik, yang diketahui
oleh kelompok ini bertani dengan pupuk kandang sudah merupakan penerapan pertanian
organik
Beberapa anggota kelompok, sesungguhnya tidak setuju dengan penerapan pertanian
organik, karena dianggap tidak mungkin
Anggota kelompok terdiri dari beberapa jenis suku bangsa : Jawa, Sunda, Padang, dan
Batak
Sejak 6 bulan yang lalu sudah tidak menggunakan pupuk kimia
Penggunaan pestisida kimia sintesis sampai saat ini
Benih masih menggunakan benih konvensional
Lahan berada di pegunungan
Sumber air yang digunakan adalah irigasi air sungai
Ketersediaan bahan organik yang ada dilapangan hanya terbatas pada kotoran domba dan
kotoran sapi serta sisa-sisa tanaman
OPT endemik yang ada dilokasi adalah serangga pemakan daun
Hasil Identifikasi
17
Hasil dari mengidentifikasi potensi dan masalah pada kasus di atas adalah sebagai berikut:
No Uraian Potensi Masalah Pemecahan Metode Alat dan Bahan
.
1. SDA Lahan Terpencar - Pendataan Survey ATK, meteran
yang luas lahan gulung,
- Pemetaan Quisioner
batas lahan
Sumber - pemanfaatan Survey ATK
air dekat air lebih
maksimal
2. SDM Anggota - Tingkat - Pemberian latihan ATK,
poktan pendidika materi dan Kelengkapan
yang n yang tentang kunjunga penyuluhan
lebih berbeda pertanian n
maju - Kurangny dasar organik
a penggun
pengetahu aan
an bahasa
mengenai yang
perton sederhan
- Perbedaan a
daya serap
inovasi
- Beraga - Suku yang
mnya berbeda
budaya
3. Sapras menjalan - Kurangny Pemberian pertemua ATK dan
Pertanian kan a materi n dan kelengkapan
pertanian pengetahu mengenai demonstr penyuluhan
organik an petani pembuatan asi
mengenai POC kotoran
perton. kambing
Merencanakan pekerjaan
Dengan melihat beberapa masalah dan potensi yang terdapat pada wilayah tersebut,
maka dapat direncanakan beberapa kegiatan yang merupakan sebagai solusi dari permasalah
yang ada. Solusi ini berbasis kepada meminimalisir permasalahan dan memaksimalkan
potensi yang dimiliki. Solusi dari permasalahan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
yaitu:
18
Sumber air -
dekat
2. SDM Anggota - Tingkat berikan kunjungan yang
poktan yang pendidikan yang lebih intensif pada
lebih maju berbeda kelompok yang telah ada
- Kurangnya
pengetahuan
mengenai perton
- Perbedaan daya
serap inovasi
- Beragamnya - Suku yang berikan kunjungan yang
budaya berbeda lebih intensif pada
kelompok yang telah ada
3. Sapras menjalankan - Kurangnya berikan penyuluhan
Pertanian pertanian pengetahuan mengenai perton, cara
organik petani mengenai pembuatan pupuk yang
perton. sebenarnya dapat dibuat
dengan mudah
Tabel 2. Permasalahan
Mengkoordinasikan pekerjaan
Beberapa kegiatan diatas merupakan hasil persetujuan dari para petani setempat yang
difasilitasi penyampaiannya oleh fasilitator. Maka dapat dibuat sebuah jadwal perencanan
tujuan dan sasaran sesuai tersebut yaitu:
Jadwal Perencanan Tujuan Dan Sasaran Sesuai Kebutuhan
No Tujuan Sasaran
1 Menjelaskan mengenai perkembangan dan Keluarga tani, kelompok tani,
aplikasi pertanian organik gabungan kelompok tani,
kelompok individu
2 Melakukan identifikasi elemen standar dan Pengurus kelompok tani
persyaratan sertifikasi; mendokumentasikan
sistem mutu organik; dan melaksanakan audit
internal dan tindakan perbaikan
3 Menerapkan konsep GAP pada proses budidaya Kelompok tani, gabungan
pertanian organik kelompok tani, kelompok
individu
4 Melakukan identifikasi karakteristik khusus Kelompok tani, gabungan
bahan pupuk organik; menentukan komposisi kelompok tani, kelompok
masing-masing bahan pupuk organik; individu
meminimalkan kerusakan pada penyimpanan
pupuk organik; menentukan kecukupan proses
pembuatan pupuk organik; memilih dan
menggunakan peralatan yang tepat
5 Memilih dan mengaplikasikan bahan Kelompok tani, gabungan
pengendalian (hama, penyakit, dan gulma) kelompok tani, kelompok
dengan benar individu
6 Menerapkan teknik pembuatan pestisida Kelompok tani, gabungan
19
organik, menangani kondisi darurat keracunan; kelompok tani, kelompok
menentukan keefektifan pestisida organik; individu
memilih dan menggunakan peralatan yang
tepat; melakukan pengemasan, pelabelan dan
penyimpanan pestisida organik dengan baik dan
benar
7 Menentukan waktu panen; memilih dan Kelompok tani, gabungan
menggunakan alat panen; melaksanakan kelompok tani, kelompok
penanganan pascapanen; menggunakan bahan individu
penanganan pascapanen yang benar
8 Memberikan nilai pada produk, Kelompok tani, gabungan
mengidentifikasi pasar, dan mengembangkan kelompok tani, kelompok
jejaring kerja dengan pasar individu
9 Menyesuaikan dan mengeksplorasi diri; Kelompok tani, gabungan
bekerjasama dalam kelompok yang berisi kelompok tani, kelompok
bermacam suku bangsa dan tingkat pendidikan individu
Tabel 3. Jadwal perencanaan
Pembahasan
20
3) Lingkungan usaha menggambarkan kondisi ketersediaan sarana dan prasarana usaha serta
kebijakan yang mempengaruhi usaha pelaku utama dan pelaku usaha.
4) Perilaku berupa kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) pelaku utama dan
pelaku usaha dalam penerapan teknologi usaha teknologi usaha hulu, usaha tani, dan
teknologi usaha hilir.
5) Kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha menggambarkan keperluan akan perlindungn,
kepastian, kepuasan yang dapat menjamin terwujudnya keberhasilan melaksanakan
kegiatan usaha pertanian untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha.
b) Tujuan
Tujuan dalam hal ini memuat pernyataan mengenai perubahan perilaku dan kondisi
pelaku utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai dengan cara menggali dan
mengembangkan potensi yang tersedia pada dirinya, keluarga dan lingkungannya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dan merespon ulang.
Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan yaitu: SMART: Specific (khas),
Measurable (dapat diukur), Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan), Realistic (realistis), dan
Time Frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan).
Hal-hal yang harus diperatikan dalam merumuskan tujuan adalah: ABCD: Audience
(khalayak sasaran), Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki), Condition (kondisi
yang akan dicapai), dan Degree (derajat kondisi yang akan dicapai).
c) Permasalahan
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara kondisi saat ini (faktual)
dengan kondisi yang ingin dicapai. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Faktor yang bersifat perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan tingkat adopsi pelaku
utama dan pelaku usaha terhadap penerapan suatu inovasi/teknologi baru, misalnya belum
yakin, belum mau, atau belum mampu menerapkan dalam usahanya.
2) Faktor yang bersifat nonperilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan ketersediaan dan
kondisi sarana dan prasarana pendukung usaha pelaku utama dan pelaku usaha, misalnya
ketersediaan pupuk, benih/bibit, dan modal.
Dari sekian banyak permasalahan yang diidentifikasi, perlu dibuat pemeringkatan
sesuai dengan prioritas pembangunan petanian di suatu wilayah, berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:
1) Apakah masalah itu menyangkut mayoritas para pelaku utama dan pelaku usaha,
21
2) Apakah erat kaitannya dengan potensi usaha, produktivitas, lingkungan usaha, perilaku,
kebutuhan, efektivitas dan efisiensi usaha pelaku utama dan pelaku usaha,
3) Apakah tersedia kemudahan biaya, tenaga teknologi/inovasi untuk pemecahan masalah.
Penetapan urutan proritas masalah tersebut salah stunyaa dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik identifikasi faktor penentu (impact point).
d) Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, dimana, kapan, berapa
biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan
merespon peluang yang ada. Untuk merumuskan rencanaa kegiatan perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Tingkat kemampuan (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pelaku utama dan pelaku
usaha.
2) Ketersediaan teknologi/inovasi, sarana dan prasarana, serta sumberdaya lain yang
mendukung kegiatan penyuluhan pertanian.
3) Tingkat kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) penyuluh pertanian.
4) Situasi lingkungan fisik, sosial dan budaya yang ada.
5) Alokasi pembiayaan yang tersedia.
22
Foto Dokumentasi 1
23
B. UNIT KOMPETENSI : MELAKUKAN KOMUNIKASI
EFEKTIF
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT01.002.01
Anda diminta oleh sebuah kelompok tani, untuk mendampingi mereka karena akan
menerapkan sistem pertanian organik. Rencananya tanaman yang akan diterapkan sistem
pertanian organik adalah tanaman hortikultura semusim. Kelompok tersebut akan mulai
menerapkan sistem pertanian organikMulai tanggal 1 Januari 2016
Beberapa kondisi kelompok ini sesuai informasi dari ketua kelompok antara lain :
Lahan anggota kelompok terpencar di beberapa wilayah Desa
Tingkat pendidikan anggota kelompok bervariasi dari SD sampai dengan SMA.
Semua anggota kelompok tani ini awam perihal sistem pertanian organik, yang diketahui
oleh kelompok ini bertani dengan pupuk kandang sudah merupakan penerapan pertanian
organik
Beberapa anggota kelompok, sesungguhnya tidak setuju dengan penerapan pertanian
organik, karena dianggap tidak mungkin
Anggota kelompok terdiri dari beberapa jenis suku bangsa : Jawa, Sunda, Padang, dan
Batak
Sejak 6 bulan yang lalu sudah tidak menggunakan pupuk kimia
Penggunaan pestisida kimia sintesis sampai saat ini
Benih masih menggunakan benih konvensional
Lahan berada di pegunungan
Sumber air yang digunakan adalah irigasi air sungai
Ketersediaan bahan organik yang ada dilapangan hanya terbatas pada kotoran domba dan
kotoran sapi serta sisa-sisa tanaman
OPT endemik yang ada dilokasi adalah serangga pemakan daun
24
Hasil Identifikasi
Pada kelompok tani, lakukanlah :
1. Identifikasi kelompok sasaran:
a. Mengenali karakter kelompok sasaran:
-in-group dan out-group masyarakat
(keras memiliki kemauan keras, berkelompok kelompok yang menerima dan
menolak pertanian organik)
b. Mengenali struktur kelompok sasaran
-mengidentifikasi jenis struktur masyarakat struktur masyarakat heterogen
c. Mengenali budaya kelompok sasaran
-mengidentifikasi budaya masyarakat terditi atas beragam suku bangsa (bugis,
Madura, dll)
d. Menggolongkan karakter, struktur dan budaya
No Kelompok Keterangan
1 Menolak Pertanian Organik -
2 Berdasarkan Tingkat Pendidikan -
3 Berdasarkan suku bangsa (budaya) -
Tabel 4. Penggolongan karakter
25
Foto Dokumentasi 2
26
C. UNIT KOMPETENSI : MEMBANGUN JEJARING
KERJA
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT01.003.01
1. Lakukanlah identifikasi terhadap jejaring kerja yang mungkin dibangun oleh kelompok
tani yang anda dampingi (soal nomor 1)
No Identifikasi Kebutuhan Jejaring
1 Permodalan Koperasi, Perbankan
2 Koordinasi dengan petani lain Kelompok tani
(non-organik)
3 Benih/ bibit Kelompok Tani/ kelompok
usaha Penyedia Benih/ Bibit
4 Bahan-bahan Pupuk/ Pestisida Kelompok tani, kelompok
Organik usaha bersama
5 Alsintan Bengkel/ kelompok usaha
bersama penyedia alsintan,
Pokja2 dinas
6 Jaminan Mutu Produk Lembaga Penjamin Mutu
Produk (LSM, LSO, swasta,
pemerintah)
7 Pasar Koperasi, P4S, pasar organik
tradisional, pasar organik
modern
Tabel 5. Identifikasi kebutuhan dan jejaring
2. Buatlah rencana pembangunan jejaring kerja untuk kelompok tani yang anda dampingi
No Identifikasi Kebutuhan Jejaring Bentuk Jejaring
1 Permodalan Koperasi, Perbankan a. Berbadan hukum
b. Unit simpan pinjam
2 Benih/ bibit Kelompok Tani/ Penangkar a. Swasembada benih
Benih/ Bibit Organik (mampu menyediakan
benih untuk kelompok)
b. Terdaftar di Balai benih
(tersertifikat)
3 Bahan-bahan Pupuk/ Kelompok tani, kelompok a. Unit usaha pengadaan
Pestisida Organik usaha bersama pupuk dan pestisida
4 Alsintan Bengkel/ kelompok usaha a. Unit persewaan alat
bersama penyedia alsintan, b. Unit pengadaan alsintan
Pokja2 dinas
5 Jaminan Mutu Produk Lembaga Penjamin Mutu a. Jasa konsultasi dan
Produk (LSM, swasta, sertifikasi mutu produk
pemerintah)
6 Pasar Koperasi, P4S, pasar a. Kerjasama antar
organik tradisional, pasar produsen dan
organik modern, konsumen produk
27
Lembaga/Instansi swasta/ organik
negara, Unit usaha atau jasa b. Unit penyedia jasa
swasta/ pemerintah, e- transportasi
marketing
Tabel 6. Rencana kebutuhan jejaring
28
Foto Dokumentasi 3
29
D. UNIT KOMPETENSI : MENGORGANISASIKAN
KELOMPOK SASARAN
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT01.004.01
30
berisi bermacam suku bangsa dan individu
tingkat pendidikan
Tabel 8.tujuan dan sasaran kelompok tani
2. Buatlah matrix untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan dan rencana
tindakan perbaikannya
No Tujuan Sasaran Evaluasi Keterangan
1 Menjelaskan mengenai Keluarga tani, Tercapai
perkembangan dan kelompok tani,
aplikasi pertanian gabungan
organik kelompok tani,
kelompok
individu
2 Melakukan identifikasi Pengurus Tercapai
elemen standar dan kelompok tani
persyaratan sertifikasi;
mendokumentasikan
sistem mutu organik;
dan melaksanakan audit
internal dan tindakan
perbaikan
3 Menerapkan konsep Kelompok tani, Tercapai
GAP pada proses gabungan
budidaya pertanian kelompok tani,
organik kelompok
individu
4 Melakukan identifikasi Kelompok tani, Tercapai
karakteristik khusus gabungan
bahan pupuk organik; kelompok tani,
menentukan komposisi kelompok
masing-masing bahan individu
pupuk organik;
meminimalkan
kerusakan pada
penyimpanan pupuk
organik; menentukan
kecukupan proses
pembuatan pupuk
organik; memilih dan
menggunakan peralatan
yang tepat
5 Memilih dan Kelompok tani, Tercapai
mengaplikasikan bahan gabungan
pengendalian (hama, kelompok tani,
penyakit, dan gulma) kelompok
dengan benar Tercapai individu
6 Menerapkan teknik Kelompok tani, Tercapai
pembuatan pestisida gabungan
organik, menangani kelompok tani,
kondisi darurat kelompok
31
keracunan; menentukan individu
keefektifan pestisida
organik; memilih dan
menggunakan peralatan
yang tepat; melakukan
pengemasan, pelabelan
dan penyimpanan
pestisida organik
dengan baik dan benar
7 Menentukan waktu Kelompok tani, Tercapai
panen; memilih dan gabungan
menggunakan alat kelompok tani,
panen; melaksanakan kelompok
penanganan individu
pascapanen;
menggunakan bahan
penanganan pascapanen
yang benar
8 Memberikan nilai pada Kelompok tani, Tercapai
produk, gabungan
mengidentifikasi pasar, kelompok tani,
dan mengembangkan kelompok
jejaring kerja dengan individu
pasar
9 Menyesuaikan dan Kelompok tani, Tercapai
mengeksplorasi diri; gabungan
bekerjasama dalam kelompok tani,
kelompok yang berisi kelompok
bermacam suku bangsa individu
dan tingkat pendidikan
Tabel 9. Matrik evaluasi pelaksanaan pekerjaan
3. Susunlah program fasilitasi berdasarkan usaha pertanian organik potensiall yang
ditetapkan kelompok:
Karena di daerah ini sangat mendukung untuk berbudidaya sayuran maka program
selanjutnya yang direncanakan adalah budidaya tanamn terung ungu secara organik
32
1. Menentukan spesifikasikan informasi yang diperlukan pada daftar
pertanyaan
2. Menentukan metode pengisian daftar pertanyaan
3. Isi pertanyaan secara individual
4. Mengatasi ketidakmampuan dan ketidakinginan responden untuk
menjawab
5. Memilih Struktur Pertanyaan
6. Memilih Kata-kata dalam pertanyaan
7. Tentukan Urutan Pertanyaan
8. Bentuk dan Tampilan
9. Memperbanyak daftar pertanyaan
10. Pretest.
NO PERTANYAAN
34
Setelah itu dapat disimpulkan status lahan tersebut, berdasarkan kasus yang diberikan
fasilitator dapat diketahui bahwa lahan milik anggota terbagi menjadi 3 yaitu:
Syarat-syarat konversi lahan yang diperuntukkan untuk lahan pengembalaan atau tanaman
pakan ternak adalah 2 tahun sebelum tebar benih untuk tanaman semusim, 3 tahun sebelum
panen pertama untuk tanaman tahunan, dan masa konversi dapat diperpanjang atau
diperpendek berdasarkan pertimbangan Lembaga Sertifikasi Organik namun tidak boleh
kurang dari 12 bulan.
2. Lahan Konversi, untuk lahan ini tidak ada perlakuan khusus karena sudah
menggunakan sistem organik tetapi belum mendapatkan status organik baik dari badan
lisensi organik di Indonesia seperti JAS. Dengan demikian kita hanya perlu mendapatkan
status organik tersebut dengan melakukan sertifikasi lahan tersebut oleh organisasi atau
lembaga terkait
35
3. lahan organik, untuk lahan ini tidak perlu adanya perlakuan hanya dilanjutkan saja
sistem yang telah digunakan
Foto Dokumentasi 4
36
B.UNIT KOMPETENSI : MENYUSUN PROGRAM
FASILITASI
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.002.01
Contoh kasus
37
g. Menentukan waktu panen; memilih dan menggunakan alat panen; melaksanakan
penanganan pascapanen; menggunakan bahan penanganan pascapanen terung ungu yang
benar
h. Memberikan nilai pada produk, mengidentifikasi pasar, dan mengembangkan jejaring
kerja dengan pasar organik
i. Menyesuaikan dan mengeksplorasi diri; bekerjasama dalam kelompok yang berisi
bermacam suku bangsa dan tingkat pendidikan
Metode Pendampingan : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Praktek
Materi Pendampingan
- Pertemuan 1 : Pengenalan Pertanian Organik
- Pertemuan 2 : Pengenalan Sistem jaminan Mutu Pertanian
- Pertemuan 3 : Penerapkan GAP pada proses budidaya organik terung ungu
- Pertemuan 4 : Pembuatan Pupuk Organik
- Pertemuan 5 : Pengenalan Hama, Penyakit dan Gulma Tanaman terung ungu
- Pertemuan 6 : Pembuatan Pestisida Organik
- Pertemuan 7 : Pengelolaan Panen dan Pascapanen Terung ungu
- Pertemuan 8 : Pemasaran dan Jejaring Kerja komoditas organik terung ungu
- Pertemuan 8 : Rencana Implementasi
- Pertemuan 9 : Dinamika Kelompok
b. Buatlah jadwal untuk pelaksanaan fasilitasi
No Waktu (2016) Kegiatan Keterangan
1 September a. Menganalisis sejarah lahan
b. Menyusun program
c. Mempersiapkan materi
2 Oktober-Nopember a. Pengenalan Pertanian Materi, praktek
Organik
b. Pengenalan Sistem jaminan
Mutu Pertanian
c. Menerapkan GAP pada
proses budidaya Terung
ungu
d. Pembuatan Pupuk Organik
e. Pengenalan Hama, Penyakit
dan Gulma Tanaman
f. Pembuatan Pestisida
Organik
g. Pengelolaan Panen dan
Pascapanen
h. Pemasaran dan Jejaring
Kerja
38
i. Rencana Implementasi
j. Dinamika Kelompok
1) Bahan:
- Hand Out
- ATK
- Bahan budidaya organik terung ungu
- Bahan pupuk organik
- Bahan Pestisida Organik
2) Alat:
- ATK
- Peralatan Budidaya Organik terung ungu
- Peralatan Pembuatan Pupuk Organik
- Peralatan Pembuatan Pestisida Organik
39
b. Pengenalan Sistem e. Sosialisasi prinsip kelompok tani,
jaminan Mutu dan proses system kelompok
Pertanian jaminan mutu individu
c. Menerapkan GAP f. Penerapan GAP b. kelompok
pada proses budidaya pada proses tani,
organik terung ungu budidaya organik gabungan
d. Pembuatan Pupuk terung ungu kelompok
Organik g. Penerapan proses tani,
e. Pengenalan Hama, pembuatan pupuk kelompok
Penyakit dan Gulma organik individu
Tanaman Terung h. Pengenalan hama,
ungu penyakit dan gulma
f. Pembuatan Pestisida terung ungu
Organik i. Penerapan proses
g. Pengelolaan Panen pembuatan pestisida
dan Pascapanen organik
Terung ungu j. Pengelolaan panen
h. Pemasaran dan dan Pascapanen
Jejaring Kerja Terung ungu
i. Rencana k. Pemasaran dan
Implementasi jejaring kerja
j. Dinamika Kelompok l. Penyusunan
program
pengembangan
mandiri
m. Fasilitasi terhadap
keragaman budaya,
tingkat pendidikan
Tabel 11. Matrik kerja
Program Pendampingan Pengembangan jejaring Kerja
No Identifikasi Kebutuhan Jejaring
1 Permodalan Koperasi, Perbankan, LKM
2 Koordinasi dengan petani lain Kelompok tani
(non-organik)
3 Penyediaan Benih/ bibit Kelompok Tani/ kelompok
usaha Penyedia Benih/ Bibit
4 Penyediaan Bahan-bahan Kelompok tani, kelompok
Pupuk/ Pestisida Organik usaha bersama
5 Penyediaan Alsintan (TTG) Bengkel/ kelompok usaha
bersama penyedia alsintan,
Pokja2 dinas
6 Jaminan Mutu Produk Lembaga Penjamin Mutu
Produk (LSM, LSO, swasta,
pemerintah)
7 Pasar Koperasi, P4S, pasar organik
tradisional, pasar organik
modern, e-marketing
Tabel 12. Program Pendampingan Pengembangan jejaring Kerja
40
Foto Dokumentasi 5
41
Sumber air yang digunakan adalah irigasi air sungai
Ketersediaan bahan organik yang ada dilapangan hanya terbatas pada kotoran domba dan
kotoran sapi serta sisa-sisa tanaman
OPT endemik yang ada dilokasi adalah serangga pemakan daun
Maka dari itu:
1. Susunlah materi fasilitasi, media yang digunakan dan metode yang akan diterapkan
berdasarkan permasalahan kelompok
2. Uji coba materi fasilitasi yang anda buat dan tetapkan yang sesuai dengan kondisi sasaran
berdasarkan hasil evaluasi
Hasil Identifikasi
Identifikasi Masalah dan Sasaran
Masalah :
1. Lahan anggota kelompok yang terpencar di beberapa wilayah Desa
2. Tingkat pendidikan anggota kelompok bervariasi dari SD sampai dengan SMA.
3. Kurangnya pengetahuan anggota kelompoktani tentang pertanian organik
4. Kurangnya sikap setuju beberapa anggota kelompoktani tentang pertanian organik
5. Anggota kelompok terdiri dari beberapa jenis suku bangsa : Jawa, Sunda, Padang, dan
Batak
6. Penggunaan pestisida kimia sintesis sampai saat ini
7. Benih masih menggunakan benih konvensional
8. OPT endemik yang ada dilokasi adalah serangga pemakan daun
Potensi
1. Tidak menggunakan pupuk kimia
2. Lahan di pegunungan
3. Sumber air yang digunakan adalah irigasi air sungai
4. Adanya ketersediaan bahan organik berupa kotoran domba dan kotoran sapi serta
sisa-sisa tanaman
Menysusun Materi fasilitasi
Dari hasil identifikasi yang didapatkan maka dapat ditentukan judul materi yang akan
diberikan adalah cara pembuatan pupuk organik cair “POC” kotoran kambing.
Membuat Media Fasilitasi
Untuk menyampaikan informasi ini maka dibutuhkan media fasilitasi sebagai
perantaranya. Karena kegiatan yang dilakukan fleksibel dimana saja maka media yang
ditentukan adalah berupa peta singkap dan folder.
42
Perlengkapan untuk membuat peta singkap dan folder, yaitu: kertas buram, spidol warna,
pensil, kertas HVS, laptop, lakban hitam, steples, dan bahan materi.
Menguji coba metoda fasilitasi
Dalam penyampaian materi, agar materi dapat diterima dengan baik oleh seluruh peserta
maka dilakukan kombinasi metoda. Metoda yang digunakan adalah ceramah, demonstrasi
cara, dan tanya jawab.
Pembahasan
Materi PenyuluhanPertanian
Materi penyuluhan, pada hakikatnya merupakan segala pesan yang ingin
dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Dengan kata lain
materi penyuluhan adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunkasi
pembangunan. Tujuan materi penyuluhan pertanian dibuat untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan petani dan pelaku usaha pertanian lainnya dengan memperhatikan pemanfaatan
dan pelestarian sumberdaya pertanian. (Mardikanto, 1993)
Materi penyuluhan pertanian yang berasal dari berbagai sumber yang akan disampaikan
kepada petani dan pelaku usaha pertanian lainnya harus diverifikasi terlebih dahulu oleh
instansi yang berwenang di bidang penyuluhan pertanian. (Mardikanto, 1993).
a. Sumber untuk pemilihan materi
Berbagai sumber dapat digunakan untuk pemilihan materi, yang terpenting materi itu
yang dibutuhkan oleh sasaran dan menjadi suatu masalah yang harus diselesaikan. Sumber
materi tersebut dapat dikelompokan menjadi (Mardikanto, 1993):
Sumber resmi dari instansi pemerintah, baik berasal dari: departemen/dinas-
dinas terkait, lembaga penelitian dan pengembangan, pusat-pusat pengkajian,pusat-pusat
informasi pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh.
Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta/lembaga swadaya masyarakat, yang
khusus bergerak di bidang penelitian, pengkajian dan penyebaran informasi.
Pengalaman petani, baik dari pengalaman usaha taninya atau hasil dari “petak-
pengalaman” yang dilakukan secara khusus dengan atau tanpa bimbingan penyuluh.
Sumber lain yang dapat diercaya, misalnya: informasi pasar dari para pedagang,
perguruan tinggi, dan lain-lain.
43
teknik penyuluhan. Perlengkapan penyuluhan sangat penting untuk membantu kelancaran
pelaksanaan penyuluhan maupun untuk memperjelas materi yang disampaikan agar mudah
diingat dan dipahami oleh sasarannya (Mardikanto, 1993).
Media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau
pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju (Hamidjoyo dan
Latuher, 1993 dalam Widodo dan Nuraeni, 2006).
Media penyuluhan adalah alat bantu penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan yang
dapat merangsang sasaran suluh untuk dapat menerima pesan-pesan penyuluhan, dapat
berupa media tercetak, terproyeksi, visual ataupun audiovisual dan komputer (Widodo dan
Nuraeni, 2006).
a. Jenis-jenis media
Menurut sumber bacaan ada beberapa jenis media yang digunakan dalam kegiatan
penyuluhan (belajar-mengajar). Jenis media tersebut adalah:
Media grafis (grafika) yang terdiri dari bagan , diagram, grafik, poster, kartun, dan
komik. Media grafis adalah media yang dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-
gagasan secara jelas dan kuat melalui pepaduan antara kata-kata dan gambar.
Media fotografi yaitu media berupa gambaran tetap (still picture) yang terdiri atas
dua kelompok, yaitu: 1) gambar datar tidak tembus pandang (flat opaque picture) misalnya,
gambar fotografi\foto-foto, dan lukisan tercetak, 2) gambar tembus pandang (transparant
picture) misalnya, film slide, flim strip dan transparansi.
Media terproyeksi yang terdiri atas overhead projector, slide, dan film strip.
Media audio yaitu media media dalam bentuk pita suara atau piringan suara.
Termasuk dalam media ini adalah radio, kaset, radio kaset, piringan hitam.
Media tiga dimensi yang terdiri atas model dan boneka. Model dapat dibagi atas tiga
kategori, yaitu model padat (solid model), mock up, dan diorama, masing-masing model
dapat berukuran sama dengan aslinya atau dapat dengan skala besar atau lebih kecil (Sudjana
dan Rivai, 2001).
Menurut Widodo dan Nuraeni (2006), media grafis biasanya digunakan untuk
menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga
menarik dan diingat orang, yang termasuk media grafis antara lain:
a. Grafik, yaitu penyajian data berangkat melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol.
b. Diagram, yaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan
hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol.
44
c. Bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan suatu proses,
perkembangan, atau hubungan-hubungan penting.
d. Sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian
pokok dari suatu bentuk gambar.
e. Poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok dan menarik dengan maksud
untuk menarik perhatian orang yang lewat.
f. Papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk menyajikan gambar atau kata-
kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas.
g. Bulletin board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-
tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat penempel
lainnya.
Adapun manfaat media dalam proses belajar-mengajar atau penyuluhan, menurut
Widodo dan Nuraeni (2006) adalah sebagai berikut:
1. Pengajaran atau penyuluhan akan lebih menarik perhatian sasaran sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2. Materi penyuluhan akan lebih jelas maknanya sehingga mudah dipahami dan dikuasai.
3. Metode penyuluhan lebih bervariasi.
4. Sasaran lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena tidak hanya mendengarkan
uraian saja, tetapi melakukan pengamatan, demonstrasi, memerankan, dan lain-lain
(Sudjana dan Rivai, 1992).
5. Menumbuhkan pemikiran teratur dan kontinu melalui gambar hidup.
6. Membantu menumbuhkan perhatian yang dapat membantu perkembangan kemampuan
berbahasa.
7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain membantu
efesiensi dan keragaman yang lebih banyak.
45
Teknik adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh dalam memilih serta
menata simbol dan isi pesan, menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan.
a. Jenis-jenis Metode
Menurut Permentan 52 (2006), jenis metode berdasarkan tujuan digolongkan menjadi
tiga golongan, yaitu:
1. Pengembangan kreativitas dan inovasi
Metode penyuluhan pertanian yang termasuk dalam pengembangan kreativitas dan
inovasi, antara lain:
Temu wicara, dialog antara pelaku utama dan pelaku usaha dengan
pejabatpemerintah membicarakan perkembangan dan pemecahan masalah pembangunan
pertanian.
Temu lapang (field day), pertemuan antara pelaku utama dan pelaku usahadengan
penyuluh pertanian dan/atau peneliti/ahli pertanian di lapangan untukmendiskusikan
keberhasilan usaha tani dan/atau mempelajari teknologi yangsudah diterapkan.
Temu karya, pertemuan sesama pelaku utama dan pelaku usaha untuk tukar-menukar
informasi, pengalaman dan gagasan dalam kegiatan usaha tani.
Temu usaha, pertemuan antar pelaku utama dengan pelaku usaha/pengusaha
dibidang agribisnis dan/atau agroindustri agar terjadi tukar menukar informasi berupa
peluang usaha, permodalan, teknologi produksi, pasca panen, pengolahan hasil, serta
pemasaran hasil, dengan harapan akan terjadi kontrak kerjasama.
b. Pengembangan kepemimpinan
Metode penyuluhan pertanian yang termasuk dalam pengembangan kepemimpinan,
antara lain:
Rembug paripurna, pertemuan lengkap seluruh anggota pengurus organisasi pelaku
utama dan pelaku usaha tingkat nasional/provinsi/kabupaten/kota ditambah utusan dari
wilayah dibawahnya yang membahas masalah umum pembangunan pertanian yang akan
menjadi dasar kegiatan organisasi tingkat nasional.
Rembug utama, pertemuan lengkap seluruh anggota pengurus organisasi pelaku
utama dan pelaku usaha, untuk menilai/mengevaluasi pelaksanaan kesepakatan program dan
rencana kerja periode yang lalu, serta menyusun kepengurusan
nasional/provinsi/kabupaten/kota periode yang akan datang.
Rembug madya, pertemuan para anggota pengurus organisasi pelaku utama dan
pelaku usaha untuk mendiskusikan dan mencari kesepakatan dalam pelaksanaan Pekan
46
Nasional Pertemuan Pelaku Utama dan Pelaku usaha pemecahan suatu masalah yang
dihadapi untuk kemudian dilaksanakan oleh mereka sendiri beserta kelompoknya.
Mimbar sarasehan, pertemuan konsultasi secara berkala dan berkesinambungan
antara pelaku utama dan pelaku usaha andalan dengan pejabat pemerintah terutama lingkup
pertanian untuk perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan pertanian.
47
Magang di bidang pertanian, proses belajar mengajar antar pelaku utama dengan
bekerja di lahan dan/ atau tempat usaha tani pelaku utama yang berhasil.
Obrolan sore, percakapan antar pelaku utama yang dilakukan sore hari dengan santai
dan akrab mengenai pengembangan usaha tani dan pembangunan pertanian.
Pameran, usaha untuk memperlihatkan atau mempertunjukkan model, contoh,
barang, peta, grafik, gambar, poster, benda hidup dan sebagainya secara sistematik pada suatu
tempat tertentu.
Pemberian penghargaan, kegiatan untuk memotivasi pelaku utama melalui
pemberian penghargaan atas prestasinya dalam kegiatan usaha tani.
Pemutaran film, merupakan metode penyuluhan dengan menggunakan alat film
yang bersifatvisual dan massal, serta menggambarkan proses sesuatu kegiatan.
Pemasangan poster/spanduk, merupakan metode penyuluhan dengan menggunakan
gambar dan sedikit kata-kata yang dicetak pada kertas/bahan lain yang berukuran tidak
kurang dari 45 cm x 60 cm, dan ditempelkan pada tempat-tempat yang sering dilalui orang
atau yang sering digunakan sebagai tempat orang berkumpul di luar suatu ruangan.
Penyebaran brosur, folder, leaflet dan majalah, Merupakan metode penyuluhan
dengan menggunakan brosur, folder, leaflet dan majalah yang dibagikan kepada masyarakat
pada saat-saat tertentu, antara lain pada saat pameran, kursus tani, temu wicara, temu karya
dan lain-lain atau berlangganan khusus untuk majalah.
Perlombaan unjuk ketangkasan, merupakan suatu kegiatan dengan aturan serta
waktu yang ditentukan untuk menumbuhkan persaingan yang sehat antar petani untuk
mencapai prestasi yang diinginkan secara maksimal.
Diskusi, merupakan suatu pertemuan yang jumlah pesertanya tidak lebih dari 20
orang dan biasanya diadakan untuk bertukar pendapat mengenai suatu kegiatan yang akan
diselenggarakan, atau guna mengumpulkan saran-saran untuk memecahkan permasalahan.
Pertemuan umum, merupakan suatu rapat atau pertemuan yang melibatkan instansi
terkait, tokoh masyarakat dan organisasi-organisasi yang ada di masyarakat. Pada pertemuan
ini disampaikan beberapa informasi tertentu untuk dibahas bersama dan menjadikan
kesepakatan yang dicapai sebagai pedoman pelaksanaannya.
Siaran pedesaan melalui radio, merupakan siaran khusus yang ditujukan bagi para
petani dan keluarganya dengan maksud menyebarkan secara cepat informasi-informasi dan
pengetahuan baru di bidang pertanian secara luas. Dengan dilakukannya dengar pendapat,
diskusi dan gerak oleh kelompok pendengar maka efektifitas penangkapan informasi
ditingkatkan sehingga memungkinkan terjadinya adopsi.
48
Temu tugas, merupakan pertemuan berkala antara pengemban fungsi penyuluhan,
peneliti, pengaturan dan pelayanan dalam rangka pemberdayaan petani beserta keluarganya.
Mounder (1972), menggolongkan metode penyuluhan pertanian menjadi tiga
golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, yaitu:
Metode berdasarkan pendekatan perorangan, dalam metode ini penyuluh
berhubungan langsung dengan petani, yang termasuk dalam metode ini diantaranya:
kunjungan rumah, lapangan, surat menyurat, hubungan telepon, kontak informal,
undangan\kunjungan kantor, dan magang.
Metode berdasarkan pendekatan kelompok, dalam metode ini penyuluh
berhubungan dengan sekelompok petani, yang termasuk metode ini diantaranya: ceramah,
diskusi, demonstrasi, widyawisata, kursus tani, temu karya, temu lapang, temu usaha, mimbar
sarahsehan, perlombaan, dan pemutaran slide.
Metode berdasarkan pendekatan massal, dalam metode ini penyuluh dapat
berhubungan dengan jangkauan banyak, yang termasuk metode ini diantaranya: kampanye,
siaran radio atau televisi, pertunjukan kesenian, penyabaran bahan tertulis, dan pemutaran
film.
Foto Dokumentasi 6
49
Tampak depan leaflet pembuatan POC kotoran kambing
50
D.UNIT KOMPETENSI : MELAKSANAKAN FASILITASI
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.004.01
Sebelum melaksanakan kegiatan fasilitasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya :
51
Foto Dokumentasi 7
52
E.UNIT KOMPETENSI : MENGEVALUASI PELAKSANAAN
KEGIATAN FASILITASI
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.005.01
Hasil Dan Pembahasan
Hasil wawancara terhadap 5 responden, diperoleh data bahwa rata-rata skor secara
keseluruhan mencapai 3,02 yang termasuk pada criteria sangat berhasil. Jika melihat skor
masing-masing variable dan indicator, diperoleh rata rata skor seperti berikut.
No Variabel dan Indikator Skor Rata-rata
1 FASILITATOR (PELAKU) (X1) 3,10
Karakteristik Petugas 3,47
Kompetensi Umum 3,13
Kompetensi Inti 2,80
2 KEGIATAN FASILITASI (PROSES) (X2) 2,98
Frekuensi 3,33
Materi Fasilitasi 2,47
Tindak Lanjut 3,13
3 PRODUK (PENERAPAN TEKNOLOGI) (Y) 2,96
Penggunaan bahan penyubur tanah 2,67
Penggunaan bahan pengendalian OPT 2,67
Perlakuan terhadap produk 3,53
Rata-rata 3,02
Tabel 13. variable dan indicator hasil wawancara
Hasil analisis statistic terahadap hubungan antar variable, diperoleh hasil bahwa
terdapat nilai r=0,73 yang menunjukkan bahwa ketiga variable tersebut signifikan
berhubungan. Jika berdasar pada masing-masing hubungannya.
Variabel Nilai r
X1 dengan X2 0,672
X1 dengan Y 0,147
X2 dengan Y 0,716
Tabel 14. Hasil analisis hubungan antar variabel
Jika melihat skor rata-rata, dapat dikatakan bahwa kegiatan fasilitasi yang dilakukan
masih tergolong kurang baik sehingga hasil fasilitasi menunjukkan criteria cukup berhasil.
Fasilitator yang memiliki kompetensi yang tinggi (skor 3,10) tidak menjadi konstanta untuk
melaksanakan kegiatan fasilitasi dengan baik (skor 2, 98) sehingga penerapan teknologi
belum dapat diadopsi secara sempurna oleh petani (skor 2,96). Hal ini dapat diduga aspek-
aspek materi dan penyampaiannya serta pengawalan tindak lanjut terhadap materi yang sudah
diberikan masih belum berjalan dengan baik.
Jika merujuk pada nilai korelasi hubungan maka dapat dikatakan juga bahwa
karakteristik fasilitator berkorelasi signifikan terhadap proses fasilitasi, akan tetapi
53
karektisitik fasilitator tidak berkolerasi signifikan terhadap penerapan teknologi organic. Hal
ini dapat diduga bahwa adanya kegiatan fasilitasi dapat memberikan pengaruh terhadap
penerapan teknologi pertanian organic.
Kesimpulan
Kegiatan fasilitasi yang telah dilakukan dalam rangka penerapan teknologi pertanian
organic di kelompoktani sumber makmur tergolong sangat berhasil (skor 3,02). Keberhasilan
fasilitasi berkaitan erat dengan proses fasilitasi yang dilakukan. Untuk berhasil melaksanakan
evaluasi sangat ditentukan oleh adanya proses fasilitasi dan baiknya proses fasilitasi
ditentukan oleh karakteristik fasilitator.
54
Lampiran
KUESIONER
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. N a m a :
……………………………………………………………………………..
2. Tempat/tgl. Lahir :
……………………………………………………………………………..
3. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan(*
4. U m u r : ………… tahun
5. Pendidikan formal :
………………………………………………………………………………
6. Pekerjaan :
………………………………………………………………………………
7. Jabatan dalam pekerjaan :
………………………………………………………………………………
8. Jumlah tanggungan keluarga : ………. orang (laki-laki = org; perempuan =
org)
9. Pengalaman kerja : ………… tahun
10. Alamat : a. Kampung/Dusun
………………………………………………….
b. Desa
…………………………………………………………
………….
11. Status dalam masyarakat : Tokoh masyarakat/kontaktani/…………………………….. (*
Catatan
(*
Coret yang tidak perlu
55
KEADAAN PERUSAHAAN
12. Luas lahan yang dikelola : ………… ha; (sawah… ha, kebun…. ha, lainnya… ha)
56
KEGIATAN PERTANIAN ORGANIK
57
d. 1 kali 1
12 Apakah Anda selalu mengikuti pertemuan a. selalu 4
dengan pendamping/konsultan ketika proses b. lebih sering 3
bimbingan pertanian organic? c. kadang-kadang 2
d. tidak pernah 1
13 Apakah pendamping/konsultan dalam a. sangat memadai 4
melakukan pertemuan yang telah b. memadai 3
dilaksanakan menyiapkan sarana dan c. tidak memadai 2
prasarana yang diperlukan dengan memadai? d. tidak menyiapkan 1
14 Apakah Anda mengalami masalah dalam a. sangat banyak 1
menerapkan teknologi pertanian organic? b. banyak 2
c. sedikit 3
d. tidak ada 4
15 Apa saja yang belum diterapkan standar a. >3 1
teknologi padi pertanian organic? b. 2 2
c. 1 3
d. sudah semua 4
16 Apakah Anda sudah memiliki beberapa resep a. >3 4
sendiri dalam memproduksi pupuk/pestisida b. 2 3
organic? c. 1 2
d. belum ada 1
17 Kemana Anda menjual produk padi yang a. pasar umum 1
dibudidayakan secara organic? b. pasar induk 2
c. suplayer organik 3
d. restoran organik 4
18 Selain konsultan/pendamping, lembaga mana a. univ. luar negeri 4
saja yang memberikan bimbingan dalam b. univ. dlm negeri 3
menerapkan teknologi pertanian organic? c. dinas /bp3k 2
d. petani pelaku lainnya 1
58
23 Bagaimana jenis tanaman yang a. >3 jenis 4
digunakan untuk mengendalikan hama b. 3 jenis 3
dan penyakit tanaman? c. 2 jenis 2
d. 1 jenis 1
24 Selain yang berasal dari tanaman apakah a. selalu 4
digunakan juga pestisida yang berasal b. lebih sering 3
dari hewan? c. kadang-kadang 2
d. tidak pernah 1
25 Berapa jenis mikroba yang sudah a. >3 jenis 4
digunakan untuk pengendalian hama dan b. 3 jenis 3
penyakit? c. 2 jenis 2
d. 1 jenis 1
26 Ketika panen, apakah standar produk a. selalu 4
sudah diperlakukan agar sesuai dengan b. lebih sering 3
kualitas permintaan pasar? c. kadang-kadang 2
d. tidak pernah 1
27 Ketika produk yang bapak hasilkan akan a. daun/alami 4
dikemas, apa bahan pengemasnya? b. plastik 3
c. sterofoam 2
d. kaca 1
28 Hasil produk yang dihasilkan, apakah a. selalu 4
disimpan terpisah dengan produk yang b. lebih sering 3
bukan organic? c. kadang-kadang 2
d. tidak pernah 1
Rekapitulasi Data
Rsp
Variabel Jml Rata2
Soal 1 2 3 4 5
1 4 4 4 4 4 20 4.00 3.47
2 3 3 2 2 2 12 2.40
3 4 4 4 4 4 20 4.00
4 4 3 4 3 4 18 3.60 3.13
5 3 3 3 3 3 15 3.00
Fasilitator (Pelaku)
6 2 3 2 3 4 14 2.80
7 3 3 4 3 3 16 3.20 2.80
8 3 3 3 3 3 15 3.00
9 3 3 3 3 3 15 3.00
10 2 2 2 2 2 10 2.00
155 3.10
11 4 4 4 4 4 20 4.00 3.33
12 4 4 4 4 4 20 4.00
13 2 2 2 2 2 10 2.00
Kegiatan Fasilitasi (Proses) 14 3 3 3 3 4 16 3.20 2.47
15 1 2 2 2 2 9 1.80
16 3 3 2 2 2 12 2.40
17 3 3 3 3 3 15 3.00 3.13
59
18 4 3 4 2 4 17 3.40
19 3 3 3 3 3 15 3.00
134 2.98
20 3 2 3 4 3 15 3.00 2.67
21 4 4 4 4 4 20 4.00
22 1 1 1 1 1 5 1.00
23 4 4 3 4 3 18 3.60 2.67
Penerapan Teknologi (Hasil) 24 1 1 1 1 1 5 1.00
25 4 3 4 3 3 17 3.40
26 3 4 3 4 4 18 3.60 3.53
27 3 3 3 3 3 15 3.00
28 4 4 4 4 4 20 4.00
133 2.96
60
F.UNIT KOMPETENSI : MELAKSANAKAN SISTEM
JAMINAN MUTU ORGANIK
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.006.01
Pembahasan
a. Mengidentifikasi elemen standar mutu pangan organik untuk produk tanaman yang
berlaku dan relevan sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan
Langkah Kerja :
1. Mencari informasi elemen standar mutu pangan organik untuk produk tanaman
2. Mengumpulkan elemen standar mutu pangan organik untuk produk tanaman
b. Memilih elemen standar mutu pangan organik untuk produk tanaman yang relevan dengan
unit usaha
Langkah Kerja :
1. Mempelajar elemen standar mutu pangan organik untuk produk tanaman
2. Menetapkan usaha produk tanaman orgin yang dipilih
3. Menetapkan elemen standar mutu pangan untuk produk tanaman sesuai usaha produk
tanaman organik yang dipilih
c. Menyiapkan elemen standar pangan organik untuk produk tanaman terpilih aspek
legalitasnya untuk dapat dilaksanakan.
Langkah Kerja :
1. Mengumpulkan elemen standar mutu pangan untuk produk tanaman sesuai usaha
produk tanaman organik yang dipilih
2. Mengarsipkan elemen standar mutu pangan untuk produk tanaman sesuai usaha
produk tanaman organik yang dipilih
d. Menyiapkan kebijakan mutu, prosedur kerja, instruksi kerja, dan pedoman formulir untuk
sistem jaminan mutu produk tanaman organik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Langkah Kerja :
1. Mempelajari elemen standar mutu pangan untuk produk tanaman sesuai usaha produk
tanaman organik yang dipilih
2. Menyusun panduan mutu
3. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP)
4. Menyusun instruksi kerja
5. Menyusun formulir
61
e. Merekam data pelaksanaan sistem mutu produk tanaman organik berdasarkan ketentuan
sistem mutu
Langkah Kerja :
1. Menyiapkan formulir rekaman
2. Mencatat pelaksanaan sistem nutu produk tanaman organik
f. Mendokumentasikan rekaman data
Langkah Kerja :
1. Mengumpulkan hasil pencatatan sistem mutu organik
2. Mengarsipkan hasil pencatatan sistem mutu organik
g. Menyiapkan bahan sertifikasi produk tanaman organik dengan lengkap dan benar
Langkah Kerja :
1. Menyiapkan panduan mutu
2. Menyiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
3. Menyiapkan instruksi kerja
4. Menyiapkan formulir yang telah diisi
5. Menyiapkan hasil rekaman sistem mutu produk tanaman
h. Melaksankan audit internal dilakukan terhadap proses budidaya yang sesuai standar
Langkah Kerja :
1. Melakukan kegiatan permulaan audit
2. Melakukan tinjauan dokumen
3. Melakukan persiapan untuk kegiatan audit lapangan
4. Melaksanakan kegiatan audit lapangan
5. Menyiapkan, mengesahkan, dan menyampaikan laporan audit
6. Penyelesaian audit
7. Melaksanakan tindak lanjut audit
i. Menyiapkan dokumen permohonan sertifikasi secara lengkap dan benar.
Langkah Kerja :
1. Mengajukan permohonan ke lembaga sertifikasi
2. Melampirkan identitas operator, dokumen panduan mutu, Standar Operasional
Prosedur (SOP), instruksi kerja, formulir yang telah diisi, dan hasil rekaman sistem
mutu produk tanaman
62
a. Mengidentifikasi elemen standar mutu pangan organik untuk produk tanaman yang
berlaku
b. Memilih elemen standar mutu pangan organik untuk produk tanaman yang relevan dengan
unit usaha
- Bahan baku harus berasal dari pangan organik 100%,
- alat bantu pengolahan tidak mengkontaminasi produk sehingga
menggugurkan integritas organiknya
- air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum yang
ditetapkan dan standar sistem pangan organik
- penyimpanan bahan baku dan produk pangan olahan organik
tidak boleh berdekatan dengan pangan non organik (ada batas
yang jelas)
c. Menyiapkan elemen standar pangan organik untuk produk tanaman terpilih aspek
legalitasnya untuk dapat dilaksanakan.
untuk mendapatkan ke legalan usaha tersebut, usaha tersebut harus
mempunyai sertifikat organik dengan mengikuti prosedur
d. Menyiapkan kebijakan mutu, prosedur kerja, instruksi kerja, dan pedoman formulir untuk
sistem jaminan mutu produk tanaman organik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Merekam data pelaksanaan sistem mutu produk tanaman organik berdasarkan ketentuan
sistem mutu
untuk setiap kegiatan usaha harus ada pencatatan, pendataan,
rekaman untuk pembuktian dan sebagai Standar Operasional
Prosedur
mengikuti kegiatan
Menyiapkan pelatihan sertifikasi
bahan/dokumen rekaman ternak organik atau usaha
yang di kembangkan harus tersertifikasi oleh pihak berwenang
Mengelompokkan bahan rekaman sesuai dengan
permasalahannya
Menyimpan dokumen rekaman
63
64
G.UNIT KOMPETENSI : MENGELOLA KONVERSI LAHAN
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.007.01
Pembahasan
b. Menjelaskan kriteria dan syarat konversi lahan dengan benar berdasarkan komoditasnya.
c. Menentukan periode konversi lahan berdasarkan sejarah lahan dan jenis tanaman yang
dibudidayakan.
Berdasarkan sejarah lahan, lahan yang dulunya digunakan tanaman sayuran perlakuan
2 tahun sebelum tebar benih untuk tanaman semusim, sedangkan untuk lahan tidur
hanya melakukan pengomposan pada sisa-sisa tanaman
65
d. Melaksanakan semua tindakan budidaya sesuai dengan prinsip organik
Prinsip dari pertanian organik adalah tidak menggunakan bahan-bahan kimia pada
kegiatan budidayanya, berupa bahan atau pun hasilnya.
f. Mendokumentasikan awal penetapan konversi lahan dan jenis tindakan budidaya selama
periode konversi.
Rencana kerja yang dilakukan dimulai pada awal bulan Oktober 2016
Menganalisis lingkungan sekitar seperti air, suhu, dan keadaan sekitar lokasi
Membangun perkandangan yang sesuai dengan petunjuk dan ketentuan
Memilih bibit unggul dari tanaman organik
Memilih pakan yang sesuai strandar organik
Pemeliharaan yang sesuai dengan ketentuan organik
66
H.UNIT KOMPETENSI : MEMPROSES PUPUK ORGANIK
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.008.01
Praktik Lapangan
KOMPENTENSI I
67
Kandungan unsur hara pd kompos 5 bagian jerami padi dan 1 bagian
pupuk/kotoran ternak SECARA INDORE
Untuk pembuatan pupuk pada praktek kali ini bahan baku yang digunakan
adalah bahan campuran
1.4 Teknik Pembuatan
a. Membuat Pupuk Organik Padat :
Membuat pupuk hijau
Membuat kompos : Segitiga, Krants, Indoor, Mc Donald, siap pakai,
Bogor, Vermikompos, Bokashi, Super, Fine compost, Bioaktif, skala
rumah tangga
b. Membuat Pupuk Organik Cair :
Dari pupuk hijau
Dari pupuk kandang
Dari kompos
68
Teknik yang diterapkan adalah pembuatan pupuk dengan teknik kompos
(bokashi).
1.5 Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Alat pencacah - Jerami kering 50 Kg
jerami/golok
- Terpal - Dedak 10 Kg
- Timbangan - Pupuk kandang 40 Kg
- Gembor - Sekam
- Termometer - Air
- Ember - Larutan gula merah 1 liter
- Balok - EM 4
- Perlengkapan K3 - Plastik kemasan
- Cangkul - Kertas label
Tabel 15. Alat dan bahan pembuatan kompos
69
◦ Gundukkan campuran bahan-bahan tersebut setinggi 15-20 cm ditempat
yang kering, tutup dengan karung goni selama 3-4 hari
◦ Jaga agar suhu dibawah 50ºC. Apabila suhunya mengalami kenaikan,
maka turunkan suhu tersebut dengan cara membolak balik bahan
◦ Lakukan fermentasi 4-7 hari, bokashi siap digunakan
◦ Bokashi tidak jadi bila membusuk karena suhu yang tinggi
Wadah :
◦ Wadah benar (jangan dari gelas)
◦ Kemasan yang digunakan harus bisa didaur ulang ataumerupakan hasil
daur ulang
Label :
◦ Beri label
Penyimpanan :
◦ Disimpan terpisah, jangan disatukan dengan bahan-bahan yang non
organik
Mencatat Dan Mendokumentasikan Pupuk Organic
70
Evaluasi hasil pupuk organik
a. 7 Kriteria Keberhasilan Pupuk Organik
Bau
Aroma pupuk organik dikatakan berhasil apabila pupuk tidak memiliki
bau busuk.
Warna
Warna pupuk organik dikatakan berhasil apabila pupuk berwarna
coklat kehitaman.
Kelembaban
Kelembaban pupuk organik dikatakan berhasil apabila pupuk memiliki
kelembaban 34 – 35%.
Tekstur
Tekstur pupuk organik dikatakan berhasil apabila memiliki tekstur
yang remah.
Tampilan
Tampilan pupuk organik dikatakan berhasil apabila memiliki tampilan
hancur.
Tingkat Kelengketan
Kelengketan pupuk organik dikatakan berhasil apabila tidak lengket
sama sekali
b. Penentuan skorsing
Penentuan atau pemberian setiap kriteria diberi nilai 0 - 100
c. Range
100 − 0 100
= = 25
4 4
d. Kategori
Sangat jadi : >75
Jadi : 51 - 75
Tidak jadi : 26 - 50
Sangat tidak jadi : 0 – 25
71
e. Hasil
No Kategori Skor Keterangan
1 Bau 100 Aroma dari pupuk organik tidak
berbau busuk
2 Warna 100 Warna pupuk organik berwarna
coklat kehitaman
3 Suhu 100 Suhu tepat berada di 30o c
4 Kelembaban 90 Kelembaban berada sekitar 32 - 33%
5 Tekstur 95 Tekstur remah, hanya sedikit
gumpalan
6 Tampilan 90 Tampilan pupuk organik hancur
namun masih ada yang sedikit
jerami yang belum hancur
7 Lengket 100 Tingkat kelengketan pupuk 0 (tidak
lengket)
Jumlah 675
Tingkat keberhasilan 96 %
Tabel 16, Tingkat keberhasilan pembuatan kompos
Hasil timbangan
a. Berat awal :43,025 kg
b. Berat jadi : 35,4 kg
c. Penyusutan : 7,625 kg
72
I. UNIT KOMPETENSI : MEMPROSES PESTISIDA ORGANIK
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.009.01
KOMPETENSI I
73
Lengkuas Untuk Ulat Grayak pada kedelai.
4. Penepungan
Biji srikaya untuk aphis.
5. Perebusan
Nimba direbus untuk ulat.
6. Pencampuran
Tumbukan kacang babi dicampur dg dedak dan tepung ikan dan kemiri.
7. Pengirisan
Jengkol diiris disebarkan disawah berair untuk mengusir tikus.
h) Gunting
i) Corong
74
j) Kertas label
k) Gelas ukur
KOMPETENSI II
75
4. Setelah kemasan diisi sampai penuh dengan Insektisda Nabati, langkah selanjutnya
ditutup dengan rapat.
5. Jika sudah ditutup, selanjutnya dipasang label produksi.
6. Selanjutnya Insektisida Organik dalam kemasan tersebut disimpan digudang
penyimpanan untuk kemudian dikirim ke konsumen diaplikasikan.
7. Penyimpanan jangan dicampur dg yang non organik.
H. Mencatat Dan Mendokumentasikan Pembuatan Pupuk Organik
Kegiatan pembuatan pupuk bokasi jerami dilaksanakan di Lab Bilogi STPP Bogor,
pada jam mata kuliah Sistem Pertanian Organik (SPO) hari Senin, tanggal 7 Desember 2017.
Hasil setelah proses pembuatan pestisida organik ini menghasilkan 1350 ml atau 1,35
litter ekstrak, kadarnya berkurang karena menguap ketika proses pemasakan. Kemudian
dilakukan pengujian organoleptik pestisida nabati daun nimba (Azadirachta indica), sereh,
dan lengkuas antara lain :
76
Foto Dokumentasi 8
77
Gambar 3. Penumbukan bahan pestisida nabati
78
Gambar 6. Pengemasan pestisida nabati ke dalam jerigen
79
J.UNIT KOMPETENSI : MENGELOLA KESUBURAN TANAH
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.010.01
Anda diminta oleh sebuah kelompok tani, untuk mendampingi mereka karena akan
menerapkan sistem pertanian organik. Rencananya tanaman yang akan diterapkan sistem
pertanian organik adalah tanaman hortikultura semusim. Kelompok tersebut akan mulai
menerapkan sistem pertanian organikMulai tanggal 1 Januari 2016
Beberapa kondisi kelompok ini sesuai informasi dari ketua kelompok antara lain :
Lahan anggota kelompok terpencar di beberapa wilayah Desa
Tingkat pendidikan anggota kelompok bervariasi dari SD sampai dengan SMA.
Semua anggota kelompok tani ini awam perihal sistem pertanian organik, yang diketahui
oleh kelompok ini bertani dengan pupuk kandang sudah merupakan penerapan pertanian
organik
Beberapa anggota kelompok, sesungguhnya tidak setuju dengan penerapan pertanian
organik, karena dianggap tidak mungkin
Anggota kelompok terdiri dari beberapa jenis suku bangsa : Jawa, Sunda, Padang, dan
Batak
Sejak 6 bulan yang lalu sudah tidak menggunakan pupuk kimia
Penggunaan pestisida kimia sintesis sampai saat ini
Benih masih menggunakan benih konvensional
Lahan berada di pegunungan
Sumber air yang digunakan adalah irigasi air sungai
Ketersediaan bahan organik yang ada dilapangan hanya terbatas pada kotoran domba dan
kotoran sapi serta sisa-sisa tanaman
OPT endemik yang ada dilokasi adalah serangga pemakan daun
80
5. Tetapkan dosis bahan organik dan agens hayati yang akan dicampur berdasarkan
komposisinya.
6. Tetapkan Metode dan waktu pencampuran bahan organik dan agens hayati berdasarkan
jenis bahan.
Hasil Identifikasi
Kangkung B. Daun
81
Bahan organik, agens hayati lokal dan bahan pembenah tanah yang akan digunakan
Bahan organik yang akan dignakan adalah pukan dari kotoran kambing yang banyak tersedia
di daerah tersebut, sedangkan untuk mempercepat penggemburan tanah maka dibuat juga
pupuk organik cair dari pukan kambing sehingga unsur pada pukan dapat langsung masuk
pada tanah.
Tetapkan dosis bahan organik dan agens hayati yang akan dicampur berdasarkan
komposisinya
Pukan yang digunakan untuk pupuk dasar sebanyak 2 ton/ha.untuk pupuk cair digunakan
pada saat pemeliharaan dengan dosis 250 cc/tanaman.
Tetapkan Metode dan waktu pencampuran bahan organik dan agens hayati
berdasarkan jenis bahan
Metode pemberian pukan dilakukan pada saat pengolahan lahan, sedangkan untuk pupuk
cairnya dilakukan pada saat pemeliharan.
82
K.UNIT KOMPETENSI : MENGELOLA PENGAIRAN
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.011.01
Anda diminta oleh sebuah kelompok tani, untuk mendampingi mereka karena akan
menerapkan sistem pertanian organik. Rencananya tanaman yang akan diterapkan sistem
pertanian organik adalah tanaman hortikultura semusim. Kelompok tersebut akan mulai
menerapkan sistem pertanian organikMulai tanggal 1 Januari 2016
Beberapa kondisi kelompok ini sesuai informasi dari ketua kelompok antara lain :
Lahan anggota kelompok terpencar di beberapa wilayah Desa
Tingkat pendidikan anggota kelompok bervariasi dari SD sampai dengan SMA.
Semua anggota kelompok tani ini awam perihal sistem pertanian organik, yang diketahui
oleh kelompok ini bertani dengan pupuk kandang sudah merupakan penerapan pertanian
organik
Beberapa anggota kelompok, sesungguhnya tidak setuju dengan penerapan pertanian
organik, karena dianggap tidak mungkin
Anggota kelompok terdiri dari beberapa jenis suku bangsa : Jawa, Sunda, Padang, dan
Batak
Sejak 6 bulan yang lalu sudah tidak menggunakan pupuk kimia
Penggunaan pestisida kimia sintesis sampai saat ini
Benih masih menggunakan benih konvensional
Lahan berada di pegunungan
Sumber air yang digunakan adalah irigasi air sungai
Ketersediaan bahan organik yang ada dilapangan hanya terbatas pada kotoran domba dan
kotoran sapi serta sisa-sisa tanaman
OPT endemik yang ada dilokasi adalah serangga pemakan daun
Hasil Identifikasi
Identifikasikan Sumber Air
Sumber air yang terdapat pada lahan berasal pada pengairan irigasi pegunungan yang
bersumber langsung dari mata air pegunungan.
Bagaimana Pengelolaan Sumber Airnya
83
Untuk mengantisipasi adanya bahan anorganik pada air maka sebelum air masuk areal
lahan ditanam terlebih dahjulu eceng gondok sebagai filternya.
Dalam proses budidaya pertanian organik, pengairan merupakan salah satu faktor penting
dalam keberhasilan budidaya pertanian organik. Sistem pengairan di praktik pertanian
organic berasal dari gunung salak kemudian dari gunung salah mengalir ke sungai cisadane
setelah itu terakhir ke kawasan STPP Bogor.
Air yang langsung berasal dari gunung salak masih murni dan belum tercemar bahan-
bahan kimia berbahaya tetapi setelah melewati aliran dan baru ke lahan praktik, air tesebut
telah tercemar sehingga air tersebut tidak cocok untuk pertanaman tanaman organic. Untuk
memenuhi persyaratan lahan dan tanaman pertanian organic maka air yang tercemar tersebut
dapat dijernihkan kembali.
Cara menjernihkan air tersebut dengan membuat lubang ukuran 1x1x1 m dan membuat
bak penyaringan air mengelilingi bak tersebut. Untuk mengetahui tingkat kejernihan dan
tingkat toksin pada air tersebut yaitu dengan diberikan indikator alami seperti eceng gondok
dan ikan-ikan. Hal ini dikarenakan eceng gondok memiliki akar yang berserabut seperti ijuk
yang berfungsi sebagai penyaring sisa-sisa sampah yang masih terkandung di dalam air dan
berukuran mikro serta bahan-bahan kimia berbahaya lainnya.
Keberhasilan sistem penyaringan dengan eceng gondok ini dapat dilihat dari pertumbuhan
dan perkembangan eceng gondok itu sendiri. Dengan kata lain, semakin banyak eceng
gondok maka kandungan bahan berbahaya pada air tersebut tinggi hal ini disebabkan bahan-
bahan tersebut merupakan indicator kesuburan tanaman eceng gondok.
Eceng gondok merupakan penyaring pertama, lalu untuk tahap penyaringan kedua
menggunakan ijuk. Ijuk berfungsi menyaring bahan-bahan kimia yang berbahaya didalam air
dan dapat menyerap toksik-toksik dalam air dan mengikatnya sehingga air bebas dari bahan-
bahan kimia berbahaya.
Indikator penentu ialah ikan-ikan kecil yang tidak bisa hidup di air yang tercemar. Dengan
adanya indikator terakhir dan utama ini dapat dilihat tingket keberhasilan penyaringan ini.
Jika ditemukan banyak ikan yang mati maka dapat dipastikan air tersebut masih tercemar dan
tidak boleh dipergunakan dalam pertanaman pertanian organik tetapi, jika sebaliknya ikan
tersebut hidup hingga menunjukkan perkembangan yang signifikan maka dapat disimpulkan
bahwa air tersebut terbebas dari bahan-bahan kimia berbahaya atau pencemaran jadi air
tersebut diperbolehkan untuk budidaya pertanian organik.
84
Foto Dokumentasi
85
L.UNIT KOMPETENSI : MEMPERSIAPKAN BENIH / BAHAN
TANAM ORGANIK
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.012.01
86
seperti pemberian pupuk dan pemberantasan hama penyakit sudah dilakukan dengan
benar. Semua usaha perawatan tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan bila yang
ditanam adalah benih jelek. Untuk itulah, seleksi benih harus dilakukan dengan cermat dan
sebaik-baiknya.
Umunya benih dikatakan bermutu bilajenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari
penyakit, dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki.
2. Kebutuhan benih, salah satu kebutuhan yang umum dilakukan petani Indonesia, tetapi
sudah dianggap biasa adalah penggunaan benih ang berlebihan. Petani biasanya
menyediakan benih sampai sekitar 45 kg untuk setiap hektar tanah yang akan ditanaminya.
3. Penyiapan tempat pembenihan, pada prinsipnya sama dengan penyiapan lahan penanaman.
4. Mengecambahkan benih, benih yang sudah terseleksi selanjutnya dikecambahkan
dahulusebelum disebar di persemaian.
87
M.UNIT KOMPETENSI : MENGENDALIKAN HAMA,
PENYAKIT, DAN GULMA SECARA
ORGANIK
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.013.01
Pembahasan
88
2. Pengairan lahan yang kurang terkendali serta drainase yang buruk. Curah hujan yang
tidak menentu serta saluran drainase yang kurang baik akibat tekstur tanah yang liat.
3. Sistem olah tanam yang kurang mendukung, diantaranya dalam proses pemuatan
bedengan serta penentuan lokasi penanaman terung yang tidak sesuai dengan syarat
tumbuh terung.
4. Varietas unggul yang rentan. Dalam budidaya faktor benih juga harus
dipertimbangkan. Kadang penggunaan benih unggul memiliki kelemahan pada daya
toleransi pada hama dan penyakit yang tidak tercantum pada lebel.
5. Kurang memperhatikan keadaan lingkungan disekitar tanaman. Kondisi di sekitar
tanaman harus bersih dari gulma. Jika pada sekitar lahan budidaya banyak ditemukan
rumput/ gulma dan tidak dilakukan sanitasi atau pembasmian gulma maka akan gulma
atau rumput tersebut akan menjadi inang bagi OPT tanaman untuk dapat
berkembangbiak.
6. Cuaca, Iklim, Suhu, dan Kelembapan. Pada musim hujan umumnya banyak
mengundang OPT diantaranya penyakit tanaman yang sulit untuk dikendalikan,
sedangkakn pada musim kemarau biasanya banyak ditemukan hama serangga yang
mengganggu tanaman. Hama dan penyakit biasanya akan berkurang jika tanaman
yang dibudidayan mendapatkan cahaya matahari yang intensif.
7. Keadaan tanah. Keadaan tanah seperti pH tanah, Struktur tanah dapat menjadi faktor
penyebab munculnya hama, penyakit da gulma. Hal tersebut dikarenakan cendawan
atau fungi biasanya sangat mudah tumbuh pada tanah basah selain itu jga tanah yang
masam akan membuat tanaman sulit berkembang dan mengalami penurunan daya
tumbuh sehingga rentan untuk diserang oleh OPT tanaman. Hal ini juga berhubungan
dengan kelembapan tanah yang harus diimbangi dengan suhu tanah yang sesuai.
Hama
1. Ulat Buah 1. puntung rokok satu ons dan air tujuh liter.Cara pembuatan:
2. Ulat tanah masukkan puntung rokok dalam air. Biarkan selama 4–7 hari.
89
Saringlah agar diperoleh air larutan yang bersih. Gunakan untuk
mengendalikan hama yang menyerang tanaman. Penyemprotan
pada pagi dan sore hari.
2. Siapkan bahan-bahan yang diperlukan antara lain, air kelapa 2
liter, ragi tape 1 butir, bawang putih 4 ons, deterjen 0,5 ons dan
kapur tohor 4 ons. Langkah pertama adalah tumbuk bawang putih
hingga halus. Kemudian larutkan deterjen kedalam air kelapa dan
aduk hingga merata. Setelah itu, masukan hasil tumbukan bawang
putih, ragi tape dan kapur tohor. Saring campuran tersebut dengan
kain halus. Langkah terakhir, fermentasikan cairan selama 20 hari
dalam wadah tertutup. Pestisida organik pengusir ulat daun siap
digunakan.
Cara penggunaan, encerkan larutan pestisida organik sebanyak
500 ml dengan 10 liter air bersih. Aduk hingga rata dan masukkan
dalam tangki penyemprot. Frekuensi penggunaan sebanyak 2 kali
seminggu, lakukan terus sampai serangan ulat menurun sampai
taraf ama
Penyakit
1. Antracnose 1. Siapkan daun galinggang gajah 2,5 ons; daun tembakau 2,5 ons;
2. Layu Bakteri daun thitonia 2,5 ons; daun lagundi 2,5 ons; garam 1 ons dan
gambir 3 buah. Tumbuk halus daun galinggang, tembakau,thitonia
dan daun lagun. Kemudian masukan kedalam ember yang berisi 1
liter air bersih, lalu tambahkan garam dan biarkan selama satu
malam. Setelah itu saring larutan tersebut dan peras airnya sampai
kering. Cairkan tiga buah gambir dengan satu gelas air panas dan
campurkan kedalam larutan, aduk hingga merata. Pestisida
organik untuk mengendalikan antraknosa yang biasa menyerang
tanaman cabe siap digunakan.
2. Cara menggunakannya, masukkan larutan di atas ke dalam tangki
semprot 15 liter. Penuhkan dengan air bersih dan aduk-aduk.
Penggunaan pestisida organik ini sebiknya dilakukan sejak
tanaman cabe mulai berbuah, semprotkan seminggu sekali.
90
Kemudian amati tanaman, apabila ada buah cabe yang terserang
antraknosa segera dipetik dan dibuang keluar lahan. Hendaknya
penyemprotan dilakukan pagi atau sore hari. Air semprotan harus
berbentuk kabut biar merata dan teknik penyemprotan dilakukan
dari bawah ke atas. Pada musim hujan kita bisa menambahkan
garam sebanyak 2,5 ons lagi pada larutan.
3. Berdasarkan pengalaman, pestisida organik ini bisa
mengendalikan serangan antraknosa sampai 80 %. Ramuan tidak
tahan lama dan masih bisa dipakai selagi aromanya masih khas.
Apabila aromanya sudah berubah maka kemampuannya pun
sudah menurun.
3. Gulma Teki Dilakukan Secara Manual dengan Langsug disiangi
91
tanaman Warna daun tanaman menjadi
budidaya sedikit lebih menghijau
Tanaman lebih terlihat segar
2 Pengamatan Ke- Pengendalian Tanaman mengalami tingkat
2 OPT pertumbuhan yang cukup
Dan pengamatan signifikan
tanaman
Tabel 18. Pengendalian hama, penyakit dan gulma.
92
N.UNIT KOMPETENSI : MENGELOLA PANEN DAN PASCA
PANEN
KODE UNIT KOMPETENSI : TAN.OT02.014.01
Anda diminta oleh sebuah kelompok tani, untuk mendampingi mereka karena akan
menerapkan sistem pertanian organik. Rencananya tanaman yang akan diterapkan sistem
pertanian organik adalah tanaman hortikultura semusim. Kelompok tersebut akan mulai
menerapkan sistem pertanian organikMulai tanggal 1 Januari 2016
Beberapa kondisi kelompok ini sesuai informasi dari ketua kelompok antara lain :
Lahan anggota kelompok terpencar di beberapa wilayah Desa
Tingkat pendidikan anggota kelompok bervariasi dari SD sampai dengan SMA.
Semua anggota kelompok tani ini awam perihal sistem pertanian organik, yang diketahui
oleh kelompok ini bertani dengan pupuk kandang sudah merupakan penerapan pertanian
organik
Beberapa anggota kelompok, sesungguhnya tidak setuju dengan penerapan pertanian
organik, karena dianggap tidak mungkin
Anggota kelompok terdiri dari beberapa jenis suku bangsa : Jawa, Sunda, Padang, dan
Batak
Sejak 6 bulan yang lalu sudah tidak menggunakan pupuk kimia
Penggunaan pestisida kimia sintesis sampai saat ini
Benih masih menggunakan benih konvensional
Lahan berada di pegunungan
Sumber air yang digunakan adalah irigasi air sungai
Ketersediaan bahan organik yang ada dilapangan hanya terbatas pada kotoran domba dan
kotoran sapi serta sisa-sisa tanaman
OPT endemik yang ada dilokasi adalah serangga pemakan daun
Tentukan:
• Menetapkan waktu panen
• Melaksanakan panen
• Melaksanakan penanganan pasca panen
• Melaporkan hasil panen
93
Hasil Identifikasi
• Pencucian produk organik segar dilakukan dengan menggunakan air standar baku yang
diizinkan untuk sistem pangan organik
• Tidak mencampur produk organik dengan non organik dlm penanganan pasca panen
termasuk dlm pengolahan, penyimpanan dan transportasi
• Tdk menggunakan bhn kimia sintesis dlm proses penanganan pascapanen, penyimpanan
dan pengangkutan
• Peralatan pasca panen harus bebas kontaminasi bahan kimia sintesis
• Tidak menggunakan bhn pembungkus yg menimbulkan kontaminasi produk
• Dalam pengemasan disarankan menggunakan bhn yg dapat di daur ulang atau digunakan
kembali atau menggunakan bhn yg mudah mengalami dekomposisi
• Pencatatan hasil panen
• Pendokumentasian kegiatan pengelolaan pasca panen
• Tindakan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan sesuai Kesehatan, Keselamatan Kerja
dan Lingkungan (K3L).
Alat Dan Bahan
• Ruangan/kelas
• Soal ujian tulis & lembar jawaban
• Alat tulis
• Alat/bahan untuk simulasi
• Referensi (SKKNI, SNI Sistem Pangan Organik, Pedoman Sertifikasi Produk Pangan
Organik )
Perlengkapan K3
• Ruangan bersih
• Meja kursi baik
• Alat bantu layak (operasional)
• Penerangan sesuai standart
• Tindakan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan sesuai Kesehatan, Keselamatan Kerja
dan Lingkungan (K3L).
94
Ruang lingkup pasca panen hasil pertanian
Hasil tanaman berupa produk (hortikultura, pangan, perkebunan) selama pertumbuhan dan
perkembangannya selalu melalui perubahan
Perubahan tingkat kemasakan diawali dari keadaan muda, dewasa (matang), masak (tua)
sampai layu (senescen)
Pemetikan/panen thd buah/organ dilakukan pada saat matang/masak (dapat pula pada
waktu muda untuk tujuan tertentu)
Penanganan Pascapanen:serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak produk dipanen
sampai produk siap dikonsumsi oleh konsumen akhir (sebagai produk segar) atau siap diolah
oleh industri pengolahan pangan (sebagai bahan baku produk olahan).
Pengolahan Hasil Pertanian: serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengubah
produk segar menjadi produk baru dimana terjadi perubahan fisik dan kimia.
Teknologi Penanganan Hasil Pertanian: aplikasi ilmu dan teknologi untuk menangani
bahan hasil pertanian sehingga tetap terjaga mutu dan kualitasnya untuk dimanfaatkan lebih
lanjut.
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian: aplikasi ilmu dan teknologi untuk mengolah
bahan hasil pertanian sehingga tmenjadi produk olahan yang berkualitas/bermutu untuk
dimanfaatkan lebih lanjut.
Manfaat penangan hasil panen
• Memperpanjang waktu dan jumlah tersedianya bhn pangan
• Mempermudah penyimpanan serta distribusinya
• Menaikkan nilai tambah (ekonomis/profit dan sosial/lap. kerja)
• Memperoleh produk hasil pertanian yang lebih menarik: kenampakan, citarasa, sifat fisik
lainnya
• Mendorong tambahnya industri2 non pertanian yang menunjang industri pertanian seperti:
industri kima, gelas, bahan pengepak.
95
BAB IV PEMBAHASAN
= 185 + 187
= 372
= 186 gabah
= 186 x 18
= 3024 gabah
Untuk mengetahui hasil produksi perh hektar maka perlu dicari terlebih dahulu
untuk bobot benih perhasil ubinan dengan patokan berat bobot per 1000 bulir = 25 gr
dengan cara :
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑢𝑏𝑖𝑛𝑎𝑛
𝑥 25 𝑔𝑟
1000
81.648
𝑥 25 = 2.041, 2 𝑔𝑟
1000
Maka dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk perluas ubinan 1 m2
didapatkan hasil sebanyak 2.041, 2 gr atau 2,41 kg/m2.
96
10.000
𝑥 2.041,2 𝑔 = 20.412.000 𝑔𝑟 20.412 𝑇𝑜𝑛/𝐻𝑎
1
Maka dapat dihasilkan untuk hasil produksi pertanian organik pada padi jenis
ciherang ini untuk produksi 1 Ha didapatkan hasil sebanyak 20.412 Ton/Ha.
Hal pertama yang dilakukan dalam budidaya padi organik adalah menyemai benih.
Sebelum benih disemai, kegiatan pertama adalah melakukan seleksi benih. Pemilihan
benih ini dimaksudkan supaya kita menanam benih yang benar-benar baik. Benih padi
yang digunakan untuk luasan lahan yang kami praktekan adalah sebanyak setengah
kilogram.Untuk mengecek baik tidaknya benih tersebut kami melakukan dengan
menguji benih dalam air, benih yang baik adalah benih yang tenggelam, sementara itu
benih yang mengapung adalah benih yang kurang baik, biasanya benih yang
mengapung adalah benih yang kopong ataupun benih yang telah tumbuh.
Untuk memastikan benih yang tenggelam tersebut benar benar baik, maka uji
kembali benih tersebut dengan memasukannya kedalam air yang sudah diberi garam.
Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila
dimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih
adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Benih yang telah diuji lalu
direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2-3 hari
ditempat yang lembab hingga keluar calon tunas dan kemudian disemaikan pada media
tanah. Setelah umur semai 14 - 20 hari benih padi sudah siap ditanam.
Pengolahan lahan untuk penanaman padi sawah organik dilakukan dengan cara
dibajak dan dicangkul. Sawah yang kami jadikan untuk lahan praktek dilakukan 2 kali
pembajakan yakni pembajakan kasar dan pembajakan halus yang diikuti dengan
pencangkulan: Total pengolahan lahan ini bisa mencapai 2-3 hari. Setelah selesai, aliri
dan rendam dengan air lahan sawah tersebut selama 1 minggu.
4.2.3 Penanaman
Sebelum bibit yang ada dipersemaian ditanam, maka lahan yang akan ditanami
terlebih dahulu dilakukan pencaplakan (pembuatan jarak tanam), jarak tanam yang
kami pakai adalah jarak tanam 25 x 25 kemudian dilakukan dengan sistem tanam jajar
legowo 2 : 1. Lakukan penanaman dengan memasukkan 2 - 3 bibit pada satu lubang
tanam. Penanaman jangan terlalau dalam supaya akar bias leluasa bergerak.
4.2.4 Pemeliharaan
Sistem tanam praktek budidaya padi organik tidak membutuhkan genangan air yang
terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya
97
untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi
organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi
dengan ketinggian air rata-rata 1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan
penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan
yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang
penyiangan tanaman digenangi. Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu
langsung mencabut gulma-gulma dan membenamkan ke dalam tanah agar gulma tidak
tumbuh kembali dan dapat juga berfungsi sebagai pupuk organik.
Selain pengendalian gulma, pada praktek ini juga dilakukan pengendalian hama
penyakit dengan cara penyemprotan pestisida nabati. Pestisida nabati yang dibuat
adalah pestisida daun nimba dan sereh (teknik pembuatan secara campuran). Alat dan
bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati sebagai berikut.
Bahan :
Sereh : 108 gr
Lengkuas : 118 gr
Daun Nimba : 72 gr
Alat :
Timbangan
Lumpang
Saringan
Bejana/jerigen
Kompor
Panci
Gunting
Corong
Kertas label
Gelas ukur
1) Bahan baku yang sudah dicampur dan disaring dimasukan kedalam botol atau
jerigen kecil dengan ukuran 2 liter.
2) Jika berat perkemasan sudah ditentukan maka proses pengemasan pun dilakukan,
kemasan yang digunakan masih sederhana, yaitu masih menggunakan bekas
kemasan botol minuman.
3) Jika kemasan sudah siap untuk diisi dengan larutan Insektisida Organik,
masukan Insektisida Organik ke dalam kemasan menggunakan corong, ukuran
beratnya pestisida nabati yang dimasukansampai terisi penuh.
4) Setelah kemasan diisi sampai penuh dengan Insektisda Nabati, langkah
selanjutnya ditutup dengan rapat.
5) Jika sudah ditutup, selanjutnya dipasang label produksi.
6) Selanjutnya Insektisida Organik dalam kemasan tersebut disimpan digudang
penyimpanan untuk kemudian dikirim ke konsumen diaplikasikan.
99
terlalu pagi, karena masih banyak embun sehingga larutanya akan menjadi encer yang
mengakibatkan larutan dosisnya menjadi berkurang. Dosis pestisida nabati yang
digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi ini adalah 40 cc / 10
litter air (dua kali dosis pestisida kimia).
Persoalan-persoalan pertanian pada masa lalu tersebut bisa dikatakan terjadi dalam
seluruh lini proses bertani. Persoalan tersebut bukan lagi berada pada tataran bertani
sebagai unit usaha, namun sudah meluas ke persoalan sosial, dan kebudayaan bertani
itu sendiri. Maka dalam konteks persoalan pertanian secara keseluruhan, pertanian
organik saat ini menjadi sebuah "solusi" terutama yang berkaitan dengan persoalan
lingkungan dan sumberdaya pertanian, kultur bertani, keragaman hayati, independensi
pelaku bertani, dan keadilan pasar.
Dalam hal ini sebenarnya dengan bertani secara organik yang berbasis pada
konteksnya akan memberikan kontribusi pada pemberian peluang yang luas bagi petani
untuk menjadi manusia cerdas dibandingkan dengan bertani secara konvensional.
Karena salah satu muatan pertanian organik adalah berbasis pada sumberdaya lokal
seperti penggunaan dan pemeliharaan bibit lokal, pemanfaatan ulang sampah organik
dan kotoran organik, maka nilai kearifan terhadap pengelolaan dan penataan
sumberdaya dengan sendirinya akan terjaga.
Saat ini yang dapat dilakukan masih dalam taraf penghematan akibat pemanfaatan
bahan sisa di komunitas petani. Bagi rumah tangga petani tambahan pendapatan masih
disebabkan karena kenaikan harga produk pertanian organik karena pergeseran selera
konsumen, terutama konsumen yang memiliki kesadaran akan makanan yang sehat.
Pergeseran ini menyebabkan kenaikan permintaan akan produk organik. Maka dilihat
dari aspek pasarnya bertani organik akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan
bertani secara konvensional, selain itu juga dilihat dari hasil yang didapatkan dari
pertanian organik lebih menguntungkan dibandingkan dengan pertanian konvensional.
100
yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal
milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani, oleh karena
itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan
untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani (Soekartawi et al. 1986).
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani merupakan selisih antara
penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan.
Pada tanggal 4 Januari 2018 tepatnya hari Kamis ketika praktikum Sistem
Pertanian Organik, kami melakukan ubinan untuk memperkirakan hasil panen
komoditas padi organik. Berdasarkan hasil ubinan yang menggunakan ukuran 1 m x 1
m menghasilkan 20.412 kg/ha. Dilihat dari aspek ekonomi hasil produk pertanian
organik dijual dengan harga yang lebih mahal dari harga produk pertanian yang biasa
dikarenakan produk pertanian organik tingkat keamanannya lebih terjamin. Harga beras
organik yang umumnya dijual di masyarakat sebesar Rp. 70.000/ kg sedangkan harga
beras biasa umumnya sebesar Rp. 10.000/kg.
Berdasarkan dari segi harga produk padi organik lebih menguntungkan untuk
dibudiyakan daripada padi non organik. Namun resiko dari kegiatan usaha budidaya
padi organik lebih besar dibandingkan dengan usaha budidaya padi secara biasa,
dikarenakan budidaya padi organik pertumbuhannya lebih lama dibandingkan padi
biasa dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang bisa mrugikan usaha tani.
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek mata kuliah SPO (Sistem Pertanian Organik) dapat
disimpulkan bahwa manfaat dari adanya sistem pertanian organik dengan segala aspeknya
jelas menanamkan keuntungan yang baik untuk pembangunan pertanian rakyat, khususnya
mahasiswa STPP Bogor serta memperbaiki perniagaan lingkungan hidup, termasuk
konservasi sumber daya lahan. Namun penerapannya tidak mudah, perlu waktu untuk
menerapkan system pertanian organik seperti di STPP Bogor.
5.2 Saran
Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan praktek Sistem Pertanian Organik
kita harus memperhatikan segalanya aspek yang akan dilaksanakan, diantaranya yaitu
sebelum memulai praktek alangkah baiknya memperhatikan alat yang akan digunakan dan
bahan media tanam. Bila alat yang akan digunakan tidak mengalami kerusakan maka
kegiatan praktek yang akan dilaksanakan akan berjalan dengan lancar dan tidak akan
mengalami hambatan.
102
Daftar Pustaka
http://demo.mb.ipb.ac.id/uploads/File/Artikel/2012/ARTIKEL%2520SRI.pdf. Di akses pada 10 Januari
2018
http://cybex.pertanian.go.id/files/attachml/Materi%20Folder%20Penyuluhan%202014%20%28Budi
daya%20Padi%20Organik%20dengan%20Metode%20SRI%29.pdf. Di akses pada 10 januari 2018
103
Lampiran
104
Gambar 4. Pencabutan benih
Gambar 5. Penanaman
105
Gambar 8. Pembuatan pestisida nabati
106