Professional Documents
Culture Documents
NIM : 201410410311246
Kelas : Farmasi A
FEBRUARI 2017
1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan glikosida saponin,
triterpenoid dan steroid dalam tanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Sapindus
Spesies : Sapindus rarak DC Gambar 1. Sapindus rarak DC
Tanaman lerak atau Sapindus rarak merupakan tumbuhan famili Sapindaceae dengan
nama daerah lerak, rerak atau lerek. Tanaman ini berupa pohon dan mampu tumbuh pada
dataran tinggi maupun rendah. Bagian yang digunakan dari lerak adalah buahnya dengan
kandungan saponin dan minyak lemak yang bersifat sebagai pembunuh serangga.
Tanaman lerak termasuk tumbuhan berukuran besar dengan tinggi dapat mencapai 42
m dan diameter batang sekitar 1 m. Daun berbentuk oval, perbungaanya majemuk, malai
terdapat di ujung batang dan berwarna putih kekuningan. Buahnya berbentuk bundar
seperti kelereng dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sabun untuk mencuci berbagai
macam kain seoerti dalam industri batik karena tanaman ini buahnya mengandung
saponin. Selain sebagai pencuci kain batik di Jawa biasa juga digunakan untuk mencuci
perhiasan yang terbuat dari logam mulia, sebagai pembersih muka guna menghilangkan
jerawar dan dapat digunakan sebagai obat penyakit kulit terutama penyakit kudis.. Buah
yang tua berwarna cokelat kehitaman dengan permukaan buah yang licin dan mengkilap.
Bijinya bundar dan berwarna hitam, daging buahnya sedikit berlendir, dan mengeluarkan
aroma wangi. Kayunya sangat ringan dan biasa digunakan sebagai papan cor, batang
korek api dan kerajinan dari kayu. Kulit batang dapat digunakan sebagai pembersih
rambut. Dalam bidang pertanian dapat digunakan sebagai insektisida (serangga) dan
nematisida terutama cacing tanah. Sementara khasiat farmakologiknya antara lain adalah
sebagai antijamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik, peluruh dahak, dan
diuretik.
Buah lerak terdiri dari 75% daging buah dan 25% biji. Pada penelitian Nunik SA
disebutkan bahwa senyawa, alkaloid, steroid, dan triterpen yang dikandung oleh buah
lerak secara berurutan adalah, 1%, 0,036%, dan 0,029%. Bagian daging buah banyak
mengandung saponin yaitu sekitar 38% yang merupakan racun yang cukup kuat. Selain
racun, buah lerak juga mengandung sekitar 26% sejenis minyak yang tidak mudah
mengering yang terdiri dari gliserida, asam palmitat dan asam.
Triterpenoid
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa diam
(stationary) dan fasa bergerak (mobile). KLT dapat digunakan untuk keperluan yang luas
dalam pemisahan-pemisahan senyawa yang berwarna maupun tidak berwarna. Selain itu juga
memberikan hasil pemisahan yang lebih baik dan juga membutuhkan waktu yang lebih cepat.
Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada dalam
sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, atau penyerapan, atau penukaran ion pada zat
berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan
untuk percobaan identifikasi atau penetapan kadar. Kromatografi yang sering digunakan
adalah kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi
gas. Sebagai bahan penyerap selain kertas digunakan juga zat penyerap berpori, misalnya
alumunium dioksida yang diaktifkan, asam silikat atau silica gel kiselgur dan harsa sintetik.
Bahan tersebut dapat digunakan sebagai penyerap tunggal atau campurannya atau sebagai
penyangga bahan lain. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih
berguna untuk percobaan identifikasi, karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk zat
dengan jumlah sedikit. Kromatografi gas memerlukan alat yang lebih rumit, tetapi cara
tersebut sangat berguna untuk percobaan identifikasi dan penetapan kadar.
Penjerap yang dipakaai untuk KLT ialah silika gel, alumina, keselgur, dan selulosa.
Silika gel merupakan penjerap yang paling banyak dipakai dalam KLT dan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Karena sebagian besar silika gel bersifat sedikit asam, maka
asam sering agak mudah dipisahkan. Jadi meminimumkan reaksi asam-basa antara penjerap
dan senyawa yang dipisahkan.
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada KLT lebih baik dikerjakan
dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Tetapi dapat juga menggunakan harga Rf, hal
ini dapat didefinisikan sebagai berikut :
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑐𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑜𝑡𝑜𝑙𝑎𝑛
Harga Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut.
Fase gerak bergerak dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Pelarut yang digunakan
sebagai fase gerak hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan sistem
pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran yang sesederhana mungkin yang
terdiri atas maksimum 3 komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian
volume total 100. Pelarut pengembang dikelompokkan ke beberapa golongan oleh Snyder’s
berdasarkan kekuatan pelarutnya. Menurut Stahl (1985) eluen atau fase gerak yang
digunakan dalam KLT dikelompokkan kedalam 2 kelompok, yaitu untuk pemisahan senyawa
hidrofil dan lipofil. Eluen untuk pemisahan senyawa hidrofil meliputi air, metanol,asam
asetat, etanol, isopropanol, aseton, n-propanol,ter-butanol, fenol, dan n-butano 1 sedangkan
untuk pemisahan senyawa lipofil meliputi etil asetat, eter, kloroform, benzena, toluena,
sikloheksana, dan petroleum eter
Pada praktikum kali ini eluen yang digunakan meliputi :
a. N-Heksana
N-heksana adalah senyawa dengan rumus kimia C6H14 yang merupakan hidrokarbon
yang banyak digunakan sebagai pelarut organik yang memiliki sifat mudah menguap.
“n” pada n-heksaba mengandung arti normal yang artinya rantai hidrokarbonnya lurus
atau linier yang dituliskan CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
b. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc,
dengan Et mewakili gugus etil dan Oac mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam
skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang
lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak danya proton yang
bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor,
oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat elarutkan air hingga 3% dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelrutannya meningkat pada suhu yang lebih
tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalm air yang mengandung basa
1.3 Prosedur Kerja
a. Uji Buih
0,2 gram ekstrak Dimasukkan kedalam tabung reaksi + air suling 10 ml. Dikocok
Sapindus rarak DC kuat-kuat selama kira-kira 30 detik
Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama lebih
dari 30 menit dengan tinggi 3 cm diatas permukaan cairan
b. Reaksi Warna
- Preparasi Sampel
- Uji Liebermann-Burchard
- Uji Salkowski
A B
OH
O
H H
H
O
H
Dengan adanya air, gugu hidrofil akan berikatan dengan air, sedangkan gugus
hidrofob akan menjauhi air atau menengah ke atas (udara). Bagian polar (hidrofil) dapat
bergabung dengan molekul air, tetapi bagian nonpolar (hidrofob) ditolak karena daya kohesif
antara molekul-molekul air. Akibatnya zat tersebut diabsorpsi pada antarmuka air-udara.
Adsorbsi molekul saponin pada permukaan air dapat mengakibatkan penurunan tegangan
permukaan air yang dapat menimbulkan buih. Buih merupakan suatu struktur yang relatif
stabil yang terdiri dari kantong-kantong udara terbungkus dalam lapisan tipis cairan, dispersi
gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat penurun tegangan permukaan. Berdasarkan
hal tersebut saponin diklasifikasikan sebagai zat penurun tegangan permukaan.
Reaksi warna dapat dilakukan dengan uji Liebermann-Burchard dan uji Salkowski.
Sebelumnya dlakukan preparasi sampel dengan melarutkan kira-kira 0,5 gram ekstrak
Sapindus rarak DC dalam 15 ml etanol, lalu dibagi menjadi 3 bagian sama banyak (@5ml)
ke dalam 3 tabung reaksi yang sudah diberi label IIA,IIB, dan IIC. Uji Liebermann-Burchard
menggunakan laruan IIA sebagai blanko, dan larutan IIB yang ditambahkan 3 tetes asam
asetat anhidrat dan 5 tetes H2SO4 pekat. Uji ini dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya
senyawa triterpenoid atau steroid dalam ekstrak Sapindus rarak DC. Hasil dari uji reaksi ini
menunjukkan bahwa ekstrak Sapindus rarak DC mengandung senyawa triterpenoid, karena
setelah ditambahkan asam setat anhhidrat sebagai pereaksi menghasilkan warna kuning
kecoklatan yang berubah menjadi warna merah keunguan setelah ditetesi dengan asam sulfat
pekat yang berfungsi sebagai oksidator.
(CH3CO)2O H2SO4 pekat
CH3COOH
Dimana rantai samping yang ada pada nomor 16 (R1) dan pada nomor 24 (R2),
merupakan rantai samping dari struktur saponin triterpenoid yang biasanya berbeda satu sama
lain tergantung jenisnya. Misalnya :
Hideragenin : R1 = H, R2 = CH2OH
Gypsogenin : R1 = H, R2 = CHO
Asam oleat : R1 = H, R2 = CH3
Selain uji Liebermann-Burcardh, reaksi warna juga dapat dilakukan dengan uji
Salkowski. Pada uji ini menggunakan larutan IIA sebagai blanko dan larutan IIC yang
ditambahkan dengan 1-2 ml H2SO4 pekat secara perlahan melalui dinding tabung reaksi. Uji
ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya senyawa steroid tak jenuh (kolesterol).
Sebenarnya untuk mengetahui ada tidaknya steroid tak jenuh juga dapat dilakukan dengan uji
Liebermann-Burchard. Perbedaan dari kedua uji tersebut adalah, jika pada uji Salkowski
termasuk uji kualitatif, sedangkan untuk uji Liebermann-Burchard merupakan uji kuantitatif
terhadap steroid dan harus dilakukan secara bersamaan dengan uji Salkowski. Pada uji
Salkowski, penambahan asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila
didalam sampel (ekstrak Sapindus rarak DC) terdapat kolesterol (steroid), maka lapisan
kolesterol dibagian atas menjadi warna merah. Cincin merah kecoklatan yang terbentuk
merupakan hasil reaksi antara koelsterol dengan asam sulfat pekat. Oleh karena itu, dengan
terbentuknya cincin merah kecoklatan menunjukkan bahwa didalam ekstrak Sapindus rarak
DC terdapat steroid tak jenuh.
Perhitungan nilai Rf
4,9
Rf 1 : = 0,6125 ≈ 0,61
8
6,2
Rf 2 : = 0,775 ≈ 0,78
8
Brotosisworo, S. 1979. Obat Hayati Golongan Glikosida. 44-45. Fakultas Farmasi UGM,
Yogyakarta
Sunaryadi. 1999. Ekstraksi dan isolasi saponim buah lerak (Sapindus rarak) serta
pengujian daya defaunasinya [tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor
http://www.plantamor.com/database/database-tumbuhan/daftar-tumbuhan_i618?genus-
page=all&src=1&skw=Sapindus%20rarak&g=Sapindus&s=rarak