You are on page 1of 23

DESKRIPSI KEDUDUKAN ASESMEN DAN EVALUASI

HASIL BELAJAR DALAM PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Penilaian
Pembelajaran Biologi yang Dibina Oleh Dr. Murni Saptasari, M.Si.

Oleh:
Kelompok 1/ Kelas C
Aida Fithriyatur Rohmah 170341864562
Granitha Chandika Komsi 170341864554
Mushoffa 170341864553
Usratussyarifah 170341864522

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JANUARI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Deskripsi Kedudukan Asesmen dan Evaluasi Hasil Belajar dalam
Pendidikan”.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu
dalam penyelesaian makalah ini, baik yang berupa sumbangan pikiran, bimbingan,
ide dan motivasi yang sangat berarti, terutama ditujukan kepada:
1. Dr. Murni Saptasari, M.Si. sebagai dosen pembina matakuliah Pengembangan
Penilaian Pembelajaran Biologi.
2. Rekan-rekan mahasiswa pascasarjana pendidikan biologi kelas C yang telah
memberikan bantuan, semangat dan motivasi.
Segala bantuan yang diberikan kepada penulis semoga menjadi amal ibadah dan
diridhoi Allah SWT.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang luput
dari koreksi, sekalipun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terakhir penulis menyampaikan harapan
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Malang, Januari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran ................................. 3
1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional .............. 3
2. Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) ................................................................................. 4
3. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian ....... 5
B. Pengertian Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi ........................................ 7
1. Pengukuran .......................................................................................... 7
2. Asesmen ............................................................................................... 9
3. Evaluasi .............................................................................................. 12
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian ............ 5
C. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam Kurikulum 2013 .................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komponen penting dalam program pembelajaran diantaranya adalah
kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian. Penilaian atau asesmen
pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran,
sehingga kegiatan asesmen harus dilakukan oleh pengajar sepanjang rentang waktu
berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini menjadi alasan bahwa kemampuan
untuk melakukan penilaian atau asesmen merupakan kemampuan yang
dipersyaratkan bagi setiap tenaga pengajar (Yustarina, 2016).
Selain istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment) dikenal pula
beberapa istilah lainnya yaitu pengukuran (measurement), tes (test) dan testing.
Diantara ketiga istilah tersebut, tes merupakan istilah yang paling akrab dengan
guru. Hal tersebut disebabkan karena tes prestasi belajar (Achievement test)
seringkali dijadikan sebagai satu-satunya alat untuk menlai hasil belajar siswa.
Padahal tes sebenarnya hanya merupakan salah satu alat ukur hasil belajar. Tes
prestasi belajar (Achievement test) sering kali dipertukarkan pemakaian oleh guru
dengan konsep pengukuran hasil belajar. Dengan demikian, perlu adanya upaya
untuk memperkenalkan kepada guru tentang pengertian dan esensi tentang konsep
evaluasi, asesmen, tes dan pengukuran yang sesungguhnya. Diantara perselisihan
tersebut, asesmen merupakan istilah yang belum dikenal secara umum. Para guru
seringkali salah dalam menafsirkan makna asesmen yang sesungguhnya. Istilah
asesmen perlu diperkenalkan kepada guru. Hal ini disebabkan karena asesmen telah
menjadi khazanah peristilahan dalam dunia pendidikan kita. Selain dari itu,
pemahaman tentang asesmen juga dapat mendukung keberhasilan guru dalam
melaksanakan praktek penilaian pembelajaran dikelas.
Salah satu aspek penting yang dapat dinilai dari seorang guru profesional
yaitu dalam hal penilaian hasil belajar siswa. Karena penilaian hasil belajar
merupakan salah satu aspek penting dari kompetensi pedagogik yang dapat
menggambarkan kemampuan siswa serta ketercapaian tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Mengingat tuntutan kurikulum 2013 bahwa penilaian hasil belajar
siswa ditekankan pada penilaian proses dan hasil sehingga diperlukan penilaian
yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena makalah ini

1
disusun untuk membahas mengenai deskripsi dan kedudukan asesmen serta
evaluasi hasil belajar dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran?
2. Bagaimana membedakan pengertian pengukuran, asesmen, dan evaluasi?
3. Bagaimana pengetahuan tentang pengukuran, asesmen, dan evaluasi digunakan
dalam pembelajaran?

C. Tujuan
1. Mengetahui dasar hukum asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran.
2. Mengetahui pengertian dan perbedaan dari asesmen, pengukuran serta evaluasi.
3. Mengetahui penggunaan pengetahuan tentang pengukuran, asesmen, dan
evaluasi dalam pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran


1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
a. Pasal 57 ayat (1) dan (2) Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi, Bagian Kesatu
tentang Evaluasi
1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang,
satuan, dan jenis pendidikan.
3) Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
b. Dipertegas lagi pada pasal 58 ayat (1) dan (2)
1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.
2) Evaluasi hasil peserta didik, satuan pendidikan dan program pendidikan
dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan
dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.
c. Pasal 59 ayat (1), (2), dan (3)
1) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap
pengelola, satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
2) Masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang
mandiri untuk melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud.
3) Ketentuan mengenai evaluasi sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

3
2. Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP)
Implikasi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pada penilaian adalah perlunya
penyesuaian terhadap model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas.
Penilaian kelas terdiri atas penilaian eksternal dan internal. Penilaian ekternal
merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan
proses pembelajaran, yaitu suatu lembaga independen, yang di antaranya
mempunyai tujuan sebagai pengendali mutu. Adapun penilaian internal adalah
penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pengajar pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
Dalam Bab 1 Pasal 1 ayat (11), (17), (18), (19), (20) dikemukakan
pengertian Standar penilaian, Penilaian, Evaluasi pendidikan, Ulangan, Ujian.
Selain itu juga penilaian diatur dalam Bab IV Pasal 22 yang berisi tentang:
a. Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar
yang harus dikuasai.
b. Teknik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan
penugasan perseorangan atau kelompok. asesmen proses dan hasil belajar
dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes:
Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang
dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat
ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai
alat ukur sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya dan Teknik
nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung ataupun tak
langsung, angket ataupun wawancara.
c. Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran IPTEK pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi individu
minimal satu kali dalam satu semester.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan
nasional mencakup beberapa aspek, yaitu:

4
a. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah.
b. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas penilaian
hasil belajar oleh pendidik satuan pendidikan tinggi diatur oleh masing-
masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan
untuk memantau proses kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
ulangan kenaikan kelas. Fungsinya untuk menilai pencapaian kompetensi
peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan
memperbaiki proses pembelajaran.
d. Penilaian belajar kelompok meliputi mata pelajaran agama, akhlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian pengamatan terhadap perubahan prilaku
dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta
didik; serta ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif peserta didik.
e. Mata pelajaran IPTEK meliputi ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
f. Mata pelajaran estetika pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap
untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta
didik.

3. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian


Permendikbud ini menjelaskan kriteria mengenai lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta
didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Lingkup penilaian pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
dijelaskan pada Bab II pasal 2 yaitu terdiri atas: a) penilaian hasil belajar oleh
pendidik; b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c) penilaian
hasil belajar oleh pemerintah dan dijelaskan lebih detail pada pasal 3 mengenai

5
aspek penilaian hasil belajar peserta didik yang meliputi aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Tujuan penilaian hasil belajar dijelaskan lebih lanjut dalam Bab III pasal
4 yaitu untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik dalam mencapai Standar Kompetensi
Lulusan secara berkesinambungan untuk semua mata pelajaran dan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu.
Prinsip penilaian hasil belajar dijelaskan dalam Bab IV pasal 5 yaitu
sebagai berikut:
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur;
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khususserta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adatistiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta
didik;
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Hal ini

6
dijelaskan secara detail pada Bab V pasal 6 sampai pasal 8 mengenai bentuk
penilaian. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk mengukur dan
mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik, memperbaiki proses
pembelajaran dan menyusun laporan kemajuan hasil belajar (hasil belajar harian,
tengah semester, akhir semester, akhir tahun, dan/atau kenaikan kelas).
Sementara untuk penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian
sekolah/madrasah. Kemudian untuk penilaian hasil belajar oleh pemerintah
dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan
maupun pemerintah dijelaskan lebih lanjut pada Bab VI pasal 9 sampai dengan
pasal 11. Kemudian untuk prosedur penilaian dijabarkan pada Bab VII pasal 12
sampai pasal 13 dan instrument penilaian dijabarkan pada Bab VIII pasal 14.

B. Pengertian Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi


1. Pengukuran
Menurut cangelosi (1995) yang bermaksud dengan pengukuran
(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang
telah ditentukan. Dalam hal ini pendidik menaksir prestasi siswa dengan
membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja
mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera
mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka
atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Pengukuran (Measurement) merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem
angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka. Pernyataan tersebut diperkuat
dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki
oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan
formulasi yang jelas. Aturan atauformulasi tersebut harus disepakati secara

7
umum oleh para ahli. Dengan demikian, pengukuran dalam bidang
pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik
tertentu.Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi
karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih
ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan
ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Pada Tabel 1 diberikan
contoh standar kriteria yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menyusun laporan praktikum IPA.
Measurement dapat dilakukan dengan cara tes atau non-tes. Amalia
(2003) mengungkapkan bahwa tes terdiri atas tes tertulis (paper and pencil
test) dan tes lisan. Sementara itu alat ukur non-tes terdiri atas pengumpulan
kerja siswa (portofolio), hasil karya siswa (produk), penugasan (proyek), dan
kinerja (performance).
Tabel 1. Contoh Acuan Standar Penilaian Laporan Praktikum Siswa
Aspek yang Skor
No Komponen/ kriteria
Dinilai Maksimal
A Sistematika 1. Judul 10
(Kelengkapan & 2. Tujuan
sistematika 3. Dasarteori
komponen- 4. Alat danBahan
komponen 5. Cara Kerja
laporan) 6. Data HasilPraktikum
7. AnalisisData
8. JawabanPertanyaan
9. Kesimpulan
10. DaftarPustaka
B Isi Laporan 1. Merumuskan judul dan 5
tujuan praktikum dengan
2. benar Menjelaskan Dasar 5
Teori dengan ringkas dan
3. jelas Menyusun alat dan 5
bahandengan spesifikasi
4. yangtepat 5
Menyusun langkah kegiatan
5. praktikum dengan kalimat 10
pasif Menyusun data hasil
praktikum secara sistematis
6. dan komunikatif dalam 20

8
Aspek yang Skor
No Komponen/ kriteria
Dinilai Maksimal
kolom pengamatan
7. 10
Menganalisi data secara
induktif berdasarkan
8. 10
teori/kepustakaan Menjawab
pertanyaan-pertanyaan
praktikum dengan benar
9. 5
Menyusun kesimpulan dengan
tepat berdasarkan hasil
praktikum dan hasil diskusi
Merujuk dan Menuliskan
daftar pustaka minimal dua
kepustakaan

2. Asesmen
Menurut Firman (2000), penilaian merupakan proses penentuan
informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk melakukan
pertimbangan sebelum keputusan. Suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar, baik menggunakan tes dan non tes. Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif
dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan
dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,
bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah
mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari
kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian
kompetensi atautujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. Asesmen memiliki dua tujuan,
yaitu tujuan isi dan tujuan proses (Herman, dkk., 1992). Asesmen yang
berkaitan dengan tujuan isi digunakan untuk menentukan seberapa jauh peserta

9
didik telah mempelajari pengetahuan dan keterampilan spesifik. Dalam hal ini
asesmen harus terfokus pada hasil belajar peserta didik. Asesmen yang berkaitan
dengan proses digunakan untuk mendiagnosis kekuatan dan kelemahan peserta
didik serta merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta
didik. Tujuan asesmen pembelajaran pada dasarnya tergantung pada penggunaan
jenis-jenis asesmen. Ada empat jenis asesmen dalam pembelajaran, yaitu: (a)
asesmen formatif dan sumatif; (b) asesmen objektif dan subjektif; (c) asesmen
acuan normatif dan acuan patokan, dan (d) asesmen formal dan informal.
a. Asesmen formatif dan sumatif
Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan di akhir pembelajaran, dan
digunakan untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik.
Asesmen formatif umumnya dilaksanakan selam proses pembelajaran
berlangsung. Kegiatan asesmen formatif dapat berbentuk pemberian balikan
atas pekerjaan peserta didik, dan tidak akan dijadikan sebagai dasar untuk
kenaikan kelas peserta didik. Dalam konteks belajar, asesmen sumatif dan
formatif disebut dengan asesmen belajar.
Salah satu bentuk asesmen formatif adalah asesmen diagnostic.
Asesmen diagnostic mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik
untuk mengidentifikasi program belajar yang sesuai dengan kemampuan
peserta didik. Asesmen mandiri oleh peserta didik merupakan bentuk
asesmen diganostik yang melibatkan peserta didik mengakses dirinya
sendiri.
b. Asesmen objektif dan subjektif
Asesmen bentuk objektif merupakan bentuk pertanyaan yang
memiliki satu jawaban yang benar. Asesmen subjektif merupakan bentuk
pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban yang benar (atau lebih
dari satu cara mengungkapkan jawaban yang benar). Ada beberapa jenis
pertanyaan berbentuk objektif dan subjektif. Jenis pertanyaan berbentuk
objektif yaitu pertanyaan yang memiliki alternatif jawaban benar dan salah,
pilihan ganda, pertanyaan menjodohkan, dan jawaban ganda. Pertanyaan
subjektif yaitu pertanyaan yang membutuhkan jawaban luas dan ada yang
berbentuk uraian.

10
c. Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
Asesmen acuan patokan, biasanya menggunakan tes acuan patokan,
merupakan asesmen yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta
didik berdasarkan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Asesmen
acuan patokan membandingkan kemampuan peserta didik dengan criteria,
atau asesmen yang memfokuskan diri pada kinerja individu yang diukur
berdasarkan pada criteria atau standar absolute. Asesmen acuan patokan
seringkali digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik. Prosedur
asesmen acuan patokan mencakup urutan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Identifikasi hasil belajar yang diharapkan.
2) Rumuskan kriteria. Jika memungkinkan, libatkan peserta didik dalam
merumuskan kriteria
3) Rencanakan kegiatan belajar yang membantu peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.
4) Sebelum kegiatan belajar berlangsung, komunikasikan kriteria tersebut
dan pekerjaan yang akan diakses.
5) Berikan contoh kinerja yang diinginkan.
6) Implementasikan kegiatan belajar.
7) Gunakan beberapa metode asesmen berdasarkan tugas yang diberikan.
8) Kaji kembali data asesmen dan evaluasi masing-masing tingkat kinerja
peserta didik atau kualitas pekerjaan dengan menggunakan kriteria.
9) Apabila diperlukan, berikan tanda huruf (misalnya A, B, C, D) yang
menunjukkan pemenuhan hasil belajar peserta didik dan orangtua.
10) Laporkan hasil asesmen kepada peserta didik dan orangtua.
Asesmen acuan normatif, atau dikenal dengan penentuan rangking
berdasarkan kurva norml, biasanya menggunakan tes acuan normatif, tidak
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain yaitu asesmen yang
distandarkan pada sekelompok individu yang kinerjanya dinilai dalam
hubungannya dengan kinerja individu lainnya. Asesmen ini sangat efektif
untuk membandingkan kemampuan peserta didik satu dengan peserta didik
lainnya. Asesmen untuk ujian masuk sekolah biasanya emnggunakan

11
asesmen acuan normative, karena asesmen ini dapat menunjukkan proporsi
jumlah calon peserta didik yang lulus datau diterima di sekolah atau di
universitas , dan bukan menunjukkan tingkat kemampuan calon peserta
didik yang sesungguhnya.
d. Asesmen formal dan informal
Asesmen formal biasanya diwujudkan dalam bentuk dokumen
tertulis, seperti tes tertulis. Asesmen formal diberikan skor dalam bentuk
angka atau penentuan rangking berdasarkan pada kinerja peserta didik.
Asesmen informal tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking akhir
peserta didik. Asesmen ini biasanya dilakuan dengan cara yang lebih
terbuka, seperti kegiatan asesmen yang dilaksanakan melalui observasi,
inventori, partisipasi, evaluasi diri dan teman sebaya, dan diskusi.

3. Evaluasi
Menurut Kumano (2001), evaluasi merupakan penilaian terhadap data
yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut
Calongesi (1995), evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan
hasil pengukuran. Calengosi (1995) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat
dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar,
baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian
nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang
sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang
sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan
demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan
pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002).
Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.
Purwanto (2002) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program
dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan
pendidikan dapat dicapai.

12
C. Evaluasi, Assesmen, dan Pengukuran Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan Kompetensi
Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Untuk
mengetahui ketercapaian KD, guru harus merumuskan sejumlah indikator sebagai
acuan penilaian dan sekolah juga harus menentukan ketuntasan belajar minimal atau
kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk memutuskan seorang peserta didik sudah
tuntas atau belum. KKM menggambarkan mutu satuan pendidikan, oleh karena itu
KKM setiap tahun perlu dievaluasi dan diharapkan secara bertahap terjadi
peningkatan KKM.

Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dari Kurikulum 2006 berdampak pada


perubahan empat SNP, salah satunya adalah standar penilaian. Menurut lampiran
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013, standar penilaian merupakan kriteria mengenai
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang
dijadikan sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah
pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar
penilaian bertujuan untuk menjamin perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan
prinsip-prinsip penilaian.
1. Pengukuran dalam Kurikulum 2013
Untuk suatu usaha pengukuran banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus
dibahas, yaitu kesahihan (validitas), keterandalan (realiabilitas) dan kepraktisan.
 Validitas
Suatu alat pengukuran dikatakan valid jika ia benar-benar cocok untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Jadi suatu untuk mata pelajaran tertentu
dikatakan valid jika ia benar-benar cocok dengan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan untuk dicapai dengan penyajian matapelajaran tertentu.
 Realiabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika ia menghasilkan suatu gambaran (hasil
pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya. Ciri ini menunjukkan bahwa
alat pengukur itu tidak rusak sehingga dapat diandalkan untuk membuahkan
hasil pengukuran yang sebenarnya. Jika alat pengukurannya reliabel,
pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan memakai alat yang sama

13
terhadap obyek dan subyek yang sama hasilnya akan tetap atau relatif sama.
 Kepraktisan
Ada tiga hal yang dianggap sebagai ciri kepraktisan alat pengukur atau ujian
a) Penghematan : suatu ujian dikatakan praktis jika penggunaan waktu, tenaga
dan biaya relatif kecil
b) Kemudahan dalam pengadministrasian: suatu ujian dikatakan praktis kalau
mudah dalam pengadministrasiannya.
c) Kemudahan dalam penginterpretasian: suatu ujian dikatakan praktis kalau
mudah menginterprestasi hasilnya (Harun, 2007)

2. Penilaian dalam Kurikulum 2013

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan dan


Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, menjelaskan bahwa penilaian
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh Pendidik,
penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan; dan penilaian hasil belajar oleh
Pemerintah. Ketiga penilaian tersebut dirangkum dalam gambar berikut.

Gambar. Penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah

14
Salah satu ciri atau karakteristik kurikulum 2013 terkait penilaian adalah
diharuskannya guru melakukan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan
penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan
(input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik,
serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen
(input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil
belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional
(instructional effects) dan dampak pengiring (nurturant effects) dari pembelajaran.
Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.
Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa
yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, ada beberapa kata kunci dalam penilaian
autentik, yakni 1) Penilaian input, yakni menilai kemampuan awal siswa terkait apa
yang akan dipelajari. Misalnya: pretest, apersepsi, brainstorming; 2) penilaian
proses, yakni penilaian pada saat proses pembelajaran berlangsung. Misalnya
menilai kesungguhan siswa, penerimaan siswa, kerjasama, kemampuan
menyelesaikan tugas yang diberikan, penilaian diri, penilaian antar sejawat, dan lain-
lain; 3) penilaian hasil, yakni menilai kompetensi siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung. Misalnya menilai kompetensi pengetahuan siswa dengan cara tertulis,
lisan atau penugasan, dan menilai keterampilan siswa dengan cara tes praktik/unjuk
kerja, portofolio, tugas projek (Alimuddin, 2014).

Penilaian Sikap

Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta didik


sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian sikap
memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan
keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini,
penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan membina perilaku serta budi
pekerti peserta didik. Penilaian sikap dilakukan oleh semua guru mata pelajaran,

15
guru BK, dan wali kelas, serta warga sekolah. Teknik penilaian sikap dijelaskan pada
skema berikut.

Gambar. Skema Penilaian Sikap

Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan


peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif,
serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan
ketercapaian KD pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian
pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Guru mata pelajaran
menetapkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan
dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada saat menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus.

Gambar. Skema Penilaian Pengetahuan

16
Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai


kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
Keterampilan dalam Kurikulum 2013 meliputi keterampilan abstrak (berpikir) dan
keterampilan konkret (kinestetik). Kaitannya dalam pemenuhan kompetensi,
penilaian keterampilan merupakan penilaian untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4. Penilaian
keterampilan menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu.

Gambar. Skema Penilaian Pengetahuan


3. Evaluasi dalam Kurikulum 2013
Evaluasi hasil belajar merupakan salah satu jenis kegiatan evaluasi pendidikan
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran serta selalu didahului oleh
kegiatan penilaian dan pengukuran. Untuk memberikan informasi yang akurat serta
mencapai tujuan sebagaimana diharapkan, penilaian dan pengukuran di dalam
evaluasi hasil belajar harus dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan standar yang
harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pengalaman belajar (Alimuddin,
2014). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut dijelaskan
bahwa evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil
penilaian. Hasil dari evaluasi ini adalah naik/tidak naik kelas, lulus atau tidak lulus,
remedial atau tidak remedial.

17
Evaluasi mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada pengukuran dan
penilaian mencakup semua komponen dalam sistem. Komponen dalam sistem yang
dimaksud yaitu sebuah sistem pendidikan, sistem kurikulum, dan sistem
pembelajaran. Menurut Arifin (2010) komponen dalam sistem tersebut dapat
dilakukan tidak hanya pihak internal (evaluasi internal) tetapi juga pihak eksternal
(evaluasi eksternal), seperti konsultan mengavaluasi sesuatu program atau
kurikulum.
Dengan demikian, evaluasi pembelajaran hendaknya (a) dirancang sedemikian
rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi yang akan dievaluasi,
alat evaluasi dan interpretasi hasil evaluasi (b) menjadi bagian integral dari proses
pembelajaran (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat
(instrumen) dan sifatnya komprehensif (d) diikuti dengan tindak lanjut. Di samping
itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan, prinsip berorientasi
kepada kecakapan hidup, prinsip belajar aktif, prinsip kontinuitas, prinsip
koherensi, prinsip keseluruhan, prinsip paedagogis, prinsip diskriminalitas, dan
prinsip akuntabilitas (Arifin, 2010).

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dasar hukum asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran dimuat dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian.
2. Pengukuran adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris
untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah
ditentukan. Asesmen adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta
didik. Evaluasi adalah suatu proses pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik
yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
3. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan Kompetensi
Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik.
Untuk mengetahui ketercapaian KD, guru harus merumuskan sejumlah indikator
sebagai acuan penilaian dan sekolah juga harus menentukan ketuntasan belajar
minimal atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk memutuskan seorang
peserta didik sudah tuntas atau belum. Karakteristik penilaian kurikulum 2013
menggunakan penilaian autentik.

B. Saran
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat diambil refleksi yang
ditujukan pada pembaca sebagai sumber pengetahuan pada konsep asesmen,
evaluasi dan pengukuran dalam pengaplikasiannya dalam pendidikan.

19
DAFTAR RUJUKAN

Alimuddin. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Prosiding Seminar Nasional


Vol.1 No.1: Makasar

Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur,Cet; II,


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
Depdikbud. 2013. Permendibud Nomor 66 Tahun 2013. Jakarta: Kemendikbud
Depdikbud. 2014. Permendibud Nomor 104 Tahun 2014. Jakarta: Kemendikbud
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2017. Panduan penilaian Oleh
pendidik dan satuan pendidikan: Kemendikbud

Harun, Rahman Fathur. 2007. Penilaian dalam Pendidikan. Universitas Sumatera


Utara.

Herman, J.L. et al. 1992. A Practical Guide to Alternative Assessment. California: The
Regents of The University of California.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and
Practice. Japan: Shizuoka University.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. 2016. Online. http://bsnp-
indonesia.org/wpcontent/uploads/2009/09/Permendikbud_Tahun2016_Nomor0
23.pdf. Diakses 30 Januari 2018.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendididkan
Penilaian dan Evalusia Pembelajaran. 2005. Jakarta: Lembaga Negara
Indonesia.
Purwanto, N. 2002. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda Karya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Indonesia. 2003. Jakarta: Lembaga Negara Indonesia.

20

You might also like