Professional Documents
Culture Documents
Peruahaan berkembang cukup pesat pada saat para konsumen sudah beralih ke
LPG, gudang yang lama sudah memadai. Dengan demikian status perusahaan beralih
menjadi perusahaan LPG didirikan berdasarkan akta notaris Deviyanti Rosita S.H pada
tanggal 19 Novemeber 2006 dan disahkan oleh menteri hukum & HAM melalui surat
keputusan No. C-05445 NT. 01 2006. Perusahaan ini member nama Catur Putra Sanjaya
karena ekuitas dimiliki oleh empat orang sebagai pemegang saham.
17
2.5 Laporan Keuangan PT. Catur Putra Sanjaya Brebes
Tabel 2.5
Laporan Keuangan PT. Catur Putra Sanjaya Brebes
NERACA
Periode 31 Desember 2011
Jumlah Hutang
Aktiva Tetap Rp4.155.000
Lancar
18
2.6 Menentukan Indeks Harga Umum
Tabel 2.6
Indeks Harga Konsumen Tahun 2010-2011
19
Angka Inflasi 6.96 3.79
Sumber: www.pbs.co.id*) Sejak 2011, IHK berdasarkan pola konsumsi yang didapat
dari survey biaya hidup di 66 kota (2007-2010
Karena fokus disini adalah menyesuaikan kembali pos-pos NonMoneter dari PT.
Catur Putra Sanjaya Brebes, maka yang kita perhatikan hanyalah bagian Neraca yang
mengatur seluruh Aktiva perusahaan. Menentukan pos-pos neraca dan dikonversi
mengunakan indeks harga umum konsumen.
Indeks Tahun Berjaanl
Konversi =
(2011)
Tahun Dasar (2010)
129,91
Konversi =
125,17
= 1.033
20
Tabel 2.7
Pada Perusahaan PT. Catur Putra Sanjaya Brebes
Penyesuaian Perhitungan Laporan Neraca Mengunakan Metode GPLA
Periode 31 Desember 2011
21
Modal Rp482.122.248 1.033 Rp498.032.282
Jurnal Penyesuaian:
1. Tanah Rp 2.640.000
Revaluasi Surplus Rp 2.640.000
2. Bangunan Rp 2.145.000
Revaluasi Surplus Rp 2.145.000
3. Kendaraan Rp 5.593.500
Revaluasi Surplus Rp 5.593.500
4. Alat Pemadam Rp 660.000
Revaluasi Surplus Rp 660.000
5. Mesin & Kendaraan Rp 858.000
Revaluasi Surplus Rp 858.000
6. Tabung Gas 3kg Rp 3.828.000
Revaluasi Surplus Rp 3.828.000
7. Tandon Air Rp 151.041
Revaluasi Surplus Rp 151.041
22
Pada Perusahaan PT Catur Putra Sanjaya Brebes
Penyesuaian Perhitungan Laporan Neraca Metode GPLA
Periode 31 Desember 2011
Aktiva Lancar
Bank 29.647.100,00
Piutang 50.100.756,00
Jumlah Aktiva Lancar 79.747.856,00
Aktiva Tetap
Tanah 82.640.000,00
Bangunan 67.145.000,00
Kendaraan 175.093.500,00
Alat Pemadam Kebakaran 20.660.000,00
Mesin dan Peralatan 26.858.000,00
Tabung Gas 3Kg 119.828.000,00
Membeli air 4.728.041,00
23
Laba Tahun Lalu 93.009.617,00
Laba Tahun ini 131.024.579,00
Setelah dilihat dari dasar penyajian laporan laba rugi dan neraca pada tahun 2011 terlihat
jelas perbedaannya, untuk tahun 2011 jumlah aktiva sebelum penyesuaiannya yaitu Rp.
486.277.248,00 dan setelah melakukan penyesuaian menjadi Rp. 502.324.397,00 ini berarti
perusahaan mengalami keuntungan daya beli sebesar Rp. 16.047.149,00 pada saat terjadi inflasi
lunak dengan angka inflasi 3.79
Dengan adanya peningkatan daya beli sehingga mengakibatkan nilai yang terdapat pada
pos-pos dalam neraca yang mengakibatkan tidak berdasarkan nilai sebenarnya. Jika nilai tersebut
yang dibebankan sebagai biaya penyusutan aktiva pada periode berjalan akan mengakibatkan
biaya terlalu rendah . Sehingga laba tersebut yang disajikan akan terlalu tinggi sehingga jumlah
modal pada PT. Catur Putra Sanjaya Brebes akan menggalami peningkatan setiap tahunnya.
Dilihat pada penyajian laporan keuangan yang berdasarkan metode General Price Level
Accounting perusahaan tersebut dapat melakukan evaluasi atau penilaian pada saat kemajuan
usaha pada perusahaan tersebut karena pada unit moneter dalam laporan keuangan merupakan
unit moneter yang mempunyai daya beli yang sama sehingga menggakibatkan daya banding dan
analisis laporan keuangan yang relevan. Selain itu juga pemerintahan dan perusahaan bisa
melihat apakah pajak yang dipunggut atas penghasilan adalah lebih kecil dari pada laba sebelum
pajak atau bisa juga melebihi laba setelah pajak.
24
2.8 Current Cost Accounting
Pada konsep metode Current Cost Accounting memerlukan faktor konversi untuk
menyesuaikan akun-akun pada neraca, laba rugi. Faktor konversi yang digunakan dengan
mengunakan indeks harga konsumen yang diperoleh dari badan pusat statistik, yang mengunakan
tahun dasar 2011. Adapun Indeks harga Bps yang digunakan sebagai berikut.
Tabel 2.8
Indeks Harga Konsumen Tahun 2010-2011
Tahun 2011
Bulan
IHK Inflasi
25
Juli 127.35 0.67
2011, IHK berdasarkan pola konsumsi yang didapat dari survey biaya hidup di 66 kota (
2007-2010)
Menentukan pos-pos neraca dan dikonversi mengunakan indeks harga umum konsumen.
Konveri
=
= 11.78
26
Tabel 2.9
Pada Perusahaan PT. Catur Putra Sanjaya Brebes
Penyesuaian Perhitungan Laporan Neraca Mengunakan Metode GPLA
Periode 31 Desember 2011
Keterangan Jumlah Konversi Jumlah setelah
Konversi
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Jumlah Hutang
Rp4.155.000 11,78
Lancar Rp48.945.900
27
Hutang Berjangka
Kekayaan
Modal Rp265.245.000 11,78 Rp3.124.586.100
Laba Tahun Lalu Rp90.038.352 11,78 Rp1.060.651.787
Laba Tahun ini Rp126.838.896 11,78 Rp1.494.162.195
Pada metode current cost nilai pada seluruh pos-pos naik secara drastis. Biasanya pos-pos
moneter seperti kas, piutang tidak perlu diadakan penyesuaian, karena biasanya telah dicatat
berdasarkan harga yang berlaku. Sebaliknya, pos-pos nonmoneter seperti tanah, bangunan, dan
lain-lain harus disesuaikan dengan mengalikan harga perolehan pos-pos tersebut dengan indeks
harga.menurut current cost accounting method, pos-pos tersebut langsung disesuaikan dengan
tingkat harga yang berlaku.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tentang “perlakuan dan penyajian akuntansi inflasi pada
laporan keuangan studi kasus pada PT Catur Putra Sanjaya Brebes” dapat diambil suatu
Pada laporan keuangan PT Catur Putra Sanjaya Brebes sudah mengunakan metode historical
cost. Bahwa metode ini hanya ingin mempertahankan karakteristik informasi pada informasi
laporan keuangan yang sangat penting dan relevan. Metode historis hanya menggambarkan nilai
sekarang dan masa datang. Oleh karena itu informasi yang berdasarkan nilai historis kurang
relevan untuk menggambil keputusan khususnya pada saat terjadinya inflasi atau deflasi ketika
Metode GPLA yang hanya menunjukannya adanya perubahan nilai pada laba laporan
keuangan tersebut. Laba tersebut yang disajikan pada laporan keuangan yang telah menunjukan
nilai sebenarnya. Selain itu yang mengakibatkan adanya inflasi yang menunjukan bahwa PT
Catur Putra Sanjaya Brebes telah mengalami kerugian daya beli pada tahun 2011.
Sedangkan metode CCA hanya disajikan sebagai laporan keuangan tambahan yang bisa
memberikan manfaat bagi pihak perusahaan tersebut. Metode ini hanya memandang laba sebagai
jumlah sumber daya yang bisa didistribusi selama periode tertentu, dengan cara mengabaikan
29
pertimbangan pajak dan pada saat yang sama hanya mempertahankan modal fisik perusahaan.
Sehingga untuk menilai perusahaan tersebut bisa memelihara kemampuan usahanya yaitu
kemampuan untuk menyediakan jumlah gas lpg pada perusahan PT Catur Putra Sanajaya Brebes
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, berikut ini saran yang diharapkan bisa
bermanfaat untuk perusahaan dalam meningkatkan kinerja dan kualitas laporan keuangan pada
perusahaan tersebut :
1.Sebaiknya PT. Catur Putra Sanjaya Brebes bisa menerapakan metode general price level
accounting hanya sebagai metode tambahan pada saat terjadinya inflasi untuk menghitung
laporan keuangan. Hal ini sangat diperlukan oleh perusahaan untuk menganalisis kondisi
keuangan pada perusahaan tersebut terutama pada saat terjadinya inflasi dan untuk mengetahui
perkembangan perusahaan serta untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan penyusunan
rencana yang lebih baik untuk menentukan kebijakan perusahaan yang lebih tepat oleh pemakai
2.Sebaiknya mengunakan metode GPLA karena menghitungnya lebih mudah dan bias diterapkan
30
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed Riah. 2006. „„Theory Accounting, Terjemahan Teori Akuntansi’’. Edisi 5.
Salemba Empat : Jakarta.
.2007. „„Theory Accounting”, Terjemahan Teori Akuntansi” Edisi 5 Buku 2. Salemba Empat :
Jakarta.
Cahyono, Yuli Tri . 2003. „„Pengaruh Inflasi Terhadap Pelaporan Keuangan‟‟. Volume 2, No
2. Hal 141-142.
Firdaus, Rahmat dan Ariyanti, maya. 2011.„„ Pengantar Teori Moneter serta Aplikasinya pada
Sistem Ekonomi Konvensional dan Syariah‟‟. Alfabeta : Bandung.
Kodrat, David Sukardi. 2006. „Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode
Historical Accounting dan General Price Level Accounting‟‟.Volume 8, No 2. Hal 78-79.
31
Leng, Pwee. 2002. „„ Analisis Terhadap Perlunya Penyesuaian Laporan Keuangan Historis (
Conventional Accounting ) menjadi berdasarkan Tingkat Harga Umum ( General Price Level
Accounting)‟‟. Volume 4, No 2.Hal 142- 144.
Rahmawati, Nuraini. 2008. „„Pelakuan Akuntansi Inflasi dan Penyajiannya dalam Laporan
Keuangan’’. Volume 1, No 1. Hal 45-46.
Sari, Dian Indah.2008. “Akuntansi Inflasi Dalam Menilai Relevansi Laporan Keuangan
Perusahaan‟‟. Sumatra : Universitas Sumatra Utara.
http://iweldolphin.blogspot.com/2012/11/akuntansi-inflasi.html.
Sukirno, Sadono. 2006.„„ Teori Pengantar Makro Ekonomi ‟‟ . Edisi 3. PT RajaGrafindo Pesada
: Jakarta.
Stice, James D, Stice, Earl K, dan Skousen, K Fred.2009.” Intermediate Accounting Terjemahan
Akuntansi Keuangan”. Edisi 16, Buku 1. Salemba empat : Jakarta.
Wikipedia.com“Pengertian Inflasi”.
http://www.wikipedia.com/2011/08/12/pengertian-inflasi-2011-html
32
33