Professional Documents
Culture Documents
KEPUSTAKAAN
1. Furniss, B.S., Hannaford,A.J., Smith, P.W.G., Rogers, V.Tatchell, A.R, 1996, Vogel’s
Textbook of Practical Organic Chemistry, Fifth edition, The English language Book society
and Longman, Johnnn willey and Sons Inc, New York, p. 400-401
2. Mc Murry J, 2000, Organic Chemistry, 5th edition, Brooks / Cole Publishing Company
Pasific Grove, USA, p 654-656
3. Vogel, A. I. 1960. Elementary Practical Organic Chemistry Part 1 Small Scale
Preparation. London: Spottiswoode, Ballantyne and co. Ltd.
1
1. Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus –OH terikat pada C primer
2. Alkohol sekunder, yairu alkohol yang gugus –OH terikat pada C sekunder
3. Alkohol tersier, yaitu alkohol yang gugus –OH terikat pada C tersier
Senyawa-senyawa alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama dapat mengalami
isomer. Pada alkohol terjadi isomer posisi, yaitu alkohol dengan jumlah atom karbon sama
tetapi letak gugus –OH dalam struktur berbeda. Misalnya alkohol dengan rumus molekul
C3H8O dapat ditulis dengan dua rumus struktur.
Kelarutan alkohol dalam air dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang terdapat pada
alkohol. Alkohol dengan 1-3 atom karbon merupakan cairan tak berwarna dan dapat larut
dalam air dengan segala perbandingan, 4-5 atom karbon sedikit larut dalam air sedangkan
alkohol dengan jumlah atom karbon > 6 tidak larut dalam air.
2
Berdasarkan struktur yang dimiliki, alkohol merupakan gabungan antara alkana atau
gugus R dan air. Gugus R bersifat nonpolar atau lipofilik, gugus –OH bersifat polar atau
hidrofobik, ketika alkohol dengan jumlah atom karbon sedikit ketika dilarutkan dalam air
maka gugus –OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Namun ketika
jumlah atom karbon makin banyak maka sifat nonpolar dari gugus R atau alkana lebih
dominan sehingga kelarutan dalam air berkurang bahkan tidak larut ketika jumlah atom
karbon makin banyak.
Makin tinggi berat molekul maka makin tinggi pula titik didih dan viskositasnya. Titik
didih alkohol lebih tinggi dari alkana yang berat molekulnya hampir sama karena terbentuk
ikatan hidrogen dengan sesama molekul alkohol. Pada alkana tidak terbentuk ikatan hidrogen
antar sesama molekul.
Titik didih alkohol primer > alkohol sekunder > tersier. Pada alkohol-alkohol bercabang
memiliki titik didih lebih rendah dari alkohol dengan dengan rantai lurus. Dengan ketentuan
memiliki berat molekul yang hampir sama atau dengan jumlah atom karbon sama. Hal ini
disebabkan alkohol-alkohol bercabang bentuk molekulnya menyerupai bola. Berikut beberapa
fungsi alkohol secara umum:
1. Sebagai bahan dasar sintesis senyawa organik
2. Sebagai pelarut
3. Sebagai bahan dasar pembuatan deterjen sintetik misalnya lauril alkohol.
4. Sebagai bahan pembersih kaca
5. Untuk hewan-hewan koleksi yang berukuran kecil alkohol dapat dijadikan sebagai
pengawet.
6. Campuran metanol dan etanol sering dicampurkan dengan bensin sebagai bahan bakar.
Gugus –OH merupakan gugus fungsi dari alkohol oleh sebab itu sebagian besar reaksi
terjadi pada gugus tersebut. Berikut merupakan beberapa reaksi yang terjadi pada alkohol
yaitu reaksi oksidasi, penggantian gugus –OH, penggantian atom H pada gugus –OH oleh
gugus asam, logam aktif dan gugus alkil.
A. Alkohol Absolut
Alkohol terdiri dari molekul polar, dimana oksigen mengemban muatan negative
parsial. Karena alkohol dapat membentuk ikatan hydrogen antara molekul-molekulnya
maka titik didih alkohol lebih tinggi daripada alkil halida atau eter yang bobot molekulnya
3
sebanding. Alkohol berbobot molekul lebh rendah larut dalam air disebabkan oleh ikatan
hydrogen alkohol-air. Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob, yakni menolak
molekul- molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rendah
kelarutannnya.
Alkohol absolut merupakan cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru tidak
berasap, mudah larut dalam air, kloroform pekat dan eter pekat. Alkohol absolut bersifat
tidak stabil, senyawa ini cenderung membentuk campuran azeotrop bila kontak dengan
udara. Alkohol absolut tidak mengandung air dan mempunyai gravitas spesifik 0.7938
pada suhu 15.55oC. Alkohol absolut dapat melarutkan iodin, bromin, sedikit fosfor dan
sulfur, senyawa alkali dan alkalin, klorida, iodida dan nitrat dari logam, banyak asam
organik dan hampir semua alkaloid, resin, minyak menguap dan kamfer. Alkohol absolut
juga dapat mengendapkan larutan gum, starch, albumin, gelatin dan banyak zat lain.
Alkohol absolut tidak dimaksudkan untuk konsumsi manusia, melainkan digunakan
sebagai pelarut untuk laboratorium dan aplikasi industri, dimana air akan beraksi dengan
bahan kimia lainnya.
Alkohol absolut merupakan hasil destilasi dari etanol 95%. Etanol 95% merupakan
campuran azeotrop dengan air yang memberikan titik didih minimum pada 78.15oC.
Untuk menghilangkan 5% air dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
menambah CaO sehingga bereaksi dengan air membentuk Ca(OH)2, sehingga etanol
absolut dapat diperoleh melalui destilasi sederhana.
Untuk mendeteksi kuantitas air yang sangat kecil dalam alkohol absolut, Debrunner
mengemukakan kristalisasi permangat pada potassium. Dimana alkohol yang mengandung
air 0.5% tidak larut dalam alkohol anhidrat dengan memberi warna merah. Sementara
menurut Casoria, alkohol absolut dapat dideteksi dengan menambahkan sedikit tembaga
sulfat yang kering yang akan memberikan warna biru jika alkohol absolut mengandung
air.
B. Campuran Azeotrop
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih cairan (kimiawi) pada ratio tertentu
dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika
campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama
4
dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture
karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut:
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum
mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem
kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik
C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik
azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran
akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan
antara kurva saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-
putus)
Dalam bidang kimia, distilasi azeotropik merujuk pada teknik-teknik yang digunakan
untuk memecah azeotrop dalam distilasi. Dalam rekayasa kimia, salah satu teknik untuk
memecah titik azeotrop adalah dengan penambahan komponen lain untuk menghasilkan
azeotrop heterogen yang dapat mendidih pada suhu lebih rendah, misalnya penambahan
benzena (bisa juga dengan garam dan solvennya) ke dalam campuran air dan alkohol.
Jika konstituen campuran tidak campur sempurna, azetrop akan terdapat miscibility
gap. Tipe azeotrop ini disebut azeotrop heterogen. Jika komposisi azeotrop di luar
miscibility gap atau konstituen campuran campur sempurna, tipe ini disebut azeotrop
homogen. Azeotrop yang mengandung dua konstituen disebut azeotrop biner. Yang
mengandung tiga konstituen disebut azeotrop tersier.
Banyak metode yang bisa digunakan untuk menghilangkan titik azeotrop pada
campuran heterogen. Contoh campuran heterogen yang mengandung titik azeotrop yang
5
paling populer adalah campuran ethanol-air, campuran ini dengan metode distilasi biasa
tidak bisa menghasilkan ethanol teknis (99% lebih) melainkan maksimal hanya sekitar
96,25 %. Hal ini terjadi karena konsentrasi yang lebih tinggi harus melewati terlebih
dahulu titik azeotrop, dimana komposisi kesetimbangan cair-gas ethanol-air saling
bersilangan. Beberapa metode yang populer digunakan adalah:
a. Pressure Swing Distillation
b. Extractive Distillation
c. Mengubah komposisi cairnya dengan cara:
1. Menambah cairan ketiga
Misalnya alkohol 95.6% (suatu campuran azeotrop) ditambahkan benzena. Jika
campuran ini kemudian di destilasi fraksi maka akan diperoleh sebagai berikut:
Fraksi I dengan titik didih 65.85oC yang terdiri dari 7.4% air, 18.5% alkohol, 74.1
% benzena (suatu campuran azeotrop terner).
Fraksi II dengan titik didih 68.25 oC yang merupakan campuran azeotrop 67.6%
alkohol dan 32.4 % benzena.
Fraksi III merupakan alkohol absolut.
2. Menambahkan pereaksi yang hanya bereaksi dengan salah satu cairan. Misalnya
menambahkan CaO ke dalam alkohol 95.6%.
3. Menambahkan adsorben yang dapat mengadsorbsi salah satu komponen. Biasanya
digunakan norit atau silica gel.
4. Diekstraksi dengan pelarut ke 3 dimana masing-masing komponen akan terekstraksi
dalam jumlah yang berbeda.
Tiap azeotrop mempunyai titik didih yang khas. Titik didih pada senyawa azeotrop
lebih rendah dari titik konstituennya (azeotrop positif), atau lebih besar dari titik didih
konstituennya (azeotrop negative). Etanol mendidih pada 78.4oC, air mendidih pada
1000C, tapi azeotrop mendidih pada 78.2oC, yang mana lebih rendah daripada
konstituennya. Temperatur 78.2oC adalah temperatur minimum yang mana larutan
etanol/air mendidih pada tekanan atmosfer. Pada umumnya, azeotrop positif mendidih
pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan ratio konstituennya. Azeotrop positif
juga disebut campuran dengan titik didih minimum atau tekanan maksimum.
6
Contoh dari aezotrop negative adalah asam hidroklorida pada konsentrasi 20.2 % dan
79.8% air (dalam bobot). Hydrogen klorida mendidih pada -84oC air pada 100oC, tetapi
aezotrop mendidih pada 110oC, yang mana lebih tinggi dibandingkan konstituennya. Suhu
maksimum yang mana larutan asam hidroklorida dapat mendidih pada suhu 110oC.Pada
umumnya, aezotrop negative mendidih pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan ratio
konstituennya.
7
Campuran etanol dan air akan membentuk azeotropdengan perbandingkan kira-
kira 89mol% etanol dan11 mol% air. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan sebagai 96%
volume etanol dan 4% volume air padatekanan normal dan T = 351 K. Komposisi
azeotrop inisangat tergantung pada suhu dan tekanan.Ia akan menghilang pada temperatur
di bawah 303 K. Sifat gugus hidroksil yang polar menyebabkannya dapat larut dalam
banyak senyawa ion, utamanya natrium hidroksida, kalium hidroksida, magnesium
klorida, kalsium klorida, amonium klorida, amonium bromida, dan natrium bromida.
Natrium klorida dan kalium klorida sedikit larut dalam etanol. Oleh karena etanol juga
memiliki rantai karbon nonpolar, ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliputi
kebanyakan minyak atsiri dan banyak perasa, pewarna, dan obat. Indeks refraksi etanol
adalah 1,36242 (pada λ=589,3 nm dan 18,35 °C).
D. Refluks
Refluks adalah salah satu metode dalam suatu ilmu kimia yang digunakan untuk
mensintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk
mensintesis senyawa yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini, jika dilakukan
pemanasan biasa, maka pelarut akan menguap sebelumreaksi berjalan sampai selesai.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada
suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondesor sehingga pelarut yang tadinya
9
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondesor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi
sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2
diberikan agar tidak ada uap air/ gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologan untuk senyawa anorganik karena sifatnya reaktif. Prinsep kerja pada refluks
terjadi 4 proses, yaitu:
1. Proses heating, terjadi pada saat feed di lubu didih.
2. Proses evaporating/ penguapan, terjadi ketika feed mencapai titik didih dan berubah
menjadi fase uap yang kemudian uap terdsebut masuk ke dalam kondensor dalam.
3. Proses cooling, terjadi di dalam ember
4. Proses kondensasi/pengembunan, terjadi di kondensorluar yang berisikan air dingin ,
hal ini menyebabkan penurunan suhu dan perubahan fase dari steam tersebut menjadi
liquid kembali.
E. Destilasi
Destilasi adalah suatu proses dimana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya dan
mengalirkan uap ke dalam alat pendingin yang disebut kondesor dan mengumpulkan hasil
pengembunan sebagai zat cair. Proses terdiri dari tiga tahap:
1. Mengubah substansi dalam bentuk uapnya
2. Memindahkan uapnya yang telah terbentuk
3. Mengkondensasi uap yang terbentuk menjadi cairannya kembali
Jika suatu zat cair yang murni didestilasi dan grafik antara temperatur destilasi dan
hasil destilasi digambarkan, diperoleh suatu garis lurus.
Bila suatu zat cair diletakkan dalam ruang tertutup, sebagian molekulnya masuk ke
dalam fase uap dan molekul fase uap masuk kembali ke dalam fase cair. Akhirnya tercapai
kesetimbangan kadar molekul-molekul yang keluar dan masuk kembali ke fase cair yang
sama. Bila temperatur zat cair dinaikkan samapi suatu tingkat dimana tekanan uap
melebihi tekanan udara, zat itu mulai mendidih. Sebenarnya jika titik didih ingin
digunakan sebagai kriteria untuk identifikasi, maka semestinya harus dinyatakan tekanan
uapnya sewaktu menentukan titik didihnya.
10
F. Superheating and Bumping
Cairan yang memmpunyai suhu yang lebih tinggi dari titik didihnya dikatakan
cairan mengalami superheating. Adanya perbedaan tekanan dan suhu yang besar diantara
bagian-bagian dari cairan dapat menimbulkan suatu percikan yang kuat atau suatu
ledakan.Peristiwa tersebut disebut bumping.
Untuk mencegah bumping pada saat proses destilasi pada tekanan atm ditambah
batu didih pada waktu mesin dingin. Pada pendinginan biasa, bumping dapat dihindari
dengan pengadukan, penambahan batu didih, pemanasan merata, isi labu tidak lebih dari
2/3 volume labu.
11
Faktor koreksi:
IV. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan cara memisahkan campuran azeotrop.
2. Mampu memperoleh alkohol absolut tanpa kontak dengan udara luar dengan bantuan
tabung CaCl2.
3. Mampu menjelaskan pengaruh uap air terhadap kestabilan alcohol absolute.
4. Mampu menetapkan indeks bias menggunakan Refraktometer.
12
V. ALAT DAN BAHAN
Alat: Bahan: (1/20)
Labu alas bulat Tabung CaCl3 Etanol 95% 100 ml
Pendingin bola Sumbat CaO 25gram
Thermometer Corong kaca CaCl anhidrat q.s
Pipa bengkok Gelas ukur
Kaki tiga Adaptor
Pengangas air Statif dan klem
Pendingin liebig Api Bunsen
13
VII. SKEMA CARA KERJA
Refluks 1 jam
Didiamkan 1 jam
1-2 tetes destilat pertama ditampung di kaca arloji, kemudian selanjutnya hasil
ditampung dalam labu hisap pada suhu 72°C-75°C, dihubungkan dengan
tabung CaCl2
14
VIII. GAMBAR PEMASANGAN ALAT
CaO
25gram
Etanol 95%
100 ml
Didiamkan 1 jam
Direfluks selama 1 jam
15
IX. PEMBAHASAN
Hasil Teoritis :
Hasil Praktikum :
Titik Didih : 78,5°C
Indeks Bias :
Pada praktikum ini, larutan etanol 95% 100 ml ditambahkan dengan CaO 25 g. CaO
berfungsi sebagai pengering. CaO merupakan pengering dengan kapasitas mengeringkan
besar, tidak larut dalam etanol, mudah dipisahkan dan tidak bersifat alkalis. Penyimpanan
CaO harus ditempat kedap udara, karena CaO bersifat higroskopis. Bila dibiarkan di udara
terbuka akan menarik air dari udara, yang membuat CaO tidak stabil. Ditambahkan juga batu
didih untuk mencegah terjadinya bumping atau ledakan
Digunakan pendingin liebig bertujuan agar uap etanol dapat berkondensasi kembali
menjadi larutan etanol absolut. Pendingin liebig dialiri air supaya uap etanol dapat
mengembun menjadi etanol absolut.
Tabung CaCl2 digunakan untuk mencegah kontaminasi dengan udara luar dan menyerap
kandungan air yang tidak tersapat dalam senyawa yang didestilasi. Setelah dipakai untuk
refluks, tabung CaCl2 telah jenuh dengan air dan sudah terkontaminasi. CaCl2 anhidrat harus
dipijar sebelum digunakan kembali untuk menghilangkan kandungan air kristalnya.
Pada saat pemasangan alat, sumbat atau gabus harus benar-benar rapat, karena bahan
yang didestilasi mudah menguap, sehingga jika tidak rapat etanol akan menguap dan alkohol
absolut yang didapat akan sedikit.
Proses refluks dilakukan selama 1 jam. Setelah itu dilakukan proses destilasi sederhana
selama 1 jam. Pada proses destilasi ditambahkan batu didih yang baru. Digunakan destilasi
sederhana karena kedua campuran (etanol dan air) memiliki perbedaan titik didih yang jauh,
yaitu etanol dengan titik didih 78,5°C dan air dengan titik didih 100°C. jika perbedaan titik
didih rendah yaitu antara 5-100 maka pakai destilasi fraksi.
Alat-alat yang digunakan pada proses destilasi dipilih berdasarkan titik didih, jumlah
cairan dan sifat khusus cairan. Besarnya labu destilasi dipilih sedimikian rupa, sehingga isi
labu tidak melebihi 2/3 nya. Hal ini untuk menghindari terjadinya letupan. Jika isi labu terlalu
sedikit maka tidak akan terbentuk destilat karena uapnya hanya mengisi labu.
16
Pada waktu destilasi, labu alas bulat dipasang termometer dan pipa bengkok. Termometer
berfungsi untuk mengukur suhu dan titik didih praktisnya. Pipa bengkok digunakan untuk
mengalirkan uap air yang terbentuk ke pendingin liebig, sehingga akan dihasilkan tetesan-
tetesan alkohol yang ditampung dalam labu hisap. Pemasangan termometer harus tepat, yaitu
tepat disebelah lubang leher labu destilasi, karena pada posisi tersebut terjadi kesetimbangan
antar fase air dan uap. Bila termometer tercelup dalam larutan, maka suhu yang diukur adalah
suhu cairan. Jika letak termometer terlalu keatas yang diukur adalah suhu uap. Pada proses
destilasi digunakan penangas air karena titik didih senyawa yang didestilasi kurang dari
100°C.
Proses destilasi dihentikan jika cairan dalam labu destilasi tinggal sedikit (jangan sampai
benar-benar habis, karena bisa retak) yang ditandai dengan penurunan suhu.
Pada praktikum ini, kami mendapatkan titik didih 78,5°C. Hal ini disebabkan karena pada
proses destilasi tidak dilakukan proses pengadukan atau penghomogenan cairan dalam labu
destilasi sehingga dapat menyebabkan terjadinya bumping. Peristiwa bumping pada destilasi
ini dapat menyebabkan terjadinya over heating, sehingga cairan menjadi mudah menguap
pada suhu yang lebih rentan dari seharusnya.
X. KESIMPULAN
1. Alkohol absolut merupakan hasil destilasi dari etanol 95%. Etanol 95% merupakan
campuran azeotrop dengan air.
2. Campuran azeotrop adalah suatu campuran yang mempunyai sifat fisis menyerupai suatu
cairan yang murni.
3. Pada proses refluks ini, pada ujung pendingin perlu diberi tabung CaCl2. Tabung CaCl2 ini
digunakan untuk menghindari kontak dengan udara luar.
4. Untuk menghilangkan 5% air dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
menambah CaO sehingga bereaksi dengan air membentuk Ca(OH)2, sehingga etanol
absolut dapat diperoleh melalui destilasi sederhana.
17
LAMPIRAN
Pertama:
Kedua:
18
Ketiga:
19