Professional Documents
Culture Documents
“Hemofilia”
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. A
Usia : 11 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Alamat : Darungdung Kidul 01/03
Tanggal MRS : 21 Oktober 2016
Nomor RM : xxxxxx
Nama OT : Tn. A
Alloanamnesa
KU : demam
RPS :
Pasien menjalani sirkumsisi ± sebulan yang lalu, orang tua pasien mengatakan
sebelum disunat sudah dilakukan berbagai persiapan terhadap pasien dalam perjalanan sunat
agar tidak terjadi perdarahan dari Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Setelah tindakan
sunat, selama 8 hari pasien diharuskan kontrol ke RSHS. Selama pengawasan 8 hari dan
keadaan pasien baik, pasien diperbolehkan untuk pulang kerumah dengan pemberian obat
inject koate yang hanya bisa dilakukan pada tenaga medis.
Keluarga pasien meminta pertolongan bidan untuk menyuntikan obat tersebut, namun
mendapat rujukan ke puskesmas terdekat. Sesampainya di puskesmas, pasien mendapat
rujukan ke dokter spesialis anak. Orang tua pasien tidak langsung membawa anaknya ke
rumah sakit selama beberapa minggu, kemudian dibawa ke RS Cianjur.
RPD : riwayat hemophilia dari umur 2 tahun
RPK : ibu pasien mengatakan tidak ada pihak keluarga yang mengalami masalah kesehatan
yang serupa dengan pasien
RPO : ibu pasien mengatakan selama tidak ada luka atau tidak ada perdarahan, pasien tidak
mengkonsumsi obat apapun.
R. Alergi : tidak ada alergi obat atau makanan
R. Psikososial : pasien tinggal bersama ayah dan ibunya, makan teratur sehari 3x. Jarang
berolahraga karena orang tua pasien khawatir bahwa pasien akan terbentur atau terluka.
R. kehamilan dan kelahiran :
3
ANC rutin ke bidan
Bayi lahir cukup bulan, lahir spontan, langsung menangis, tidak kebiruan, tidak ada cacat
lahir.
R. Asupan Nutrisi
0 – 6 bulan : ASI eksklusif
7 – 18 bulan : bubur + ASI + susu formula
> 19 bulan : makan biasa
Kesan : nutrisi baik
R. Imunisasi
Ayah pasien mengatakan anaknya sudah tidak pernah disuntik lagi sejak mengetahui
penyakit pada anaknya.
Kesan: imunisasi dasar tidak lengkap.
R. Perkembangan
Personal sosial : Berpakaian sendiri, gosok gigi sendiri, mengambil makan sendiri
Motorik halus : meraih mainan sendiri diusia 4 bulan, mulai memasukkan sesuatu
kedalam mulut usia 8 bulan, dapat memegang sendok sendiri 12 bulan.
Motorik kasar : mulai tengkurep diusia 4 bulan, mulai duduk diusia 6 bulan, mulai dapat
berdiri diusia 9 bulan dan mulai dapat berjalan di usia 13 bulan.
Bahasa : Mulai menamai benda atau memanggil ayah dan ibunya diusia 1 tahun.
Kesan : perkembangan baik.
Pemeriksaan Fisik
KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
TTV :
S : 36.5oC
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 70x/mnt
RR : 24 x/mnt
Antropometri :
BB : 35 kg
4
TB : 140 cm
IMT : 17.9 kg/m2
Kesan pertumbuhan sesuai usia
Status gizi :
Kesan : gizi baik
Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut tidak mudah dicabut
Mata : Isokor (+/+), CA (-/-), SI (-/-)
Hidung : Sekret (-), septum deviasi (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir pucat (-)
Telinga : Normotia
Leher : Pembesaran KBG (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-), otot napas tambahan (-)
Palpasi : tidak dilakukan
5
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : vesikuler +/+, whe: -/-, rho:-/-
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I/II reguler, gallop (-),murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2detik, sianosis (-), edema(-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, sianosis (-),edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Jenis pemeriksaan Hasil 21/10/16 Nilai rujukan Satuan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 9.7 11.5 – 15.5 g/dl
Hematokrit 31.2 32– 42 %
Trombosit 441 150 – 450 103 /uL
Leukosit 9.7 4,5 – 10,5 103 /uL
Eritrosit 4.39 4 – 5,2 106 /uL
MCV 71 80 - 94 Fl
MCH 22.1 27 - 31 Pg
MCHC 31.1 33 - 37 %
Resume
Anak A, laki – laki, 11 tahun, datang dengan tujuan kontrol dan terapi inject koate post
sirkumsisis dengan hemophilia. Riwayat hemophilia sejak berumur 2 tahun. Tidak
mengkonsumsi obat minum atau obat apapun yang berhubungan dengan penyakitnya.
Pemeriksaan Fisik :
6
S : 36,3oC
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 70 x/mnt
RR : 24 x/mnt
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 97 g/dL
Ht : 31.2%
MCV : 71 fL
MCH : 22.1 pg
MCHC : 31.3%
Diagnosa
Diagnosis Kerja : Hemophilia A
Differential Diagnosis : Defisiensi faktor XII
Penyakit von Willebrand
Penatalaksanaan
Mencegah perdarahan dengan cara menghindari trauma
Tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan perdarahan seperti mencabut gigi
atau sirkumsisi tanpa persiapan
Hindari obat-obatan yang mengganggu fungsi trombosit (asam asetil salisilat/asetosal
dan antiinflamasi nonsteroid) → untuk nyeri: parasetamol/asetaminofen
Hindari suntikan i.m. dan pengambilan darah vena/arteri yang sulit
Sebelum menjalani prosedur invasif penderita harus mendapat replacement therapy
(konsentrat faktor pembekuan VIII/ IX atau DDAVP untuk hemofilia ringan–sedang)
Perdarahan akut → sedini-dininya (<2 jam)
Perdarahan berat → RS fasilitas/pelayanan hemofilia
Anjuran latihan teratur (meningkatkan kekuatan otot dan sendi, menghindari olahraga
yang bersifat kontak badan)
Hindari aktivitas yang memungkinkan terjadinya trauma
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
HEMOFILIA
Definisi:
hemofilia adalah gangguan perdarahan yang di turunkan secara resesif melalui kromosom X,
ditandai dengan terganggunya proses pembekuan darah akibat rendah atau tidak adanya faktor
VIII atau IX.
Klasifikasi
Klinis
Hemofilia A (classic hemophilia)
Disebabkan kurang atau tidak adanya faktor VIII. Sekitar 90% kasus hemofilia menderita
hemofilia tipe ini.
Hemofilia B (Christmas disease)
Disebabkan kurang atau tidak adanya faktor IX.
Derajat hemofilia
Berat, FVIII/FIX: <1% (<1 IU/dL)
Sedang, FVIII/FIX: 1–5% (1–5 IU/dL)
Ringan, FVIII/FIX: 5–25% (5–25 IU/dL)
Etiologi
Hemofilia disebabkan oleh gangguan pada salah satu gen terkait kromosom X (Xh). laki – laki
yang medapatkan kromosom X dengan hemofilia (XhY) akan menderita hemofilia. Pada
perempuan, apabila terdapat dua kromosom X dengan hemofilia (XhXh), perempuan tersebut
akan menderita hemofilia. Apabila hanya terdapat satu kromosom X hemofilia, perempuan
tersebut akan menjadi karier hemofilia, yang terkadang mengalami gejala hemofilia. Perempuan
ini dapat menurunkan hemofilia kepada anaknya secara resesif terkait kromosom X.
Hemofilia juga dapat ditemukan pada penderita tanpa riwayat keluarga hemofilia. Hal ini
diakibatkan adanya mutasi pada gen yang mngekspreskan protein faktor pembekuan sehingga
didapatkan defisiensi atau sama sekali tidak ada fakrtor pembekuan. Sekitar 30% pasien
hemofilia termasuk dalam kelompok ini.
Diagnosis
Manifestasi utama hemofilia adalah perdarahan yang sulit berhenti atau berlangsung lebih lama
(delayed bleeding) yang dapat terjadi dengan atau tanpa penyebab yang jelas atau perdarahan
dan memar tanpa sebab yang jelas.
Tanda umum lainnya adalah:
Perdarahan pada sendi (hemartrosis) yang tampak sebagai pembengkakan, nyeri atau rasa
kencang pada sendi. Biasanya mengenai sendi lutut, siku dan pergelangan kaki. Biasanya
tampak saat anak mulai merangkak
8
Perdarahan di bawah kulit (memar) atau otot atau jaringan lunak yang menyebabkan
timbunan darah pada area tersebut (hematoma)
Perdarahan pada mulut dan gusi dan perdarahan yang sulit berhenti setelah menyikat gigi.
Perdarahan intracranial pada neonatus setelah persalinan sulit
Epistaksis yang sering dan sulit dihentikan
Riwayat keluarga
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL)
Pemeriksaan DPL umumnya normal pada penderita hemofilia tanpa perdarahan. Apabila
penderita sedang mengalami perdarahan berat atau jangka waktu lama, hemoglobin dan
eritrosit akan menurun.
2. Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) test
Pemeriksaan ini mengukur berapa waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Tes ini
mengukur kemampuan pembekuan faktor VIII, IX, XI, XII. Pemeriksaan akan
menunjukkan pemanjangan waktu pembekuan, baik pada hemofilia A atau B. Pada
hemofilia berat, nilai APTT akan meningkat 2 – 3 x.
3. Prothrombin Time (PT) test
Pemeriksaan ini juga membantu menilai kemampuan pembekuan darah faktor I, II, VII
dan X. Apabila ada salah satu faktor yang kadarnya rendah, akan dibutuhkan waktu lebih
panjang untuk pembekuan darah. Biasanya tes ini menunjukkan hasil yang normal pada
penderita hemofilia.
4. Pemeriksaan kadar fibrinogen
Pemeriksaan ini juga membantu menilai kemampuan pembekuan darah. Biasanya
penelitian ini dilakukan apabila pasien memiliki nilai PT atau aPTT atau keduanya, yang
abnormal. Fibrinogen adalah nama lain dari faktor I.
5. Test faktor pembekuan (factor assay)
Dibutuhkan untuk diagnose gangguan perdarahan dan menunjukkan tipe hemofilia serta
derajat keparahannya. Faktor yang diperiksa adalah faktor VIII, faktor IX, dan faktor Von
Willbrand (vWFAg). Pada hemofilia A aktivitas faktor VIIIrendah. Namun, perlu diingat
bahwa kadar faktor VIII meningkat pada kondisi inflamasi, infeksi serta kerusakan
jaringan.
Diagnosis Banding
Defisiensi faktor XII
Penyakit von Willebrand
Penyulit
Perdarahan hebat.
Penyulit akibat perdarahan yaitu anemia, ambulasis atau deformitas sendi, atrofi otot atau
neuritis
Artritis kronik karena hemartrosis berulang
Penyulit sesudah terapi: infeksi, hepatitis B atau C pascatransfusi, ↑ kadar SGOT, SGPT, infeksi
HIV, timbulnya inhibitor sesudah transfuse berulang
9
Konsultasi
Bagian terkait: ortopedi, bedah anak, gigi mulut, THT, rehabilitasi medis.
Tim pelayanan terpadu hemofilia RS (tenaga medis dan paramedic dari berbagai bidang terkait
dan pekerja sosial)
Terapi
Umum
Mencegah perdarahan dengan cara menghindari trauma
Tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan perdarahan seperti mencabut gigi
atau sirkumsisi tanpa persiapan
Hindari obat-obatan yang mengganggu fungsi trombosit (asam asetil salisilat/asetosal dan
antiinflamasi nonsteroid) → untuk nyeri: parasetamol/asetaminofen
Hindari suntikan i.m. dan pengambilan darah vena/arteri yang sulit
Sebelum menjalani prosedur invasif penderita harus mendapat replacement therapy
(konsentrat faktor pembekuan VIII/ IX atau DDAVP untuk hemofilia ringan–sedang)
Perdarahan akut → sedini-dininya (<2 jam)
Perdarahan berat → RS fasilitas/pelayanan hemofilia
Anjuran latihan teratur (meningkatkan kekuatan otot dan sendi, menghindari olahraga
yang bersifat kontak badan)
Hindari aktivitas yang memungkinkan terjadinya trauma
Khusus
Terapi pengganti (replacement therapy)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam replacement therapy:
Dosis replacement therapy sesuai dengan organ yang mengalami perdarahan dan derajat
hemofilia yang diderita penderita (lihat klasifikasi derajat hemofilia)
Untuk perdarahan yang mengancam jiwa (intrakranial, intraabdomen atau saluran
respiratori), replacement therapy harus diberikan sebelum pemeriksaan lebih lanjut
Bila respons klinis tidak membaik sesudah pemberian terapi dengan dosis adekuat, perlu
pemeriksaan kadar inhibitor
Replacement therapy
Diutamakan menggunakan konsentrat faktor VIII/IX diberikan i.v. dalam 1–2 mnt
Apabila konsentrat tidak tersedia, dapat diberikan kriopresipitat
atau FFP.
10
Hal ini dikarenakan sumber faktor VIII adalah konsentrat faktor VIII dan kriopresipitat
(satu kantong kriopresipitat mengandung 100–150 unit faktor VIII), sedangkan sumber faktor IX
adalah konsentrat faktor IX dan Fresh frozen plasma (FFP)
Prinsip pengobatan pada penderita hemofilia yaitu: Pemberian terapi pengganti untuk mencapai
fungsi hemostasis yang memadai.
Dosis
Unit faktor VIII = BB (kg) × % faktor VIII yang diharapkan × 0,5)
Unit faktor VIII = BB (kg) × (target kadar plasma − kadar F VIII penderita) × 0,5
Contoh: BB 50 kg × 40 (% F VIII yang diharapkan) × 0,5 = 1.000 unit
Lama terapi
Terapi harus dilanjutkan sampai terjadi penyembuhan yang adekuat
Perdarahan akibat ekstraksi gigi/epistaksis: 2–5 hr
Luka operasi: 7–14 hr
Konsentrasi faktor VIII yang diharapkan:
Hemartrosis ringan: 15–20%
Hemartrosis berat: 20–40%
Prosedur operasi: 60–80 %
Operasi besar dan perdarahan SSP: 80–100%
Perdarahan mukosa atau luka dapat dipersingkat menjadi 1–2 hr dengan pemberian
antifibrinolitik (aminocaproic acid atau tranexamic acid) p.o. sampai penyembuhan
terjadi
11
Evaluasi dan Pemantauan Komplikasi
Evaluasi perlu dilakukan setiap 6 – 12 bulan untuk semua pasien hemofilia, meliputi
status musculoskeletal, transfusion related infection (terutama pada pasien yang mendapat
transfusi kriopresipitat/FFP), kesehatan gigi – mulut, vaksinasi dan adanya penyekat.
12