You are on page 1of 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Gangguan Sistem Imun


Pokok Bahasan : HIV / AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Sub Pokok Bahasan : Pemahaman tentang HIV / AIDS
Sasaran : Keluarga pasien rawat inap di ruang 29 RSSA
Tempat : Ruangan 29
Hari / tanggal : Jumat, 15 september 2017
Waktu : 35 menit

I. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu mengenal HIV /
AIDS dan dapat mengetahui cara pencegahan agar tidak terjadi HIV / AIDS
II. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, pasien diharapkan mampu :
1. Memahami dan menjelaskan pengertian HIV / AIDS secara sederhana.
2. Memahami dan menjelaskan penyebab penyakit HIV / AIDS
3. Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit HIV / AIDS
4. Menjelaskan cara pencegahan terhadap Penyakit HIV / AIDS
5. Memahami dan menjelaskan cara penularan Penyakit HIV / AIDS
6. Memahami siapa yang beresiko tertular HIV / AIDS
7. Memahami dan menjelaskan hal-hal yang tidak menularkan HIV / AIDS
8. Memahami cara mengetahui Penyakit HIV / AIDS
III. Sasaran
Keluarga pasien di ruangan 29 RSAA
IV. Materi
HIV / AIDS
V. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
VI. Media
1. Leaflet
2. LCD

Satuan acara penyuluhan Page 1


VII. Strategi Pelaksanaan
1. Survey karakter dan lokasi sasaran
2. Koordinasi dengan pembimbing yang bersangkutan
3. Menyiapkan bahan dan alat

VIII. Kriteria evaluasi


1. Evaluasi struktur
a. Semua peserta hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruangan
c. Pengorganisasian penyuluhan dilakukan hari sebelumnya.
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi hasil
Peserta mengerti tentang HIV AIDS, dapat menyebutkan pengertian, faktor
penyebab, faktor resiko, tanda dan gejala , pencegahan.
IX. KEGIATAN PENYULUHAN
WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam.
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri. 2. Mendengarkan.
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan.
penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan
diberikan.
2. 15 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian HIV / 1. Memperhatikan
AIDS secara sederhana.
2. Menyebutkan penyebab dari
penyakit HIV / AIDS.
3. Menyebutkan tanda dan gejala
dari penyakit HIV / AIDS.
4. Menyebutkan cara penularan
Penyakit HIV / AIDS
5. Menyebutkan cara pencegahan
terhadap Penyakit HIV / AIDS
6. Menyebutkan siapa yang beresiko
tertular HIV / AIDS

Satuan acara penyuluhan Page 2


7. Menyebutkan hal-hal yang tidak
menularkan HIV / AIDS
8. Menyebutkan cara mengetahuai
status HIV / AIDS
3. 10 menit Evaluasi :
1. Menanyakan kepada peserta 1. Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan, dan reinforcement
kepada pasien yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 5 menit Terminasi :
1. Mengucapkan terimakasih atas 1. Mendengarkan.
peran serta peserta.
2. Mengucapkan salam penutup 2. Menjawab salam.

X. Pengorganisasian
Moderator : Tatik Widayati
Pembicara / fasilitator : Febri Setiawan
Notulen : Neny Kurnia
Observer : Mahasiswi Dian Husada
Fasilitator : Mahasiswi Kendedes

Satuan acara penyuluhan Page 3


Materi :
HIV / AIDS
XI. Pengertian HIV / AIDS
Acquired Immuno deficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV,
FIV, dan lain-lain).

XII. Etiologi
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV)
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan

XIII. Tanda dan Gejala Utama


Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum
terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
1. Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala minor :
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal

Satuan acara penyuluhan Page 4


Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER)
(2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
a. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat
menularkan virus kepada orang lain.
b. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau
lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun
tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis
seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang
khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
c. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan
berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

XIV. Klasifikasi Infeksi HIV/AIDS

Adapun klasifikasi HIV/AIDS berdasarkan stadium WHO ialah :

1) Stadium 1 : asimtomatik, limfadenopati generalisata


2) Stadium 2
 Berat badan turun < 10 %
 Manifestasi mukokutan minor (dermatitis seboroik, prurigo, infeksi jamur,
kuku, ulkus oral rectum, cheilitis angularis)
 Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
 Infeksi saluran nafas atas rekuren
3) Stadium 3
 Berat badan turun > 10 %
 Diare yang tidak diketahui penyebab, > 1 bulan
 Demam berkepanjangan (intermitten atau konstan), > 1 bulan

Satuan acara penyuluhan Page 5


 Kandidiasis oral
 Oral hairy leucoplakia
 Tuberculosis paru
 Infeksi bakteri baru (pneumonia, piomiositis)
4) Stadium 4
 HIV wasting syndrome
 Pneumonia Pneumocystis carinii
 Toksoplama serebral
 Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan
 Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa, atau kelenjar getah bening
(misalnya retinitis CMV)
 Infeksi herpes simpleks, mukokutan (> 1 bulan) atau viseral
 Progressive multifocal leucoencephalopathy
 Mikosis endemic diseminata
 Kandidiasis esofagus, trakea, dan bronkus
 Mikobakteriosis atipik, diseminata atau paru
 Septikemia salmonela non-tifosa
 Tuberkulosis ekstrapulmoner
 Limfoma
 Sarkoma Kaposi
 Ensefalopati HIV

XV. Siapa Bisa Tertular HIV/AIDS


 Siapapun bisa tertular HIV, jika perilakunya beresiko.
 Penampilan luar bukan jaminan bebas HIV
 Orang dengan HIV positif sering terlihat sehat dan merasa sehat
 Jika belum melakukan tes HIV, orang dengan HIV positif tidak tahu bahwa
dirinya sudah tertular HIV dan dapat menularkan HIV kepada orang lain.
 Tes Hiv adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kepastian tertular HIV
atau tidak.

Satuan acara penyuluhan Page 6


XVI. Cara Penularan HIV AIDS
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang
berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan
air susu ibu (KPA, 2007c).
Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual,
kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa
kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006)
1. Seksual
Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari
semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi
selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki.
Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral
(mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau
anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.
2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus
HIV.
3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke
dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau
pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika
melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja
(tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.
4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya
dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut
disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.
5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV
6. Penularan dari ibu ke anak Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari
ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.
7. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas
laboratorium.

Satuan acara penyuluhan Page 7


XVII. Cara Pengobatan (Penatalaksanaan)
Penatalaksanaan HIV -AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis
dan Aspek Sosial.
A. Aspek Medis
1. Pengobatan Suportif
Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak
terjadi hal hal yang berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi kekurangan
nutrisi yang dapat menyebabkan perburukan keadaan penderita dengan cepat.
Penyajian makanan hendaknya bervariatif sehingga penderita dapat tetap
berselera makan. Bila nafsu makan penderita sangat menurun dapat
dipertimbangkan pemakaian obat Anabolik Steroid. Proses Penyedian
makanan sangat perlu diperhatikan agar pada saat proses tidak terjadi
penularan yang fatal tanpa kita sadari. Seperti misalnya pemakaian alat-alat
memasak, pisau untuk memotong daging tidak boleh digunakan untuk
mengupas buah, hal ini di maksudkan untuk mencegah terjadinya penularan
Toksoplasma, begitu juga sebaliknya untuk mencegah penularan jamur.
2. Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik
Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada penderita
infeksi HIV dan AIDS.
a) Tuberkulosis
Sejak epidemi AIDS maka kasus TBC meningkat kembali. Dosis INH 300
mg setiap hari dengan vit B6 50 mg paling tidak untuk masa satu tahun.
b) Toksoplasmosis
Sangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama daging
yang kurang matang. Obat : TMP-SMX 1 dosis/hari.
c) CMV
Virus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan kebutaam.
Ensefalitis, Pnemonitis pada paru, infeksi saluran cernak yang dapat
menyebabkan luka pada usus. Obat : Gansiklovir kapsul 1 gram tiga kali
sehari.
d) Jamur
Jamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah jamur
Kandida. Obat : Nistatin 500.000 u per hari Flukonazol 100 mg per hari.

Satuan acara penyuluhan Page 8


3. Pengobatan Antiretroviral (ARV)
a) Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
b) Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut “HAART” (Highly
Active Anti Retroviral therapy)
c) Kombinasi ARV lini pertama pasien naïve (belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan : 2NRTI + 1 NNRTI.
d) Di Indonesia :
 Lini pertama : AZT + 3TC + EFV atau NVP
 Alternatif : d4T + 3TC + EFV atau NVP AZT atau d4T + 3TC
+ 1PI (LPV/r)
e) Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan karena resiko cepat terjadi
resisten bila sering lupa minum obat.

B. Aspek Psikologis
1. Perawatan personal dan dihargai
2. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya
3. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
4. Tindak lanjut medis
5. Mengurangi penghalang untuk pengobatan
6. Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka

C. Aspek Sosial
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk dukungan dari
lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal:
a. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan
diperhatikan
b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
c. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang dalam
mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)
Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau kualitas
hubungan perkawinan dan keluarga, merupakan sumber dukungan sosial yang
paling penting. House (2006) membedakan empat jenis dimensi dukungan social :
1. Dukungan Emosional

Satuan acara penyuluhan Page 9


Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien
dengan HIV AIDS yang bersangkutan
2. Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain itu,
dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan
perbandingan positif orang itu dengan orang lain
3. Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada
penderita HIV AIDS yang membutuhkan untuk pengobatannya
4. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.

XVIII. Cara Pencegahan


1. Mencegah penularan melalui hubungan seks. Jangan berganti-ganti pasangan guna
meminimalkan kemungkinan terinfeksi HIV lewat pasangan dan yakinkan
pasangan kita untuk melakukan hal yang sama. Jika kita tidak mengetahui pasti
bahwa pasangan kita terinfeksi HIV atau tidak, sebaiknya memakai kondom yang
baik dengan benar ketika berhubungan seks.
2. Mencegah penularan lewat alat-alat yang tercemar. Bila hendak menggunakan
alat-alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato, pisau cukur dan
lain-lainnya), pastikan bahwa alat-alat tersebut benar-benar steril. Jangan sekali-
kali menggunakan jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan
orang lain.
3. Mencegah penularan lewat darah. Bila hendak menjalani transfusi darah, pastikan
darah tersebut telah diskrining dan dinyatakan bebas HIV oleh Palang Merah
Indonesia (PMI).
Telah dikembangkan konsep ABC untuk mencegah HIV/AIDS, yakni:
A = Abstinence (Menghindari), metode pencegahan yang paling efektif dengan
cara menghindari hubungan seks dan perilaku berisiko tinggi.
B = Be Faithful (Setia), berganti-ganti pasangan meningkatkan risiko terinfeksi
HIV.
C = Condoms (Menggunakan Kondom), melakukan hubungan seksual dengan
perlindungan untuk mencegah penularan penyakit, termasuk HIV.

Satuan acara penyuluhan Page 10


XIX. Hal-Hal Yang Tidak Menularkan HIV
Menurut WHO, terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara
lain:
1. Kontak fisik
Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas
dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan
pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi,
tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang
tertular.
2. Memakai milik penderita, menggunakan tempat duduk toilet, handuk,
berenang bersama, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita
HIV/AIDS tidak akan menular.
3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.
4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.

XX. Bagaimana Cara Mengetahui Status HIV


 Testing HIV merupakan pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium
disertai konseling pre dan pasca testing HIV.
 Konseling dan testing HIV sukarela dilakukan dengan prinsip tanpa paksaan,
rahasia, tidak membeda-bedakan serta terjamin kualitasnya.
 Manfaat konseling dan testing HIV sukarela
1) Mendapat informasi, pelayanan dan perawatan sesuai kebutuhan masing-
masing.
2) Dukungan untuk perubahan perilaku yang lebih sehat dan aman dari
penularan HIV

Satuan acara penyuluhan Page 11


DAFTAR PUSTAKA

1. Divisions of HIV/AIDS Prevention. (2003). HIV and Its Transmission. Centers for
Disease Control & Prevention.
2. http://bumbata.com/10380/tips-sehat-pencegahan-faktor-risiko-fakta-penularan-
hiv/#ixzz2DYuF3A3k
3. http://www.heqris.com/2009/08/cara-mencegah-penularan-hivaids.html
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16725/4/Chapter%20II.pdf
5. http://infokesehatan101.blogspot.com/2012/06/pengertian-hiv-aids.html
6. Marx, J. L. (1982). "New disease baffles medical community". Science 217
(4560): 618–621. PubMed.
7. www.wikimedia.com

Satuan acara penyuluhan Page 12

You might also like