Professional Documents
Culture Documents
Manajemen kanker paru merupakan suatu tantangan bagi onkologis. Terapi dapat bersifat kuratif
pada stage awal perjalanan penyakit, akan tetapi sebagian besar pasien tidak terdiagnosis (77%)
sampai terjadi progresivitas penyakit diluar lokasi primer tumor. Sebagian besar pasien akan
mendapatkan terapi yang intensif dan invasif meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi atau
kombinasi tergantung stage penyakit dan performance status pasien.1 Analog platinum menjadi
obat utama dalam terapi tumor, termasuk kanker paru. Cisplatin merupakan analog platinum
pertama yang diperkenalkan dengan profil toksisitas seperti nausea dan vomiting, disfungsi
renal, neuro dan ototoksisitas. Carboplatin diperkenalkan pada tahun 1992 dengan karakteristik
profil toksik yang berbeda dengan cisplatin.2
Tahun 1990 diperkenalkan obat baru yang memilki aktivitas yang signifikan melawan kanker
paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) dan meningkatkan antusias onkologis dalam
menangani KPKBSK terutama yang dalam fase lanjut. Obat baru tersebut adalah golongan
taxanes (paklitaksel dan dosetaksel), vinca alkaloid baru (Vinorelbine), analog deoxycytidine
(gemcitabine) dan topoisomerase I inhibitors (irinotecan dan topotecan).3 Beberapa tahun
terakhir, perkembangan pemahaman mekanisme molekuler penyakit kanker paru mendorong
penemuan obat terapi target reversibel epidermal growth factor receptor (EGFR) tyrosine kinase
inhibitors (TKIs) gefitinib dan erlotinib, dan suatu golongan ErbB blocker yang ireversibel ,
afatinib.4 EGFR terdeteksi overexpressed pada beberapa tipe kanker dan 60% ditemukan pada
kanker paru. Aktivasi EGFR memiliki korelasi dengan prognosis yang buruk.5,6 Mutasi EGFR
terjadi pada 10% kanker paru di Amerika Serikat dan 35% pada populasi kanker paru Asia.7,8
Siklus sel merupakan suatu kaskade yang menyebabkan perkembangan sel untuk berduplikasi
dan berubah menjadi anak sel.terdapat 4 fase perkembangan sel : fase mitosis (M), pasca mitosis
(G1), fase sintesis DNA(S), dan fase pra mitosis (G2). Ketepatan tinggi saat duplikasi DNA
setiap sel selama fase S dan perpindahan yang tepat dari duplikasi kromosom pada saat mitosis
merupakan proses yang harus teregulasi dengan baik.9 Transisi akurat dari fase G1 dari siklus sel
ke fase S merupakan fase krusial untuk proliferasi sel eukariotik. Onkogenesis terjadi saat terjadi
gangguan regulasi pada fase tersebut. 10 Perkembangan sel kanker terjadi melalui dua mekanisme
genetik yaitu aktivasi protoonkogen menjadi onkogen dan inaktivasi tumour suppressor genes.
Mekanisme ini akan mencetuskan perkembangan autonom sel dan menyebabkan proliferasi yang
tidak terkontrol dengan terjadinya perubahan pada sistem selular, meliputi11 :
Ditinjau dari siklus sel, obat kemoterapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang
memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase-fase tertentu dari siklus sel disebut dengan cell-
cycle specific (CSS) seperti vinkristin, vinblastine, hidroksiurea, metotreksat dan asparaginase.
Golongan obat yang kedua adalah cell cycle non specific (CCNS) seperti zat alkilator, sisplatin,
prokarbazin, dan nitrosourea. Terdapat juga golongan yang bekerja melalui mekanisme
penghambat tirosin kinase seperti gefitinib dan imatinib.12
Sisplatin
Sejak pertama kali digunakan, sisplatin memberikan pengaruh yang besar terhadap pengobatan
kanker. Obat ini ditemukan secara kebetulan melalui observasi bahwa kompleks platinum
menghambat pembelahan Escherichia coli. Mekanisme kerja sisplatin diduga mirip dengan
alkilator. DNA merupakan target utama sisplatin.12,13 Sisplatin merupakan jenis obat yang dapat
berinteraksi dengan basis purin DNA dengan membentuk ikatan silang, menghambat biosintesis
DNA dan mengganggu mekanisme perbaikan DNA. Sisplatin akan mengaktifkan beberapa
sinyal transduksi pathway seperti ATR, p53, p73 dan MAPK. Proses ini akan berujung ke
aktivasi apoptosis.13,14
Efek samping sisplatin yang utama adalah nefrotoksisitas. Akumulasi sisplatin di ginjal lebih
besar dibanding organ lain karena obat ini diekskresi di ginjal. Konsentrasi sisplatin di epitel
tubular proksimal lima kali lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi serum. Hidrasi yang
cukup dengan garam fisiologis atau manitol penting untung mengurangi nefrotoksisitas.12,13 Efek
samping yang lain adalah hepatotoksik, kardiotoksik, nausea, muntah, penurunan jumlah
prosudksi sel darah dan trombosit di sumsum tulang (mielosupresi) serta menurunkan respons
terhadap infeksi (immunosupresi).13,15
Berdasarkan pedoman diagnosis dan penatalaksanaan kanker paru di Indonesia, regimen untuk
kemoterapi lini pertama untuk KPKBSK adalah 16:
National comprehensive cancer network (NCCN) memberikan pedoman kemoterapi untuk kasus
neoadjuvant dan adjuvant yaitu17 :
- Cisplatin 50 mg/m2 hari 1 dan 8, vinorelbine 25 mg/m2 hari 1,8,15,22 setiap 28 hari untuk
4 siklus
- Cisplatin 100 mg/m2 hari 1, vinorelbine 30 mg/m2 hari 1,8,15,22 setiap 28 hari untuk 4
siklus
- Cisplatin 75-80 mg/m2 hari 1, vinorelbine 25-30 mg/m2 hari 1 + 8 setiap 21 hari untuk 4
siklus
- Cisplatin 100 mg/m2 hari 1, etoposide 100 mg/m2 hari 1 sampai 3 setiap 28 hari untuk 4
siklus
- Cisplatin 75 mg/m2 hari 1, gemcitabine 1250 mg/m2 hari 1,8 setiap 21 hari untuk 4 siklus
- Cisplatin 75 mg/m2 hari 1, dosetaksel 75 mg/m2 hari 1 setiap 21 hari untuk 4 siklus
- Cisplatin 75 mg/m2 hari 1, pemetrexed 500 mg/m2 hari 1 untuk nonskuamosa (tanpa
subtipe histologis spesifik) setiap 21 hari untuk 4 siklus
- Regimen kemoterapi untuk pasien dengan komorbid atau pasien yang tidak toleransi
dengan cisplatin dapat diberikan paclitaxel 200 mg/m2 hari 1, carboplatin AUC 6 hari 1,
setiap 21 hari
Suatu metaalanisis uji klinik melaporkan penggunaan cisplatin memiliki respons yang lebih
baik dibandingkan dengan karboplatin. Syahrudin E dkk.18 melaporkan penggunaan cisplatin
+ etoposide memiliki tokisiti yang dapat ditolelansi akan tetapi respons terapinya rendah.
Untuk alasan itu perlu dilakukan peninjauan ulang pemakaian cisplatin + etoposide sebagai
kemoterapi lini pertama pada kasus KPKBSK stage lanjut.18 Sedangkan pada penelitian lain
Syahrudin E dkk.19 menemukan respons kemoterapi kombinasi karboplatin dan etoposide
cukup baik dengan overall response rate 78,7%.