Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Sunita,
2004). Dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah
atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol (Andry
Hartono, 2000). Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki peran
yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibahas
sendiri-sendiri.
B. Etiologi Dislipidemia
Etiologi dislipidemia diklasifikasikan menjadi dislipidemia primer dan dyslipidemia
sekunder. Dislipidemia primer merupakan dislipidemia yang disebabkan oleh faktor keturunan.
Sedangkan dislipidemia sekunder merupakan dislipidemia yang disebabkan oleh usia, jenis
kelamin, riwayat keluarga, hormon, obesitas, menu makanan terlalu banyak lipid, kurang
aktivitas tubuh, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, diabetes, dan lain-lain (Anonim 2010).
C. Patofisiologi Dislipidemia
Pada dislipidemia terjadi kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai oleh kenaikan
kadar kolesterol (hiperkolesteramia), atau trigliserida (hipertrigliserida), atau kombinasi dari
keduanya. Kenaikan kadar lemak darah dapat terjadi karena kenaikan sintesis atau sekunder
akibat adanya penyakit lain yang mendasarinya seperti ateriosklerosis (Brown dan Goldstein
1987). Pada ateriosklerosis faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding
pembuluh darah adalah adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel, gangguan
transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik), gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein, dan
perubahan permeabilitas endotel.
Sebagian besar pasien hiperkolesterolemia sebelumnya mempunya iriwayat familial
(riwayat penyakit kolesterol di keluarga), namun penyebabnya masih belum diketahui, Namun
biasanya faktor risiko dislipidemia yang paling utama adalah disebabkan kelebihan berat badan
dan pola makan.
Orang dengan kelebihan berat badan (obesitas) dan pola makan tinggi lemak (terutama
lemak hewani)
↓
Menyebabkan sintesis kolestrol di hati meningkat
↓
konsentrasi LDL (yang kaya kolestrol) ikut meningkat
↓
LDL akan berikatan dengan reseptor scavenger yaitu reseptor perantara pengumpulan
kolestrol di makrofag, kulit dan pembuluh darah
↓
Menyebabkan menumpuknya kolesterol di sel makrofag, kulit dan pembuluh darah
↓
Memicu terjadinya penyakit aterosklerosis dan penyakit jantung coroner
Ada dua jenis diet dislipidemia, yaitu diet dislipidemia tahap I dan tahap II. Diet
dislipidemia tahap I mengandung kolesterol dan lemak jenuh lebih tinggi daripada diet
dislipidemia tahap II. Bagi yang kegemukan, lebih dahulu dilakukan pengkajian terhadap riwayat
berat badan dan sikap yang berhubungan dengan makanan. Penilaian ini diperlukan untuk
menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung diberikan diet tahap II.
Apabila diet pasien ternyata sudah sesuai dengan diet tahap I, maka dapat langsung diberikan
diet tahap II, bila tidak diet dimulai pada tahap I.
Keberhasilan diet dinilai dengan mengukur kadar kolesterol darah setelah 4 – 6 minggu
dan 3 bulan. Jika tujuan terapi diet tidak tercapai setelah 3 bulan dengan diet tahap I perlu dinilai
penerimaan dan kepatuhan terhadap diet ini. Jika tujuan tidak tercapai meskipun patuh maka
pasien harus pindah ke diet tahap II.
Berikut aspek diet yang perlu diperhatikan dalam menangani dislipidemia, menurut
Konsensus Dislipidemia Indonesia :
1. Gizi Seimbang
Diet terapeutik apapun harus memadai dalam keseimbangan zat-zat gizi/diet seimbang
sesuai dengan nilai kecukupan yang dianjurkan. Pada pelaksanaannya harus terdiri dari
bermacam-macam makanan dari semua kelompok makanan dengan mengacu pada slogan "4
sehat 5 sempurna".
2. Lemak Total
Lemak total pada Diet Tahap I dan Diet Tahap II sebaiknya < 30% kalori total.
Pengurangan lemak total mempermudah pengurangan lemak jenuh dan mungkin membantu
penurunan berat badan pada pasien dengan obesitas. Asupan lemak total saat ini di Amerika
Serikat rata-rata adalah 36-37% dari seluruh kalori, sedangkan di Indonesia rata-rata hanya 18%
dari seluruh kalori. Pada ekonomi golongan menengah dan atas di Indonesia asupan lemak kira-
kira 35 % dari total kalori. Oleh karena itu, asupan lemak harus dikurangi sekitar seperlimanya
untuk mencapai sasaran tersebut di atas.
Pengurangan asupan lemak total dapat dicapai dengan 2 cara. Cara pertama, karbohidrat
kompleks dapat menjadi substitusi isokalori lemak, khususnya lemak jenuh. Penggantian ini
akan membantu penurunan kadar kol-LDL. Cara yang kedua, lemak yang tinggi asam lemak
jenuh dapat dihilangkan dari diet tanpa penggantian kalori pada perorangan dengan berat badan
lebih.
3. Lemak Jenuh
Lemak jenuh terdiri dari 3 asam lemak utama yang dapat meningkatkan kolesterol, yang
mempunyai panjang rantai karbon 12 (asam laurat), 14 (asam miristat) dan 16 (asam palmitat).
Makanan yang kaya ketiga asam lemak jenuh ini adalah target utama yang harus dikurangi. Efek
dominan lemak jenuh adalah meningkatkan kadar kol-LDL. Untuk Indonesia, termasuk di
antaranya adalah lemak mentega (terdapat pada mentega, susu, krim, es krim dan keju) dan
lemak sapi, babi, kambing dan unggas. Sisanya adalah dari produk nabati. Hidrogenasi
(penambahan atom hidrogen) adalah suatu proses mengubah minyak nabati menjadi lemak yang
lebih padat, mengubah asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak trans. Pasien dengan kadar
kolesterol yang tinggi sebaiknya membatasi asupan makanan yang tinggi asam lemak trans,
misalnya shortening yang dihidrogenasi, beberapa jenis margarin, dan makanan yang
mengandung lemak ini. Namun demikian, margarin lunak atau cair umumnya mempunyai
kandungan asam lemak trans yang lebih rendah dibanding jenis yang padat, bahkan margarin
mempunyai potensi yang lebih rendah untuk meningkatkan kolesterol dibanding mentega.
Margarin lunak masih menjadi pilihan yang lebih baik untuk olesan dan memasak dibanding
mentega. Konsumsi santan yang kental juga harus dihindari.
Pada kedua tahap diet terapeutik, lemak tak jenuh rantai tunggal, terutama asam oleat,
dapat mencapai 15% kalori total. Asam oleat adalah asam lemak utama yang terdapat pada
kacang tanah, minyak zaitun, minyak canofa. Selama bertahun-tahun, asam oleat dianggap netral
terhadap kolesterol total, tidak meningkatkan maupun menurunkan kadar kolesterol. Narnun
demikian bukti terbaru menunjukkan bahwa asam oleat dapat menyebabkan penurunan kadar
kol-LDL hampir sebesar asam linoleat yang tidak jenuh dan berantai ganda jika salah satunya
menggantikan lemak jenuh dalam diet.
Ada dua kelompok utama lemak tak jenuh rantai ganda, yang biasa disebut asam lemak
omega-6 dan omega-3. Asam lemak omega-6 utama adalah asam linoleat. Substitusi lemak jenuh
tinggi dengan makanan kaya asam linoleat menghasilkan penurunan kadar kol-LDL. Beberapa
minyak nabati kaya akan asam linoleat, misalnya minyak kedelai, minyak jagung, minyak
safflower dan biji bunga matahari. Minyak ini, sebagaimana yang tinggi asam lemak tak jenuh
tunggal, mempunyai densitas kalori yang tinggi sehingga dapat menaikkan asupan kalori dan
menaikkan berat badan. lkan dan kerang adalah sumber utama asam lemak omega-3. Asam
lemak utama pada kelompok ini adalah asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam
dokosaheksaenoat (DHA). Keduanya mempunyai efek yang kecil terhadap kadar kol- LDL pada
pasien dengan kadar trigliserida normal. Beberapa data epidemiologis menunjukkan bahwa
konsumsi ikan jenis apa pun, yang mengandung asam lemak omega-3, berhubungan dengan
penurunan resiko PKV ; belum jelas apakah hubungan nyata ini disebabkan oleh lemak ikan itu
sendiri atau faktor lain. Karena mengandung lemak jenuh yang rendah, ikan baik sebagai sumber
protein dalam diet.
6. Kolesterol
Asupan protein pada Diet Tahap I dan Diet Tahap II rata-rata adalah 15% dari kalori total.
Pada beberapa hewan penelitian, protein nabati (contohnya protein kedelai) menurunkan kadar
kolesterol dibandingkan dengan protein hewan; efek ini tidak ditemukan pada manusia dengan
jumlah asupan protein yang biasa.
8. Karbohidrat
Karbohidrat sebaiknya merupakan penyumbang >55% dari jumlah kalori total pada Diet
Tahap I dan Diet Tahap II, dan sebaiknya berupa karbohidrat kompleks.
9. Keseimbangan kalori
10. Serat
Serat makanan adalah polimer karbohidrat yang tak dapat dicerna. Satu jenis serat dapat
larut dalam air; jenis ini menambah massa feces (tinja) dan membantu menormalkan fungsi
kolon. Serat makanan yang tidak larut misalnya bekatul tidak menurunkan kadar kolesterol
serum, meskipun memberikan manfaat yang lain bagi kesehatan. Serat yang larut dalam air,
misalnya pektin, beberapa jenis gum, dan psyllium seed husks, mempunyai potensi menurunkan
kolesterol. Asupan serat dalam menu sehari-hari sebaiknya 20-30g/hari untuk orang dewasa.
Rekomendasi ini dibuat terutama untuk mencapai fungsi gastro-intestinal yang normal dan
mungkin memberikan manfaat yang lain bagi kesehatan. Sekitar 25% (6 g) sebaiknya berupa
serat yang dapat larut. Bahan makanan yang mengandung banyak pektin adalah apel, kesemek
dll. Perbanyak konsumsi sayuran dan buah- buahan.
11. Alkohol
Alkohol dapat mempengaruhi metabolisme lipoprotein melalui beberapa cara. Alkohol
dapat meningkatkan konsentrasi trigliserida serum dan juga meningkatkan kadar kol-HDL.
Alkohol tidak mempengaruhi konsentrasi kol-LDL pada sebagian besar orang. Belum jelas
apakah peningkatan kol-HDL yang diinduksi oleh alkohol mempunyai efek proteksi terhadap
PKV. Karena ketidakjelasan tentang manfaat alkohol terhadap kadar HDL dan karena efek
samping serius yang sudah diketahui, asupan alkohol tidak dapat direkomendasikan untuk
pencegahan PKV.
12. Garam
Tekanan darah berhubungan dengan asupan natrium. Banyak bukti ilmiah yang
menunjukkan bahwa pembatasan asupan garam dapur (natrium klorida) akan menurunkan rata-
rata tekanan darah dan mengurangi resiko PKV. Konsumsi garam rata-rata di Amerika Serikat
adalah 8-12 g/hari, di Indonesia diperkirakan 11-15 g/hari meskipun asupannya sangat bervariasi.
Asupan ini jauh lebih besar dibanding kebutuhan natrium bagi kesehatan, yaitu sebesar 500
mg/hari.
Syarat Diet
1. Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktivitas fisik, bila kegemukan,
penurunan berat badan dapat dicapai dengan asupan energi rendah dan meningkatkan aktivitas
fisik.
2. Lemak sedang, <30% dari kebutuhan energy total. Lemak jenuh untuk tahap I, <30% dari
kebutuhan energi total dan tahap II, <7% dari kebutuhan energi total. Lemak tak jenuh ganda dan
tunggal untuk dyslipidemia tahap I maupun II adalah 10–15 % dari kebutuhan energi total.
Kolesterol < 300 mg untuk dyslipidemia tahap I dan < 200 mg untuk tahap II.
3. Protein cukup, yaitu 10–20 % dari kebutuhan energi total.
4. Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk atau beras merah,
havermout, dan kacang-kacangan.
5. Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan untuk pasien yang
mengkonsumsi < 1200 kkal energi sehari.
6. Garam rendah 2 - 3 g/hari, 600 - 800 mg Na.
7. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.
MENU SEHARI
Pagi:
Roti Tawar Gandum 2-3 iris tipis (70-100 gram)
Selai kacang 2 sendok teh (20 gram)
Sayuran/Salad 1 mangkuk sedang
Margarin (:meadowlea) 1 sendok teh (5 gram)
Susu kedelai/susu rendah lemak bubuk 4 sendok makan rata/peres (20 gram)/gelas
Gula pasir / madu 1-2 sendok teh (10 gram)
Selingan Pkl 10.00:
Buah/ Juice segar Apel atau Pier 1 buah sedang
Siang:
Nasi 1 gelas belimbing (150 gram)
Ikan / ayam tanpa kulit 1 potong sedang (50 gram /berat mentah)
Tempe 2 potong sedang ( 50 gram/berat mentah)
Sayuran/lalapan sayur 1 mangkuk sedang
Buah Nenas/Pepaya 1 potong sedang (100 gram)
Minyak Canola/Minyak Jagung (gunakan untuk menumis 1 – 2 macam masakan)
Selingan Pkl 16.00:
Buah /Juice segar Mangga atau Apel 1 buah sedang
Malam:
Nasi 1 gelas belimbing ( 150 gram)
Ikan / ayam 1 potong sedang (50 gram /berat mentah)
Tahu 2 buah kecil (100 gram/berat mentah)
Sayuran/lalapan sayur 1 mangkuk sedang
Buah Pepaya 1 potong sedang (100 gram)
Minyak Canola/Rice Brand Oil ( gunakan untuk menumis 1 – 2 macam masakan)
Selingan Pkl.21.00:
Buah Pisang/Jeruk 1 buah sedang
Dapat dilihat dengan sederhana dalam table di bawah ini makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bahan pangan yang dapat dikonsumsi pada penderita
dislipidemia adalah sebagian besar adalah bahan pangan yang berserat tinggi. Karena bahan
makanan yang berserat tinggi dapat mengurangi rasa lapar kita setelah makan sehingga dapat
mencegah makan makanan yang berlemak banyak. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi adalah
makanan yang mengandung minyak yang banyak dan santan kental.
BAB III
KESIMPULAN
Dislipidemia adalah keadaan dimana terjadi gangguan dalam metabolisme lipid bisa
disebabkan karena gaya hidup yang salah ataupun karena pengaruh lain sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah atau trigliserida dalam darah yang
dapat disertai penurunan kadar HDL kolesterol (Andry Hartono, 2000).
Dislipidemia diklasifikasikan menjadi 2, yaitu Dislipidemia primer dan Dislipidemia
sekunder. Dislipidemia primer yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat
menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah, dan Dispilidemia sekunder disebabkan oleh
suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik
syndroma, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif. . Faktor yang
mempengaruhi tingginya kadar lipid adalah faktor genetik, pola makan, obesitas, kebiasaan
merokok, kurang berolahraga dan merokok.
Penyakit Akibat Dislipidemia antara lain aterosklerosis, hipertensi, Klaudikasio
intermitten, Penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke.
Daftar pustaka
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl-ulfahrizia-5956-2-babii.pdf
http://www.pantirapih.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=146:dislipidemia&catid=51:umum&Itemid=97
http://www.scribd.com/doc/54425185/Gout-Dan-Dislipidemia
http://www.scribd.com/doc/109607526/Dislipidemia-dan-diet