Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
yang tidak berguna serta bersifat toksis. Fungsi ginjal yang terpenting adalah
tubuh, hal ini dilakukan dengan cara mengekskresikan zat-zat yang tidak
tubulus.1
glomerular, yang tidak dapat lagi mengurangi hilangnya protein kurang dari
Dewasa ini, sindrom nefrotik dikenal sebagai penyakit yang sering terjadi
infant sampai dewasa, dan paling sering terjadi pada anak usia sekolah dan
pada dewasa. Prevalensi di dunia kurang lebih 16 kasus per 100.000 anak
dengan insiden 2 sampai 7 per 100.000 anak. Laki-laki terlihat lebih sering
diperkirakan enam kasus per tahun tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun.1
lanjut tentang sindroma nefrotik yang akan dibuat dalam bentuk laporan
kasus.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom Nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik
2.2 Etiologi
Sindroma nefrotik dapat disebabkan oleh penyakit renal primer
infeksi bacterial yang serius juga dapat terjadi, namun sangat jarang.4
diagnosis.
2.3 Epidemiologi
Insidens dapat mengenai semua umur tetapi sebagian besar (74%)
dijumpai pada usia 2-7 tahun. Rasio laki-laki ; perempuan= 2:1 sedangkan
pada masa remaja dan dewasa rasio ini berkisar 1:1. Penelitian di Selandia
lainnya.5
Prevalensi SNKM di negara barat sekitar 2–3 kasus per 100.000 anak
< 16 tahun, di Asia 16 kasus per 100.000 anak dan di Indonesia sekitar 6
kasus per 100.000 anak < 14 tahun. Anak laki-laki lebih sering terjangkit
biasanya berumur 1 < 10 tahun, sekitar 90% kasus berumur < 7 tahun
2.4 Patofisologi
Sindrom nefrotik dapat terjadi karena perubahan struktur glomerulus
membrana basalis dan atau kerusakan podosit oleh beberapa faktor yang
disebutkan diatas. Satu atau lebih mekanisme ini akan terjadi pada salah
a. Proteinuria8
Proteinuria merupakan kelainan dasar SN. Proteinuria sebagian
b. Hipoalbuminemia 9
per hari. Namun masih belum jelas mengapa hati tidak mampu
kadar albumin plasma pada pasien dengan proteinuria 4-6 gram per
c. Edema anasarka 9
d. Hiperlipidemia 7
terlihat pada kedua kelopak mata, yang nampak terutama waktu bangun
tidur. Edema dapat menetap atau bertambah, baik lambat ataupun cepat
atau dapat hilang dan timbul kembali. Selama periode ini edema preorbital
sering disebabkan oleh cuaca dingin atau alergi, lambat laun edema
lebih lanjut lagi dapat timbul ascites, pembengkakan skrotum atau labia
penyakit SN, diare sering dialami pasien dalam keadaan edema yang
massif dan keadaan ini rupanya tidak berkaitan dengan infeksi, namun
yang meningkat, atau edema atau keduanya. Pada beberapa pasien nyeri di
pada kuadran kanan atas abdomen. Nafsu makan kurang berhubungan erat
dengan beratnya edema. Pada keadaan ascites berat dapat terjadi hernia
Tanda lain dari SN adalah hilangnya massa otot rangka, hipertensi, kuku
hipoalbuminemia. 11
merupakan stres non spesifik terhadap anak yang sedang berkembang dan
tidak saja pada orangtua pasien, namun juga dialami oleh anak sendiri.
2.6 Diagnosis
Kriteria diagnosis sindrom nefrotik. 12
a. Proteinuria lebih dari 3-3,5 g/24 jam atau dengan melihat rasio
c. Edema anasarka
d. Hiperlipidemia.
11
Pada prinsipnya terapi untuk SN terdiri dari terapi umum dan terapi spesifik.
Terapi umum 12
secara IV, bila perlu disertai pemberian infus albumin, dan bila
c. Bila perlu tirah baring, terutama untuk orang tua dengan edema
sama dengan ACE inhibitor, tetapi tidak didapatkan efek batuk seperti
3. Koreksi hipoproteinemia
4. Terapi Hiperlipidemia
5. Hiperkoagulabilitas
warfarin.
6. Pengobatan Infeksi
7. Pengobatan Hipertensi
hipertensi.
Terapi Spesifik
1. Steroid
pada anak
2. Cyclophosphamide
3. Chlorambucil
4. Cyclosponne A (CyA)
14
5. Azathioprine
atau abdomen, gross hematuria, dan gangguan fungsi ginjal akut, tetapi
15
b. Infeksi sekunder
pada pasien SN oleh karena sintesis yang menurun atau katabolisme yang
seluler. Hal ini dikaitkan dengan keluarnya transferin dan zinc yang
dibutuhkan oleh sel T agar dapat berfungsi dengan normal, infeksi yang
paha sering ditemukan. Pinggiran kelainan kulit ini batasnya tegas, tapi
e. Anemia
f. Peritonitis
h. Hipokalsemia
urin dan penurunan kadar tiroksin plasma. Tiroksin yang bebas dan
j. Malnutrisi
Penurunan massa otot sering ditemukan tetapi gejala ini tertutup oleh
Kehilangan massa otot sebesar 10-20% dari massa tubuh (lean body
k. Keseimbangan Nitrogen
2.9 Prognosis
Prognosis makin baik jika dapat didiagnosis segera. Pengobatan segera
tetapi tidak berdaya terhadap kelainan ginjal sehingga akhirnya dapat terjadi
dewasa, bahkan bagi mereka yang tergantung steroid. Prognosis buruk pada
ditemukan pada nefritis setelah infeksi streptococcus yang progresif dan pada
sindrom nefrotik.
20
BAB III
LAPORAN KASUS
Usia : 19 Tahun
No RM :
3.1.2 Anamsesis
nafas. Sore harinya pasien dibawa ke IGD RSUD dr. Moh. Saleh karena
scrotumnya. Pusing cekot-cekot (+), mual (+), muntah (-), nafsu makan
berkurang, bab (+) lembek, warna kekuningan, bak (+) warna jernih.
Batuk (-).
Keluarga pasien tidak pernah ada yang sakit seperti ini, hipertensi (-),
a. Keadaan Umum
Pasien tampak lemah, kesadaran umum compos mentis, GCS 4-5-6
a. Tanda-tanda vital
HR : 120/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,2oC
BB : 55 Kg
b. Keadaan Tubuh
Kepala : mesosefal
Kulit : turgor cukup, pucat (+), ikterus (-)
Mata : anemis (-/-), pupil isokor, reflek pupil (+/+), ikterus (-)
edema palpebral (+/+)
Hidung : sekret (-/-), dispneu (+), PCH (-)
Telinga : discharge (-/-)
Mulut : kering (+), sianosis (-), sariawan pada lidah (-)
22
Jantung
Inspeksi Iktus cordis tidak tampak
Palpasi Iktus tidak teraba
Thrill tidak teraba
Perkusi Batas kanan
Batas kiri
Auskultasi S1 S2 tunggal regular
Suara tambahan : murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Tidak ada bekas operasi (-)
Tidak ada bekas luka (-)
Massa (-)
Perut tampak kembung
Auskultasi Bising usus (+) normal
Palpasi Supel
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Ginjal tidak teraba
Nyeri tekan (-) Epigastrium
Perkusi Suara timpani
Shifting dullness (+)
Undulasi (+)
b. Ekstremitas
Superior Akral hangat kering merah
CRT < 2 detik
Edema + | +
Inferior Akral hangat kering merah
CRT < 2 detik
Edema +|+
24
Tanggal /
Laboratorium Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
Jam
-
- -
-
- -
-
- -
20 Januari ANA TEST Hasil ana test (-) Negatif: </= 0,90
2018 Equivocal: 0,91-
1,09Positif: >/=
22 Januari 1,10
2018 Albumin darah Albumin: 2,6 g/dL 3,3-5,2 g/dL
Pengobatan :
1. Nasal 02 2 lpm
2. Infus NS 9% 5 tpm
3. Inf. Albumin 25 % 100cc /6 jam
4. Inj. Furosemide 2 x 20mg
5. Inj. Methylprednisolon 3 x 62,5 mg
6. Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg
7. Atorvastatin PO 20 mg (0-0-1)
8. Captopril PO 3 x 12,5 mg
9. Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
10. Domperidone PO 3 x 10 mg
11. Syrup sucralfat 4 dd cth II
27
1. sesak
3. Mual
7. Dispneu
2. Mual PLANNING
Dx :
3. Napas terasa berat 1. Darah lengkap
2. Albumin darah
4. Dispneu 3. Profil lipid
4. Urin lengkap
5. Pada palpasi thorax pergerakan
5. Homeostasis
napas tertinggal di sisi kanan 6. RFT
7. LFT
6. Pada perkusi thorax suara 8. Foto thorax PA
9. USG Abdomen
terdengar redup di sisi kanan
Tx :
7. Pada auskultasi thorax suara 1. Infuse NS 5 tpm
2. Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
napas vesikuler terdengar 3. Inj. Furosemide 2 x 20 mg
4. Inj. Sanmol 3x 1
melemah di sisi kanan 5. Inj. Cefrtiacxone 2x1
A: Sindroma Nefrotik
P: Dx :
1. Urinalisis lengkap
2. Profil Lipid
3. Darah Lengkap
30
4. Albumin darah
Tx :
1. Infus NS 5 tpm
2. Inf. Albumin 25% 100 cc/6 jam
3. Furosemide pump 5 mg
4. Inj. Methylprednisolon 3 x 62,5 mg
5. Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg
6. Inj. Omeprazole 2 x 1
7. Tab. AtorvastatinPO 20 mg (0-0-1)
8. Captopril PO 3 x 12,5 mg
9. Syr. Sucralfat 4 dd cth II
Mx :
1. TTV
2. Gejala klinis
3. Monitoring berat badan
4. Albumin serial
Ex :
1. Tirah baring
2. Minum di batasi
3. Diit cukup protein (0,8-1 g/kgBB/hr)
4. Diit rendah garam (1-2 g/hr)
5. Diit tinggi kalori/karbohidrat
A: Sindroma Nefrotik
32
P: Dx :
Albumin darah
Serum elektrolit
Urine lengkap
Tx :
Mx :
TTV
Gejala klinis
Monitoring berat badan
Albumin serial
Ex :
Tirah baring
Minum di batasi
Diit cukup protein (0,8-1 g/kgBB/hr)
Diit rendah garam (1-2 g/hr)
Diit tinggi kalori/karbohidrat
A: Sindroma Nefrotik
P: Dx :
Cek albumin darah
Tx :
34
Mx :
- TTV
- Gejala klinis
- Monitoring berat badan
- Albumin serial
Ex :
- Tirah baring
- Minum di batasi
- Diit cukup protein (0,8-1 g/kgBB/hr)
- Diit rendah garam (1-2 g/hr)
- Diit tinggi kalori/karbohidrat
A: Sindroma Nefrotik
P: Dx :
-Albumin serial
-ANA Test
Tx :
- Inf. Albumin 25 % 100 cc/6 jam
-Furosemide 5 mg /jam
-Inj. Methylprednisolon 3 x 62,5 mg
-Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg
-Inj. Omperazole 2x1
-Atorvastatin PO 20 mg (0-0-1)
36
-Captopril PO 3 x 12,5 mg
-Syr. Sucralafat 4 dd Cth II
Mx :
-TTV
-Gejala klinis
-Monitoring berat badan
-Albumin serial
Ex :
-Tirah baring
-Minum di batasi
-Diit cukup protein (0,8-1 g/kgBB/hr)
-Diit rendah garam (1-2 g/hr)
-Diit tinggi kalori/karbohidrat
S: Pasien mengatakan bengkak di kedua tangan dan kaki sudah lebih berkurang
daripada kemarin, pasien tidak ada mengatakan ada keluhan lain., nafsu
makan baik, pasien sudah bisa buang air besar
O: Keadaan umum : cukup
Kesadaran : compos mentis
a/i/c/d:-/-/-/-
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit, reguler
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,6oC
BB : 48 kg
a. Kepala/Leher : Anemis (-), PCH (-), pembesaran klj. Tiroid (-),
pembesaran klj. Limfe (-), deviasi trakea (-)
Oedem periorbita -|-
b. Thoraks : simetris (+), retraksi (-)
Pulmo : vesikuler + | + wheezing -/-, ronkhi -/-
+ | +
+ (melemah) | +
Perkusi : sonor | sonor Bronchophoni - | -
Sonor | sonor - | -
Redup | redup - | -
Cor : S1 S2 tunggal regular (+), murmur (-), gallop (-)
c. Abdomen : BU (+) normal, supel (+), timpani (+), shifting dullness (-),
Nyeri tekan (-)
Hepar : ttb
Lien : ttb
Ginjal : ttb
Asites (+)
d. Ekstremitas
Superior : akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, edema -/-
Inferior : akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, edema -/-
A: Sindroma Nefrotik
P:
Tx : Pro KRS
-Tab. Atorvastatin 20 mg 0-0-1
-Captopril 3 x 12,5 mg
-Caps. Omeprazole 2x20 mg
Ex :
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 RESUME
Pasien bernama saudara Nur ahmad Farizi datang ke IGD RSUD dr. Moh.
Saleh karena keluhan sesak, Pasien mengeluh sesak sejak pagi tanggal 15
januari 2018, sesak tiba-tiba dan membaik apabila pasien duduk, dan
memburuk apabila pasien berbaring. Yang sangat terasa adalah berat untuk
mengambil nafas. Sore harinya pasien dibawa ke IGD RSUD dr. Moh. Saleh
bengkak di seleruh tubuh sejak 13 hari yang lalu. Bengkak awalnya diwajah
dan kemudian bengkak keseluruh tubuh. Dari wajah ke tangan, ke perut lalu
cekot-cekot (+), mual (+), muntah (-), nafsu makan berkurang, bab (+) lembek,
warna kekuningan, bak (+) warna jernih. Batuk (-). Pasien mengatakan tidak
pernah sakit seperti ini, pasien tidak punya penyakit seperti hipertensi, diabetes
melitus atau asthma, keluarganya juga tidak ada yang sakit seperti ini maupun
atopik. Pasien mengatakan bahwa tidak suka minum jamu–jamuan. Pasien juga
72x/menit, RR 24x/ menit, Suhu 36.7 C. Berat badan pasien 55 Kg. Pada
(+), pada leher tidak didapatkan pembesaran KGB, pada pemeriksaan Thorax
pada basal paru kanan dan kiri serta didapatkan ronchi basah halus.
oleh adanya ascites yang dibuktikan dengan pemeriksaan shifting dulness (+),
pitting oedema pada semua ekstremitas yang dibuktikan dengan adanya pitting
oedema (+).
kreatinin 1, 5 mg/dL
(+3), eritrosit 6-8/LP, epitel 10-12/LP Ana test: negative 0,055 Foto thorax:
tampak cardiomegali dengan efusi pleura dextra massif dan efusi pleura
sinistra
4.2 DISKUSI
Sindroma Nefrotik. Karena tanda dan gejala serta hasil dari pemeriksaan
sinistra, serta pitting oedema yang positif pada ekstremitas.. Pada pemeriksaan
dengan adanya kenaikan kolesterol total pada pasien ini yaitu sampai 841
oleh penyakit renal primer (idiopatik) atau oleh karena berbagai macam
molekul (size barrier) dan yang kedua berdasarkan muatan listrik (charge
itu konfigurasi molekul protein juga menentukan lolos tidaknya protein melalui
dalam urin adalah albumin, sehingga kadar albumin dalam darah berkurang.
interstitial yang pada pasien ini ditandai dengan sesak karena cairan interstitial
menyebakan oedema pada seluruh tubuh. Selain itu terjadi hyperlipidemia yang
lipid.
tirah baring. Batasi asupan garam 1-2 g/hari, batasi cairan, diet protein 0,8-1
ini yang awalnya albumin darahnya adalah 1,4 g/dl dengan pemberian obat
serta modifikasi asupan makanan dalam 7 hari, menjadi 2,9 g/dl. Untuk
oedema pada palpebra dan ekstremitas, dan hal ini harus diawasi ketat
diureticnya.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Mamesah, R. S., Umboh, A., dan Gunawan S. 2016. Hubungan Aspek Klinis
dan Laboratorik dengan Tipe Sindrom Nefrotik pada Anak. Jurnal e-Clinic (e-
Cl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016. Hal. 349-353
2. Handayani, I., Rusli, B., dan Hardjoeno. 2007. Gambaran Kadar Kolesterol,
Albumin, dan Sedimen Urin Penderita Anak Sindroma Nefrotik. Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 13, No. 2, Maret
2007: 49-52
3. Hartoko B., 2008. Art of Therapy. Yogyakarta. Pustaka Cendikia Press
Yogyakarta. Hal. 69-70
4. Kodner, C. 2009. Nephrotic Syndrome in Adults: Diagnosis and Management.
American Family Physician, Volume 80, Number 10, p;1130-1134
5. Rauf S. Sindrom Nefrotik. Catatan Kuliah Nefrologi Anak. Makassar: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUH. p. 21-30.
6. Cohen E.P., 2009. Nephrotic Syndrome. www.emidicine.com
7. Salme U. Sindrom Nefrotik. Journal [serial on the Internet]
8. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. 2007. Nelson Textbook of Pediatric 18th
ed. Saunders. Philadelphia
9. Lidya, A. dan Marbun M. B. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi VI, editor: Siti Setiati. Interna Publishing: Jakarta. Hal: 2083-2084
10. Braunwald E., 2008. Sindrom Nefrotic dalam Anthony S.F., Eugene B.,
Dennis L., Kasper S.L. H., Don L.L., Joseph L.,(Eds). Principles of Internal
Medicine. Edisi 17, Volume II. Mc Graw Hill Companies Inc.1874-75
11. Israr Y. Sindrom Nefrotik. Riau: Belibis; 2008
12. FKUI, 2014. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN, JILID II. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
13. Irwanadi, C. dan Mardiana, N. 2015. Sindroma Glomerular: dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, editor: Askandar Tjokroprawito. Arilangga University
Press (AUP): Surabaya. Halaman: 475-478
14. Prodjosudjadi W. Sindrom Nefrotik. In: Sudoyo AW d, editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2015
15. Polanco N., Gutie E., Covarsı A., Ariza F., Carren., et all.,2010.
Spontaneous Remission of Nephrotic Syndrome in Idiopathic
Membranous Nephropathy. Journal of the American Society of
Nephrology doi: 10.1681/ASN.2009080861
16. Braunwald E., 2008. Sindrom Nefrotic dalam Anthony S.F., Eugene B.,
Dennis L., Kasper S.L. H., Don L.L., Joseph L.,(Eds). Principles of
Internal Medicine. Edisi 17, Volume II. Mc Graw Hill Companies
Inc.1874-75
44
Lampiran I
Perbaikan oedema pada pasien pada saat awal datang 1 minggu pengobatan