You are on page 1of 9

ANALISIS PEMILIHAN KATA (DIKSI) DALAM KEHIDUPAN

SEHARI-HARI

Andra Wati

Abstrak

Pemilihanan kata dalam kehidupan sehari-hari harus mengikuti kaidah tata


bahasa Indonesia dan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Tujuan dari penulisan ini adalah mendeskripsikan pemilihan kata dalam satu
ragam bahasa berkaitan dengan ketepatan pemilihan kata dan kesesuaian
pemilihan kata. Analisis pemilihan kata dalam kehidupan sehari-hari.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan


pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau
diksi. Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa
Indonesia yang baik dan yang benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan
maupun tulisan, sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa,
paragraf, dan wacana.

Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman


yang baik ihwal penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting,
bahkan mungkin vital, terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam
berkomunikasi. Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata
untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengarnya. Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa.
Hal itu juga disertai dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki banyak
bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan juga
memiliki karakter berbeda-beda sehingga penggunaan bahasa tersebut berfungsi
sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu masyarakat tersebut. Dalam
kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi
dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan menangkap informasi
dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun dikarenakan salah paham.

Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu


keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-
memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap
makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya
digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis
(jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca
mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.

1.2 Rumusan Masalah

Pemilihan kata juga dituntut mengikuti kaidah tata bahasa dan ejaan bahasa
Indonesia yang benar. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai ketika
seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan
menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun
dikarenakan salah paham. Rumusan masalah tersebut adalah bagaimana pemilihan
kata yang baik? Bagaimana kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui kesalahan-kesalahan dalam


pemakaian gabungan kata dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan ini diharapkan
dapat membantu memberi gambaran mengenai pilihan kata.

1.4 Metode

Analisis pemilihan kata dalam kehidupan sehari-hari pada tulisan ini


dilakukan dengan analisis pustaka dan observasi terhadap pemilihan kata dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan pemilihan kata
(diksi), digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa
yang ditetapkan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Kamus
Besar Bahasa Indonesia.

Pembahasan mengenai pemilihan kata (diksi) dalam kehidupan sehari-hari


ini dibagi dalam beberapa bagian. Bagian pertama pendahuluan, menjelaskan
dasar pemikiran tulisan ini secara sederhana. Selanjutnya menjelaskan pemilihan
kata tersebut secara spesifik. Sebagai penutup disajikan pula simpulan singkat dan
saran penulis.

HASIL PEMBAHASAN

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata


dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.

Pembagian Makna Dalam Pemilihan Kata:

Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya . Denotatif adalah suatu
pengertian yang dikandung dalam sebuah kata secara objektif. Makna denotatif
lazim disebut 1) makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil
pengamatan menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, atau pengalaman
yang berhubungan dengan informasi faktual dan objektif. 2) makna sebenarnya,
umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna
sebenarnya). 3) makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenar.
Contoh:
Wanita dan perempuan secara konseptual sama ; gadis dan perawan secara
denotatif sama makananya, kumpulan, rombongan, gerombolan, secara konseptual
sama maknanya. Istri dan bini secara konseptual sama.

Makna konotasi adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap social, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual . Makna konotatif atau konotasi berarti makna kias, bukan makna
sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat lain,
sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Kalimat dibawah
ini menunjukan hal itu:

· Dia adalah wanita manis (konotatif)

· Dia adalah wanita cantik (denotatif)

Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan
gambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu
maksud yang bersifat memukau perasaan kita.

Makna Umum dan Makna Khusus

Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.


Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, mana
kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Makin umum suatu
kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran.
Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikt terjadi
salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan
kata semakin cepat. Contoh Kata umum: melihat. Kata khusus: melotot, melirik,
mengintip, menatap, memandang. Kata umum: berjalan. Kata khusus: tertatih-
tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap. Kata umum: jatuh. Kata khusus:
terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur, terjerembab, terperosok,
terjungkal.

Kata Konkret dan Abstrak


Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata
konkret , seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika suatu kata tidak mudah
dicerap panca indra maka kata itu disebut kata abstrak , seperti gagasan dan
saran.Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak
mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan
tetapi jika dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat
menjadi samar dan tidak cermat.

Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan . Sinonim ialah persamaan makna kata.
Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk ejaan, dan pengucapannya.
Contoh: Agung, besar, raya; mati, mangkat, wafat, dan meninggal; cahaya, sinar;
Ilmu, pengetahuan; bodoh, tolol.

Perubahan Makna

Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya,


pengembangan diksi tejadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada
penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana. Pengembangan tersebut dilakukan
memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatif berdampak pada
perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan kuantitas maupun
kualitasnya. Selain itu ,bahasa berkembang dengan sesuai kualitas pemikiran
pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup
perluasan, penyempitan, pembatasan, pelemahan, pengaburan, dan penggeseran
makna. Faktor penyebab perubahan makna adalah Kebahasaan, meliputi
perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat. Perubahan intonasi adalah
perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan tekanan.
Contoh dalam kalimat:

· Paman teman saya belum nikah

· Paman, teman saya belum nikah


Perubahan struktur frasa. Contohnya adalah kaleng susu (kaleng bekas
tempat susu) susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng). Perubahan bentuk
kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan bentuk.
Contohnya adalah tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke- maka menjadi ketua,
makna berubah menjadi pemimpin.

Kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata antara lain kesalahan


pemakaian gabungan kata yang mana, di mana, daripada. Contohnya adalah
“dalam rapat yang mana dihadiri oleh para ketua RT dan Rw” dan “Demikian tadi
sambutan Pak Lurah di mana beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun
bekerja”.

Kalimat pertama kerap terdengar dalam aktivitas bermasyarakat kalau kita


amati. Terdapat dua kesalahan dalam pemakaain bentuk gabungan itu, kesalahan
pertama, dalam sebagian kalimat itu terdapat kata yang berlebih atau mubazir
yang mengakibatkan terjadinya polusi bahasa. Kata mana dalam kalimat pertama
tidak diperlukan, cobalah baca kalimat pertama tanpa kata mana, jadi bunyinya
berubah seperti ini. Dalam rapat yang dihadiri oleh para ketua RT dan Rw.
Kalimat kedua pada bagian besar kalimat ini terjadi salah pakai bentuk gabung di
mana tidak boleh dipakai dalam bentuk kalimat. Fungsi di mana dan yang mana
bukan sebagai penghubung klausa-klausa, baik dalam sebuah kalimat maupun
penghubung antar kalimat. Kalimat ini harus dipecah menjadi dua yaitu
“Demikian tadi sambutan Pak Lurah” dan Beliau telah menghimbau kita untuk
lebih tekun dan bekerja”

Ada pun kalimat terakhir ini sama seperti kalimat pertama yaitu kesalahan
pemakaian gabungan kata dengan, di, dan ke. Pemakaian kata dengan dalam
kalimat terutama ragam lisan, sering tidak tepat, contoh:

· Sampaikan salam saya dengan Dona

· Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.


Kata dengan pada kalimat diatas harus diganti dengan kepada, jika tidak
kepada siapa salam ditujukan. Kata dengan tidak cocok dipakai untuk kalimat
diatas karena dengan dapat berarti bersama.

Senada dengan kekeliruan pemakaian kata sambung dengan, pemakaian


yang keliru juga sering terjadi untuk kata depan di dan ke yang seharusnya diisi
oleh kata pada dan kepada. Kata depan di dan ke harus diikuti oleh tempat, waktu,
sedangkan kepada harus diikuti nama/jabatan orang atau kata ganti orang. Contoh:

· Buku agendaku tertinggal di rumah Andi

· Jangan menoleh ke kiri

Simpulan

Dari pembahasan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi


atau pilhan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata itu. Diksi berfungsi sebagai
alat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembaca atau penulis terhadap
pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi. Diksi memiliki beberapa syarat-
syarat ketepatan agar menimbulkan imajinasi yang sesuai antara pembicara dan
pendengar. Fungsi diksi secara umum ialah agar masyarakat dapat berkomunikasi
dengan baik dan benar agar terhindar dari salah penafsiran dan kesalahpahaman
antara pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca. Gaya bahasa atau langgam
bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan
maksudnya.

Saran

Bagi kita semua perlu mempelajari dan memahami bagaimana penggunaan


diksi yang tepat dan cermat. Karena seseorang selalu dibebankan berkomunikasi
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys (1997): Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-


Flores, Penerbit Nusa Indah.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Arifin, Zainal, dkk.1991. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT Mediyatama


Sarana Perkasa.

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan Kepribadian


di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.

Hs, Widjono. 2007. Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Grasindo

Moeliono, Anton M. 1982 “Diksi atau Pilihan Kata: Suatu Spesifikasi di dalam
kosa kata” Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid III. Nomor 3.
Jakarta: Bharata.

Rahardi, Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Erlangga.

You might also like