You are on page 1of 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pengertian Viskositas
Viskositas adalah ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di
dalam fluida. Viskositas cairan dapat dibandingkan satu sama lain dengan adanya koefisien
viskositas (h). Koefisien viskositas adalah gaya tangensial per satuan luas yang dibutuhkan
untuk mempertahankan perbedaan kecepatan alir (Puspita, 2011). Viskositas suatu cairan
murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan
mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah
satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas (Aryaditama,
2013).
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan
antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran, serta
jumlah molekul terlarut. Fluida zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya
tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh
tumbukan antara molekul (Anggraeni, 2010).
Satuan sistem internasional (SI) untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.S (pascal
sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk koefisien viskositas adalah dyn.s/cm2 =
poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cp). 1 cp = 1/1000 p. satuan poise
digunakan untuk mengenang seorang ilmuwan Prancis, Jean Louis Marie Poiseuille (Widya,
2013).
1 poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Aliran cairan viskositas dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu :
1. Aliran Laminer atau Aliran Kental
Menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil.
2. Aliran Turbulen
Menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar. Dengan
kata lain pembagian ini ialah pertama bagian air yang mengalir seakan-akan mengikuti suatu

II-1
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

garis tak putus, bik lurus maupun melengkung. Ada bagian-bagian yang alirannya berputar-
putar dengan putaran yang tidak jelas ujung dan pangkalnya (Hastriawan, 2012).
Perbedaan antara viskositas cairan dengan viskositas gas adalah sebagai berikut :
Tabel II.1 Perbedaan antara Viskositas Cairan dengan Viskositas Gas
Jenis Perbedaan Viskositas Cairan Viskositas Gas
Gaya gesek Lebih besar untuk mengalir Lebih kecil dibandingkan
viskositas cairan
Koefisien viskositas Lebih besar Lebih kecil
Temperatur Temperatur naik, viskositas Temperatur naik, viskositas naik
turun
Tekanan Tekanan naik, viskositas naik Tidak tergantung tekanan
(Anonim, 2011)
II.1.2 Macam-macam Metode Perhitungan Viskositas
Peralatan untuk mengukur viskositas disebut viscometer. Ada beberapa cara untuk
menentukan µ, yaitu dengan:
a. Viskometer Ostwald
Pada viskometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat
cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3,
bergantung pada ukuran viskometer) dipipet kedalam viskometer. Cairan kemudian dihisap
melalui labu pengukur dari viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a.
cairan kemudian dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch
mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu
yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan ρ
merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding dengan
berat jenis cairan. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan bagi suatu cairan yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat
antara dua tanda tersebut (Anggraeni, 2010).
b. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan dinding
dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah
terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang tinggi disepanjang keliling bagian tube

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-2


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian


tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Anggraeni, 2010).
c. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampek yang ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan
bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara papan yang diam dan
kemudian kerucut yang berputar (Anggraeni, 2010).
d. Viskometer Hoppler
Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam
untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh melalui
medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya), dengan kecepatan yang semakin besar
sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitasi
sama dengan fictional resistance medium (Anggraeni, 2010).
Hukum stokes merupakan dasar viskometer bola jatuh. Viskometer ini terdiri atas gelas
silinder dengan cairan yang akan diteliti dan dimasukkan dalam termostat (Sukardjo, 1989).

Gambar II.1 Viskometer bola jatuh

Bola baja dengan rapat d dan diameter r dijatuhkan ke dalam tabung dan waktu yang
diperlukan untuk jatuh antara 2 tanda a dan b, dicatat dengan stopwatch.
Berdasarkan hukum stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan
sehingga : gaya gesek = gaya berat, gaya Archimedes :

6πrVmax = 4/3 r3 (ρbola – ρcair) g


Ŋ = { 2/g r3 (ρbola – ρcair) g }/Vmax
V max = h / t

Dimana :
t = waktu jatuh bola pada ketinggian h

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-3


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Catatan pada viskositas :


1. Aliran viskositas (viscous flow). Dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh dari viskositas
pada aliran adalah kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan sebagai
tidak kental (invicid) atau, seringkali, ideal, dan µ diambil sebesar nol. Tetapi kalau istilah aliran
viskos dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan.
2. Kecepatan (velocity). Dalam aliran viskos hokum dasarnya adalah bahwa kecepatan fluida pada
tepi batas harus sama dengan kecepatan dari tepi batas itu. Sebaliknya, ada gradient kecepatan
sangat kecil di sebelah tepi batas dan, karena R = µA, suatu tegangan geseran tak hingga.
3. Tegangan geser (shear strength). Telah diketahui benar bahwa cairan yang tidak bergerak tidak
memiliki tegangan geser, karena dalam keseluruhan mereka berubah bentuk untuk mengisi
tempatnya, bagaimanapun juga bentuknya.
4. Dimensi-dimensi dari µ. Karena hambatan viskos, R =µA, µ mempunyai dimensi-dimensi dari
tegangan dibagi dengan gradient kecepatan yaitu:
(MT-2L-1) ÷ (LT-1/L) = ML-1T-1
Dalam system c.g.s. satuan-satuan dari µ adalah poise, yang sama dengan 1 g/(cm detik).
Jadi: 1 kg/ms = 10 poise = 1000 centipoise.
5. Koefisien viskositas kinematis (Coeficient of kinematic viscosity).
6. Hambatan viskos (viscos drag). Rumus R =µA. Dapat dipakai pada gerak relatif dua silinder
konsentris (dengan cairan diantaranya) dari diameter yang hampir sama. Ini mirip dengan
rencana keteknikan biasa, yang terdapat misalnya, pada poros, dilumasi dengan minyak,
berputar di dalam bantalannya.
(Widya, 2013).
II.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viskositas
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun,
dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang
semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel
yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat Molekul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-4


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Solut Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solut. Karena dengan adanya
solut yang berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan sehingga
menaikkan viskositas.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
(Donna, 2009)
II.1.4 Hubungan Viskositas dengan Waktu
Viskositas ialah besarnya gaya tiap cm2 yang diperlukan supaya terdapat perbedaan
kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang paralel dengan jarak 1 cm.
Viskositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville (Maroon, 2000).
Persamaannya:
𝜋𝑃𝑅 4 𝑡
𝜂=
8𝑙𝑉

𝜂1 𝜋𝑃𝑅 4 𝑡 8𝑙𝑉 𝑃1 𝑡1
= . =
𝜂2 8𝑙𝑉 𝜋𝑃𝑅 4 𝑡 𝑃2 𝑡2

keterangan:
T = Waktu alir (detik)
P = Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (dyne/cm2)
V = Volume zat cair (L)
l = Panjang pipa (m)
π = Koefisien Viskositas (cP)
R = Jari-jari pipa dialiri cair (m)
(Maroon, 2000).
II.1.5 Hubungan Viskositas dengan Densitas
Viskositas sering dihubungkan dengan kerapatan, yang ditulis sebagai :

µ
V=
𝜌

Keterangan :
V : Viskositas kinematik
µ : Viskositas
𝜌 : Massa jenis
(Munson B. R., 2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-5


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Perbandingan ini disebut dengan perbandingan viskositas kinematik. Viskositas


kinematik didefinisikan sebagai perbandingan antara viskositas dinamik dengan kerapatan
fluida. Viskositas kinematik dilambangkan dengan huruf Yunani V (nu). Dimensi dari
viskositas kinematik adalah L2/T, dan satuannya dalam system BG adalah ft2/s sedangkan
dalam SI adalah m2/s. Viskositas dinamik sering dinyatakan dalam sistem metrik CGS
(centimeter-gram-second) dengan satuan dyne-s/cm2 . Kombinasi ini disebut Poise disingkat P.
Dalam sistem CGS viskositas kinematik memiliki satuan cm2 /s atau disebut stoke disingkat St
(Munson B. R., 2004).
II.1.6 Hubungan Viskositas dengan Temperatur
Viskositas cairan biasanya turun dengan meningkatnya suhu, dapat dianalogikan
dengan sirup gula panas mengalir lebih cepatdari pada sirup gula dingin. Cairan yang
mempunyai gaya antarmolekul yang kuat memiliki viskositas yang lebih besar dibandingkan
cairan yang memiliki gaya antarmolekul yang lemah. Air memiliki viskositas lebih besar
dibandingkan kebanyakan cairan karenakemampuannya untuk membentuk ikatan hidrogen.
Yang menarik, viskositas gliserol jauh lebih besar daripada semua cairan (Raymond Chang,
2005).
Dengan pengecualian (karbondioksida pada temperatur yang rendah), viskositas cairan
menurun seiring dengan meningkatnya temperatur. Beberapa persamaan telah
merepresentasikan η sebagai fungsi dari T dengan persamaan sebagai berikut:
A
Log η = T + B

dimana A dan B konsentrasikonstan dan T adalah temperatur absolut. Persamaan ini sesuai
untuk cairan murni dalam jumlah besar (Maron, 1944).
II.1.7 Tabel Viskositas Variabel
Cairan 0o C 20oC 40oC 60oC 80oC 100oC
H2O 1,794 1,009 0,654 0,470 0,357 0,284
CH3OH 0,808 0,593 0,449 0,349
CHCl3 0,699 0,563 0,464 0,389
C8H18 0,7060 0,5419 0,4328 0,3551 0,2971
Toluene 0,7719 0,5903 0,4713 0,3874
C2H5OH 1,772 1,114 1,716 1,647 1,581
Benzene 0,9 0,647 0,492 0,389
Nitrobenzene 3,083 2,013 1,438 1,094 0,875 0,705
(Maron, 1944)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-6


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

II.1.8 MSDS Variabel


1. Benzen (C6H6)
Nama : Benzen, Bensol, Benzole, Phene, Hidrida fenil.
Rumus Molekul : C6H6
Fisik : Cairan tidak berwarna
Titik lebur : 5,5oC
Titik didih : 80 oC
Tekanan uap : 74,6 mmHg pada 20 oC
Berat molekul : 78,11
Viskositas : 0,562 cP
Pelarut kelarutan : Aseton, alkohol, karbon disulfida, asam asetat.
Bahaya : Mudah terbakar, uap dapat menyebabkan kebakaran, dapat
menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata, depresi
sistem saraf pusat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-7


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

II.1.9 Aplikasi Industri


DAMPAK VISCOSITAS MINYAK TERHADAP
PARAMETER FUNGSIONAL JOURNAL BEARINGS PADA
MESIN PEMBAKARAN INTERNAL
Ivan Filipovic, Dzevad Bibic
2010
Bantalan crankshaft mesin Internal Combustion (IC), terutama di jurnal crankpin
adalah elemen yang penting karena fungsinya yang tepat diperlukan untuk menentukan dengan
baik kondisi kerja suatu mesin, dimana kualitas minyak merupakan salah satu faktor yang
paling penting penting. Dari segi kondisi kerja bantalan jurnal itu sangat penting untuk
memastikan perubahan minimum viskositas minyak pada rentang operasi mesin IC yang lebar.
Pemilihan minyak pelumas dari sudut pandang karakteristik fisik, utamanya viskositas yang
tepat, memiliki peran penting di bidang peredaman gesekan dan kerugian dalam bantalan jurnal
serta peningkatan efisiensi mesin IC. Makalah ini membahas dampak viskositas minyak
pelumas pada kondisi kerja dari mesin turbocharged diesel. Parameter yang dianalisis adalah:
suhu oli di bearing, perubahan nilai rata-rata maksimal, tekanan dalam minyak, lapisan minyak
pembawa minimum dan bagian gesekan campuran, semua dalam fungsi viskositas minyak pada
saluran masuk bantalan, dengan jarak yang berbeda antara bantalan jurnal dan crankpin.
Hasil pengukuran pengaruh viskositas oli terhadap nilai fungsional menunjukkan
semua kompleksitas masalah ini. Penurunan viskositas bantalan-bantalan secara langsung
mempengaruhi (mengurangi) ketebalan minimum film minyak (hmin) dan mengurangi
pergerakan resistensi jurnal dalam bearing. Ini menghasilkan peningkatan porsi gesekan akibat
penurunan hmin, permukaan kasar pada bantalan dan deformasi bantala yang juga berkontribusi
terhadap peningkatan kerugian mekanis yang signifikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memilih minyak pelumas dengan viskositas yang sesuai kualitas suhu operasi yang stabil di
mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-8


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-9

You might also like