You are on page 1of 3

Manajemen lalu lintas dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengaturan pasokan (supply) dan

kebutuhan (demand) system jalan raya yang ada dengan tujuan memenuhi suatu tujuan tertentu tanpa
penambahan prasarana baru. Manajemen lalu lintas biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah
lalu lintas jangka pendek (sebelum pembuatan prasarana baru dapat dilaksanakan), atau diterapkan
untuk mengantisipasi masalah lalu lintas pada periode tertentu (misalnya gangguan lalu lintas pada
tahap konstruksi).

Secara garis besar terdapat dua kelompok upaya manajemen lalu lintas, yaitu :

 Optimalisasi pasokan
 Pengendalian kebutuhan

Keduanya akan dibahas secara terpisah pada bab ini.

OPTIMASI PASOKAN

Upaya manajemen lalu lintas yang termasuk dalam kategori ini ditujukan memanfaatkan ruang lalu
lintas yang secara lebih efisien guna meningkatkan kinerja lalu lintas. Terdapat beberapa contoh upaya
manajemen lalu lintas dalam kelompok ini, diantaranya adalah :

 Pelanggaran parkir di tepi jalan selama jam puncak


 Lokasi parkir khusus untuk parkir jangka pendek
 Jalan satu arah
 Penggunaan kapasitas sisa pada lajur arah lawan (reversible lane)

Berikut ini pembahasan lebih lanjut mengenai butir-butir di atas.

Pelanggaran Parkir Di Tepi Jalan Selama Jam Puncak

Sangat mudah dipahami bahwa parkir di tepi jalan akan mengurangi lebar efektif jalan. Akibat
langsungnya adalah pengurangan kapasitas. Arus jam puncak biasanya mendekati kapasitas jalan. Oleh
sebab itu, reduksi kapasitas dalam bentuk apapun termasuk akibat parkir di tepi jalan harus dihilangkan
khususnya pada saat jam puncak.

Lokasi Parkir Khusus Untuk Parkir Jangka Pendek

Prasarana parkir harus dipisahkan untuk parkir jangka pendek dan panjang. Hal ini perlu dilakukan untuk
menjamin bahwa percampuran sirkulasi kendaraan yang memiliki jangka waktu parkir berbeda dapat
dihindarkan. Parkir jangka dek biasanya dilakukan oleh pemasok barang (di pusat perbelanjaan, pabrik,
dll), konsumen took tertentu, pengantar/penjemput murid sekolah, dll.

Jalan Satu Arah


Bila karena kondisi actual guna lahan tidak memungkinkan untuk pelebaran jalan atau penambahan ruas
jalan baru maka jalan satu arah dapat menjadi alternatif optimasi jaringan jalan. Dengan pengaturan
satu arah maka konflik di simpang dapat direduksi secara signifikan.

Reversible Lane

Jaringan jalan radial yang menghubungkan pusat kegiatan di tengan kota dengan perumahan di pinggir
kota mengalami pola jam puncak arus lalu lintas yang khas. Pada pagi hari kendaraan yang menuju pusat
kota dominan. Sebaliknya pada sore hari kendaraan pada umumnya meninggalkan pusat kota untuk
pulang ke rumah. Pada tiap keadaan, seringkali terjadi kapasitas sisa pada arah lawan. Untuk itu
biasanya salah satu lajur pada arah lawan disediakan untuk menambah kapasitas ruas pada arah sibuk.
Karena bersifat periodik maka selama berlakunya reversible lane diberikan tanda dengan kerucut lalu
lintas (traffic cone). Contoh reversible lane adalah dijalan tol dalam kota semanggi-cawang yang satu
lajurnya disediakan untuk arah sibuk cawang-semanggi pada pagi hari.

PENGENDALIAN KEBUTUHAN

Upaya manajemen lalu lintas yang termasuk dalam kategori ini ditujukan untuk mengendalikan atau
mengatur lalu lintas yang tidak efisien. Bentuknya dapat berupa pemberian insetif bagi yang perilaku
berlalu lintasnya efisien maupun disinsentif bagi yang perilaku berlalu lintasnya tidak efisien. Terdapat
beberapa contoh upaya manajemen lalu lintas dalam kelompok ini, di antaranya adalah :

 Waktu kerja fleksibel


 Penyesuaian tarif tol pada jam sibuk
 Park and ride sepanjang jalur angkutan umum
 Peningkatan tarif parkir
 Penerapan denda parkir dan pembatasan waktu parkir
 Pengendalian akses ke jalan bebas hambatan
 Carpool matching program
 Lajur khusus bus dan kendaran berokupansi tinggi
 Akses prioritas bagi bus dan kendaraan berokupansi tinggi
 Bus ulang-alik
 Congestion charging

Berikut ini pembahasan lebih lanjut mengenai butir-butir di atas.

Waktu Kerja Fleksibel

Umumnya jam puncak arus lalu lintas di kota besar terkait dengan aal dan akhir waktu kerja yang
hamper sama (masuk kerja sekitar pukul 8-9 dan pulang kerja sekitar pukul 16-17). Akibatnya kegiatan
berangkat kerja dan pulang kerja dilakukan pada waktu yang kurang lebih bersamaan (sekitar pukul 6-8
untuk berangkat kerja dan sekitar pukul 16-18 untuk pulang kerja). Hal ini menyebabkan kurang
memadainya kapasitas jalan pada jam-jam puncak tersebut. Berkaitan dengan waktu kerja ini terdapat
beberapa pilihan metode untuk menyebarkan jam puncak arus lalu lintas atau bahkan menguranginya.
Yang pertama adalah staggered work hours, yaitu dengan cara menggeser waktu masuk/pulang kerja
menjadi lebih awal atau lebih akhir dari waktu masuk/pulang kerja yang umum diterapkan. Dengan
demikian diharapkan arus lalu lintas baik di jalan maupun di akses parkir gedung kantor dapat
disebarkan ke periode waktu yang lebih lebar. Pemerintah daerah (pemda) DKI Jakarta di masa
Gubernur fauzi bowo mencoba mewajibkan sekolah-sekolah di DKI Jakarta untuk masuk 6.30. Namun
tampaknya kurang berhasil karena orang tua yang sekaligus mengantar anaknya ke sekolah menjadi
berangkat kantor lebih pagi. Pada saat yang sama pegawai pemda juga diminta mengatur jam masuk
dan pulang mereka dengan menggeser 30 menit untuk wilayah kota yang berbeda. Namun kontribusi
lalu lintas yang ditimbulkan pegawai pemda ternyata kurang nyata.

Cara lain adalah mengurangi jumlah hari kerja misalnya 3-4 hari kerja saja dalam sepekan.
Konsekuensinya adalah jam kerja per hari menjadi lebih panjang. Sehubungan dengan hal tersebut maka
perlu diperiksa ketentuan ketenaga kerjaan yang berlaku.

Cara lain adalah telecommuting atau bekerja jarak jauh. Kontak dilakukan melalui telekomunikasi
telpon, faksimili, surat elektronik, dll. Bila perlu dapat dilakukan teleconference atau lebih sederhananya
dapat menggunakan fasilitas webcam dalam chatting. Bila kehadiran fisik dibutuhkan barulah pelaku
telecommuting ini datang ke kantor.

Penyesuaian Tarif Tol Pada Jam Sibuk

Segala upaya perlu di tempuh untuk mengendalikan arus lalu lintas pada jam sibuk. Salah satunya adalah
penyesuaian tarif tol. Bagi kendaraan pribadi dengan okupansi rendah perlu dikenakan tarif tol yang
lebih tinggi dari periode waktu lain. Sementara itu bagi kendaraan umum dan kendaraan berokupansi
tinggi dapat diberlakukan reduksi tarif tol. Hal ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk
berpergian secara efisien.

You might also like