You are on page 1of 10

PENENTUAN UMUR MELIHAT DARI

PEROBAHAN BENTUK SYMOHYSIS PUBIS

MISTAR RITONGA

Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman


Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini terlihat peningkatan kwalitas kejahatan dimana pelakunya


sering berusaha menyembunyikan korbannya yang bertujuan untuk menghilangkan
jejak serta barang bukti agar pelaku dan korbannya tidak dikenal lagi, dengan
demikian sering korban ditemukan sudah tinggal tulang belulang. Maka salah satu
yang kita harapkan untuk identifikasi dari tulang belulang ini adalah menentukan
prakiraan umum korban dengan melihat bentuk dari symphysis ossis pubisnya.
Seperti kita ketahui identifikasi ini penting sekali bagi keluarga korban dan penyidik
sehubungan dengan akte kematian, warisan, asuransi, perkara pidana, perkara
perdata dan perkara lainnya. Untuk itulah perlu dipelajari tentang perubahan-
perubahan pada Symphisis Pubis yang salah satu merupakan indikator penentuan
umur yang baik menurut bebrapa metode. Namun masing-masing metode masih
mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu.

Apapun metode-metode yang dimasuk adalah sebagai berikut:


1. Metode Todd (1920-1921)
2. Metode Mckern-Stewart/ Gilbert-Mckern
3. Metode Snow
4. Metode Hanihara – Suzuki MRA
5. Metode Hanihara – Suzuki QMI

Ad. 1. Metode Todd:


Tood mengatakan bahwa perubahan simfisis pubis merupakan indicator umur
yang baik. Kriteria ysng di kemukakannya ini tidak membedakan jenis kelamin serta
ras, dan tepat terutama pada yang beusia antara 20-40 tahun.
Simfisis pubis berbentuk oval dengan sumbu panjang tegak (superior-
inferior). Ia memiliki 5 gambaran utama, yaitu :
- Permukaan batas vental ( luar ) atau rampart
- Babatas Dorsal (dalam ) atau plato
- Ekstremitas inferior
- Tonjolan melintang ( ridging ), ombak ( billowing ) dan nodulus ossifkasi.

Berdasarkan penilitian atas kerangks manusia 18-50 tahun, Todd membagi umur
dalam 10 fase sebagai berikut :

a. Fase paska adolosen pertama ( umur 18-19 tahun )


Permukaan simfisis kasar, terbagi oleh onjolan melintang yang di batasi oleh
cekungan yang jelas, tak ditemukan nodulus ossifikasi ( epifiseal ) yang
menyastu dengan permukaan, tidak dijumpai tepi yang berbatas tegas, tidak
dijumpai batas ektremitas.

©2004 Digitized by USU digital library 1


b. Fase pasca adolesen kedua (umur 20-21 tahun)
Permukaan sinfisis masih kasar dengan tonjolan melintang dan cekungan
diantaranya, tetapi cekungan mulai berkurang idekat batas dorsal karwena
terisi oleh tulang yang teksturnya halus. Formasi ini mulai menyamarkan
ekstremitas inferior dari tonjolan horizontal. Nodulus ossifikasi (epifiseal)
mungkin bersatu dengan permukaan simfisis bagian atas, batas tepidrsal
mulai terbentuk, tidak ada batas ektremitas, baian depan samar-samar
terhadap lereng ventral (ventral bevel).

c. Fase pasca adolosen ketiga (umur 22-24 tahun)


Permukaan simfisis menunjukan obliterasi progressif tonjolan dan cekung.
Terbentuk plato dorsal, terdapat nodulus ossifikasi, tepi dorsal bertahap
makin jalas, tidak dijumpi pembatsan ekstremitas.

d. Fase keempat (umur 25-26)


Peningkatan keras daerah lerng ventral, berhubungandngan hilangnya
tonjolan dan cekungan, batas tepi dorsal sempurna akibat terbentuknya plato
dorsal, terdapat pembatasan ektremitas.

e. Fase kelima (umur 27-30 tahun)


Sedikit atau tidak ada perubahan pada permukan simfisis dan plato dorsal,
kecuali dijumpai adanya usaha sporaik dan premau pmbetukan tanggul
ventral (ventral rampart), ekstremitas bwah perti tepi dorsal, baasnya makin
bertambah jelas, pembentukan ekstremitas atas atau tanpa bawah intervensi
nodulus tulang (epifiseal).

f. Fase keenam (umur 39-44 tahun)


Batas ekstremitas makin jelas, perkembangan dan penyempurnaan tanggul
ventral terdapat gambaran granular pada permukaan simfisis dan bagian
ventral pubis tidak dijumpai bibir (lipping) pada tepi simfisis.

g. Fase ketujuh (umur 35-39 tahun)


Perubahan pada permukaan simfisis dan bagian ventral pubis akibat
berkurangnya aktivitas, terjadi pertumbuhan tulang pada peltqakan tendon
dan ligamen terutama tendon gracilis dan ligamen sakrotuberosum.

h. Fase kedelapan (39-44 tahun)


Permukaan simfesis umumnya halus dan inaktif, permukaan ventral juga
inaktif, batas oval sempurna atau hampir sempurna, ekstremitas sangat jelas,
tidak dijumpai bingkai (rim) yang jela pada permukaan simfisis, tidak
dijumpai bibir yang jelas baik pada tepi ventral maupun dorsal.

i. Fase kesembilan (umur 45-50 tahun)


Permukaan simfisis menunjukan lebih kurang bingkai yang jelas, tepi dorsal
smuanya berbibir, tepi ventral berbibir tidak teratur.

j. Fase kesepuluh (umur 50 tahun keatas)


Permukaan simfisis mengalami erosi dan menunjukan osifikasi yang tidak
menentu, tepi ventral lebih kurang mulai hancur dengan bertambahnya umur.

©2004 Digitized by USU digital library 2


Ad. 2. Metode Mckern dan Stewart (1957)
Untuk memudahkan penelitian, maka mackern dan Stewat mengusulkan
skoing dengan cara memecah komponen permukaan siisis dalam tiga bagian yang
masiang-masiang teriridari 5 stadium. Dengan cara ini ianggap bahwah kolerasinya
lebih tinggi, lebih mudah, serta lbih akurat dari metode Todd, karena menghilangkan
bias subjektif dalam interprestasi. Bahan pemeriksaanya adalah 450 tulang korban
perang yang berusia 17-50 tahun. Walaupun pada awalnya rumus ini diperuntukkan
pria dan wanita, tetapi karena penyimpangan pada wanita lerbih bnak, maka rumus
ini dipakai hanya untuk pria. Unuk wanita dipakai rumus Gilbert dan Mckern
Adapun rumus Mckern dan Stewart adalah sebagai berikut:

- Komponen I. Plato dorsal


0. tepidorsal tidak ada
1. Pembentukan tepi sedikit, mula-mula pada bagian sepertiga batas dorsal.
2. Tepi dorsal meluas sepanjang batas dorsal.
3. pengisian cekungan dan pengisian tonjolan membentuk permukaan plato
pada sepertiga tengah paruhan dorsal.
4. Plato masih menunjukan ombakan ( illowing ) yang meluas meliputi
hampir seluruh paruhan dorsal.
5. Ombakan menghilang sempurna dan permukaanr paruhan dorsal menjadi
menjadi rata dan agak bergranulasi ringan.

- Komonen II. Tanggul ventral


0. Lereng ventral ( ventral beveling ) tidak ada.
1. lereng ventral hanya ada pada ekstremitas suerior bata ventral.
2. Lereng meluas ke bawah sebatas ventral.
3. Tanggul ventral ( rampart ) mulai terbentuk dengan adanya penonjolan
tulang pada satu atau kedua ekstremitas.
4. Tanggul meluas tetapi masih terdapat celah gap yang jelas sepanjang
batas ventral, paling jelas didua pertiga atas.
5. Tanggul sudah sempurna.

- Komponen III. Bingkai simfisis


0. Bingkai simfisis ( symphysial rim ) tidak ada.
1. sebagian bigkai dorsal ada, biasanya diujung superior tepi dorsal,
bentuknya bulat dn meninggi keatas permukaan simfisis.
2. Bingkai dorsal sempurna dan bingkai ventral mulai terbntuk. Tidak
dijumpai tempat awal pembentukan.
3. Bingkai simfisis sempurna. Permukaan sifisis terutup oleh gambar brbutir
yang halus dan irreguler atau naik turunnya gambarannya.
4. Bingkai mulai hancur. Permukaan menjadi halus dan datar dan tidak lagi
membulat tetapi menjadi tajam. Terdapatnya adanya bibir ( lipping ) pada
tepi ventral.
5. Bingkai makin hancur ( terutama sepanjng tepii ventral atas ), danterjadi
erosi permukaan simisis . Terjadi juga disintegrasi dan osifikasi idak
menentu sepanjang bngkai ventral.

Dalam menggunakan rumus Mckern dan Stewart ini terdapat aturan bahwa
komponen yang lebih belakang tidak mungkinlebih besar didpannya. Jadi
kalau komponen sau skornya 3, maka komponen II hanya mungkin 3,2,1
atau 0 dan tidak mungkin 4 skor komponen I,II, dan III. Misalnya skor321
berrti komponen II skor 2 dan komponen III slor 1, total skor adalah 6.

©2004 Digitized by USU digital library 3


Dengan melihat stiap komponen terdiri dari 5 stadium maka tentu disangka
bahwa kemungkinan variasi skor adalah 5x5x5 sama dengan 125 emungkinan
saja. Sehingga kalau diketemukan kemungkinan yang lain dari 21
kemungkinan ini, hrus diperiksa ulang, karena pasti ada yang skorsingnya
salah.

Adapun kemungkinan tadi adalah sebagai berikut :

000 100 200 210


300 310 320 330
410 420 430 431 441 442
541 542 543 552 553 554 555

Untuk mendapatkan umur yang dicari dipakai daftar bikut ini, yaitu
berdasarkan skor total sebagai berikut :

Penentuan umur berdasarkan skor total pada pria :

Skor N Range Rata-rata SD


0 7 17 17,3 0,49
1-2 76 17-20 19 0,79
3 43 18-21 19,8 0,85
4-5 51 18-23 20,8 1,13
6-7 26 20-24 22,4 0,99
8-9 36 22-28 24,1 1,93
10 19 23-28 26,1 1,87
11-13 56 23-39 29,2 3,33
14 31 29+ 35,8 3,89
15 4 36+ 41,0 6,22
TOTAL 349

( Modifkasi kegiatan dari tabl Mckern dan Stewart 1957 )

Metode Gilbert dan Mckern (1937)


Metode ini dikembangkan oleh Gilbert dan Mckern berdasarkan pembagian
komponen dan stadium yang sama seperti Mckern dan Stewart, tetapi menggunakan
baha dari kerangka wanita. Dasar pemisahan rumus unuk wanita dan pria adalah
karena peubahan permukaan simfisis pada wanita berbeda dibandingkan pria,
karena gambaran simfisis wanita umumnya tampak sepuluh tahun lebih tua dari
umur sebenarnya. Jadi wanita yang berumur 25 tahun gambaran simfisisnya sama
dengan pria yang berumur 35 tahun. Perbedaan lainya adalah tanggul (rampart),
pada pria tanggul ventral merupakan penonjolan tulang sepanjang paruhan ventral.
Sebaliknya pada wanita bingki simfisis justru memisahkan bagian dorsal dan ventral
pubis. Pada pria, kedua paruhan dipisahkan oleh gari yang imajiner, sdangkan pada
wanita tanggul ventral (paruhan) membentuk lereng kebawah dari paruhan dorsal.

Akibatnya stadium 3 komponen II yang pada pria berumur 23, pada wanita
yang umurnya 38. Yang menjadi masalah besar adalah penentuan lokasi dan
pembatasan paruhan ventral. Pada pria, bingkai simfisis meligkupi dua paruhan,
sedangkan pad wnita justru memisahkannya. Smua perubahan ini diduga terjadi
akibat trauma lahir yang dialami wanita.

©2004 Digitized by USU digital library 4


Secara lengkap criteria Glibert dan Mckern unuk wanita adalah sebagai
berikut :
- Komponen I : Paruhan Dorsal.
0. Tonjolan dan cekungan sangat jelas, ckungan berombak, tepi dorsal tidak
jelas.
1. tonolan mulai rata, cekungan mulai tirisi dan tepi dorsal yang rata mulai
terbentuk pada paruhan sepertiga tengah.
2. Paruhan dorsal meluas ke ventral, makin lebar akibat perataan yang
beranjut, tapi dorsal meluas ke atas dan kebawah.
3. Paruhan dorsal sangat halus, tepi mungkin sempit atau tidak jelas.
4. Paruhan menjadi sempurna dan utuh, lebar dan berbutir halus, tapi
mugkin masih menunjukan sisa ombak .
5. Paruhan berlubang-lubang dan irregular akibat penghancuran.

- Komponen II. Tanggul ventral


0. Tonjolan dan cekungan sangat jelas.Bagian paruhan lainnya melerang ke atas
menuju paruhan dorsal
1. bermula dibagian bawa, cekungan paruhan ventral mulai terisi
membentuk tanggul yang melereng dan meluas, tepi lateral yang jelas
membentuk garus melengkung meluas sepanjang simfisis.
2. pengisiancekungan dan perluasan paruhan berlanjut baik dari ujung ats
maupun bawah, tunggul meluas dilateral sepanjang tepi ventral.
3. Kira-kira sepertiga paruhan ventral terisi oleh tulang yang berbutir halus.
4. Terdapat tanggul ventral yang lebar, sempurna, berbutir halus
permukaannya mulai dari krista pubis sampai dengan rumus inferiol.
5. Tanggul ventral mulai hancur, menunjukkan lubang0lubang dan barang
kali hilang gambarannya akibat penghancuran.

- Komponen III. Bingkai simfisis


0. Bingkai tidak ada.
1. Bingkai mulai terbentuk pada sepertiga tengah permukaan dorsal.
2. Bingkai mulai meluas dari ujung atas dan bawah simfisis sampaisepertiga
bagian ventralnya sempurna.
3. Bagian dorsal bingkai simfisis sempurna .
4. Bingkai simfisis sempurna.
5. batas ventraal paruhan dorsal mungkin hancur sehingga terdapat celah
pada bingkai atau mungkin juga membulat sehingga tidak ada loagi garis
batas antaraa paruhaan dorsal dengan tanggul ventral.

Umur rata-rata, SD dan Range umur berdasarkan skor total umur simfisis pada
wanita :

©2004 Digitized by USU digital library 5


Skor Total N Range Rata-rata SD
0 2 14-18 16,00 2,00
1 12 13-24 19,80 2,70
2 13 16-25 20,15 4,97
3 4 18-25 21,50 3,36
4-5 7 22-29 26,00 5,70
6 8 25-36 29,52 6,86
7-8 14 23-39 32,00 5,54
9 5 22-40 33,00 9,00
10-11 11 30-47 36,00 7,73
12 12 32-52 39,00 8,54
13 8 44-54 47,75 7,57
14-15 7 52-59 55,71 8,07

Add. 3. Metode Snow (1983 )


Snow menyadari bahwa metode Mckern dan Stewart untuk pria dan
metode Gilbert dam Mckern untuk wanita cukup akrat untuk penentuan umur ,
namun ia mengalami cara ini memerlukan waktu lama untuk mencapai waktu
kesimpuan. Hal ini menyulitkan, khususnya pada kejadian kecelakan atau
pembunuhan masal, saat korban yang harus di periksa jumlahnya banyak. untuk itu
ia mengembangakn suatu cara perhitungan dengan mengunakan komputer. adapun
data yang digunakan adalah data Mckern dan Stewart serta data Gilbert dan Mckern.
Rumus umur menurut Snow (1983 ) :

Pria : Umur = 17,1648 + 1,4167 X – 0,182 X2 + 0.0126 X3


r2 = 0,997
SD = 0,6591 +0,0705 X – 0,0023 X2 + 0.0011X3
Wanita : Umur = 14,7428 + 2506 X – 0,4784 X2 + 0,0259 X3
r2 = 0,980
SD = 2,09 + 0,27 X
r2 = 0,54

Keterangan : X adalah skor total menurut Mckern danStewart atau menurut Gilbert
dan Mckern
Umur SD dalam satuan tahun.

Mula-mula rumas ini di masukan dalam komputer sehingga setiap kali cukup hanya
memaskan nilai X dan akan segera keluar umur dan SD untuk setiap kasus.

Ad. 4. Metode Hanihara dan Suzuki ( 1978 )


Hanihara dan suzuki dalam mengunakan metide Todd mengalami
berbagai kesulitan, diantaranya sring kali suatu simfisis tidak memenuhi seluruh
kriteria fase tertentu secara lengkap. Metode Mckern dan Stewart maupun Gilbert
dan Mckern juga di rasakan agak sulit, khususnya bila dilakukan oleh yang
berpngalaman kurang. Sistemyang di pakai adalah sistem Skoring terhadap setiap
komponen dari 7 komponen yang diperiksa.
Kriteria skorsing masing-masiang komponen simfisis pubis menru t hanihara dan
suzuki lngkapnya hanyalah sbagai berikut :
Skoring perubahan umur pada permukaan simfisis pubis :

©2004 Digitized by USU digital library 6


Variabel Morfologi Skor Perubahan Morfologis
X1 Tonjolan dan cekungan 1 Jelas
horizontal

X2 tuberkulum pubicum

X3 ujung bawah

Secara lengkap perubahan yang terjadi pada masing-masing komponen


adalah sebagai berikut :
1. Tonjolan dan cekungan horizontal
Tonjolan dan cekungan horizontal ini sangat jelas pada yang berumur 20 tahun :
tonjolan tinggi dan cekungan tajam serta dalam. Pada umur antara 20-23 tahun
cekungan menjadi dangkal dan tonjolan relatif tumpul. Pengikisan yang berlanjut
sampai kira-kira umur 27 tahun, setelah umur 28 tahun dengan sedikit
kekecualian gambar ini akan hilang seluruhnya permukaan simfisis akan menjadi
datar.
2. Tuburkulum pubikum.
Pada tulang pubis orang yang berumur dibawah 23 tahun, tuburkulumnya
melekat melalui tulang rawan sehingga garis efisial masih terlihat. Setelah umur
24 tahun tuburkulum akan menyatu dengan tulang pada semua orang tanpa
kecuali.
3. Ujung bawah
Sebelum umu 22 dan 23 tahun, ujung bawah permukaan simfisis tak dapat
dibedakan dari ujung atas rumus pubis inferior. Pad umur 23-30 tahun, bagian
bawah permukaan simfisis di batasi oleh tonjolan sempet dan setelah 30 tahun,
tonjolan itu melebar dan banyak kasus bentuknya menjadi segitiga menonjol.
4. Tepi dorsal
sampai dengan umur 19 tahun, tidak terdapat tonjolan pada batas dorsal pada
permukaan simfisis. Pada sekitar 20 tahun suatu tonjolan samar-samar muncul
pada batas dorsal permukaan. orang yang lebih tua dari 27 tahun menunjukkan
pembentukan tonjolan yang hampir sempurna meskipun masih sempit pada
seluruh panjang tepi dorsal. Pada separuh kasus setelah 33 atau 34 tahun, tapi
hal ini sangat bervariasi.
5. Nodulus osifikasi superior.
Pembentukan nodulus terjadi pada permukaan pubis bagian atas selama waktu
yang terbatas. Tak ditemukannya nodulus bisa berarti umurnya dibawah 20
tahun diatas 27 tahun. Ia jelas terlihat pada umur 21-27 tahun.
6. Lereng ventral.
Sampai umur 22 tahun keatas, batas ventral permukaan simfisis pubis bersatu
dengan permukaan ventral permukaan tulang pubis. Pda umur yang lebih tua
terbentuk permukaan sempeit diantara keduanya.Tood menyebutkan lereng
ventral permukaan intermedia dan menganggapnya sebagai gambaran yang
berguna untuk perkiraan umur. Ia mulai muncul pada umur 23 tahun dan baru
sempurna pada umur 27 tahun. Antara 28-33 tahun ia telah terbentuk sempurna
sepanjang permukaan simfisis pubis. Pada individu yang pada umurnya lebih tua
dari 33 atau 34 tahun bagian atas lereng ventral menghilang tapi pada variasi hal
ini sangat besar.

©2004 Digitized by USU digital library 7


7. Bingkai simfisis
Pada orang yang lebih tua, permukaan simfisis kadang-kadang dibatasi oleh
bingkai yang relatif lebar dan tumpul. Hal ini dapat dijumpai pada orang yang
berumur diatas 30 tahun dan frekuensinya meningkat setelah umur 34 tahun,
meskipun variasinya juga besar. karenanya bila dijumpai bingkai yang jelas
secara aman dapat dikatakan bahwa umur 35 an atau lebih, tetapi individu tanpa
bingkai mungkin tidak selalu mudah.

Untuk menggunakan cara hanihara dan suzuki dalam penentuan umur


kerangka dapat digunakan 2 cara yaitu : MRA (Multiple Regresision Analisys ) dan
QM (Quantification Theory Mode 131 I Analysis ).

Cara MRA :
Pada cara ini dilakukan penghitungan umur dengan cara memasukkan skor masing-
masing komponen kedalam persamaan sbb :

Umur : 10,14 + 1,40 X2 + 0,48 + 2,11 + 1,91 X4 + 0,27 X5 + 1,45 X6 + 0,14 X7

Cara QMI
Pada cara ini setiap pada masing-masing komponen diganti dengan suatu nilai
normal yang telah ditentukan. Umur didapatkan dengan cara menjumlahkan semua
nilai normal dari nilai skor X1 – X7
Adapun nilai normal yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Variabel Skor Nilai Normal Koefisien Korelasi
X1 1 118,08 0,25
2
3

X2 1 0,00 0,11

X3 1 0,00 0,49

X4 1 0,00 0,37

X5 1 0,00 0,23

X6 1 0,00 0,34

X7 1 0,00 0,12

©2004 Digitized by USU digital library 8


Standart error untuk kedua cara ini dibagi dalam 3 kelompok umur yaitu
seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :
Kel. Umur N SE MRA SE QMI
18 - 25 26 2.1960 1.9055
26 - 30 17 2.1791 1.9109
31 - 38 27 2.7408 2.78832

Berdasarkan perhitungan dari hanihara dan Suzuki ini, didapatkan bahwa cara QMI
memiliki keunggulan dalam mendapatkan umur yang sedekat-dekatnya dengan
umur sesungguhnya.

KESIMPULAN
1. Penentuan umur korban merupakan salah satu terpenting dalam hal idebtifikasi.
2. Penentuan umur dari perubahan-perubahan yang terjadi pada symphisis pubis
merupakan indicator umur yang baik.
3. Metode Todd tidak membedakan jenis kelamin.
4. Mwtode Mckern Gilbert dan stewart dipakai hanya pada pria.
5. Metode pada Gilbert dan Mckern untuk wanita.
6. Metode snow. Rumus untuk menghitung skor---- umur
7. Metode hanihara dan Suzuki.
Penentuan umur dengan cara MRA (Multiole Regression Analysis) dan QMI
(Quantufication Theory Mede 131 I Analisys).
8. Perhitungan dengan cara QMI 131 I lebih mendekati umur sesungguhnya
dibandingkan dengan cara MRA.

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja Djaja Surya : Penentuan umur berdasarkan gambar fasies simfisis pubis ;
Majalah Patologi Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990.

Camps Francis. SVD : Practical Forencis Medicine; 2. nd Edition, Hutchinson Medical


Publication, London, 1971.

Glinka Josef. SVD : Antropotmetri & Antroposkopi ; Edisi Ketiga, Universitas


Airlangga, Surabaya, 1990.

Gonzales Thomas A. MD : Legal Medicine Pathology And TOXICOLOGY ; second


edition, Apleton Century Crfts. Inc, New York, 1954.

Hamdani Njowito : Ilmu kedokteran Kehakiman ; Edisi kedua PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1992.

Idries Abdul Mun’min : Pedoma Ilmu Kedokteran Forensik ; edisi pertama, PT. Bina
Rupa Aksara, Jakarta, 1989.

Knight Bernard : Simpson’s forensic medicine ; Tenth Edition, Edward Arnold, A.


Division of hodder & Stoughton Lyd London, 1991.

©2004 Digitized by USU digital library 9


Parikh CK Dr. : Asimplified Text Book of Medical Jurispridence & Toxifology ; Medical
Publicaton, Bombay.

Sobtta J. Prof : Atlas Anatomi Manusia ; Edisi Sembilan belas, jilid 2 penerbit
kedokteran EGC, Jakarta, 1989.

©2004 Digitized by USU digital library 10

You might also like