You are on page 1of 7

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP DAN METODE
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU ” ini dengan semaksimal mungkin.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak drh.Iwan Berri Prima

2. Semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga dan pikirannya demi menyelesaikan tugas
ini.

Penulis sadar bahwa tugas ini masih jauh sempurna, baik dari segi isi, bahasa maupun penyajiannya.
Tapi penulis tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini dan juga untuk
menambah nilai penulis dalam mata kuliah ini. Oleh karena itu segala saran, kritik, dan ide-ide yang
membangun sangat penulis harapkan agar pembuatan tugas ini dapat lebih baik di masa yang akan
datang. Amiin.

Elpan Syaputra,September 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan
manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau
dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan Methyl Mercury yang
terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai
yang tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh
dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury
tersebut. Dengan alasan tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan
komponen penting dari kesehatan masyarakat.

Moeller (1992), menyatakan “In it broadsense, environmental health is the segment of public health that
is concerned with assessing, understanding, and controlling the impacts of people on their environment
and the impacts of the environment on them”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kesehatan
lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian,
pemahaman, dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada
manusia.

Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif
antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup
manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya
untuk penanggulangan dan pencegahannya. Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada
hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara
khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain :

1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia.

2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi
pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit
menular.

Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian
terhadap lingkungan hidup manusia, yang diantaranya berupa :

1. Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secra luas oleh masyarakat.

3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang
berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan penyebab terjadinya perubahan ekosistem.

4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industry, rumah sakit,
dan lain-lain.

5. Kontrol terhadap arthropoda dan menjadi rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan
rantai penularan penyakitnya.

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.

7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untu perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan.

Salah satu tujuan kesehatan lingkungan yaitu kontrol terhadap arthropoda. pengendalian terhadap
arthropoda ini penting dilakukan karena penularan penyakit pada manusia dapat terjadi melalui
perantara vektor penyakit. Sehingga perlu adanya kegiatan pengendalian dan pemberantasan terhadap
vektor penyakit.

B. Tujuan penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui cara pengendalian dan pemberantasan vektor dan binatang pengganggu.

C. Manfaat penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca tentang pengendalian vektor penyakit dan
binatang pengganggu.

2. Sebagai referensi bagi pembaca

BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pengendalian

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan
populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit
yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.

Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa
macam penyakit karena berbagai alasan :

1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit yang disebabkan
oleh virus.

2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk
penyakit parasiter

3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan.

4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.

5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang bersayap

Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan. Penggunaan racun
untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena
penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan
hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan
secara nasional (juga merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan
dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk
seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk
secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati
melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut
dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia
jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui makanan
tercemar atau makan ayam yang keracunan.

Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada
penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang digunakan.
Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal, yang masih
dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak
tumbuhan/bunga-bungaan.

Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis
Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan
dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan asam
sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan pada gudang-gudang besar
tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah
fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker
karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.

Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent.
Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam
perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus tidak untuk
membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari
Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).

2. Pengendalian Fisika-Mekanika

Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis
antara lain :

a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga

b. Pemasangan jarring

c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)

d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.

f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.

g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan
dengan umpan, dll)

h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.

i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.

j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binatang
pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).

3. Pengendalian Biologis

Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :

a. Memelihara musuh alaminya

Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini
perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien
mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan
pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah
terkendali jumlahnya.

b. Mengurangi fertilitas insekta

Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan
menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas.
Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.

B. Pemantauan

Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya orang berpikir
tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu sulit dicapai dan
kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian vektor saat ini akan ditujukan
untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-
ekonomi yang ada serta keadaan endemic penyakit yang ada.

Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.

Pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang dengan
pemantuan yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter pemantauan dan pedoman tindakan
yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian luar biasa/wabah.

Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :


1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat

2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal

3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container, indeks rumah,
dan/atau indeks Breteau

Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan akan terjadi
wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa :

1. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan saluran dan
reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah pembusukan sampah, dan lain-lain.

2. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan memelihara kebersihan
lingkungan masing-masing

3. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului dengan uji resistensi insekta
terhadap insekta yang akan digunakan.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan
populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit
yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.

Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Pengendalian kimiawi

2. Pengendalian Fisika-Mekanika

3. Pengendalian Biologis

Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya orang berpikir
tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu sulit dicapai dan
kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian vektor saat ini akan ditujukan
untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-
ekonomi yang ada serta keadaan endemic penyakit yang ada. Oleh karenanya pemantauan keadaan
populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.

B.Saran
Pengendalian harus dilakukan secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang,
ditunjang dengan pemantuan yang kontinu.

You might also like