Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Panduan praktis ini disusun secara sistematis yang membantu praktisi dan
pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan kesehatan. Rekomendasi ini
dapat diadopsi, dimodifikasi, atau ditolak menurut kebutuhan klinis dan kendala, dan
tidak dimaksudkan untuk menggantikan kebijakan kelembagaan local. Jurnal ini
merupakan perbaharuan dari “Practice Guidelines for Sedation and Analgesia by
Non-Anesthesiologists: An Updated Report by the American Society of
Anesthesiologists (ASA) Task Force on Sedation and Analgesia by Non-
Anesthesiologists,” adopted in 2001 and published in 2002.
II. Isi
II.1 Definisi
Pedoman ini berlaku untuk sedasi sedang, dan analgesia pada sebelum,
sesaat dan setelah prosedur pembedahan. Terdapat tingkatan sedasi, dimulai dari
sedasi minimal (anxiolysis) hingga anestesi umum. Sedasi sedang atau sedasi yang
disebabkan oleh obat-obatan merupakan sedasi dalam untuk anesthesia umum dapat
diperoleh dari rute baik oral maupun parenteral.
Berdasar panduan ini, analgesia itu sendiri mengacu pada penanganan nyeri
atau ketidaknyamanan pasien, saat prosedur yang membutuhkan sedasi sedang.
1
II. 2 Tujuan
Fokus pada penelitian ini adalah mengenai penggunaan dari obat sedasi dan analgesia
sedang pada dewasa dan anak.
Pasien eksklusi atau yang dikecualikan dari pedoman ini adalah
- Pasien yang sedang menjalani prosedur diagnostik atau terapeutik
(misalnya,analgesia pasca operasi).
2
- Pasien sedasi minimal (anxiolysis) kurang dari 50% nitrous oxide dalam
oksigen tanpa yang lain
- Pasien dengan obat penenang atau analgesik dengan rute apapun dan obat
penenang oral atau analgesik tunggal dalam dosis yang sesuai untuk
perawatan tanpa pengawasan kecemasan atau rasa sakit.
- Pada pasien yang menerima sedasi dalam, anestesi umum, atau konduksi
utama (yaitu, neuraxial) anestesi.
- Pasien tidak sedang mengonsumsi obat penenang yang diberikan sebelum
atau selama regional dan pusat
anestesi neuraxis, premedikasi untuk anestesi umum, intervensi tanpa obat penenang
(misalnya, hipnosis,
akupunktur)
II.4 Aplikasi
Pedoman ini digunakan untuk semua yang menggunakan sedasi sedang, pemberian
analgesia pada pasien yang baru masuk atau yang baru keluar, pada ambulance,
laboratorium, onkologi klinik, urologi, oftalmologi, surgery suits, dsb.
II.5 Pedoman
- Melihat catatan rekam medis pasien, lihat komorbid yang menyertai pasien
(organ besar yang abnormal, pbes, obstruktif sleep apneu, masalah airway
karena anatomi, kongenital, sedasi sebelumnya, penyakit pernapasan, alergi,
inflamasi usus, riwayat operasi, toleransi nyeri
- Pemeriksaan fisik
- Tes pemeriksaan laboratorium
3
Rekomendasi evaluasi pasien
- Melihat catatan rekam medis pasien,
o lihat komorbid yang menyertai pasien (organ besar yang abnormal,
obesitas, obstruktif sleep apneu, masalah airway karena anatomi,
kongenital, sedasi sebelumnya, penyakit pernapasan, alergi, inflamasi
usus, riwayat operasi, toleransi nyeri
o Riwayat operasi dan sedasi/analgesi sebelumnya
o Riwayat sulit airway, malampati
o Pengobatan yang sedang dijalankan, aleri
o Memakai sedasi anelgetik/tidak
- Pemeriksaan fisik vital signh auskultasi pada jantung, paru, evaluasi airway,
abnormaitas major yang lain
- Laboratorium berdasarkan kondisi pasien, pemeriksaan fisik, dan keadaan
yang berhubungan pada managemen sedasi/analgesi sedang
- Preprosedur evaluasi dari beberapa hari sebelumnya
- Reevaluasi lagi sesaat sebelum prosedur
4
o Dilakukan pada pasien yang tidak stabil (status ASA 4,antisipasi sulit
airway, CAD, CHF, dan jika sedasi dilakukan dan membutuhkan
penanganan adekuat konsutasi dengan anestesiologis
- Sebelum prosedur, informasikan ke pasien mengenai keuntungan, resiko,
keterbatasan sedasi/analgesi, alternative lain
- Informasikan ke pasien sebelum akan dilakukan prosedur, tidak boleh minum
cairan atau makanan padat untuk beberapa waktu, untuk mengosongkan
lambung sebelum prosedur
- Saat waktu prosedur, Tanya kapan terakhir intake oral
o Evaluasi resiko aspirasi pulmonar dari cairan lambung, tentukan target
level sedasi, apakah prosedur harus ditunda atau tidak
o Untuk situasi emergensi saat lambung tidak bisa dikosongkan, jangan
tunda prosedur sedasi sedang hanya karena waktu puasa saja
Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan sedasi sedang dan analgesia dapat
dihindari jika sudah diketahui respons obat adverse respons dan sudah dilakukan
penanganan di waktu yang tepat. Pasien yang tidak di monitoring dapat
meningkatkan resiko komplikasi0komplikasi tersebut (dekompensasi kardiovaskular,
hipoksia serebral)
Monitoring pasien didalamnya termasuk
- Level kesadaran pasien, di lihat dari respon pasien spontan atau tidak, apakah
merespon perintah atau tidak selama prosedur dengan sedasi/analgesi sedang
- Monitoring ventilasi dan oksigenasi pada pasien : fungsi ventilator, lihat tanda
klinis, kapnografi, dan oxymetri
- Monitoring hemodinamik oasien : tekanan darah, denyut janutng, EKG
- Catat parameter pada monitor secara kontinu
- Cek respons selama monitoring
5
Rekomendasi monitoring pasien
Level kesadaran
- Secara periodic (tiap 5 menit) monitoring respon pasien terhadap
perintah verbal selama sedasi sedang, kecuali pada pasien yang
memang tidak dapat merespon sebelumnya
- Selama prosedur, jika respon verbal tidak bisa dilakukan (pembedahan
pada faring, oral, atau dilakukan endoskopi) berikan perintah pasien
untuk mengangkat jempolnya, berikan perintah pada pasien untuk
mengontrol airway dan bernapas dalam
Ventilasi dan oksigenasi
- Secara kontinu monitoring fungsi ventilasi dengan observasi tanda
klinis yang bersifat kualitatif
- Secara kontinu monitoring fungsi ventilator pada kapnografi , pada
pasien yang tidak koperatif, kapnografi dilakukan setelah sedasi
sedang
- Secara kontinu monitoring pulse oxymetri, dengan alarm
Monitoring hemodinamik
- Cek tekanan darah sebelum sedasi/analgesi,
- Saat sudah dicapai sedasi/analgesi, secara konitu monitoring tekanan
darah (interval 5 menit) dan denyut jantung selama prosedur,
monitoring apakah tanda itu dipengaruhi tidakan prosedur atau tidak
- Gunakan monitoring EKG selama sedasi sedang pada pasien dengan
penyakit kardiovaskuler, untuk menngantisipasi terjadinya disaritma.
Catat parameter-parameter yang telah di monitoring
- Catat level kesadaran pasien, ventilator dan oksigenasi status, variable
hemodinamik
o Minimal 1. Pencatatan sebelum diberikan sedative/analgesi, 2.
Setelah diberikan sedasi dan analgesi 3. Pada waktu interval
selama prosedur 4. Selama initial recovery 5. Sesaat sebelum
dipulangkan
6
o Nyalakan alarm agar team alert terhadap perubahan kritis pada
pasien
Menilai pasien monitoring
- Lihat apakah ada tanda apneu dan obstruksi saluran napas, mencari
bantuan bila dibutuhkan
- Individu yang dapat menilai pasien monitoring bukan yang melakukan
prosedur pembedahan, tetapi yang dapat mengecek level
sedasi/analgesi pasien, menstabilisasi tanda vital pasien, dan
memaintain monitoring yang adekuat.
Rekomendasi suplemen oksigen
- Oksigen diberikan selama sedasi/anelgesi sedang kecuali ada
kontraindikasi pada pasien dan prosedur pembedahan
7
- Individu dapat mengetahui dan menangani komplikasi airway seperti
pada apneu, spasme laring, obstruksi airway, membuka airway,
melakukan suctioning secret, dan melakukan bag-valve-mask ventilasi
- Individu dapat melakukan akses intravena
- Individu dapat melakukan kompresi dada
- Defibrillator, atau eksternal defibrillator tersedia
- Tersedia individu yang mempunyai keahlian dalam life support
(intubasi trakea, defibrilasi, dan obat-obat resusitasi
- Emergensi servis pada ruangan prosedur (telefon, call button)
Pada pedoman ini, obat sedatives tidak ditujukan untuk anestesi umum termasuk
benzodiazepin (midazolam, diazepam, flunitrazepam, lorazepam, temazepam), dan
dexmedetomidine. Analgesik diberikan dengan sedative termasuk fentanyl, alfentanil,
remifentanil, meperidin, morfin, dan nalbuphine. Pedoman mengacu pada:
- Benzodiazepine dan dexmedetomidin
- Kombinasi Sedative/opioid
- Obat IVdan non IV sedatives/analgesi yang tidak ditujukan untuk
general anestesi
- Titrasi sedative/analgesi yang tidak ditujukan untuk general anestesi.
Rekomendasi
- Pemberian kombinasi dari sedasi dan analgesi untuk mencapai efek
kondisi pasien yang diinginkan
o Penambahan analgesic untuk mengurangi nyeri
o Penambahan sedative untuk menutunkan kecemasan
- Dexmedetomidin sebagai alternative dari sedative benzodiazepine
8
- Pada pasien dengan IV sebagai obat sedasi dan analgesi, maintain
akses vascular selama prosedur, sampai pasien tidak beresiko untuk
depresi cardiorespirasi
- Pada pasien dengan sedasi/analgesi nonIV atau pada akses IV line
yang terblock, buka kembali akses intravena
- Pemberian intravenous obat sedative dan analgesic dalam dosis kecil,
lewat infus, titrasi
o Beri waktu yang cukup antara dosis sehingga efek puncak
setiap dosis dapat dinilai sebelum pemberian obat selanjutnya
- Bila obat diberikan melalui oral, perectal, IM dan transmukosal
berikan waktu yang cukup memadai untuk penyerapan dan efek
puncak dari dosis tersebut sebelum pertimbangan suplementasi
9
- Untuk prosedur sedasi dengan sedative/analgesi sedang yang ditujukan
untuk general anestesi via manapun, berikan perawatan sesuai dengan
yang dibutuhkan untuk anestesi umum
- Obat yang ditujukan untuk anestesi umum adalah yang mampu untuk
mengidentifikasi dan menyelamatkan pasien dari deep sedation yang
tidak diinginkan, atau general anesthesia
- Bagi pasien yang menerima obat penenang intravena / analgesik obat
yang ditujukan untuk anestesi umum, pertahankan akses vaskular
selama prosedur dan sampai pasien tidak lagi berisiko terkena depresi
kardiorespirasi
- Pada pasien yang telah menerima obat penenang / analgesik ditujukan
untuk anestesi umum dengan nonintravenous rute atau jalur intravena
telah terlepas atau diblokir, tentukan kelayakan untuk membangun
kembali akses intravena
- Berikan obat penenang / analgesik intravena ditujukan untuk anestesi
umum dalam dosis kecil, bertahap, infus, titrasi ke titik akhir yang
diinginkan
- Beri waktu yang cukup antara dosis sehingga efek puncak setiap dosis
dapat dinilai sebelum pemberian obat selanjutnya
- Bila obat diberikan melalui oral, perectal, IM dan transmukosal
berikan waktu yang cukup memadai untuk penyerapan dan efek
puncak dari dosis tersebut sebelum pertimbangan suplementasi
10
atau secara fisik merangsang pasien untuk bernafas dalam, (2) berikan
oksigen tambahan, dan (3) sediakan ventilasi tekanan positif jika
ventilasi spontan tidak memadai
- Gunakan agen reverse dalam kasus di mana kontrol saluran napas,
ventilasi spontan atau ventilasi tekanan positif tidak memadai
◦ Berikan naloxone untuk membalikkan opioid-inducee sedasi dan
depresi pernapasan
◦ Berikan flumazenil untuk membalik benzodiazepin yang
diinduksi sedasi dan depresi pernafasan
• Setelah agen reverse, amati dan monitor pasien untuk waktu
yang cukup untuk memastikan sedasi dan depresi kardiorespirasi
tidak kambuh saat efek antagonis diberikan
Pasien yang menerima sedasi sedang dapat beresiko untuk terjadi komplikasi setelah
prosedur selesai. Penurunan stimulasi dari penyerapan obat yang tertunda setelah
pemberian nonintravenous, dan eliminasi obat lambat dapat menyebabkan sedasi
residual dan depresi kardiorespirasi selama periode pemulihan. Bila sedasi / analgesia
diberikan, dari lakukan perawatan pemulihan berikut ini:
(1) melanjutkan pengamatan dan pemantauan sampai efek obat hilang
dan (2) tentukan kriteria efek obat yang sudah hilang
11
- Pantau ventilasi dan sirkulasi secara berkala (mis., setiap 5 sampai 15
menit) sampai pasien sesuai untuk dilepas
- Menentukan kriteria pelepasan pasien untuk meminimalkan risiko sistem
saraf pusat atau depresi kardiorespirasi Setelah keluar dari pengamatan
dengan dilatih personil
.
12