Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
EXECUTIVE SUMMARY
B- 1
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
DAFTAR ISI
BAB II
METODOLOGI
2.1. KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN
PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG ............................................................................. II – 1
2.3.5. Analisis Potensi Unggulan yang Mendukung Investasi di Kota Semarang ...... II – 8
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
3.1. RENCANA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN
PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG ............................................................................. II – 1
EXECUTIVE SUMMARY
B- 2
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
DAFTAR ISI
3.1.6. Rencana Strategik Dan Kebijakan Sektor Perdagangan dan Jasa .................... III-11
EXECUTIVE SUMMARY
B- 3
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
5 Tabel II. 5 Matriks Internal Faktor Evbeluasi (IFE) Potensi Pertanian Kota
EXECUTIVE SUMMARY
C-1
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
DAFTAR TABEL
EXECUTIVE SUMMARY
C-2
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT dengan telah selesainya Buku Executive Summary
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang.
Buku Executive Summary ini berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran serta dasar
hukum.Disamping itu menguraiakn mengenai metodologi, strategi dan kebijakan, kesimpulan serta
rekomendasi pengembangan perekonomian Kota Semarang.
Buku executive Summary ini tersusun berkat kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait.
Untuk itu sudah selayaknya pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua
Demikian Buku Executive Summary ini disusun, semoga dapat berguna bagi semua pihak.
Penyusun
EXECUTIVE SUMMARY
A-1
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi yang cepat pada saat ini sangat diperlukan bagi pembangunan kota,
pada umumnya masalah-masalah yang melekat dalam pembangunan kota seperti melimpahnya
angkatan kerja, sedikitnya lapangan kerja dan menjamurnya kemiskinan menjadi faktor pendorong bagi
percepatan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan potensi dan
sumberdaya yang berasal dari luar akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Kota Semarang sebagai salah satu kota besar di Indonesia memiliki keragaman sektor usaha
I-1
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
berusaha meningkatkan PADS serta perbaikan kesejahteraan ekonomi penduduk Kota Semarang
melalui pengembagan perekonomian.
Oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk menindaklanjuti
perkembanagan perekonomian Kota Semarang pada saat ini sehingga dapat diperoleh pedoman
dalam penerapan kebijakan pengembangan perekonomian secara nyata. Pedoman tersebut
diharapkan mampu mengoptimalkan potensi perekonomian yang ada, dan mengatasi permasalahan
pengembangan perekonomian Kota Semarang. Atas dasar inilah kegiatan penyusunan Rencana Induk
Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang perlu untuk segera dilakukan.
1.2.2. Tujuan
Merumuskan arah kebijakan pengembangan perekonomian untuk kota Semarang, yang
berpangkal pada kajian Perekonomian dan Keuangan.
Merumuskan Pengaturan dan kelembagaan yang diperlukan dalam pembuatan Rencana
Teknis dan Rencana Strategis yang lebih rinci
1.2.3. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Perekonomian Kota Semarang adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Potensi perekonomian wilayah Kota Semarang secara kualitatif dan kuantitatif.
b. Identifikasi permasalahan perekonomian wilayah Kota Semarang.
c. Pengumpulan dan analisis data-data utama untuk memulai perencanaan
d. Penyusunan rencana, konsep dan strategi
I-2
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
6)
Analisa kelembagaan birokrasi dan aspek hukum yang mendasarinya sehubungan
dengan rencana pengembangan perekonomian.
Analisa pengembangan perekonomian Kota Semarang.
I-3
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
d. Undang-undang nomor 17 Tahun 200 tentang Rencana Program Jangka Panjang Naslonal;
e. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
f. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;
g. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2000-2010;
h. Peraturan perundang-undangan lainnya yang berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan
Menteri, Perturan Daerah (yang terkait dalam penyusunan RPJMD, Dan RPJMN)
I-4
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
1.5.1. VISI
Visi adalah kondisi yang diinginkan pada akhir periode perencanaan yang
direpresentasikan dalam sejumlah sasaran hasil pembangunan yang dicapai melalui program-
program pembangunan dalam bentuk rencana kerja. Penentuan visi ini mendasarkan pada
Peraturan Daerah Nomor : 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJP) 2005 – 2025 dan penelusuran jejak aspek historis Kota Semarang sebagai kota
niaga dimana pada jaman dahulu pernah dinyatakan sebagai Kota Niaga terbesar kedua
sesudah Batavia. Berdasar sejarah sebagai kota niaga tersebut dan didukung oleh analisis
potensi, faktor-faktor strategis yang ada pada saat ini serta proyeksi pengembangan kedepan,
maka dirumuskan visi sebagai berikut :
1. Pusat kegiatan (Center Point) distribusi dan transaksi barang dan jasa.
Sesuai dengan letak geografisnya, Kota Semarang merupakan jalur distribusi barang dan jasa
untuk wilayah Jawa Tengah pada khususnya dan pulau Jawa pada umumnya, serta antara
pulau Jawa dengan Luar Jawa. Oleh karena itu pengembangan Kota Semarang sebagai Kota
Perdagangan mengedepankan konsep pembangunan yang mengarah pada terwujudnya Kota
Semarang sebagai pusat transaksi dan distribusi barang dan jasa. Sebagai salah satu
konsekuensi yang harus diemban adalah pelayanan yang memadai kepada seluruh pemangku
kepentingan yang menopang pengembangan kota.
I-5
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
Membangun kota perdagangan tak terlepas dari pengembangan potensi ekonomi lokal. Untuk
menunjang terwujudnya Kota Semarang sebagai pusat transaksi dan distribusi, maka salah
satu faktor penting adalah bagaimana mengembangkan potensi lokal agar memiliki nilai
tambah ekonomi, yang diharapkan menjadi ikon Kota Semarang. Beberapa potensi dasar
yang dimiliki dan layak dikembangkan sebagai daya tarik kota Semarang adalah pada aspek
industri, dalam konteks ini adalah industri kecil dan menengah yang berorientasi pada ekonomi
kerakyatan, seperti batik, lumpia, bandeng, industri olahan, dan lain-lain. Disamping itu potensi
ini juga harus didukung dengan pengembangan pasar tradisional yang memiliki daya tarik dan
Pembangunan sarana dan prasarana penunjang dalam pembangunan sebuah kota merupakan
salah satu syarat yang mutlak harus dipenuhi. Disamping sarana prasarana fisik seperti jalan,
jembatan, pelabuhan laut, terminal peti kemas, bandar udara internasional, hotel, perbankan,
terminal, dan juga sarana penunjang yang sifatnya non fisik, seperti Sumber Daya Manusia
(SDM) dan regulasi/kebijakan. Pengembangan SDM secara memadai sangat diperlukan,
penataan SDM birokrasi dalam peningkatan pelayanan publik dan peningkatan kualitas SDM
dalam meningkatkan daya dukung pengembangan kota, termasuk dalamnya penyiapan tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
Kota Jasa, sebutan sebagai kota jasa sebenarnya tidak lepas dari status kota
perdagangan, karena perdagangan akan selalu terkait dengan persoalan perniagaan atau
proses transaksi dan distribusi barang dan jasa. Kota Jasa lebih menekankan pada fungsi kota
dalam pelayanan publik di berbagai bidang. Sebagai kota jasa dengan demikian mencakup
kesiapan kota dalam melaksanakan berbagai fungsi, diantaranya :
I-6
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
1. Penyediaan jasa layanan publik secara memadai, baik mencakup standar pelayanan
sesuai kualitas yang diharapkan masyarakat, pengaturan / regulasi yang dapat
memberikan jaminan mutu pelayanan, maupun kualitas sumber daya manusia dalam
pelayanan.
4. Mindset dan perilaku melayani bagi bagi masyarakat yang dapat mendorong terciptanya
budaya pelayanan
I-7
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan keberdayaannya sehingga mampu dan mau
secara mandiri memenuhi segala kebutuhan hidup dan kehidupannya.
Sejahtera dalam visi ini, mengarah pada tujuan terlayani dan terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup dan rasa aman dan tentram serta adil dalam segala bidang.
Dengan demikian, Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Lima tahun kedepan
kota Semarang diharapkan menjadi Kota Perdagangan dan Jasa yang dapat melayani seluruh
aktivitas masyarakat kota dan daerah hinterlandnya, yang memiliki derajat kualitas budaya
masyarakat yang tinggi baik dari segi keimanan dan ketaqwaan, keunggulan dan berdaya
saing tinggi, berperadaban tinggi, profesional serta berwawasan ke depan dengan tetap
menjamin keberlanjutan pengelolaan sumberdaya manusia dan kearifan lokalnya secara
bertanggungjawab yang mendasarkan pada aspek perdagangan dan jasa sebagai tulang
punggung pembangunan dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat.
1.5.2. MISI
Dalam mewujudkan Visi “TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN
I-8
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan pemanfaatan tata ruang dan
pembangunan infrastruktur wilayah secara efektif dan efisien dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat kota dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
I-9
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
I - 10
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
I - 11
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
I - 12
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
I - 13
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
I - 14
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
I - 15
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
b. Meningkatnya daya saing dan daya jual destinasi wisata di Kota Semarang
20%;
I - 16
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
d. Meningkatnya nilai ekspor komoditi non migas rata-rata 10% per tahun;
a. Meningkatnya kuantitas IKM dengan kinerja yang efisien dan kompetitif serta
memiliki ketergantungan rendah terhadap bahan baku impor 1%;
b. Terciptanya struktur industri yang kuat berbasis pada pendekatan klaster
sehingga berdaya saing tinggi.
1. Meningkatkan penataan lahan kritis, penataan lahan bekas galian C dan penataan
kawasan pantai dan pengembangan kegiatan perlindungan dan konservasi,
rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumberdaya alam dan pengendalian polusi,
dengan sasaran pembangunan difokuskan pada :
I - 17
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair
50%;
I - 18
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
I - 19
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
12. Pengembangan ketersediaan air baku dan Pembentukan kelembagaan (Badan Air)
dan kerjasama antar wilayah, hulu hilir dan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kota, dengan sasaran pembangunan difokuskan pada :
I - 20
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
3. Pengembangan perlindungan dan pemenuhan hak dasar warga miskin secara adil,
merata, partisipatif,koordinatif, sinergis, dan saling percaya guna mempercepat
penurunan jumlah warga miskin, dengan sasaran pembangunan difokuskan pada :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini disajikan tentang; Kondisi umum, Latar Belakang, Dasar Hukum, Maksud Dan
Tujuan, Sasaran, Ruang Lingkup Kegiatan, Lingkup Materi, Lingkup Wilayah, Lokasi Kegiatan,
Visi dan Misi Kota Semarang dan Sistimatika Penyusunan.
I - 21
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB I- PENDAHULUAN
I - 22
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II- METODOLOGI PERENCANAAN
BAB
2
METODOLOGI PERENCANAAN
Urutan kegiatan-kegiatan di atas memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Untuk lebih
jelasnya lihat pada Diagram 2.1.
II - 1
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
Diagram 2.1
Kerangka Pikir
Data Kebijakan Pembangunan
Kerangka Acuan
Kerja (KAK) Rencana Induk
Pemetaan Potensi Ekonomi
Pengembangan
Permusan Perekonomian Kota
Rancangan Out put Semarang
studi
II- 2
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
II- 3
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
TABEL II.1
Tujuan:
Produk:
II- 4
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
Analisis ini meliputi analisis mengenai laju pertumbuhan ekonomi dan kontribusi
aspek kegiatan ekonomi wilayah, analisis komposisi ekonomi, analisis mengenai
kesenjangan ekonomi di wilayah perencanaan.
TABEL IV.2
DESAIN ANALISIS PEREKONOMIAN
Tujuan:
II- 5
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
Leading sector
Base sector
II- 6
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
Tabel II.3
Desain Analisis Prasarana Wilayah
Tujuan:
Listrik
Drainase, limbah, penghijauan, air bersih
Perhubungan
Pengairan sawah
Telepon
SDM, SDA, aktifitas (peran dan fungsi kota), kebijaksanaan
Hasil Analisis:
Kinerja prasarana
Skala pelayanan prasarana
Potensi prasarana
Permasalahan prasarana
II- 7
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
II- 8
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
Berbagai
Kuadran 3 Peluang Kuadran1
Kelemahan Kekuatan
Internal Internal
Kuadran 4 Kuadran 3
Berbagai
II- 9
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data,
tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap
ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal.
Data Eksternal adalah data yang diperoleh dari luar oyek wisata yang diidentifikasi
Analisis Pemerintah
Model yang dipakai pada tahap ini terdiri dari tiga, yaitu :
lainnya.
Tahapan :
II- 10
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
2) Memberi bobot dari critical succes factors tadi dengan skala yang lebih tinggi
bagi yang berpretasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot
harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata
industrinya.
bersifat positif ( peluang yang semakin besar, diberi rating +4, tetapi jika
1 = di bawah rata-rata,
2 = rata-rata,
3 = di atas rata-rata,
4 = sangat bagus
4) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
5) Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung.Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh
total skor pembobotan bagi komoditas yang bersangkutan Nilai total ini
menunjukkan bagaimana komoditas tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor
straegis eksternalnya.
II- 11
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
Tabel II.4
Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Pengembangan perekonomian/ Komoditas di Kota Semarang
Faktor-faktor Bobot x
Bobot Rating Komentar
Strategi Eksternal Rating
Peluang :
Permintaan terhadap
komoditas tinggi
Harga Produk prospektif
Produktivitas masih perlu
internal diidentifikasi, suatu tabel IFE (Internal Factor Evaluation) disusun untuk
II- 12
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
dalam kolom 1.
2) Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
bersifat positif (semua variabel yang masuk katagori kekuatan) diberi nilai mulai
1 = di bawah rata-rata,
2 = rata-rata,
3 = di atas rata-rata,
4 = sangat bagus
Jadi rating mengacu pada kondisi komoditas/perekonomian yang bersangkutan,
sedangkan bobot mengacu pada seluruh komoditas pada daerah penelitian.
Tabel II.5
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Potensi Pertanian (Temulawak & Kunyit) di Kota Semarang
II- 13
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
Kekuatan
Kelemahan
Penggunaan teknologi yang
masih terbatas
Fasilitas (infrastruktur)
pendukung/ sarana dan
prasarana,misalnya akses
jalan, lahan parkir, dsb
Skala usaha masih kecil
Modal yang masih rendah
Total 1,0
4) Mengalikan bobot pada kolom 2, dengan rating pada kolom3, untuk memperoleh
II- 14
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
dengan 1 (poor).
6) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi obyek wisata yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
internalnya.
2. Tahap Analisis
Tabel II.7
Matrik SWOT
IFE
Strengths (S) Weaknesses (W)
Strategi SO Strategi WO
Opportunities (O) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 Faktor menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
Peluang Eksternal untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
peluang peluang
II- 15
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
a. Strategi SO
sebesar-besarnya.
b. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
c. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
Tabel II.8
Matriks Internal-Eksternal
II- 16
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
Sedang
2,0 IV V VI
2,0- 2,99
Rendah
1,0 VII VIII IX
1,0- 1,99
total skor dari EFE pada sumbu Y. Pada sumbu X dari matriks IE, skornya ada tiga,
yaitu: skor 1,0-1,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah lemah, skor 2,00 -2,99
pada sumbu Y yang dipakai untuk matriks EFE, skor 1,0 – 1,99 ador 3,0 – 4,0 adalah
rendah, skor 2,0 -2,99 adalah sedang an skor 3,0 – 4,0 adalah tinggi.
SBU yang berada pada sel I, II atai IV dapat digambarkan sebagai Grow dan
Build. Strategi-strategi yang cocok bagi SBU ini adalah strategi intensif
SBU yang berada pada sel III,V atai VII paling baik dkendalikan dengan
strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategi-strategi yang cocok bagi SBU ini
SBU yang berada pada sel VI, VIII atau IX dapat menggunakan strategi
II- 17
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB II – METODOLOGI PERENCANAAN
II- 18
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB
3
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
3.1. RENCANA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN
KOTA SEMARANG
Dari butir-butir kekuatan, peluang dan ancaman yang telah disusun di dalam bab 4 diatas,
dapat disusun rencana strategi dan keempat strategi diatas ditampilkan pada tabel V.1. berikut ini.
TABEL III.1.
RENCANA STATEGI DALAM ANALISIS SWOT
UNTUK PENGGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG
1.1+1.3+2.1+2.2+3.1+3.2 1.20+0.40+0.30+0.20+0.80+
Penguatan industri pengolahan 4.20 1
+3.3+3.4+4.2 0.20+0.60+0.30+0.20
Strategi S-T
Peningkatan pemanfaatan
1.1+1.3+4.2 1.20+0.40+0.20 1.80 8
infrastruktur distribusi
III - 1
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
strategi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk sektor pertanian, adalah : Prioritas pertama adalah penguatan industri
pengolahan, prioritas kedua adalah peningkatan kualitas dan kuantitas produk, ketiga adalah
pemantapan sentra dan kelembagaan,dan keempat adalah peningkatan produksi mengacu
pada SOP dan GAP.
III - 2
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Posisi potensi komoditas pertanian pada posisi V. Pada posisi ini kondisi internal sama dengan
kondisi eksternal. Dimana skor IFE dan EFE adalah sama, yaitu sebesar 2,60.
Berdasarkan posisi ini, strategi yang cocok untuk diterapkan adalah stategi yang hold dan
mantain. Dimana yang umum dipakai adalah strategi Market penetration dan product
development.
Strategi yang tepat adalah strategi yang hold dan mantain. Dimana yang umum
dipakai adalah strategi Market Penetration dan Product Development.
Dari butir-butir kekuatan, peluang dan ancaman yang telah disusun pada bab IV, dapat
disusun rencana strategik di bidang pariwisata, dimana rencana strategik akan ditampilkan
pada tabel III.3. berikut ini.
III - 3
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
TABEL III.2.
RENCANA STATEGI DALAM ANALISIS SWOT
UNTUK PENGGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG
SEKTOR PARIWISATA
Strategi S-O
Peningkatan dan pengembangan
fasilitas dan infratruktur di tempat-tempat
wisata yang sudah ada 1.1 + 1.2 + 2.1 + 0.80 + 0.20 + 0.40 +
3.2 + 4.2 0.50 + 0.40 2.30 5
Kebijakan untuk memperkenalakan
tempat-tempat wisata yang ada supaya
lebih di kenal, dan semakin 1.1 + 1.2 + 2.1 + 0.80 + 0.20 + 0.40 +
meningkatnya jumlah wisatawan 3.1 + 3.2 + 4.1 + 0.80 + 0.50 + 0.45 +
4.2 0.40 3.55 1
Strategi S-T
Perlu adanya kebijakan Pemerintah
sehingga wisata Kota Semarang mampu
bersaing dengan daerah lain 1.1 + 1.2 + 2.1 + 0.80 + 0.20 + 0.40 +
3.1 + 3.2 + 4.1 0.80 + 0.50 + 0.45 3.15 2
Perbaikan infrastruktur, supaya mampu
bersaing dengan daerah lain 1.2 + 3.2 + 4.2 0.20 + 0.50 + 0.40 1.10 9
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
startegi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk sektor pariwisata.
III - 4
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Prioritas pertama adalah Kebijakan untuk memperkenalkan tempat-tempat wisata agar lebih
dikenal oleh daerah lain, kedua adalah perlunya peranan pemerintah supaya pariwisata Kota
Semarang dikenal oleh daerah lain, ketiga adalah memperkenalkan wisata Kota Semarang
dengan kerjasama biro wisata di daerah lain, keempat adalah perlu adanya Biro wisata yang
akan memandu dan memperkenalkan wisata di Kota Semarang
Dengan menggunakan hasil evaluasi dari matriks IFE dan EFE,diperoleh bahwa. Sumbu
horizontal matriks IFE adalah skor total IFE 2.15 sedangkan sumbu vertikal adalah skor total
EFE yaitu 2,00 posisi yang tepat adalah berada pada sel VIII
Matrik Internal-Eksternal
Skor Total IFE
Posisi potensi sektor pariwisata di Kota Semarang, terletak pada posisi VIII. Berdasarkan
posisi ini, strategi yang cocok untuk diterapkan adalah stategi yang strategi Harvest atau
Divestiture. .
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
Prioritas Kebijakan : Kebijakan untuk memperkenalkan tempat-tempat wisata agar
lebih dikenal oleh daerah lain, dan kerjasama dengan biro wisata
Strategi : strategi yang cocok untuk diterapkan adalah stategi yang strategi Harvest
atau Divestiture
III - 5
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Dari butir-butir kekuatan, peluang dan ancaman yang telah disusun pada bab VI, dapat
disusun rencana strategik di bidang perindustrian, dimana rencana strategik akan ditampilkan
pada tabel III.3. berikut ini.
TABEL III.3.
RENCANA STATEGI DALAM ANALISIS SWOT
UNTUK PENGGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG
SEKTOR PERINDUSTRIAN
Strategi Pembobotan Nilai Total Prioritas
Strategi S-O
Pemeliharaan kondisi infrastruktur secara
1.00 + 0.75 +
terus-menerus dan perbaikan infrastruktur 1.2 + 2.1 + 2.2 + 3.1 2.95 1
0.20 + 1.00
yang mengalami kerusakan
Perlunya pembinaan oleh dinas terkait 0.45 + 0.05 +
1.1 + 1.4 + 2.2 0.7 8
III - 6
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
startegi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk sektor perindustian.
Dengan menggunakan hasil evaluasi dari matriks IFE dan EFE,diperoleh bahwa sumbu
horizontal matriks IFE adalah skor total IFE 3.15, sedangkan sumbu vertical adalah skor total
EFE yaitu 3.05 posisi yang tepat adalah berada pada sel I
Matrik Internal-Eksternal
Skor Total IFE
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
III - 7
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Dari butir-butir kekuatan, peluang dan ancaman yang telah disusun pada bab V, dapat
disusun rencana strategik di bidang peternakan, dimana rencana strategik akan ditampilkan
pada tabel III.4. berikut ini.
TABEL III.4.
RENCANA STATEGI DALAM ANALISIS SWOT
UNTUK PENGGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG
SEKTOR PETERNAKAN
Strategi Pembobotan Nilai Total Prioritas
Strategi S-O
Stategi W-O
Peningkatan produk varietas
1.1 + 1.2 + 2.1 + 3.1 + 3.2 + 0.8 + 0.4 + 0.3 + 0.8 + 0.6 +
melalui efisiensi reproduksi induk 3.15 1
3.3 + 4.1 0.15 + 0.10
dan produk anak
Perbaikan tekhnologi reproduksi
2.1 +2.3 + 4.1 0.3 + 0.45 + 0.10 0.85 9
untuk peningkatan mutu genetic
Strategi W-T
Peningkatan kemampuan SDM 1.1 + 1.2 + 2.1 + 3.1 + 3.3 + 0.8 + 0.4 + 03 + 0.8 + 0.15 +
2.60 4
dalam reproduksi 4.3 0.15
Peningkatan pelayanan
1.1 + 1.2 + 2.1 + 3.1 + 3.3 + 0.8 + 0.4 + 0.3 + 0.8 + 0.15 +
kesehatan hewan pakan dan 2.65 3
4.2 0.20
reproduksi
Sumber : Tim Penyusun,Tahun 2010
III - 8
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
startegi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk bidang peternakan.
Prioritas pertama adalah peningkatan produk varietas melalui efisiensi reproduksi induk dan
produk anak, kedua adalah diversiifikasi jenis ternak, ketiga adalah peningkatan pelayanan
kesehatan hewan pakan dan reproduksi.
Dengan menggunakan hasil evaluasi dari matriks IFE dan EFE, diperoleh bahwa sumbu
horizontal matriks IFE adalah skor total IFE 1.65, sedangkan sumbu vertical adalah skor total
EFE yaitu 2.25 posisi yang tepat adalah berada pada sel VI.
2,0 Rendah
VII VIII IX
1,0-1,99
1,0
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
Prioritas Kebijakan : peningkatan produk varietas melalui efisiensi reproduksi induk
dan produk anak, diversiifikasi jenis ternak, dan peningkatan pelayanan kesehatan
hewan pakan dan reproduksi.
III - 9
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Dari butir-butir kekuatan, peluang dan ancaman yang telah disusun pada bab V, dapat
disusun rencana strategik di bidang perikanan, dimana rencana strategik akan ditampilkan
pada tabel III.5. berikut ini.
TABELIII.5.
RENCANA STATEGI DALAM ANALISIS SWOT
UNTUK PENGGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG
SEKTOR PERIKANAN
Strategi Pembobotan Nilai Total Prioritas
Strategi S-O
1.1 + 1.2 + 2.1 + 3.1 + 3.3 +
Peningkatan produksi 0.8 + 0.4 + 0.3 + 0.8 + 0.15 + 0.8 3.25 3
4.4
1.1 + 1.2 + 2.1 + 3.1 + 3.3 + 0.8 + 0.4 + 0.3 + 0.8 + 0.15 + 0.10
Peningkatan efisiensi produksi 3.55 1
4.1 + 4.2 + 4.4 + 0.20 + 0.80
Strategi W-O
Pemberian kemudahan
pinjaman untuk memperluas 1.1 + 1.2 + 2.2 + 2.3 + 4.4 0.8 + 0.4 + 0.3 + 0.45 + 0.8 2.75 4
usaha
Memperluas usaha dengan
1.2 + 2.2 + 2.3 + 4.4 0.4 + 0.3 + 0.45 + o.8 1.95 7
investasi modal
1.1 + 1.2 + 2.1 + 3.1 + 3.2 + 0.8 + 0.4 + 0.3 + 0.8 + 0.45 + 0.15
Peningkatan Produksi 3.40 2
3.3 + 4.2 + 4.3 + 0.2 + 0.3
Peningkatan pengoperasian
2.1 + 3.3 + 4.1 + 4.4 0.3 + 0.15 + 0.10 + 0.80 1.35
teknologi
Diversifikasi usaha 1.1 + 1.2 + 2.1 + 3.2 0.8 + 0.4 + 0.3 + 0.45 1.95 6
Strategi W-T
Peningkatan sarana tekhnologi
1.1 + 1.2 + 2.1 + 4.1 + 4.2 0.8 + 0.4 + 0.3 + 0.1 + 0.2 1.80 8
di dalam usaha perikanan
Peningkatan wawasan melalui
pengarahan untuk peningkatan 2.1 + 3.3 + 4.3 0.3 + 0.15 + 0.3 0.75 11
produktifitas
Sumber : Tim Penyusun,Tahun 2010
III - 10
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
startegi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk bidang perikanan.
Prioritas pertama adalah peningkatan efisiensi produksi, kedua adalah peningkatan produksi,
ketiga : pemberian kemudahan modal untuk memperluas usaha.
Dengan menggunakan hasil evaluasi dari matriks IFE dan EFE, diperoleh bahwa sumbu
horizontal matriks IFE adalah skor total IFE 1.50, sedangkan sumbu vertical adalah skor total
EFE yaitu 2.40 posisi yang tepat adalah berada pada sel VI.
I II III
3,0-4,0
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
Prioritas Kebijakan : peningkatan efisiensi produksi, peningkatan produksi, dan pemberian
kemudahan modal untuk memperluas usaha
Strategi : strategi yang cocok untuk diterapkan adalah strategi intensif seperti Market
Penetration, Market Development, dan Product Development atau strategi terintegrasi
seperti Backward Integration, Forward Integration dan Horizontal Integration.
III - 11
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Dari butir-butir kekuatan, peluang dan ancaman yang telah disusun pada bab V, dapat
disusun rencana strategik di bidang perdagangan, dimana rencana strategik akan ditampilkan
pada tabel III.6. berikut ini.
TABEL III.6.
RENCANA STATEGI DALAM ANALISIS SWOT
UNTUK PENGGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG
SEKTOR PERDAGANGAN
No Strategi Pembobotan Total Prioritas
I Strategi S-O
Meningkatkan peran pasar tradisional dengan 3.2+3.3+3.4+1.1+1.2=0,096+0,096+0,0
1.1 0,4045 4
memperbaiki infrastruktur 5+0,09375+0,06875
Meningkatkan kinerja organisasi untuk mendukung
1.2 1.2+3.3=0,06875+0,09688=0,16563 0,16563 13
Program Penataan /zonasi Pasar
Penyiapan regulasi untuk penataan zonasi antara 1.2+1.3+1.4+3.2=0,06875+0,1+0,08125
1.3 0,34688 9
pasar tradisional dan modern +0,09688=0,34688
II Strategi S –T
III - 12
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Dengan menggunakan hasil evaluasi dari matriks IFE dan EFE, matriks IE
dapat dikerjakan. Sumbu horisontal Matriks IE adalah skor total IFE 2,6125
sedangkan sumbu vertikal adalah skor total EFE yaitu 2,475 Posisi yang tepat
adalah berada pada sel V
I II III Tinggi
3,0 3,0- 4,0
IV V VI Sedang
Skor
III - 13
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Keterangan :
: Posisi
Strategi : menjaga fasilitas infratruktur yang ada agar kodisinya tetap baik, kedua adalah
adanya penataan sentra-sentra perdagangan
3.2. MATRIKS
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
III - 14
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
III - 15
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
III - 16
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Sub. Sektor Kegiatan perikanan budidaya di Potensi Perikanan budidaya air payau Permasalahan dalam pengembangan sub sector Strategi : strategi yang cocok untuk Prioritas Kebijakan :
Perikanan Kota Semarang terbagi menjadi terkonsentrasi di wilayah pesisir Kota perikanan adalah : diterapkan adalah strategi intensif seperti peningkatan efisiensi
(a) perikanan budidaya air Semarang, yakni Tugu, Semarang Utara, dan Skala usaha dan modal usaha pada umumnya masih Market Penetration, Market Development, produksi
payau, (b) perikanan budidaya Genuk. Perikanan budidaya air tawar kecil dan Product Development atau strategi
air tawar dan (c) perikanan tersebar di beberapa wilayah, seperti Tekhnologi yang dipakai oleh peternak pada umumnya terintegrasi seperti Backward Integration,
budidaya ikan hias. Banyumanik, Tembalang, Gunungpati, dan masih rendah Forward Integration dan Horizontal
Mijen. Sedangkan untuk perikanan budidaya Lahan yang digunakan untuk budidaya perikanan Integration
ikan hias lebih banyak tersebar di masih kecil
Gunungpati, Mijen, Semarang Utara dan Masih rendahnya produktifitas perikanan Kota
Banyumanik Semarang bila dibandingkan dengan daerah lain
Sub. Sektor Komoditas peternakan di kota Potensi peternakan Kota Semarang yang Permasalahan dalam pengembangan sektor peternakan Strategi : strategi intensif seperti Market Prioritas Kebijakan :
Peternakan Semarang ysng terdiri dari sapi bisa dikembangkan adalah sapi perah. diantaranya adalah : Penetration, Market Development, dan peningkatan produk
potong, sapi perah, ayam Walaupun sub. Sector peternakan tidak Terkendala dalam keterbatasan dana/modal usaha; Product Development atau strategi varietas melalui
petelur, ayam pedaging, ayam menjadi komoditas andalan Masuknya produk ternak ilegal (daging sapi, hati sapi, terintegrasi seperti Backward Integration, efisiensi reproduksi
buras dan sapi Dimana paha ayam, telur) dari luar negeri. Forward Integration dan Horizontal induk dan produk
persentase terhadap Jawa Kualitas SDM peternak masih rendah; Integration anak
Tengah untuk sapi potong Masih rendahnya partisipasi swasta dalam kemitraan
adalah 0,25 %; sapi perah pengembangan usaha peternakan;
adalah 1,99 %; ayam buras Terbatasnya skala usaha dan masih bersifat sambilan;
adalah 0,43 %; ayam petelur Rendahnya kualitas dan kuantitas produk hasil ternak
adalah 3,95 %; ayam pedaging (daging, telur, susu);
adalah 1,04 % dan kambing Rendahnya kualitas dan kuantitas hijauan pakan ternak;
adalah sebesar 0,38 % Mahalnya harga pakan konsentrat dan obat-obatan.
4 Sektor Kinerja sektor pariwisata dari Sektor pariwisata, yang bisa dikembangkan Permasalahan pada sektor Pariwisata: Strategi : strategi yang cocok untuk Prioritas Kebijakan :
Pariwisata tahun ke tahun meningkat. untuk peningkatan perekonomian Kota Infrastruktur yang masih belum memadai untuk menuju diterapkan adalah stategi yang strategi Kebijakan untuk
Dengan adanya peningkatan Semarang adalah Agrowisata Mijen dan daerah agrowisata Harvest atau Divestiture memperkenalkan
jumlah kunjungan wisata dari Agrowisata Gunungpati Isu lingkungan yang sedang gencar diberitakan tempat-tempat
III - 17
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
III - 18
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
3.3. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pendataan, identifikasi dan analisis data yang terkait dengan kegiatan serta
mengkaji potensi, permasalahan dan kendala serta peluang, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1) Sektor yang menjadi sektor basis di Kota Semarang adalah sektor listrik, gas, dan air bersih ;
sektor perdagangan, hotel dan restoran ; sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor
jasa
2) Sektor pertanian yang menjadi komoditas unggulan di kota Semarang adalah kunyit,
temulawak, rambutan, durian, dan mangga,dan lengkeng (potensi sesuai renstra pertanian).
3) Sektor perindustrian yang menjadi andalan adalah industri kerajinan dan hasil barang industry
4) Sektor pariwisata, yang bisa dikembangkan untuk peningkatan perekonomian Kota Semarang
adalah Agrowisata Mijen dan Agrowisata Gunungpati
III - 19
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
3.4.2. Perdagangan
1) Meningkatkan fungsi-fungsi manajerial lembaga-lembaga terkait, baik yang bersifat
administratif seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan/ pengendalian,
maupun yang bersifat operatif seperti pengarahan, fasilitasi, motivasi dan supervisi.
2) Dari segi komoditi, perdagangan dan jasa lebih diarahkan untuk menangani usaha
perdagangan komoditas hasil industri pengolahan/ manufaktur (khususnya di bidang
perdagangan yang modal investasinya tidak terlalu besar, seperti perdagangan eceran
untuk produk-produk makanan/ minuman, alat-alat rumah-tangga, produk sandang,
bahan bangunan, terutama untuk pasar lokal/domestik, dengan mendorong perluasan
III - 20
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
3.4.4. Industri
Kebijakan pada Urusan perindustrian diarahkan pada tewujudnya industri kecil/home
industri yang bertumpu pada mekenisme pasar melalui (1) pembinaan industri kecil /home
industri, (2) fasilitasi akses permodalan industri kecil/home industri; (3) pengembangan
sentra-sentra industri kecil/home industri; (4) peningkatan kemitraan usaha industri kecil/home
III - 21
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
BAB III- STRATEGI DAN KEBIJAKAN
III - 22
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
Lampiran
TABEL KOMODITAS UNGGULAN KOTA SEMARANG
MERUPAKAN
MERUPAKAN KOMODITAS
MERUPAKAN KOMODITAS YANG
MERUPAKAN KOMODITAS BASIS YANG DAPAT DITINGKATKAN KOMODITAS YANG
BASIS DAN UNGGULAN KOTA MEMPUNYAI
KOMODITAS BASIS (MEMILIKI STRATEGI POLITIK) bobot 20 % NILAI TAMBAHNYA DG TEKNOLOGI LOKAL MAUPUN INDUSTRI MEMPUNYAI
SEMARANG ( hasil Studi Dalam Proses Agroindustri K-M-B
SARANA
KETERSEDIAAN BAHAN PENDUKUNG &
Internal) Yang Unik
BAKU KELEMBAGAAN
JENIS YANG KUAT NILAI
NO
KOMODITAS
Sesuai
memperhatika
Bernilai
Ekonomi
TOTAL
Komoditas n Daya Dukung
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman dengan Eksisting Tinggi dan
Produktifitas Komoditas Tanaman Ternak Produktifitas Unggulan Studi Produktifitas Komoditas lahan dan
Pangan Holtikultura Perkebunan Industri RTRW. Agroindustri Prospek
Internal kelestarian Dalam
RPJMD Pemasaran Di Luar
lingkungan Wilayah Nilai Nilai Hasil Nilai
Luas Wilayah
(Internal)
Tnm
Produkti Tnm Tnm Tnm % thdp Produkti % thdp Produkti
% thdp Perkebu Ternak
vitas>Jat Nilai Pangan Nilai Hortikult Nilai Nilai Industri Nilai Nilai Jateng vitas Nilai Hasil Nilai Jateng vitas Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai
Jateng>10% nan (10%)
eng (10%) ura(10%) (10%) >10% >Jateng >10% >Jateng
(10%)
(10%) ( Hsl Stdi Internal) 10 % 10% 5% 5% 5% 5% 5% 10%
1 Padi Sawah 30,90 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 30,90 Tidak 0 Ya 10 30,90 Tidak 0 ya 10 ya 5 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 ya 10 50
2 Padi Gogo 0,61 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 0,61 Tidak 0 Ya 10 0,61 Tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 30
3 Jagung 0,15 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 0,15 Tidak 0 Ya 10 0,15 Tidak 0 ya 10 ya 5 ya 5 tidak 0 ya 5 tidak 0 ya 10 55
4 Ubi Jalar 0,72 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 0,72 Tidak 0 Tidak 0 0,72 Tidak 0 ya 10 tidak 0 tidak 0 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 25
6 Kacang Hijau 0,16 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 0,16 Tidak 0 Tidak 0 0,16 Tidak 0 ya 10 ya 5 ya 5 tidak 0 tidak 0 ya 5 ya 10 45
7 Kacang Tanah 0,41 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 0,41 Tidak 0 Tidak 0 0,41 Tidak 0 ya 10 ya 5 ya 5 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 35
8 Durian 6,80 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 6,80 Tidak 0 Ya 10 6,80 Tidak 0 ya 10 ya 5 ya 5 ya 5 ya 5 tidak 0 ya 10 60
11 Pisang 2,06 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 2,06 Tidak 0 Ya 10 2,06 Tidak 0 ya 10 ya 5 ya 5 ya 5 ya 5 tidak 0 ya 10 60
14 Kelapa 0,09 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 0,09 Ya 10 Tidak 0 0,09 Ya 10 ya 10 ya 5 tidak 0 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 60
15 Kopi 0,20 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 Ya 10 Tidak 0 0,20 Tidak 0 Tidak 0 0,20 Tidak 0 ya 10 ya 5 ya 5 ya 5 ya 5 tidak 0 ya 10 60
16 Cengkeh 0,47 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 Ya 10 Tidak 0 0,47 Tidak 0 Tidak 0 0,47 Tidak 0 ya 10 ya 5 tidak 0 tidak 0 tidak 0 ya 5 ya 10 50
17 Kapuk 0,06 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 Tidak 0 Tidak 0 0,06 Tidak 0 Tidak 0 0,06 Tidak 0 ya 10 ya 5 ya 5 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 35
18 Ikan Tambak 0,50 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 0,50 Tidak 0 Ya 10 0,50 Tidak 0 ya 10 tidak 0 ya 5 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 40
19 Ikan Perairan Umum 0,16 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 0,16 Tidak 0 Tidak 0 0,16 Tidak 0 ya 10 tidak 0 ya 5 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 30
20 Ikan Kolam 0,04 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 0,04 Tidak 0 Tidak 0 0,04 Tidak 0 tidak 0 ya 5 ya 5 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 25
21 Sapi Potong 0,25 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 0,25 Tidak 0 Tidak 0 0,25 Tidak 0 tidak 0 ya 5 ya 5 ya 5 ya 5 tidak 0 ya 10 40
22 Sapi Perah 1,99 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 1,99 Tidak 0 Tidak 0 1,99 Tidak 0 ya 10 ya 5 tidak 0 ya 5 ya 5 tidak 0 ya 10 45
23 Ayam Buras 0,43 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 0,43 Tidak 0 Tidak 0 0,43 Tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 20
24 Ayam Petelur 3,95 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 3,95 Tidak 0 Tidak 0 3,95 Tidak 0 ya 10 tidak 0 ya 5 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 30
25 Ayam Pedaging 1,04 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 1,04 Tidak 0 Ya 10 1,04 Tidak 0 ya 10 ya 5 ya 5 tidak 0 tidak 0 ya 5 tidak 0 45
26 Kambing 0,38 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Tidak 0 Ya 10 0,38 Tidak 0 Tidak 0 0,38 Tidak 0 tidak 0 ya 5 ya 5 ya 5 ya 5 tidak 0 ya 10 40