Professional Documents
Culture Documents
PENDHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.3 Tujuan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
a. Lobus Frontalis. Pada bagian lobus ini berfungsi untuk : Proses belajar : Abstraksi, Alasan.
b. Lobus Temporal. Berfungsi untuk : Diskriminasi bunyi, perilaku verbal, dan berbicara.
c. Lobus Parietal. Berfungsi untuk : Diskriminasi waktu, fungsi somatic, dan fungsi motorik.
d. Lobus Oksipitalis. Berfungsi untuk : Diskriminasi visual, dan diskriminasi beberapa aspek
memori.
e. Sisitim Limbik. Berfungsi untuk : Perhatian, flight of idea, memori, dan daya ingat.
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan mengalami gejala
yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :
c. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala gejala yang hampir
sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.
d. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi antara lain :
1) Gangguan daya ingat.
2) Memori.
3) Disorientasi.
2
2.2 Jenis Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium dan
demensia. Tabel berikut menjelaskan karakteristik delirium dan demensia. Depresi pada
lansia seringkali salah didiagnosis sebagai demensia, tabel dibawah dapat digunakan sebagai
acuan.
2.3 Perbandingan Delirium, Depresi dan Demensia
3
Mungkin tampak Gangguan berfikir
Kognisi Gangguan berfikir
terganggu dan menghitung
Negatif;
Inkoheren, Tidak teratur, kaya
hipokondriasis,
Isi pikir bingung; waham; isi pikir, waham,
pikiran tentang
stereotip paranoid
kematian; paranoid
Terganggu; pasien
mungkin mengalami
halusinasi
Salah penafsiran,
Persepsi pendengaran; Tidak berubah
ilusi, halusinasi
penafsiran terhadap
orang lain dan
kejadian
Buruk; perilaku tidak
Penilaian Buruk Buruk
tepat secara sosial
Mungkin ada saat-
Daya tilik Mungkin terganggu Tidak ada
saat berfikir jernih
Kerusakan memori;
menghitung,
Buruk tetapi Secara konsisten
Penampilan menggambar,
bervariasi; buruk; makin
pada mengikuti perintah
meningkat saat memburuk; pasien
penilaian biasanya tidak
berfikir jernih dan berupaya menjawab
status mental terganggu; sering
saat penyembuhan semua pertanyaan
menjawab ”Saya
tidak tahu”
Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan dengan tepat dan tepat serta terencana
terutama keluarga. Menurut Prof. Sasanto dalam Bali Post (2005), salah satu titik penting
untuk memulai pengobatan adalah keberanian keluarga untuk menerima kenyataan. Mereka
juga harus menyadari bahwa gangguan jiwa itu memerlukan pengobatan sehingga tidak perlu
dihubungkan kepercayaan yang macam-macam. Terapi bagi penderita gangguan jiwa bukan
hanya pemberian obat dan rehabilitasi medik, namun diperlukan peran keluarga dan
masyarakat dibutuhkan guna resosialisasi dan pencegahan kekambuhan.
4
2.5.2 Operant Conditioning
Operant conditioning merupakan salah satu dari dua jenis pengondisian dalam
pembelajaran asosiasi (associative learning). Pembelajaran asosiatif adalah pembelajaran
yang muncul ketika sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan dua peristiwa. Dalam
operant conditoning, individu belajar mengenai hubungan antara sebuah perilaku dan
konsekuensinya. Sebagai hasil dari hubungan asosiasi ini, setiap individu belajar untuk
meningkatkan perilaku yang diikuti dengan pemberian ganjaran dan mengurangi perilaku
yang diikuti dengan hukuman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian
operant conditioning adalah sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif di mana konsekuensi
dari sebuah perilaku mengubah kemungkinan berulangnya perilaku (King, 2010 :356).
1) Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku
dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua,
yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
1) Escape Conditioning adalah bentuk penguatan negatif karena sesuatu yang negatif
dihilangkan. Escape conditioning merupakan penguatan perilaku karena adanya suatu
kejadian menghasilkan efek negatif. Beberapa stimulus atau kejadian yang bilamana
dihentikan atau dihilangkan akan meningkatkan atau memelihara kekuatan respon.
2) Penghindaran (Avoidance conditioning) yaitu respon untuk mencegah sesuatu yang tidak
menyenangkan atau melakukan pencegahan.
2) Hukuman (Punishment)
Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau
menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul.
5
a. Hukuman positif dan hukuman negatif
Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman positif
(positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan
yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah
maka orangtuanya akan memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk
menghindari omelan orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan
mendapatkan nilai jelek). Hukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan
berkurang ketika sebuah rangsangan positif atau menyenagkan diambil.
6
mengevaluasi pasien kelainan jiwa untuk meneteksi adanya penyakit fisik sedini mungkin
sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
e. Memberi pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan komunitas
yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, cirri-ciri sehat jiwa, penyebab
gangguan jiwa, cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan ugas keluarga, dan upaya perawatan
pasien gangguan jiwa.
f. Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga
dan masyarakat alam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
g. Kolaborasi dengan tim lain. Perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi
dengan petugas lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas),
pekerja social, psikolog, dan lain-lain.
h. Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan jiwa didasarkan pada management keperawatan kesehatan jiwa. Sebagai
pemimpin diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan jiwa an membantu perawat yang
menjadi bawahannya.
i. Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini penting
untuk diketahui perawat bahwa sumber-sumber di masyarakat perlu iidentifikasi untuk
digunakan sebagai factor penukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di
masyarakat.
7
BAB 3
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien : Meliputi nama, Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama, Alamat, Pendidikan,
Pekerjaan, Tanggal masuk Rumah Sakit, Tanggal Pengkajian, dan Sumber Data.
b. Keluhan Utama
c. Faktor Predisposisi, antara lain :
1) Gangguan fungsi susunan saraf pusat.
2) Gangguan pengiriman nutrisi.
3) Gangguan peredaran darah.
d. Aspek Fisik / Biologis
e. Aspek Psikososial
f. Status Mental
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
h. Mekanisme Koping
1) Dipengaruhi pengalaman masa lalu.
2) Regresi.
3) Rasionalisasi.
4) Denial.
5) Intelektualisasi.
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
3.2 Diagnosa
1. Resiko perilaku mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan
proses pikir.
2. Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak.
3.3 Intervensi
8
proses pikir. kontak mata
1. 6 . Klien mau
mengetahui nama
perawat
TUK : 2
TUK : 2
Pasien akan aman
dari cedera 2.1.1 Kaji fungsi sensiori dan persepsi.
9
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Respon kognitif maladaptif adalah ketidakmampuan untuk membuat keputusan,
kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan rentang perhatian,
dan kesulitan berfikir logis. Macam gangguan kognitif melitputi Delirium dan
Demensia. Terdapat beberapa perbedaan antara Delirium, Demensia, dan Depresi, terutama
pada tingkat kesadaran pasien dimana pasien dengan delirium dapat mengalami penurunan
tingkat kesadaran. Delirum adalah suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai
dengan: Gangguan perhatian, memori, pikiran dan
orientasi.Sedangkan demensia adalah suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai
dengan hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak.
10