Professional Documents
Culture Documents
PEEKONOMIAN INDONESIA
INVESTASI
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Elis Mulyati (15620008)
Diany Putri (15620012)
Indah Permata Simare-mare (15620020)
Dera Suci Pratiwi (15620029)
Sekar Alifa Sulistiana (15620033)
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
CIANJUR
OKTOBER, 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “INVESTASI”.
Makalah ini berisi tentang konsep teoritis investasi yang meliputi definisi,
jenis dan faktor yang mempengaruhi investasi. Potret investasi di Indonesia yang
meliputi analisis total investasi, analisis atas penanaman modal dalam negeri dan
modal asing. Serta analisis tren yang meliputi analisis nilai PMDN dan PMA.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui mengenai konsep-konsep teoritis investasi
2. Mengetahui potret investasi di Indonesia
3. Mengetahui mengenai analisis tren
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal
Asing (PMA)
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usahadi wilayah Indonesia atau penanaman modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri. Sedangkan Penanaman Modal Asing
(PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
Indonesia oleh penanam modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanaman modal dalam negeri. Modal asing dimasukkan dalam bentuk
modal swasta atau modal negara. Menurut M. L. Jhingan (2004:480-490) modal
asing swasta/negara dibedakan menjadi investasi langsung dan tidak langsung.
Investasi langsung berarti perusahaan dari negara penanam modal secara the
facto atau atau the jure melakukan pengawasan atas aset yang ditanamkan di
negera pengimpor modal dengan cara investtasi. Bentuk investasi langsung adalah
pembentukan cabang perusahaan di negara pengimpor modal, pembentukan
perusahaan di mana perusahaandari negara penanam modal memiliki mayoritas
saham, pembentukan perusahaan di negara pengimpor yang sematamata dibiayai
oleh perusahaan yang berlokasi di negera penanam modal, pembentukan
perusahaan di negara penanam modal untuk secara khusus beriperasi di negara
lain atau menaruh aset tetap di negara lain oleh perusahan nasional.
Investasi tidak langsung atau disebut portofolio atau rentiler yang sebagaian
besar terdiri dari pengusaan atas saham yang dapat dipindahkan, dan atas saham
atau surat utang oleh wancanegara dari beberapa negara lain. Para pemegang
saham hanya mempunyai hak atas dividen saja.
Menurut pasal 3 ayat 1 UU No. 25 Tahun 2007 bahwa penanaman modal
diselenggarakan berdasarkan azas: kepastian hukum, keterbukaam, akuntabilitas,
perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkunan, kemandirian, keseimbangan
kemajuan kesatuan ekonomi nasional.
Adapun tujuan penyelengggaraan penanaman modal menurut pasal 3 ayat 2
UU No. 25 Tahun 2007 adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi
3
berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional,
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknilogi nasional, mendorong
pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensioal menjadi
kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal dari dalam
maupun luar negeri serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Adapun
kebijakan dasar penanaman modal antara lain:
a. Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk:
1. Mendorong terciptakanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional.
2. Mempercepat peningkatan penanaman modal.
b. Dalam menetapkan kebijakan dasar dasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pemerintah:
1. Memberi perlakuan yang sama bagi penanaman modal dalam negeri dan
penanaman modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
2. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha
bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan hingga berkhirnya
kegiatan peraturan perundang-undangan.
3. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberika perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
c. Kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diwujudkan
dalam bentuk rencana umum penanaman modal.
4
Total Investasi PMDN + Growth Share
Tahun Kuadran
PMA (Juta USD) (%) (%)
1998 73.762,90 - 6,53 III
1999 62.257,20 15,6 5,51 III
2000 107.577,90 72,8 9,52 I
2001 77.037,10 28.39 6,82 II
2002 35.096,70 54,44 3,11 IV
2003 61.694,90 75,79 5,46 IV
2004 47.062,00 23,72 4,16 III
2005 64.256,70 36,32 5,68 IV
2006 26.765,40 58,28 2,37 IV
2007 45.220,00 68,95 4 IV
2008 35.236,40 -22,08 3,12 III
2009 48.614,30 37,97 4,3 IV
2010 76.841,30 58,06 6,8 I
2011 95.476,20 24,25 8,45 II
2012 116.746,50 22,28 10,33 II
2013 156.768,13 34,28 13,87 I
2014 156.768,13 -2,44 11,91 II
Total 1.287.081,76 586,61 100
Rata 75.710,69 36,66 5,88
Berdasarkan tabel diatas, dari tahun 2000 hingga 2013 mengalami kenaikan
total investasi. Hal ini karena tingginya penanaman modal investasi. Terbukti
dengan tinginya penanaman modal dalam bentuk reksadana tahun 2010. Tahun
2011, investasi naik karena Indonesia meraih invest grade pada tingkat PBB
hingga dapat menarik investor asing, ditambah keunggulan sektor demografi dan
kekayaan sumber daya alam. tahun 1997 investasi menurun akibat krisis
moneter. Tahun 2004 total investasi menurun akibat penurunan PMA akibat
kondisi keamanan yaitu peristiwa bom tahun 2000,2001, dan 2004.
Di tahun 2005 pemerintahan SBY berusaha memperbaiki berbagai
kebijakan di bidang investasi,pasar kerja, harmoniassi peraturan perundang-
undang antara pusat dan daerah, perangkat organisasi daerah dan kualitas
aparatur pemda. Serta mengeluarkan ketentuan tentang penanaman modal.
Tahun 2007 persiden SBY mengeluarkan inpres yang menginstruksikan
percepatan pembangunan ekonomi dengan paket Kebijakan Perbaikan Iklim
Invessasi, yaitu pengembangan usaha khususnya UKM.
5
Penetapan UU Investasi Tahun 2007 menjadi daya tarik mendorong arus
masuk investasi asing langsung ke Indonesia. Namun investasi tahun 2008
menurun dari tahun 2007, penyebabnya karena adanya krisis global yang
mengguncang kawasan Eropa, khususnya Amerika. Terjadi penurunan jumlah
ekspor yang tinggi karena perusahaan AS melakukan politik banting harga.
6
dan investor tertarik dalam bidang industri kimia, makanan, kertas, dan mineral
non logam. Kondisi ini menempatkan pada kuadran ke I yang menunjukkan
investasi pada saat itu sangat bailk.
Tahun 2001, PMDN mengalami penurunan karena pada tahun tersebut
mengalami pergantian presiden dari Presiden Abdurrahman Wahid ke Presiden
Megawati Soekarno Putri. Karena itulah fundamental ekonomi serta situasi
keamanan dan sosial politik belum kokoh dan belum kondisif.
Tahun 2014, terjadi penurunan sebesar -2,92% dan memberikan kontribusi
12,16%. Hal ini terjadi karena defisit transaksi berjalan berjumlah besar yang
membuat kebijakan moneter dan kebijakan fiskal menjadi ketat, sehingga
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi terkendali.
Jadi, selama kurun waktu 1998 hingga 2014 PMDN dalam keadaan terbaik
berada pada tahun 2000 yang terletak pada kuadran I dan yang terburuk terjadi
pada tahun 2002.
7
Total 232.066,55 177,19 100
Rata 14.504,16 11,81 5,88
Kondisi PMA yang paling tinggi growth dan sharenya adalah tahun 2000,
2010,2011,2012, dan 2013 yang semuanya berada di kuadran I. Hal ini
menandakan tingkat investasi asing sangat tinggi karena berbagai negara
menyatakan minatnya meningkatkan investasi di Indonesia.
Lalu lintas investasi antarnegara berjalan pesat sejak dekade 1980 ketika
proyek perdagangan, keuangan dan investasi dilakukan sistematis. Tahun 2000
peran PMA sekitar 63% terhadap total investasi. Namun tahun 2010 peran PMA
melonjak menjadi 71%. Dengan kata sumbangan investasi domestik (PMDN)
kurang dari 30%. Jadi, konsep PMA sebagai pelengkap investasi sudah tidak
berlaku lagi karena saat ini justru PMA menjadi sumber utama investasi
nasional.
Kinerja penanaman modal yang kurang baik sejak 1996 telah
menyebabkan lambannya proses peulihan negara kita beberapa tahun setelah
krisis. Adapun kendala dan tantangan tersebut antara lain:
a. Persaingan kebijakan investasi yang dilakukan negara pesaing seperti
Tingkok, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
b. Rendahnya kepastian hukum
c. Lemahnya insentif investasi
d. Kualitas SDM yang rendah dan terbatasnya infrastruktur
e. Tidak adanya kebijakan yang jelas untuk mendrong pengalihan teknologi
dari PMA
f. Masih tingginya biaya ekonomim karena tingginya kasus korupsi,
keamanan dan penyalahgunaan wewenang.
g. Meningkatnya nilai tukar riil efektif rupiah
h. Belum optimalnya pemberian insentif dan fasilitasi.
Pemerintah mulai mengatasi tantangan diatas dnengan merestrukturisasi
lembaga pemerintahan, meningkatkan wfisiensi pelayanan ekspor-impor,
beserta dikeluarkannya berbagai paket insentif. Upaya pemerintah mulai
membuahkan hasil. Bidang investasi menonjol yang digeluti perusahaan PMA
8
adalah kegiatan industri logam dan mesin, percetakan, kendaraan bermotor,
tekstik, perdagangan dan perkebunan.
2.2.4 Analisis Kuadran Investasi Provinsi di Indonesia Tahun 1998-2014
Jumlah Investasi Share
Provinsi Kuadran
(Jutaan Rupiah) (%)
Aceh 5.110,30 3,27 I
Sumatera Utara 4.223,90 2,7 III
Sumatera Barat 4.251,1 0,27 III
Riau 7.707,60 4,94 I
Kep. Riau 28,5 0,02 III
Jambi 908 0,6 III
Sumatera Selatan 7.042,80 4,51 I
Kep. Bangka Belitung 615,5 0,4 III
Bengkulu 7,8 0,05 III
Lampung 3.495,70 2,24 III
DKI Jakarta 17.811,50 11,41 I
Jawa Barat 18.726,90 11,99 I
Banten 8.081,30 5,18 I
Jawa Tengah 13.601,60 8,71 I
DI Yogyakarta 703,9 0,45 III
Jawa timur 38.132,00 24,42 III
Bali 252,8 0,16 III
Nusa Tenggara Barat 212,5 0,14 III
Nusa Tenggara Timur 3,6 0,01 III
Kalimantan Barat 4.320,8 2,77 III
Kalimantan tengah 980,4 0,63 III
Kalimantan Selatan 2.616,5 1,68 III
Kalimantan Timur 12.859 8,24 III
Kalimantan Utara 642,8 0,41 III
Sulawesi Utara 83 0,05 III
Gorontalo 45,1 0,03 III
Sulawesi Tengah 95,8 0,06 III
Sulawesi Selatan 4.949,6 3,17 III
Slawesi Barat 690,1 0,44 III
Sulawesi Tenggara 1.249,9 0,8 III
Maluku Utara 156,3 0,1 III
Papua 249,9 0,16 III
Papua Barat 100 0,06 III
Total 156.126,50 100 III
Rata-rata 4.731,11 5,88 III
9
Kondisi investasi yang tinggi growth dan sharenya yang berada di posisi
kuadran I adalah Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.
Riau memiliki potensi di sektor pertanian, industri, perkebunan,
pertambangan dan perikanan. Investasi di Jakarta berkembang karena letaknya
strategis serta merupakan ibukota sekaligus pusat pemerintahan. Sektor investasi
yang berpeluang besar adalah sektor keuangan, penyewaan, perdangangan,
hotel, restoran, serta sektor industri pengolahan.
Jawa barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia.
Provinsi ini memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia
karena hampir 60% industri pengolahan di Indonesia berlokasi di Jawa barat.
Perkembangan investasi provinsi di Indonesia pasca krisis ekonomi
mengalami fluktuasi di masing-masing provinsi, namun provinsi di Pulau Jawa
umumnua mengalami perkembangan investasi dibandingkan dengan provinsi
lainnya.
10
2004 -3 7 47.062,00 9 -141.186,00
2005 -1 8 64.156,70 1 -64.156,70
2006 1 9 26.765,40 1 26.765,40
2007 3 10 45.220,00 9 135.660,00
2008 5 11 35.236,40 25 176.182,00
2009 7 12 48.614,30 49 340.300,10
2010 9 13 76.841,30 81 691.571,70
2011 11 14 95.476,20 121 1.050.238,20
2012 13 15 116.746,50 169 1.517.704,50
2013 15 16 156.768,13 225 2.351.521,97
2014 17 17 152.933,12 289 2.599.863,04
Total 17 153 1.283.246,75 1.649 4.333.834,91
Rata 1 9 75.485,10 97 255.166,76
∑𝑌 1.283.246,75
𝒶= = = 75.485,10
𝑛 17
∑ 𝑌𝑡 4.333.834,91
𝑏= 2
= = 2.630,59
∑𝑡 1.649
11
2003 -5 6 48.487,70 25 -242.438,50
2004 -3 7 36.782,20 9 -110.346,60
2005 -1 8 50.577,40 1 -50.577,40
2006 1 9 20.788,40 1 20.788,40
2007 3 10 34.878,70 9 104.636,10
2008 5 11 20.363,20 25 101.816,00
2009 7 12 37.798,90 49 264.592,30
2010 9 13 60.626,50 81 545.638,50
2011 11 14 76.001,60 121 836.017,60
2012 13 15 92.182,10 169 1.198.367,30
2013 15 16 128.150,59 225 1.922.258,78
2014 17 17 124.403,42 289 2.114.858,31
Total 17 153 1.023.250,51 1.649 3.378.762,99
Rata 1 9 60.155,91 97 198.650,76
∑𝑌 1.023.250,51
𝒶= = = 60.191,21
𝑛 17
∑ 𝑌𝑡 3.378.762,99
𝑏= 2
= = 2.048,98
∑𝑡 1.649
12
2002 -7 5 9.789,10 49 -68.523,70
2003 -5 6 13.207,20 25 -66.036,00
2004 -3 7 10.279,80 9 -30.839,40
2005 -1 8 13.579,30 1 -13.579,30
2006 1 9 5.977,00 1 5.977,00
2007 3 10 10.341,30 9 31.023,90
2008 5 11 14.873,20 25 74.366,00
2009 7 12 10.815,40 49 75.707,80
2010 9 13 16.214,80 81 145.933,20
2011 11 14 19.474,60 121 214.220,60
2012 13 15 24.564,40 169 319.337,20
2013 15 16 28.617,55 225 429.263,20
2014 17 17 28.529,70 289 485.004,90
Total 17 153 260.596,25 1.649 959.072,09
Rata 1 9 15.329,19 97 56.416,01
∑𝑌 260.596,25
𝒶= = = 15.329,19
𝑛 17
∑ 𝑌𝑡 959.072,09
𝑏= 2
= = 705,20
∑𝑡 1.360
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Maluya S.P. Hasibuan (1990:112) investasi merupakan alat
untuk mempercepat pertumbuhan tingkat produksi di negara yang sedang
berkembang, sehingga investasi berperan sebagai sarana untuk menciptakan
kesempatan kerja. Sedangkan faktor yang menentukan tingkat investasi adalah
tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh, suku bunga, ramalan
mengenai keadaan di masa yang akan datang, kemajuan teknologi, tingkat
pendapatan nasional dan perubahannya, dan keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Investasi juga dapat digolongkan menjadi dua bentuk yaitu real asset
dan financial asset.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Sedangkan Penanaman
Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah Indonesia oleh penanam modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Adapun tujuan
penyelenggaraan penanaman modal adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional,
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknilogi nasional, mendorong
pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensioal menjadi
kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal dari dalam
maupun luar negeri serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3.2 Saran
Dalam berinvestasi ada beberapa yang harus diingat bahwa selalu ada risiko
akan kehilangan modal. Oleh karena itu, perlu diketahui dengan benar aset-aset
yang cocok untuk kita pilih untuk berinvestasi sesuai kebutuhan kita.
14
DAFTAR PUSTAKA
15