You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan akan masalah gizi. Masalah gizi
terbagi dua, yaitu kelebihan (kegemukan dan obesitas) dan kekurangan (gizi kurang dan gizi
buruk) zat gizi. Kegemukan dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin, begitu
pula gizi kurang dan gizi buruk. Orang sering kali menyamakan pengertian kegemukan dengan
obesitas, namun kedua istilah tersebut merupakan hal yang berbeda walaupun sama-sama
menggambarkan kelebihan berat tubuh. Kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat
tubuh normal, sementara obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya
lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh
(Rimbawan 2004).
Kelainan fraksi lipid karena lemak berlebih akan menimbulkan penyakit yang
menggangu kesehatan. Penyakit ini sering di sebut dengan penyakit dislipidemia. Dislipidemia
sering dikaitkan dengan salah satu penyebab hipetensi yang akan dapat mempengaruhi kerja
jantung.

Dislipidemia dapat menimbulkan masalah fisiologis, emosional, sosial dan psikologis.


Dampak fisiologis yang ditimbulkan adalah meningkatnya risiko berbagai jenis penyakit. Oleh
karena itu, perlunya pengaturan diet khusus yang dapat mengatasi penyakit yang mengganggu
kesehatan tubuh, yaitu diet energi rendah tinggi serat dan diet garam rendah. Diet energi rendah
tinggi serat adalah diet yang kandungan energinya di bawah kebutuhan normal, cukup vitamin
dan mineral, serta banyak mengandung serat yang bermanfaat dalam proses penurunan berat
badan dan mengurangi asupan garam.

1.2 Tinjauan Pustaka

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta
penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang
penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan sendiri-
sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus dikenal sebagai Triad Lipid (Perki 1995). Faktor utama
peningkatan kadar kolesterol dalam darah adalah keturunan dan asupan lemak tinggi (Almatsier
2004).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Sunita,
2004). Dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah
atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol (Andry
Hartono, 2000). Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki peran
yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibahas
sendiri-sendiri.

B. Etiologi Dislipidemia
Etiologi dislipidemia diklasifikasikan menjadi dislipidemia primer dan dyslipidemia
sekunder. Dislipidemia primer merupakan dislipidemia yang disebabkan oleh faktor keturunan.
Sedangkan dislipidemia sekunder merupakan dislipidemia yang disebabkan oleh usia, jenis
kelamin, riwayat keluarga, hormon, obesitas, menu makanan terlalu banyak lipid, kurang
aktivitas tubuh, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, diabetes, dan lain-lain (Anonim 2010).

C. Patofisiologi Dislipidemia
Pada dislipidemia terjadi kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai oleh kenaikan
kadar kolesterol (hiperkolesteramia), atau trigliserida (hipertrigliserida), atau kombinasi dari
keduanya. Kenaikan kadar lemak darah dapat terjadi karena kenaikan sintesis atau sekunder
akibat adanya penyakit lain yang mendasarinya seperti ateriosklerosis (Brown dan Goldstein
1987). Pada ateriosklerosis faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding
pembuluh darah adalah adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel, gangguan
transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik), gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein, dan
perubahan permeabilitas endotel.
Sebagian besar pasien hiperkolesterolemia sebelumnya mempunya iriwayat familial
(riwayat penyakit kolesterol di keluarga), namun penyebabnya masih belum diketahui, Namun
biasanya faktor risiko dislipidemia yang paling utama adalah disebabkan kelebihan berat badan
dan pola makan.

Orang dengan kelebihan berat badan (obesitas) dan pola makan tinggi lemak (terutama
lemak hewani)

Menyebabkan sintesis kolestrol di hati meningkat

konsentrasi LDL (yang kaya kolestrol) ikut meningkat

LDL akan berikatan dengan reseptor scavenger yaitu reseptor perantara pengumpulan
kolestrol di makrofag, kulit dan pembuluh darah

Menyebabkan menumpuknya kolesterol di sel makrofag, kulit dan pembuluh darah

Memicu terjadinya penyakit aterosklerosis dan penyakit jantung coroner

Dengan menggunakan pendekatan nutrisi, dislipidemia terjadi melalui mekanisme:


1) Asupan makanan
Makanan padat energi yang sering dikonsumsi dan erat kaitannya dengan perubahan gaya
hidup antara lain :
 Daging berlemak
 Soft drinks (khusus yang mengandung gula)
 Junk food
 Mentega/margarin/krim/santan
 Konsumsi minyak yang berlebihan
 Konsumsi gula yang berlebihan
 Alkohol (termasuk alkohol tradisional seperti tuak, dll)
 Nutrisi enteral : pemberian formula yang tidak sesuai dengan kapasitas metabolisme lipid
 Nutrisi parenteral : pemberian preparat lipid yang berlebihan (melampaui batas kemampuan
lipid clearance)
Melalui mekanisme asupan makanan, dislipidemia sering dikaitkan dengan rendahnya serat
makanan (sayur mayur, buah-buahan, dan kacang-kacangan) terutama apabila disertai dengan
konsumsi makanan padat energi.
2) Asupan zat gizi
Asupan jenis-jenis zat gizi dibawah ini dapat menyebabkan dislipidemia :
 Asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh trans
 P/S ratio < 1
 Defisiensi biotin
3) Gangguan komposisi tubuh
 (Morbid) obesity
 Obesitas central (obdiminal obesity)
 Prader-Willie Syndrome
4) Gangguan metabolisme lipid
 Hiperkilomikronemia
 Defisiensi enzim lipoprotein lipase
 Difisiensi reseptor LDL

D. Gejala dan Tanda Dislipidemia


Dislipidemia sendiri tidak menimbulkan gejala tetapi dapat mengarah ke penyakit jantung
dan pembuluh, seperti penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh arteri perifer.
Trigliserida tinggi dapat menyebabkan pankreatitis akut. Kadar LDL yang tinggi dapat
menyebabkan xanthelasma kelopak mata, arcus corneae (Anonim 2011).

E. Pengobatan, Perawatan dan Pencegahan


Penatalaksanaan dislipidemia mencakup non-medikamentosa (tanpa obat) dan medikamentosa
(dengan obat-obatan). Penatalaksanaan yang paling penting adalah tanpa obat. Pasien melakukan
perubahan gaya hidup dengan cara diet yang baik dengan komposisi makanan seimbang, latihan
jasmani (aerobik), penurunan berat badan bagi yang gemuk (obesitas), menghentikan kebiasaan
merokok dan minuman alkohol. Apabila dengan tatalaksana diatas gagal maka dapat diberikan
tatalakasana dengan obat yang dapat menurunkan lipid seperti obat-obatan golongan statin, resin
(kolestiramin), asam nikotinat, asam fibrat dan penghambat absorbsi kolesterol. Sebagai contoh
bila setelah memeriksakan kadar lipid mendapat hiperkolesterolemia dapat diberikan statin atau
resin maupun dikombinasi. Bila terdapat banyak peningkatan pada profil lipid dapat diberikan
statin atau kombinasi statin dengan asam nikotinat. Apabila hanya triglisrida yang meningkat
dapat diberikan golongan asam fibrat (Doengoes dan Marilynn 2000).
F. Diet Untuk Dislipidemia

Dislipidemia merupakan gangguan metabolisme lemak dalam darah, ditandai dengan


peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kadar kolesterol HDL, serta trigleserida.
Dislipidemia merupakan faktor penting terjadinya ateroslerosis, yang akhirnya dapat
menyebabkan Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan Stroke.

Melalui perencanaan/pengaturan makan diharapkan dapat membantu menurunkan kadar


kolesterol darah, trigliserida darah dan menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.

Ada dua jenis diet dislipidemia, yaitu diet dislipidemia tahap I dan tahap II. Diet
dislipidemia tahap I mengandung kolesterol dan lemak jenuh lebih tinggi daripada diet
dislipidemia tahap II. Bagi yang kegemukan, lebih dahulu dilakukan pengkajian terhadap riwayat
berat badan dan sikap yang berhubungan dengan makanan. Penilaian ini diperlukan untuk
menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung diberikan diet tahap II.
Apabila diet pasien ternyata sudah sesuai dengan diet tahap I, maka dapat langsung diberikan
diet tahap II, bila tidak diet dimulai pada tahap I.
Keberhasilan diet dinilai dengan mengukur kadar kolesterol darah setelah 4 – 6 minggu
dan 3 bulan. Jika tujuan terapi diet tidak tercapai setelah 3 bulan dengan diet tahap I perlu dinilai
penerimaan dan kepatuhan terhadap diet ini. Jika tujuan tidak tercapai meskipun patuh maka
pasien harus pindah ke diet tahap II.
Berikut aspek diet yang perlu diperhatikan dalam menangani dislipidemia, menurut
Konsensus Dislipidemia Indonesia :

1. Gizi Seimbang

Diet terapeutik apapun harus memadai dalam keseimbangan zat-zat gizi/diet seimbang
sesuai dengan nilai kecukupan yang dianjurkan. Pada pelaksanaannya harus terdiri dari
bermacam-macam makanan dari semua kelompok makanan dengan mengacu pada slogan "4
sehat 5 sempurna".

2. Lemak Total

Lemak total pada Diet Tahap I dan Diet Tahap II sebaiknya < 30% kalori total.
Pengurangan lemak total mempermudah pengurangan lemak jenuh dan mungkin membantu
penurunan berat badan pada pasien dengan obesitas. Asupan lemak total saat ini di Amerika
Serikat rata-rata adalah 36-37% dari seluruh kalori, sedangkan di Indonesia rata-rata hanya 18%
dari seluruh kalori. Pada ekonomi golongan menengah dan atas di Indonesia asupan lemak kira-
kira 35 % dari total kalori. Oleh karena itu, asupan lemak harus dikurangi sekitar seperlimanya
untuk mencapai sasaran tersebut di atas.

Pengurangan asupan lemak total dapat dicapai dengan 2 cara. Cara pertama, karbohidrat
kompleks dapat menjadi substitusi isokalori lemak, khususnya lemak jenuh. Penggantian ini
akan membantu penurunan kadar kol-LDL. Cara yang kedua, lemak yang tinggi asam lemak
jenuh dapat dihilangkan dari diet tanpa penggantian kalori pada perorangan dengan berat badan
lebih.

3. Lemak Jenuh

Lemak jenuh terdiri dari 3 asam lemak utama yang dapat meningkatkan kolesterol, yang
mempunyai panjang rantai karbon 12 (asam laurat), 14 (asam miristat) dan 16 (asam palmitat).
Makanan yang kaya ketiga asam lemak jenuh ini adalah target utama yang harus dikurangi. Efek
dominan lemak jenuh adalah meningkatkan kadar kol-LDL. Untuk Indonesia, termasuk di
antaranya adalah lemak mentega (terdapat pada mentega, susu, krim, es krim dan keju) dan
lemak sapi, babi, kambing dan unggas. Sisanya adalah dari produk nabati. Hidrogenasi
(penambahan atom hidrogen) adalah suatu proses mengubah minyak nabati menjadi lemak yang
lebih padat, mengubah asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak trans. Pasien dengan kadar
kolesterol yang tinggi sebaiknya membatasi asupan makanan yang tinggi asam lemak trans,
misalnya shortening yang dihidrogenasi, beberapa jenis margarin, dan makanan yang
mengandung lemak ini. Namun demikian, margarin lunak atau cair umumnya mempunyai
kandungan asam lemak trans yang lebih rendah dibanding jenis yang padat, bahkan margarin
mempunyai potensi yang lebih rendah untuk meningkatkan kolesterol dibanding mentega.
Margarin lunak masih menjadi pilihan yang lebih baik untuk olesan dan memasak dibanding
mentega. Konsumsi santan yang kental juga harus dihindari.

4. Lemak Tidak Jenuh Rantai Tunggal

Pada kedua tahap diet terapeutik, lemak tak jenuh rantai tunggal, terutama asam oleat,
dapat mencapai 15% kalori total. Asam oleat adalah asam lemak utama yang terdapat pada
kacang tanah, minyak zaitun, minyak canofa. Selama bertahun-tahun, asam oleat dianggap netral
terhadap kolesterol total, tidak meningkatkan maupun menurunkan kadar kolesterol. Narnun
demikian bukti terbaru menunjukkan bahwa asam oleat dapat menyebabkan penurunan kadar
kol-LDL hampir sebesar asam linoleat yang tidak jenuh dan berantai ganda jika salah satunya
menggantikan lemak jenuh dalam diet.

5. Lemak Tidak Jenuh Rantai Ganda

Ada dua kelompok utama lemak tak jenuh rantai ganda, yang biasa disebut asam lemak
omega-6 dan omega-3. Asam lemak omega-6 utama adalah asam linoleat. Substitusi lemak jenuh
tinggi dengan makanan kaya asam linoleat menghasilkan penurunan kadar kol-LDL. Beberapa
minyak nabati kaya akan asam linoleat, misalnya minyak kedelai, minyak jagung, minyak
safflower dan biji bunga matahari. Minyak ini, sebagaimana yang tinggi asam lemak tak jenuh
tunggal, mempunyai densitas kalori yang tinggi sehingga dapat menaikkan asupan kalori dan
menaikkan berat badan. lkan dan kerang adalah sumber utama asam lemak omega-3. Asam
lemak utama pada kelompok ini adalah asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam
dokosaheksaenoat (DHA). Keduanya mempunyai efek yang kecil terhadap kadar kol- LDL pada
pasien dengan kadar trigliserida normal. Beberapa data epidemiologis menunjukkan bahwa
konsumsi ikan jenis apa pun, yang mengandung asam lemak omega-3, berhubungan dengan
penurunan resiko PKV ; belum jelas apakah hubungan nyata ini disebabkan oleh lemak ikan itu
sendiri atau faktor lain. Karena mengandung lemak jenuh yang rendah, ikan baik sebagai sumber
protein dalam diet.

6. Kolesterol

Konsumsi kolesterol yang tinggi menyebabkan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis pada


sejumlah besar hewan penelitian, termasuk primata bukan manusia. Meskipun asupan tinggi
kolesterol pada manusia tidak selalu menyebabkan peningkatan secara nyata kadar kolesterol
serum seperti pada kelinci dan beberapa primata, studi epidemiologis menunjukkan bahwa
peningkatan asupan kolesterol meningkatkan rata-rata kadar kolesterol serum pada suatu
populasi. Namun demikian derajat peningkatan bervariasi dari orang ke orang. Oleh karena itu,
diet tinggi kolesterol berperan dalam kenaikan kadar kol-LDL pada banyak pasien resiko tinggi
sehingga meningkatkan resiko PKV. Studi epidemiologis selanjutnya menunjukkan bahwa
peningkatan asupan kolesterol meningkatkan resiko PKV melebihi efek peningkatan kadar
kolesterol serum. Mekanisme efek yang terakhir ini belum diketahui.
7. Protein

Asupan protein pada Diet Tahap I dan Diet Tahap II rata-rata adalah 15% dari kalori total.
Pada beberapa hewan penelitian, protein nabati (contohnya protein kedelai) menurunkan kadar
kolesterol dibandingkan dengan protein hewan; efek ini tidak ditemukan pada manusia dengan
jumlah asupan protein yang biasa.

8. Karbohidrat

Karbohidrat sebaiknya merupakan penyumbang >55% dari jumlah kalori total pada Diet
Tahap I dan Diet Tahap II, dan sebaiknya berupa karbohidrat kompleks.

9. Keseimbangan kalori

Obesitas yang merupakan akibat ketidakseimbangan asupan kalori tubuh sehari-hari


harus dicegah dalam penanganan dislipidemia. Keseimbangan positif antara asupan kalori dan
penggunaan energi sering rneningkatkan kadar kolesterol pada fraksi VLDL dan LDL,
meningkatkan trigliserida, menurunkan kol-HDL dan meningkatkan tekanan darah. Penurunan
berat badan akan menurunkan kadar kolesterol total pada banyak orang, menurunkan kol-LDL
dan trigliserida, serta meningkatkan kadar kol-HDL.

10. Serat

Serat makanan adalah polimer karbohidrat yang tak dapat dicerna. Satu jenis serat dapat
larut dalam air; jenis ini menambah massa feces (tinja) dan membantu menormalkan fungsi
kolon. Serat makanan yang tidak larut misalnya bekatul tidak menurunkan kadar kolesterol
serum, meskipun memberikan manfaat yang lain bagi kesehatan. Serat yang larut dalam air,
misalnya pektin, beberapa jenis gum, dan psyllium seed husks, mempunyai potensi menurunkan
kolesterol. Asupan serat dalam menu sehari-hari sebaiknya 20-30g/hari untuk orang dewasa.
Rekomendasi ini dibuat terutama untuk mencapai fungsi gastro-intestinal yang normal dan
mungkin memberikan manfaat yang lain bagi kesehatan. Sekitar 25% (6 g) sebaiknya berupa
serat yang dapat larut. Bahan makanan yang mengandung banyak pektin adalah apel, kesemek
dll. Perbanyak konsumsi sayuran dan buah- buahan.

11. Alkohol
Alkohol dapat mempengaruhi metabolisme lipoprotein melalui beberapa cara. Alkohol
dapat meningkatkan konsentrasi trigliserida serum dan juga meningkatkan kadar kol-HDL.
Alkohol tidak mempengaruhi konsentrasi kol-LDL pada sebagian besar orang. Belum jelas
apakah peningkatan kol-HDL yang diinduksi oleh alkohol mempunyai efek proteksi terhadap
PKV. Karena ketidakjelasan tentang manfaat alkohol terhadap kadar HDL dan karena efek
samping serius yang sudah diketahui, asupan alkohol tidak dapat direkomendasikan untuk
pencegahan PKV.

12. Garam

Tekanan darah berhubungan dengan asupan natrium. Banyak bukti ilmiah yang
menunjukkan bahwa pembatasan asupan garam dapur (natrium klorida) akan menurunkan rata-
rata tekanan darah dan mengurangi resiko PKV. Konsumsi garam rata-rata di Amerika Serikat
adalah 8-12 g/hari, di Indonesia diperkirakan 11-15 g/hari meskipun asupannya sangat bervariasi.
Asupan ini jauh lebih besar dibanding kebutuhan natrium bagi kesehatan, yaitu sebesar 500
mg/hari.

Tujuan Terapi Diet Dislipidemia:


1. Mengurangi asupan kalori bila kegemukan
2. Mengurangi asupan lemak jenuh (saturated fatty acids) dan menggantikannya dengan lemak tak
jenuh (unsaturated fatty acids)
3. Mengurangi asupan kolesterol makanan
4. Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan serat, serta menurunkan asupan karbohidrat
sederhana.

Syarat Diet
1. Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktivitas fisik, bila kegemukan,
penurunan berat badan dapat dicapai dengan asupan energi rendah dan meningkatkan aktivitas
fisik.
2. Lemak sedang, <30% dari kebutuhan energy total. Lemak jenuh untuk tahap I, <30% dari
kebutuhan energi total dan tahap II, <7% dari kebutuhan energi total. Lemak tak jenuh ganda dan
tunggal untuk dyslipidemia tahap I maupun II adalah 10–15 % dari kebutuhan energi total.
Kolesterol < 300 mg untuk dyslipidemia tahap I dan < 200 mg untuk tahap II.
3. Protein cukup, yaitu 10–20 % dari kebutuhan energi total.
4. Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk atau beras merah,
havermout, dan kacang-kacangan.
5. Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan untuk pasien yang
mengkonsumsi < 1200 kkal energi sehari.
6. Garam rendah 2 - 3 g/hari, 600 - 800 mg Na.
7. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.

Bahan Makanan Yang Dianjurkan:


1. Nasi, roti tinggi serat, ubi, kentang, singkong, sereal.
2. Ikan segar, ayam tanpa kulit, putih telur, tempe, tahu, kacang2an, susu kedelai, susu
rendah lemak, yoghurt dan keju rendah lemak.
3. Buah dan sayuran segar atau dalam bentuk juice segar, sebagai sumber serat.
4. Minyak zaitun, Rice brand oil, Canola, minyak biji bunga matahari, jagung, wijen, kedelai.
Gunakan margarine (atau salad dressing) yang terbuat dari minyak tersebut di atas (yang
berasal dari lemak tak jenuh/ unsaturated fatty acids). Disarankan menggunakan sedikit minyak
dalam memasak.

Bahan Makanan Yang Dihindarkan:


1. Produk makanan /kue berlemak dan minuman jadi, seperti cake, tarcis, croissant, pie, pastries,
dodol, cola, syrup, permen, alkohol. Kurangi gula pasir.
2. Daging domba, babi berlemak, otak, jerohan,kuning telur (batasi penggunaan kuning telur 2-3
butir seminggu), sosis, bacon, whole milk (susu penuh), susu kental manis, cream, yoghurt dan
keju yang terbuat dari susu penuh, es krim.
3. Sayuran yang dimasak dengan mentega, keju, kelapa, santan. Buah yang diawet dengan gula,
seperti buah kaleng, manisan buah.
4. Mentega (butter), lemak babi (lard), santan, kelapa, mayonaise, salad dressing yang terbuat dari
kuning telur.

Contoh menu makanan sehari untuk penderita displidemia


Nama Diet: Dislipidemia/Rendah Lemak
Energi : 1900-2000 kalori,
Lemak: 50 gram, Protein: 60 gram, Karbohidrat: 320 gram

MENU SEHARI
Pagi:
Roti Tawar Gandum 2-3 iris tipis (70-100 gram)
Selai kacang 2 sendok teh (20 gram)
Sayuran/Salad 1 mangkuk sedang
Margarin (:meadowlea) 1 sendok teh (5 gram)
Susu kedelai/susu rendah lemak bubuk 4 sendok makan rata/peres (20 gram)/gelas
Gula pasir / madu 1-2 sendok teh (10 gram)
Selingan Pkl 10.00:
Buah/ Juice segar Apel atau Pier 1 buah sedang

Siang:
Nasi 1 gelas belimbing (150 gram)
Ikan / ayam tanpa kulit 1 potong sedang (50 gram /berat mentah)
Tempe 2 potong sedang ( 50 gram/berat mentah)
Sayuran/lalapan sayur 1 mangkuk sedang
Buah Nenas/Pepaya 1 potong sedang (100 gram)
Minyak Canola/Minyak Jagung (gunakan untuk menumis 1 – 2 macam masakan)
Selingan Pkl 16.00:
Buah /Juice segar Mangga atau Apel 1 buah sedang

Malam:
Nasi 1 gelas belimbing ( 150 gram)
Ikan / ayam 1 potong sedang (50 gram /berat mentah)
Tahu 2 buah kecil (100 gram/berat mentah)
Sayuran/lalapan sayur 1 mangkuk sedang
Buah Pepaya 1 potong sedang (100 gram)
Minyak Canola/Rice Brand Oil ( gunakan untuk menumis 1 – 2 macam masakan)
Selingan Pkl.21.00:
Buah Pisang/Jeruk 1 buah sedang

Dapat dilihat dengan sederhana dalam table di bawah ini makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

BAHAN MAKANAN YANG DILARANG DAN DIANJURKAN

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber karbohidrat Beras terutama berasPie, cake, croissant, kue yang
tumbuk/beras merah, pasta,diolah menggunakan garam
macaroni, roti tinggi serat (whole berlebih, pastries, biskuit, krekers
wheat bread), cereal, ubi, kentang,berlemak, dan kue-kue berlemak
kue buatan sendiri denganlain.
menggunakan sedikit
minyak/lemak tak jenuh.
Daging gemuk, daging kambing,
daging babi, jeroan, otak, sosis,
Ikan, unggas tanpa kulit, daging
sardine, kuning telur (batasi
kurus, putih telur, susu skim,
Sumber protein hewani hingga 3 butir/minggu), telur yang
yoghurt rendah lemak, dan keju
diawet dengan garam, susu kental
rendah lemak.
manis, krim, yoghurt dari susu
penuh, keju, dan es krim.
Kacang-kacangan yang diolah
Tempe, tahu, dan kacang-dengan santan dan dan garam
Sumber protein nabati
kacangan. serta digoreng dengan minyak
jenuh
Semua sayur dalam bentuk segar,
direbus, dikukus, disetup, ditumis
Sayuran yang dimasak dengan
menggunakan minyak jagung,
mentega, minyak kelapa atau
Sayuran minyak kedelai atau margarine
minyak kelapa sawit dan santan
tanpa garam yang dibuat dari
kental serta diolah dengan garam.
minyak tidak jenuh ganda:
dimasak dengan santan encer.
Buah yang diawet dengan gula,
Semua buah dalam keadaan
Buah seperti buah kaleng dan buah
segar atau bentuk jus.
kering
Minyak jagung, kedelai, kacang
tanah, bunga matahari dan wijen; Minyak kelapa dan minyak kelapa
Sumber lemak margarine tanpa garam yangsawit; mentega, margarine,
dibuat dari minyak tidak jenuh kelapa, santan, dan krim.
ganda.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bahan pangan yang dapat dikonsumsi pada penderita
dislipidemia adalah sebagian besar adalah bahan pangan yang berserat tinggi. Karena bahan
makanan yang berserat tinggi dapat mengurangi rasa lapar kita setelah makan sehingga dapat
mencegah makan makanan yang berlemak banyak. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi adalah
makanan yang mengandung minyak yang banyak dan santan kental.
BAB III
KESIMPULAN

Dislipidemia adalah keadaan dimana terjadi gangguan dalam metabolisme lipid bisa
disebabkan karena gaya hidup yang salah ataupun karena pengaruh lain sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah atau trigliserida dalam darah yang
dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol (Andry Hartono, 2000).
Dislipidemia diklasifikasikan menjadi 2, yaitu Dislipidemia primer dan Dislipidemia
sekunder. Dislipidemia primer yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat
menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah, dan Dispilidemia sekunder disebabkan oleh
suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik
syndroma, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif. . Faktor yang
mempengaruhi tingginya kadar lipid adalah faktor genetik, pola makan, obesitas, kebiasaan
merokok, kurang berolahraga dan merokok.
Penyakit Akibat Dislipidemia antara lain aterosklerosis, hipertensi, Klaudikasio
intermitten, Penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke.
Daftar pustaka

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl-ulfahrizia-5956-2-babii.pdf

http://www.pantirapih.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=146:dislipidemia&catid=51:umum&Itemid=97

http://www.scribd.com/doc/54425185/Gout-Dan-Dislipidemia

http://www.scribd.com/doc/109607526/Dislipidemia-dan-diet

You might also like